bab 1 Usulan Magang Laporan Akhir ( Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Modal Sosial

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di dunia dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri beragam suku bangsa, istiadat, dan aneka nilai sosial budaya di masyarakat. Nilai sosial budaya yang berkembang dalam masyarakat Indonesia di masing-masing daerah cenderung berbeda, baik dalam memenuhi kebutuhan hidup maupun memenuhi kebutuhan sosial lainnya. Perbedaan kultur yang signifikan membawa dampak dan pengaruh dalm sistem sosial kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini terkait erat dengan letak geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia sebaga negara agraris dan berbentuk kepulauan.

Sering terjadi kesenjangan antar masyarakat dalam kehdupan bermasyarakat. Hal ini ditimbulkan sebagai dampak negatif dari krisis ekonomi di Indonesia yang berkepanjangan. Dari aspek pembangunan manusia tidak hanya sekedar memenuhi hak-hak dasar warganya, Indonesia harus lebih banyak berinvestasi dan meletakkan dasar bagi pertumbuhan ekonomi dan menjamin kelangsungan demokrasi dalam jangka panjang. Indonesia cukup sukses dalkam memenuhi sejumlah hak-hak dasar masyarakat sebelum krisis 1997 terjadi. Sebagian besar dari keberhasilan ini merupakan biaya dar belanja masyarakat bukan dari


(2)

belanja pemerintah. Kualitas sumber daya manusia digambarkan dalam indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-IV berbunyi bahwa “Pemerintahan Negara Indonesia dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Amanat yang terkandung dalam potongan aline ke-IV ini menyebutkan bahwa tujuan negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kesejahteraan masyarakat tidak dapat dicapai bila tidak didukung oleh kemampuan dan sumber daya anusia dalam memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Negara tidak dikelola dengan benar (undermanaged) merupakan penyebab utama suatu negara tidak maju atau menjadi terbelakang. Oleh karena itu, pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masayarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-IV. Apabila fungsi pembangunan nasional disederhanakan, maka ia dapat dirumuskan ke dalam tiga tugas utama yang mesti dilakukan sebuah negara, yaitu pertumbuhan ekonomi (economi growth), perawatan masyarakat (community care) dan pengembangan manusia (human development). Pertumbuhan ekonomi..


(3)

Dalam pembukaan UUD 1945 dan Pancasila. Pada UUD 1945 pasal 34 yang berbunyi “Fakir misikin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”, yang realisasinya diuraikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, dalam Bab II Pasal 3 Ayat (1) dan (3) dan pasal 4, mengandung makna bahwa pelayanan kesejahteraan sosial dan seterusnya, bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi masalah kemiskinan, masalah sosial dan kerawanan sosial ekonomi. Beberapa ayat menyebutkan bahwa pelayanan kesejahteraan sosial berasaskan : Hak asasi manusia, kebersamaan, menjunjung tinggi kearifan lokal dan berkelanjutan. Adapun prinsip dalam pelayanan kesejahteraan sosial adalah kepentingan terbaik penerima, partisipasi, kestia kawanan, profesionalisme dan lain-lain.

Muncul tuntutan agar daerah bisa berperan dalam rangka pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Dalam menjawab tuntutan tersebut pemerintah mengeluarkan Undang-undang tentang otonomi daerah dengan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai penyempurna dari Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagai patokan bagi setiap kebijakan dalam rangka otonomi daerah.

Masyarakat telah lama menanti undang-undang tentang otonomi daerah ini, karena daerah diberikan kekuasaan untuk mengembangkan sumber daya daerah masing-masing tanpa harus menunggu petunjuk dari pusat. Kebijakan otonomi daerah ini memberikan perubahan lingkungan


(4)

yang strategis dan pengembangan sistem pemerintahan di daerah. Daerah memiliki kewenangan dalam mengatur segala urusan dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga dalam merumuskan dan membuat kebijakan selalu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pertumbuhan ekonomi daerah.

Pembangunan tentunnya akan melibatkan seluruh pihak yang ada yang mendukung pembangunan tersebut. Salah satunya adalah modal sosial. Modal sosial merupakan salah satu yang pentng yang mendukung pembangunan. Modal sosial itu adalah seluruh komponen sosial termasuk masyarkat yang ada di dalamnya. Masyarakat manakah yang dapat membantu pelaksanaan pembangunan di daera atau di negara ini?. Dengan memberdayakan masyarakat dengan modal sosial maka dapat membantu pelaksanaan pembangunan di daerah maupun di negara ini.

Hikmat (2013:35) mengemukakan proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama, Proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya (survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian melalui organisasi. Kecenderungan atau proses yang pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Kedua atau


(5)

kecenderungan sekunder, menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Di dalam proses pemberdayaan masyarakat, potensi dan kekuatan yang dapat membantu proses perubahan agar dapat lebih cepat dan terarah perlu diketahui dan dikembangkan. Sebab tanpa adanya potensi atau kekuatan yang berasal dari masyarakat, maka seseorang, kelompok, organisasi atau masyarakat akan sulit bergerak untuk melakukan perubahan. Dalam masyarakat kekuatan pendorong ini harus ada bahkan diciptakan lebih dulu pada awal berlangsungnya proses perubahan tersebut. Menurut Setiana dalam Apriansyah (2009:7) Jenis-jenis kekuatan di masyarakat adalah beragam dan dapat dkelompokkan dalam : pertama kekuatan pendorong, kedua kekuatan bertahan, ketiga kekuatan pengganggu.

Disamping itu, di dalam setiap perencanaan yang diarahkan pada pemberdayaan masyarakat paling tidak harus memuat unsur-unsur pokok sebagai berikut : Pertama, strategi dasar pemberdayaan masyarakat yang merupakan acuan dari seluruh upaya pemberdayaan masyarakat. Kedua, kerangka makro pemberdayaan masyarakat yang memuat berbagai besaran sebagai sasaran yang harus dicapai. Ketiga, sumber anggaran pembangunan sebagai perkiraan sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Keempat, kerangka dan perangkat kebijaksanaan


(6)

pemberdayaan masyarakat. Kelima, program-program pemberdayaan masyarkat secara konsisten diarahakan pada pengembangan kapasitas masyarakat. Keenam, indikator keberhasilan program yang memuat perangkat pencatatan sebagai dasar penentuan evaluasi program dan penyempurnaan program serta kebijaksanaan yang menjamin kelangsungan program (Sumodiningrat dalam Apriansyah, 2009:8).

Menurut kebijakan tersebut dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat mengurangi kesenjangan sosial dan juga terjadi penyerapan tenaga kerja yang besar sehingga dapat mengurang angka pengangguran. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dipandang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, namun yang terhadi pada masyarakat malah sebaliknya, diamana kemiskinan. Pengangguran, dan kesenjangan sosial malah semakin tinggi.

Pemberdayaan masyarakat yang memiliki budaya ilmiah adalah masyarakat yang mampu menciptakan pembangunan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Masyarakat ilmiah yang menjadi modal dasar dalam pembangunan negara maupun di daerah. Karena masyarakat ini memiliki pandangan atau pola pikir yang terbuka dan kedepan serta mampu menciptakan ilmu-ilmu baru yang mendukung pembangunan. Masyarakat ini juga yang sangat berperan dalam pemeliharaan hasil pembangunan. Sebab tanpa ada kesadaran untuk memelihara dan bakan meningkatkan pembangunan itu, maka pembangunan itu tidak berarti apa-apa.


(7)

Pembangunan akan berhasil jika di dalamnya tersusun atas masyarakat yang memiliki budaya ilmiah sebagai modal sosial pembangunan.

PembanguNan sosial yang dilakukan oleh Pemerintah dengan melibatkan partisipasi masyarakat sehingga bersifat demokratis dan sesuai dengan isu politik global dalam pembangunan. Badaruddin (2008) menyebutkan bahwa sebagai makhluk sosial, setiap masyarakat atau komunitas seharusnya memiliki modal sosial, tentu dengan derajat modal sosial yang berbeda antara satu masyarakat (komunitas) dengan satu masyarakat (komunitas) yang lainnya.

Modal sosial memiliki pengaruh yang sangat menentukan terhadap pembangunan manusia. Suatu bangsa yang memiliki modal sosial yang tinggi cenderung lebih efektif dan efisien dalam menjalankan berbagai kebijakan untuk mensejahterakan dan memajukan rakyatnya. Menurut Witrianto (2012) dalam suatu komunitas yang modal sosialnya rendah, kualitas pembangunan manusianya akan jauh tertinggal. Beberapa dimensi pembangunan manusia yang sangat dipengaruhi oleh modal sosial antara lain kemampuannya menyelesaikan berbagai masalah kolektif, mendorong roda perubaan yang cepat di tengah masyarakat, memperluas kesadaran bersama bahwa banyak jalan yang bisa dilakukan oleh setiap anggota kelompok untuk memperbaiki nasib secara bersama-sama, memperbaiki mutu kehdupan seperti meningkatkan kesejahteraan, perkembangan anak dan banyak keuntungan lainnya yang dapat diperoleh.


(8)

Suatu masyarakat yang mempunya modal sosial yang tinggi kemungkinan untuk menyelesaikan kompleksitas persoalan akan lebih mudah. Pada masyarakat yang terbiasa hidup dengan rasa saling mempercayai yang tinggi serta didukung oleh semangat kebajikan untuk hidup saling menguntungkan akan merefleksikan kekuatan itu sendiri dan bersatu serta memiliki hubungan keluar lingkungan kelompoknya secara intensif.

Lambatnya pembangunan manusia di Indonesia disebabkan karena rendahnya modal sosial yang dimiliki oelh bangsa Indonesia itu sendiri. Modal sosial yang telah diterapkan pada masa-masa kerajaan dahulu yaitu gotong royong dan kekeluargaan sudah tidak terlihat.Orang Indonesia saat ini cenderung tidak memiliki tradisi inovatif, lekas puas dengan tercapainya kebutuhan sederhana, cenderung boros dan senang bergantung (tetapi kemudian berkhianat) kepada mereka yang diasumsikan sebagai yang lebih kuat. Sangat berbeda dengan para pendahulu bangsa Indonesia yang bersama-sama membangun bangsa ini dan mengusir para penjajah dari tanah air Indonesia.

Saat ini gambaran kehidupan bermasyarakat dan keseharian masyarakat Indonesia sulit untuk dipahami. Pencapaian pembangunan Indonesia selalu mengalami keterpurukan. Pemerintah dan sistem pemerintahan silih berganti, namun tetap saja pembangunan di Indonesia seperti jalan ditempat. Angka kemiskinan dan pengangguran terus meningkat dan semakin sulit dikendalikan. Terjadi tindak kriminalitas


(9)

dimana-mana. Perusahaan-perusahaan industri dalam negeri semakin bersaing terutama industri-industri kecil.

Bangsa Indonesia sebenarnya tidak miskin. Sumber daya alam di Indonesia sangat banyak dan besar. Indonesia memiliki tanah yang subur. Sungai mengalir panjang dan lebar serta ikan-ikan yang melimpah ruah. Masyarakat tidak mengalami kekurangan. Yang hilang bukanlah sumber daya alam ataupun hasil-hasil laut Indonesia, bukan juga karena pemerintah yang terus mengalirkan subsidi bahan bakar minyak dalam jumlah yang besar yang memakan anggaran negara yang besar. Namun yang hilang adalah sebuah energi kolektif seluruh masyarakat maupun pemerintah untuk mengatasi problema bersama. Banyak fasilitas yang dibangun oleh pemerintah namun tidak adanya kesadaran untuk memelihara bersama sumber daya dan fasilitas yang ada menjadi sebuah problema.

Semua menjerit minta agar gedung sekolah diperbaiki, tetapi tidak ada upaya bersama begaimana memelihara gedung itu dan membetulkan plafon yang ambruk sebelum datang bantuan dari pemerintah. Mereka menghendaki jalan desa mulus dan tidak lagi berlumpur, tetapi tidak gerakan untuk bergotong royong mengatasi jalan yang rusak. Mereka menjerit tentang tikus dan babi, tetapi langkah bersama untuk mengatasinya juga tidak terlihat. Mereka mengeluh miskin, tetapi di desa yang miskin tersebut, tanah-tanah pekarangan yang masih luas dibiarkan


(10)

kosong. Untuk mengkonsumsi sayuran pun mereka enggan menanam, tetapi harus membeli dari pasar.

Tak luput dari itu di Kota Gorontalo juga modal sosial yang ada dalam masyarakat semakin menurun. Nilai-nilai sosial dan kekeluargaan yang dibawa oleh para pendahulu sudah mulai memudar. Masyarakat Kota Gorontalo perlahan-lahan mulai melupakan sejarah Kota Gorontalo dimana para pahlawan yang bejuang bersama-sama untuk mengusir para penjajah dari daerah ini.

Kota Gorontalo sebenarnya adalah daerah yang memiliki modal sosial yang cukup berharga. Energi spiritual-sosial cukup kuat dapat dirasakan sehingga dapat memberi perspektif dan arah yang lebih baik. Kota ini dijuluki sebagai Serambi Madinah karena kota ini dikelilingi oleh titik kosmos spiritual yang masih tersisa dari era para Raja-raja yang membawa agam islam di kota ini. Kota Gorontalo memiliki semboyan “Adat bersandikan sara, sara bersandikan kitabullah”. Masyarakat Kota Gorontalo dulunya menjunjung tinggi nilai-nilai adat berdasarkan aturan dan pedoman Al-Quran. Namun seirng dengan perkembangan jaman dan budaya-budaya moderen mulai masuk, nilai-nilai modal sosial yang dahulu dirasakan dengan sangat kuat mulai memudar.

Semangat gotong royong bersama-sama membangun Kota Gorontalo mulai jarang kita temukan kepada masyarakat maupun pemerintah. Sumber daya alam dan fasilitas-fasilitas yang dibangun sudah


(11)

tidak terawat lagi. Masyarakat sudah tidak saling percaya satu sama lain sehingga menimbulkan konflik dan antar masyarakat. Masyarakat sudah mulai tidak percaya kepada pemerintah dan itu yang menyebabkan timbulnya protes-protes dari masyarakat kepada pemerintah. Sebaliknya, pemerintah juga mulai hilang kepercayaan kepada masyarakat. Pemerintah telah maksimal membangun dan mengadakan program-program pembangunan untuk membangun Kota Gorontalo ke arah yang lebih baik lagi. Program-program pemberdayaan masyarakat yang dibuat oleh pemerintah cenderung tidak berjalan sesuai dengan harapan sehingga menghambat proses pembangunan di Kota Gorontalo. Akibatnya banyak masyarakat yang menjadi pengangguran dan menyebabkan kemiskinan.

Dari beberapa gambaran yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk mengkaji beberapa hal yang menjadi masalah. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembangunan Modal Sosial Di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo”.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

Dalam pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan modal sosial untuk peningkatan pembangunan di Kota Gorontalo, sampai saat ini


(12)

timbul berbagai permasalahan. Berdasarkan uraian diatas penulis mengidentifikasikan masalah-masalah yang pada umumnya terjadi. Adapun identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap modal sosial. 2. Masyarakat yang sudah mulai melupakan modal sosial. 3. Terhambatnya pembangunan di Kota Gorontalo.

4. Timbul rasa ketidakpercayaan antara masyarakat dan pemerintah.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Dari uraian identifikasi masalah diatas, diketahui pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melalui modal sosial Kota Gorontalo saling berkaitan dengan berbagai faktor. Diantara satu faktor dengan faktor lainnya mungkin terjad suatu hubungan situasional, hubungan kondisional dan hubungan fungsonal yang salng mempengaruhi.

Maka perlu dilakukan pembatasan masalah yang dijadikan objek penelitian yang berdasarkan asumsi terhadap fenomena dan judul penelitian yang dipilih. Dan ditinjau dari segi waktu pelaksanaan pengamatan, pendalaman materi dan kemampuan penulis dalam menjangkau sumber data, maka pengamatan ini dibatasi pada “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pembangunan Modal Sosial Di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo”.


(13)

Sesuai dengan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti penulis, yaitu:

1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan modal sosial di Kota Gorontalo?

2. Faktor apa saja yang mengambat pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan modal sosial di Kota Gorontalo?

3. Apa saja upaya terbaik yang harus dilakukan untuk memberdayaan masyarakat melalui pembangunan modal sosial di Kota Gorontalo?

1.3 Maksud dan Tujuan Magang

1.3.1 Maksud Magang

Maksud dari penelitian yang akan dlakasanakan oleh penulis adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan modal sosial untuk meningkatkan pembangunan di Kota Gorontalo.

1.3.2 Tujuan Magang

Selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan modal sosial di Kota Gorontalo

2. Mengetahui faktor mengambat pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan modal sosial di Kota Gorontalo.


(14)

3. Mengetahui apa saja upaya terbaik yang harus dilakukan pemberdayaan masyarakat melalui pembangunan modal sosial di Kota Gorontalo.

1.4 Keguanaan Penelitan

1.4.1 Kegunaan Praktis Untuk Lokasi Magang

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini bagi lokasi penelitiann adalah:

1. Dapat memberikan sumbangan saran kepada Pemerintah Daerah Kota Gorontalo dalam upaya memberdayaan masyarakat melalui modal sosial untuk meningkatkan pembangunan di Kota Gorontalo.

2. Memberikan informasi lebih lanjut kepada masyarakat mengenai pentingnya pembangunan modal sosial

1.4.2 Kegunaan Praktis untuk Lembaga

Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini bagi lembaga adalah sebagai berikut:

1. Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan, khususnya dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan;

2. Sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan pembanding bagi mahasiswa lain yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama;


(15)

3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan bagi praja IPDN sehingga memiliki kemampuan dan keahlian dalam menerapkan ilmu pemerintahan di lapangan nantinya.

1.5 Definisi Konsep Obyek yang Diamati dan Dikaji

1.5.1 Konsep Pemberdayaan

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowermet), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan) Suharto (2010:57). Konseppemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu diubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja, dan keadilan. Pada dasarnya, pemberdayaan diletakkan pada kekuatan tingkat individu dan sosial (Hikmat, 2013:3). Menurut Rappaport dalam Hikmat (2013:3), pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politk, dan hak-jaknya menurut undang-undang. Sementara itu, McArdle dalam Hikmat (2013:3) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kloketif diberdayakan melalui kemandriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebh diberdayakan melalui usaha mereka sendri dan akumulas pengetahuan, keterampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan mereka tanpa bergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.


(16)

Pemberdayaan muncul karena adanya ketidak berdayaan. Ketidakberdayaan dalam aspek pengetahuan, pengalaman,sikap, keterampilan, modal usaha, dan aspek lainnya. Selanjutnya menurut Anwas (2013:49) Pengertian pemberdayaan (empowerment) tersebut menekankan pada aspek pendelegasian kekuasaan, memberi wewenang, atau pengalihan kekuasaan kepada individu atau pengalihan kekuasaan kepada individu atau masyarakat sehingga mampu mengatur diri dan lingkungannyasesuai dengan keinginan, potensi, dan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan indikator pemberdayaan menurut Suharto (2011) dalam Anwas (2013:50) paling tidak memiliki empat hal, yaitu : merupakan kegiatan yang terencana dan kolektif, memperbaiki kehidupan masyarakat, prioritas bagi kelompok lemah atau kurang beruntung, serta dilakukan melalui program peningkatan kapasitas.

Pemberdayaan (empowerment) merupakan konsep yang berkaitan dengan kekuasaan (power). Selain itu I Nyoman Sumaryadi (2005:114) menjelaskan bahwa:

”Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan harkat dan lapisan masyarakat dan pribadi manusia. Upaya ini meliputi : Pertama, mendorong, motivasi, meningkatkan kesadaran akan potensinya dan menciptakan iklim/suasana untuk berkembang; Kedua, memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah positif memperkembangkannya; Ketiga, penyediaan berbagai masukan, dan pembukaan akses ke peluang-peluang”.


(17)

Pada istilah pembangunan juga melekat pengertian-pengertian ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Menurut Hadad dalam Theresia dkk (2014:2), ”Apapun maksud, tujuan, dan makna yang terkandung dalam pengertian yang dimkaksudkan dalam satu istilah yang sama yaitu “pembangunan”, kesemuanya akan selalu merujuk pada sesuatu yang memiliki arah positif, lebih baik dan lebih bermanfaat bagi kehidupan umat manusia secara individual maupun bagi masyarakatnya”.

Mengenai definisi tentang istilah pembangunan itu sendiri, Riyadi dalam Theresia dkk (2014:2) mengungkapkan adanya beragam rumusan yang dikemukakan oleh banyak pihak, namun kesemuanya itu mengarah kepada ke suatu kesepakatan bahwa “Pembangunan adalah suatu usaha atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu-hidup suatu masyarakat (dan individu-individu di dalamnnya) yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan itu”.

Dalam pembangunan terkandung begitu banyak pokok-pokok pikiran, salah satunya menurut Theresia dkk (2014:3) adalah :

“Pembangunan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan yang tidak pernah kenal berhenti, untuk terus menerus mewujudkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat dalam rangka mencapa perbaikan mutu hidup, dalam situasi lingkungan perubahan. Meskipun demikian, di dalam praktik, perencanaan pembangunan senantiasa memiliki batas waktu yang tegas, tetap batasan-batasan itu pada hakikatnya hanyalah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk meghadapi kondisi yang terjad pada selang waktu yang sama, untuk kemudian terus dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya yang juga dimaksudkan untuk terusa memperbaiki mutu hidup masyarakat


(18)

(dan individu-individu di dalamnya) dalam suasana perubahan lingkungan yang akan terjadi pada selang waktu tertentu.

Sedangkan menurut Mardikanto dalam Theresia dkk (2014:6) Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dlaksanakan terus menerus oleh pemerintah bersama-sama segwenap warga masayarakatnya atau dlakasanakan oleh masyarakatnya dengan difasilitasi oleh pemerintah, dengan menggunakan teknologi yang terpilih, untuk memenuhi segala kebutuhan atau memecakan masalah-masalah yang sedang dan akan dihadapi, demi tercapainya mutu-hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakatnya dar suatu bangsa yang merencanakan dan melaksanakan pembanguanan tersebut.

1.5.3 Modal Sosial

Konsep Modal Sosial dalam Theresia dkk (2014:35), dapat ditelusuri dari tulisan-tulisan Jacobs (1961), Pierre Bourdieu (1983), James S. Coleman (1988) dan Robert D. Putnam (1993). Menurut Coleman dalam Theresia dkk (2014:35) Modal sosial sebaga suatu unsur yang memiliki dua ciri, yaitu aspek struktur sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial itu.

Lebih lanjut, Bourdiou Narayan dan Cassidy dalam Theresia dkk (2014:36) mengartkan modal sosial sebagai totalitas sumber daya, aktual maupun virtual, yang berkembang pada individu maupun satu kelompok karena memiliki jaringan dalam periode tertentu atau hubungan yang informal yang saling membutuhkan. Sedangkan Cohen dan Prusak L dalam Theresia dkk (2014:36) mengartikan modal sosial sebagai setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual under-standing), dan nilai-nilai bersama (shared value)


(19)

ayng mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

Senada dengan itu Hasbullah dalam Theresia dkk (2014:36) menjelaskan, modal sosial sebagai segala sesuatu al yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya seperti trust (rasa saling percaya), ketimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.

Selanjutnya Theresia dkk (2014:36) mengemukakan bahwa:

Modal sosial adala bentuk kebersamaan, kewajiban sosial, yang diinsttusionalkan dalam bentuk kehidupan bersama, peran, wewenang, tanggung jawab, sistem penghargaan dan keterikatan lainnya yang menghasilkan tindakan kolektif. Modal sosial juga didefinisikan sebagai kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Dari pengertian modal sosial itu, unsur-unsur modal sosial berupa hubungan sosial (tingkah laku kerjasama, kesetiaan, kearifan dan pengetahuan lokal), institusi sosial (perkumpulan, jaringan, dan kepemimpinan sosial) serta nilau atau norma yang efektif (toleransi, simpati, kepercayaan, kejujuran) yang dapat digunakan secara tepat dan melahirkan kontak sosial, tanggung jawab sosial, kemandirian, dan peranserta.

Dalam mata kuliah modal sosial pada Senins, 8 September 2014 oleh Drs. H. Chabib Soleh, MM, dijelaskan bahwa Modal Sosial adalah istilah yang menggambarkan adanya sistem sosial dalam masyarakat terdapat norma berbagai ragam kewajiban sosial, iklim sosial, hubungan sosial, saluran informasi dan sanksi sosial bagi anggota komunitas yang


(20)

melanggarnya. Selanjutnya beliau menerangkan Modal sosial menggambarkan tentang perkembangan norma-norma sosial yang mengatur berbagai ragam kewajiban sosial sehingga tercipta kondisi atau suasana yang memungkinkan terjadinya hubungan sosial, lancarnya saluran informasi dan sanksi bagi para pelanggarnya. Sumber modal sosial yaitu agama dan tradisi.

Modal sosial syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi maupun pembangunan politik serta penciptaan stabilitas demokrasi. Modal sosial menjadi perekat dan pemersatu bagi setiap individu yang diwujudkan dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaring kerja, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan demi mencapai tujuan bersama. Modal sosial akan menimbulkan komitmen daru setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilinya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap individu.

Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di beberapa negara maupun daera-daerah di Indonesia dikarenakan oleh rendahya kondisi modal sosial yang ada dalam masyarakat dan pemimpinnya. Lemahnya modal sosial akan mempengaruhi semangat kebersamaan, semangat gotong royong, dan toleransi yang ada pada masyarakat dan akan memicu kekerasan sosial, meningkatkan pengangguran dan kemiskinan, angka kriminalitas yang tinggi dan


(21)

menghambat upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(1)

Pemberdayaan muncul karena adanya ketidak berdayaan. Ketidakberdayaan dalam aspek pengetahuan, pengalaman,sikap, keterampilan, modal usaha, dan aspek lainnya. Selanjutnya menurut Anwas (2013:49) Pengertian pemberdayaan (empowerment) tersebut menekankan pada aspek pendelegasian kekuasaan, memberi wewenang, atau pengalihan kekuasaan kepada individu atau pengalihan kekuasaan kepada individu atau masyarakat sehingga mampu mengatur diri dan lingkungannyasesuai dengan keinginan, potensi, dan kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan indikator pemberdayaan menurut Suharto (2011) dalam Anwas (2013:50) paling tidak memiliki empat hal, yaitu : merupakan kegiatan yang terencana dan kolektif, memperbaiki kehidupan masyarakat, prioritas bagi kelompok lemah atau kurang beruntung, serta dilakukan melalui program peningkatan kapasitas.

Pemberdayaan (empowerment) merupakan konsep yang berkaitan dengan kekuasaan (power). Selain itu I Nyoman Sumaryadi (2005:114) menjelaskan bahwa:

”Pemberdayaan merupakan upaya meningkatkan harkat dan lapisan masyarakat dan pribadi manusia. Upaya ini meliputi : Pertama, mendorong, motivasi, meningkatkan kesadaran akan potensinya dan menciptakan iklim/suasana untuk berkembang; Kedua, memperkuat daya, potensi yang dimiliki dengan langkah-langkah positif memperkembangkannya; Ketiga, penyediaan berbagai masukan, dan pembukaan akses ke peluang-peluang”.


(2)

Pada istilah pembangunan juga melekat pengertian-pengertian ekonomi, politik, maupun sosial budaya. Menurut Hadad dalam Theresia dkk (2014:2), ”Apapun maksud, tujuan, dan makna yang terkandung dalam pengertian yang dimkaksudkan dalam satu istilah yang sama yaitu “pembangunan”, kesemuanya akan selalu merujuk pada sesuatu yang memiliki arah positif, lebih baik dan lebih bermanfaat bagi kehidupan umat manusia secara individual maupun bagi masyarakatnya”.

Mengenai definisi tentang istilah pembangunan itu sendiri, Riyadi dalam Theresia dkk (2014:2) mengungkapkan adanya beragam rumusan yang dikemukakan oleh banyak pihak, namun kesemuanya itu mengarah kepada ke suatu kesepakatan bahwa “Pembangunan adalah suatu usaha atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu-hidup suatu masyarakat (dan individu-individu di dalamnnya) yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan itu”.

Dalam pembangunan terkandung begitu banyak pokok-pokok pikiran, salah satunya menurut Theresia dkk (2014:3) adalah :

“Pembangunan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan yang tidak pernah kenal berhenti, untuk terus menerus mewujudkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat dalam rangka mencapa perbaikan mutu hidup, dalam situasi lingkungan perubahan. Meskipun demikian, di dalam praktik, perencanaan pembangunan senantiasa memiliki batas waktu yang tegas, tetap batasan-batasan itu pada hakikatnya hanyalah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk meghadapi kondisi yang terjad pada selang waktu yang sama, untuk kemudian terus dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya yang juga dimaksudkan untuk terusa memperbaiki mutu hidup masyarakat


(3)

(dan individu-individu di dalamnya) dalam suasana perubahan lingkungan yang akan terjadi pada selang waktu tertentu.

Sedangkan menurut Mardikanto dalam Theresia dkk (2014:6) Pembangunan adalah upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana, dlaksanakan terus menerus oleh pemerintah bersama-sama segwenap warga masayarakatnya atau dlakasanakan oleh masyarakatnya dengan difasilitasi oleh pemerintah, dengan menggunakan teknologi yang terpilih, untuk memenuhi segala kebutuhan atau memecakan masalah-masalah yang sedang dan akan dihadapi, demi tercapainya mutu-hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakatnya dar suatu bangsa yang merencanakan dan melaksanakan pembanguanan tersebut.

1.5.3 Modal Sosial

Konsep Modal Sosial dalam Theresia dkk (2014:35), dapat ditelusuri dari tulisan-tulisan Jacobs (1961), Pierre Bourdieu (1983), James S. Coleman (1988) dan Robert D. Putnam (1993). Menurut Coleman dalam Theresia dkk (2014:35) Modal sosial sebaga suatu unsur yang memiliki dua ciri, yaitu aspek struktur sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial itu.

Lebih lanjut, Bourdiou Narayan dan Cassidy dalam Theresia dkk (2014:36) mengartkan modal sosial sebagai totalitas sumber daya, aktual maupun virtual, yang berkembang pada individu maupun satu kelompok karena memiliki jaringan dalam periode tertentu atau hubungan yang informal yang saling membutuhkan. Sedangkan Cohen dan Prusak L dalam Theresia dkk (2014:36) mengartikan modal sosial sebagai setiap hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), kesaling pengertian (mutual under-standing), dan nilai-nilai bersama (shared value)


(4)

ayng mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif.

Senada dengan itu Hasbullah dalam Theresia dkk (2014:36) menjelaskan, modal sosial sebagai segala sesuatu al yang berkaitan dengan kerja sama dalam masyarakat atau bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma yang menjadi unsur-unsur utamanya seperti trust (rasa saling percaya), ketimbal-balikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya.

Selanjutnya Theresia dkk (2014:36) mengemukakan bahwa:

Modal sosial adala bentuk kebersamaan, kewajiban sosial, yang diinsttusionalkan dalam bentuk kehidupan bersama, peran, wewenang, tanggung jawab, sistem penghargaan dan keterikatan lainnya yang menghasilkan tindakan kolektif. Modal sosial juga didefinisikan sebagai kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum dalam sebuah masyarakat atau bagian-bagian tertentu dari masyarakat tersebut. Dari pengertian modal sosial itu, unsur-unsur modal sosial berupa hubungan sosial (tingkah laku kerjasama, kesetiaan, kearifan dan pengetahuan lokal), institusi sosial (perkumpulan, jaringan, dan kepemimpinan sosial) serta nilau atau norma yang efektif (toleransi, simpati, kepercayaan, kejujuran) yang dapat digunakan secara tepat dan melahirkan kontak sosial, tanggung jawab sosial, kemandirian, dan peranserta.

Dalam mata kuliah modal sosial pada Senins, 8 September 2014 oleh Drs. H. Chabib Soleh, MM, dijelaskan bahwa Modal Sosial adalah istilah yang menggambarkan adanya sistem sosial dalam masyarakat terdapat norma berbagai ragam kewajiban sosial, iklim sosial, hubungan sosial, saluran informasi dan sanksi sosial bagi anggota komunitas yang


(5)

melanggarnya. Selanjutnya beliau menerangkan Modal sosial menggambarkan tentang perkembangan norma-norma sosial yang mengatur berbagai ragam kewajiban sosial sehingga tercipta kondisi atau suasana yang memungkinkan terjadinya hubungan sosial, lancarnya saluran informasi dan sanksi bagi para pelanggarnya. Sumber modal sosial yaitu agama dan tradisi.

Modal sosial syarat yang harus dipenuhi bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi maupun pembangunan politik serta penciptaan stabilitas demokrasi. Modal sosial menjadi perekat dan pemersatu bagi setiap individu yang diwujudkan dalam bentuk norma, kepercayaan dan jaring kerja, sehingga terjadi kerjasama yang saling menguntungkan demi mencapai tujuan bersama. Modal sosial akan menimbulkan komitmen daru setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya, memberikan kewenangan bagi setiap orang yang dipilinya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap individu.

Berbagai permasalahan dan penyimpangan yang terjadi di beberapa negara maupun daera-daerah di Indonesia dikarenakan oleh rendahya kondisi modal sosial yang ada dalam masyarakat dan pemimpinnya. Lemahnya modal sosial akan mempengaruhi semangat kebersamaan, semangat gotong royong, dan toleransi yang ada pada masyarakat dan akan memicu kekerasan sosial, meningkatkan pengangguran dan kemiskinan, angka kriminalitas yang tinggi dan


(6)

menghambat upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.