BAB II KERANGKA KERJA LOGIS
BAB II
KERANGKA KERJA LOGIS
PEMBANGUNAN SANITASI KOTA
2.1. Umum
2.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Sanggau
Letak geografis Kabupaten Sanggau terletak pada koordinat 100” Lintang Utara 006’ Lintang Selatan dan 10908’ Bujur Timur 11103’ Bujur Barat. Adapun batasbatas wilayah Kabupaten Sanggau adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara dengan Malaysia Timur (Sarawak) Sebelah Selatan dengan Kabupaten Ketapang Sebelah Timur dengan Kabupaten Sekadau
Sebelah Barat dengan Kabupaten Landak dan Kabupaten Kubu Raya
Dilihat dari kondisi geografis, Kabupaten Sanggau mempunyai posisi strategis yaitu (a) terletak di tengahtengah Provinsi Kalimantan Barat; (b) terletak pada jalur lalulintas sektor timur menuju Kabupaten Sekadau, Melawi, Sintang dan Kapuas Hulu; (c) terletak pada jalur Sungai Kapuas, Sungai terpanjang di Indonesia; (d) terletak pada jalur Trans Kalimantan (Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur); (e) Terletak pada jalur TransBorneo (Sarawak dan Brunei Darussalam); (f) berbatasan langsung dengan negara bagian Sarawak Malaysia (Malaysia Timur); (g) memiliki PPLB Entikong sebagai pintu keluar/masuk barang dan manusia antar negara melalui jalur darat resmi pertama di Indonesia.
Berdasarkan jarak tempuh, letak masingmasing ibukota kecamatan menuju ibukota kabupaten memiliki jarak tempuh yang berbedabeda. Jarak tempuh terjauh adalah Ibukota kecamatan Noyan dengan panjang 158 Km. Sementara Ibukota kecamatan dengan jarak tempuh terdekat adalah Pusat Damai dan Kedukul dengan jarak tempuh + 25 Km.
Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan berawarawa yang dialiri oleh beberapa sungai di antaranya: Sungai Kapuas, Sungai Sekayam, Sungai Mengkiang dan Sungai Tayan. Sungai Kapuas merupakan sungai terpanjang di Kalbar yang mengalir dari Kabupaten Kapuas Hulu melalui Kabupaten Sintang, Kabupaten Sanggau dan bermuara di Kabupaten Pontianak. Sedangkan sungaisungai kecil lainnya merupakan cabang dari sungai Kapuas yang berhubungan satu dengan lainnya.
(2)
Berdasarkan Undangundang RI Nomor 34 tahun 2003 tangal 18 desember 2003 tentang pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat, wilayah kabupaten Sanggau setelah pemekaran adalah 15 kecamatan yang terdiri 163 desa dengan 760 dusun dan 6 kelurahan.
(3)
Tabel 2.1.
Luas Daerah Setiap Kecamatan di Kabupaten Sanggau
NAMA KECAMATAN LUAS (KM2) PRESENTASE TERHADAPLUAS KABUPATEN (%)
1. Toba 1.127,20 6,16
2. Meliau 1.495,70 8,17
3. Kapuas 568,60 3,11
4. Mukok 501,00 2,74
5. Jangkang 1.589,20 8,68
6. Bonti 1.121,80 6,13
7. Parindu 593,90 3,25
8. Tayan Hilir 1.050,50 5,74
9. Balai 395,60 2,16
10. Tayan Hulu 719,20 3,93
11. Kembayan 610,80 3,34
12. Beduwai 435,00 2,38
13. Noyan 487,90 2,67
14. Sekayam 841,01 4,60
15. Entikong 506,89 2,77
Jumlah 12.857,70 100,00
Sumber: Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2012
Kabupaten Sanggau terdiri dari 15 Kecamatan dengan luas wilayah 12.857.7 Km2 atau 8.76% dari luas wilayah Kalimantan Barat. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Jangkang (1589.2 Km) dan terkecil adalah Kecamatan Balai (395.6 Km2) dari wilayah kabupaten.
2.1.2. Jenis Tanah
Tofografi berhubungan erat dengan kondisi fisik lahan serta relief setempat. Seperti telah diketahui bahwa wilayah Kabupaten Sanggau sebagian besar merupakan tanah Podsolik Merah Kuning (576.910 ha) sedangkan yang terkecil adalah tanah Latosol (19.375 ha). Berikut uraian jenis tanah dengan luas arealnya. a. Tanah Organosol bersamaan dengan Glei humus, berjumlah 71.250 ha, yaitu di
Kecamatan Toba dan Tayan Hilir.
b. Tanah Podsol terdapat di Kecamatan Toba, Meliau dan Tayan Hilir berjumlah 46.875 ha.
c. Tanah Podsolik merah kuning batuan endapan hampir terdapat di seluruh Kabupaten Sanggau terkecuali di Kecamatan Entikong berjumlah 576.910 ha.
(4)
d. Tanah Podsolik merah kuning latosol dan litosol, berada di Kecamatan Noyan dan Sekayam seluas 36.915 ha
e. Tanah Podsolik merah kuning batuan beku dan endapan hampir seluruhnya ditemui di hampir di semuaKecamatan, yaitu seluas 536.455 ha.
f. Tanah Latosol terdapat di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Toba dan Kecamatan Meliau dengan jumlah 19.375 ha.
2.1.3. Iklim dan Curah Hujan
Pada umumnya iklim di daerah Kabupaten Sanggau adalah beriklim tropis basah (subtropis) mengingat daerah ini dilalui oleh garis khatulistiwa. Sehubungan dengan itu, maka dikenal adanya dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Biasanya di antara kedua musim tersebut terdapat musim pancaroba yaitu terjadinya perubahan cuaca, suhu udara, tingkat kelembaban udara, panjang sinar matahari serta arus angin. Hal ini terjadi sebagai akibat di musim panas seringkali terjadi turun hujan, sementara pada musim hujan juga dijumpai teriknya matahari.
Tingkat curah hujan di Kabupaten Sanggau berdasarkan stasiun pengukur hujan, bahwa hari hujan di wilayah ini setiap tahun mengalami perubahan, tahun 2010 hari hujan 72 hari pertahun, sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 50 hari hujan pertahun ratarata 876 mm dengan suhu udara berkisar sekitar 30 derajat celcius atau sedang. Berdasarkan kedua data tersebut terlihat adanya perbedaan yang cukup mencolok, namun demikian perubahan cuaca yang terjadi dan merupakan gejala alam sejogyanya agak sulit untuk diprediksi sebelumnya. Pada bulanbulan Juni sampai dengan Agustus merupakan bulanbulan kering karena curah hujan tergolong sangat rendah. Sebaliknya, pada bulanbulan September sampai dengan bulanbulan Pebruari dapat digolongkan ke dalam musim hujan dan pada saat inilah para petani mulai menggarap lahan pertanian mereka, khususnya pertanian padi.
Tabel 2.2.
Komposisi Curah Hujan Rata Rata Kabupaten Sanggau Tahun 2010
- 2011
Bulan 2010 2011
Curah
Hujan (mm) Hari Hujan(hari) Curah Hujan(mm) Hari Hujan(hari)
Januari 871 82 1.224,3 55
Pebruari 537 67 561,5 44
Maret 650 76 1.035,5 69
April 1.170 91 1.153,2 72
Mei 1.391 91 860,1 43
Juni 1.298 60 683,2 40
(5)
Agustus 1.087 57 254,1 25
September 1.875 93 627,8 33
Oktober 1.693 94 1.305,1 65
Nopember 2.538 100 1.710,0 75
Desember 504,3 32
RataRata 1.189 72 876,71 50
Sumber : Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2011 2012
2.1.4. Geohidrologis
Air bawah tanah di kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau umumnya adalah air bawah tanah susupan (Influent) pada dataran alluvial. Air bawah tanah susupan adalah air bawah tanah yang terdapat pada lapisan yang mengendap pada dataran banjir ditepi sungai. Air bawah tanah susupan selain mendapatkan pengimbuhan (recharge) dari air hujan yang jatuh pada DASnya juga mendapatkan penambahan dari peresan (penyusupan) air sungai. Air bawah tanah susupan permukaannya dangkal sehingga dapat diperoleh dengan cara membuat sumur gali. Permukaan airnya dapat turun pada musim kemarau saat sungai berada pada periode kurang air.
Kelestarian air bawah tanah susupan pada dataran alluvial sangat dipengaruhi oleh kelestarian sungai karena keterkaitan yang erat antara keduanya. Selain dapat saling mempengaruhi dalam hal kuantitas, keduanya juga saling mempengaruhi dalam hal kualitas. Zatzat pencemar dapat berpindah dari sungai ke air bawah tanah atau sebaliknya mengikuti aliran air. Oleh karena itu penurunan kualitas air sungai juga akan menyebabkan penurunan kualitas air bawah tanah dan sebaliknya.
Potensi air tanah dikabupaten Sanggau khususnya dikecamatan Kapuas sebagian kecil telah dimanfaatkan oleh masyarakat namun pemanfaatan secara maksimal belum dilakukan. Hal ini dikarenakan belum terungkapnya jumlah cadangan air bawah tanah yang terdapat di dalam suatu cekungan air tanah.
2.1.5. Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil registrasi penduduk Kabupaten Sanggau tahun 2011 berjumlah 415.955 Jiwa, dengan rincian; penduduk laki – laki sebanyak 215.742 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 200.213 jiwa menyebar di 15 Kecamatan, apabila kita bandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Sanggau
(6)
(12.857,70 Km2) maka kepadatan penduduk adalah 32 jiwa / Km2 yang penyebarannya tidak merata antara kecamatan yang satu dengan yang lainnya.
Pertumbuhan penduduk tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan penduduk tahun 2010 yaitu sebesar 1,83 %. Perbandingan penduduk lakilaki terhadap perempuan (Sex Ratio) sebesar 108, ini berarti bahwa setiap 108 jiwa lakilaki terdapat 100 jiwa perempuan.
Kecamatan Kapuas (Ibu Kota Kabupaten) merupakan kecamatan yang terpadat penduduknya dibandingkan dengan kecamatan lainnya dalam wilayah Kabupaten Sanggau lain, yaitu sebanyak 80.109 jiwa sedangkan kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya adalah kecamatan Noyan dengan jumlah penduduk sebanyak 9.968 jiwa.
Berikut adalah data penduduk Kabupaten Sanggau tahun 2011:
Tabel 2.3
Data Penduduk Kabupaten Sanggau Tahun 2011
No Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah JenisRatio
Kelamin Laki – Laki Perempuan
1. Kapuas 40.280 39.829 80.109 101
2. Mukok 9.504 8.983 18.487 106
3. Parindu 17.245 16.144 33.389 107
4. Bonti 10.752 9.875 20.627 109
5. Meliau 24.553 22.161 46.714 111
6. Tayan Hilir 16.024 14.630 30.654 110
7. Tayan Hulu 16.628 15.273 31.901 109
8. Balai 11.749 10.752 22.501 109
9. Toba 6.381 5.700 12.081 112
10. Sekayam 15.928 14.436 30.364 110
11. Entikong 7.971 7.108 15.079 112
12. Beduwai 5.604 5.239 10.843 107
13. Kembayan 13.488 12.697 26.185 106
14. Jangkang 14.342 12.711 27.053 113
15. Noyan 5.293 4.675 4.675 113
Jumlah 215.742 200.213 415.955 108
Sumber Data : Kabupaten Sanggau Dalam Angka, 2012.
Secara garis besar penduduk dalam hubungan dengan kegiatan ekonomi dapat digolongkan dua macam, yaitu :
Usia kurang dari sepuluh tahun. Usia sepuluh tahun keatas.
(7)
Penduduk yang berusia sepuluh tahun keatas dianggap sebagai tenaga kerja potensial yang merupakan sumber tenaga kerja produktif yang dimanfaatkan disemua sektor ekonomi untuk menggerakkan sumbersumber produksi yang ada dalam menghasilkan barang dan jasa. Penduduk usia sepuluh tahun keatas dibedakan atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan.
Bukan angkatan kerja adalah penduduk yang kegiatannya mengurus rumah tangga,sekolah dan lainnya.
Pada tahun 2011 penduduk menurut mata pencaharian atau penduduk menurut lapangan usaha utama (penduduk usia 10 tahun keatas) di Kabupaten Sanggau berjumlah 211.152 jiwa dengan rincian mata pencaharian / lapangan usaha sebagai berikut :
Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.4
Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Kabupaten Sanggau Tahun 2011
No Mata Pencaharian / Lapangan Usaha Jumlah (Jiwa) prosentase
1. Pertanian 163.882 77,61
2. Industri 6.610 3,13
3. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
15.778 7,47
4. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 11.691 5,54
5. Lainnya 13.191 6,25
Jumlah 211.152 100,00
Sumber Data : BPS Sanggau, 2012
Dari data diatas, jelas bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Sanggau usia 10 tahun keatas mempunyai mata pencaharian / lapangan usaha pada sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan 77,61 % dari jumlah penduduk usia 15 tahun keatas.
(8)
2.1.6. Pendidikan
Seperti yang diamanatkan dalam UndangUndang Dasar 1945, Pembangunan Nasional di bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha pemerintah untuk menunjang maksud tersebut adalah menyediakan berbagai sarana maupun prasarana fisik yang memadai seperti pengadaan gedung sekolah dan tenaga pengajar (guru).
Sejak rezim Orde Baru, di Kabupaten Sanggau telah dilakukan berbagai kebijaksanaan dalam rangka memajukan pendidikan. Namun demikian, jumlah penduduk yang belum menikmati pendidikan formal dibanding penduduk yang melanjutkan pendidikan masih sangat besar.
Upaya pemerintah Kabupaten Sanggau dan swasta dalam meningkatkan pendidikan penduduk sebenarnya sudah cukup, yaitu dengan menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan. Menurut Data Bappeda Kabupaten Sanggau bahwa pada tahun ajaran 2011 di Kabupaten Sanggau sarana pendidikan seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.5
Komposisi Sarana Pendidikan di Kabupaten Sanggau Tahun 2011
Tingkat Pendidikan
Sarana (Unit) Guru (Orang) Murid (orang)
Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah TK/RA 4 49 53 23 170 193 163 2.320 2.483
SD/MI 474 14 488 2.367 1.288 3.655 58.197 4.084 62.281
SMP/MTs 86 39 125 548 766 1.314 12.837 4.238 17.075
SMU/MA 16 12 28 184 258 442 6.779 3.003 9.782
SMK 5 10 15 49 200 249 1.117 2.057 3.174
(9)
Pada tabel diatas terlihat bahwa jumlah guru untuk sekolah swasta cukup banyak, selain guru SD bahkan melebihi jumlah guru negeri, hal ini dikarenakan disamping guru tersebut mengajar di sekolah negeri, juga mengajar di sekolah swasta.
2.1.7. Kesehatan
Visi Bidang Kesehatan pada hakekatnya, setiap pembangunan harus berorientasi pada 3 pilar utama, yaitu Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat, dan Pelayanan yang terjangkau.
Perilaku masyarakat Indonesia Sehat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Dalam Indonesia Sehat, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilainilai budaya bangsa. Indonesia Sehat hanya dapat dicapai melalui pendekatan kerjasama lintas sektor dan mengikut sertakan masyarakat.
Misi Pembangunan Bidang Kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. 2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat.
(10)
Masalah kesehatan saat ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
1. Derajat Kesehatan
Kecendrungan beberapa penyakit menular meningkat seperti malaria, demam berdarah dan HIV/AIDS, selain itu penyakit degeneratif, penyakit tidak menular dan kecelakaan lalu lintas juga cendrung meningkat. Hal ini merupakan masalah yang akan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat dan memerlukan langkah langkah penanganan yang optimal.
2. Kerjasama Lintas Sektoral
Isu utamanya adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kerjasama lintas sektoral yang lebih efektif, karena masalah kesehatan tidak terlepas dari berbagai kebijakan sektor lain. Untuk itu diperlukan pendekatan lintas sektor yang sangat baik, agar sektor terkait dapat selalu memperhitungkan dampak programnya terhadap kesehatan masyarakat.
3. Kebijakan Pembangunan Kesehatan
Walaupun pembangunan kesehatan menitik beratkan pada upaya pencegahan akan tetapi persepsi masyarakat cendrung masih tetap berorientasi pada upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat untuk dapat menciptakan pola hidup sehat (Paradigma Sehat) sulit dicapai karena tidak ditunjang oleh faktor sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat.
Selama ini pengambilan keputusan kebijakan pembangunan kesehatan dinilai sangat sentralistik yang berdampak berupa ketidak sesuaian sebagian program dengan kebutuhan dan tuntutan daerah atau lokal. Akibatnya pembangunan kesehatan yang diselenggarakan selama ini dinilai belum sepenuhnya efektif dan efisien.
4. Sistem Pembiayaan Pembangunan Kesehatan
Pola pembiayaan yang berlangsung selama ini tidak berorientasi kepada kebutuhan masyarakat dan tidak secara langsung diarahkan untuk mensubsidi masyarakat miskin. Subsidi Pemerintah ratarata hanya sekitar 2,5 % dari Produk Domestik Bruto, yang masih sangat jauh dari standart minimal yang dianjurkan oleh
(11)
WHO yaitu sebesar 5 %. Subsidi yang diberikan Pemerintah tersebut hanya merupakan 30 % dari total biaya kesehatan, sedangkan 70 % nya masih ditanggung oleh masyarakat dan didominasi oleh system pembayaran tunai.
5. Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan yang baik dan sesuai dengan standart yang berlaku sulit diperoleh, terutama bagi masyarakat miskin, masyarakat yang berada didaerah terpencil. Lebih daripada itu para penyelenggara pembangunan kesehatan masih belum sepenuhnya menerapkan etika dan moral yang tinggi. Sehingga dampak daripada itu, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia belum sepenuhnya dilaksanakan secara profesional.
6. Mutu Sarana Kesehatan
Masih jauh dari kondisi yang diharapkan atau dibawah standart. Iklim yang kondusif bagi peningkatan peran serta swasta baik dari dalam negri maupun luar negri dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan belum tercipta secara optimal.
7. Tenaga Kesehatan
Adalah yang menyangkut penyebaran yang belum merata, mutu pendidikan yang belum memadai, komposisi tenaga kesehatan yang timpang karena masih sangat didominasi oleh tenaga medis serta kinerja dan produktivitas yang rendah.
8. Perbekalan Kesehatan
Sebagian besar bahan baku obat dan peralatan kesehatan yang berteknologi maju masih tergantung dari import yang menyebabkan harganya meningkat karena depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
Sasaran pembangunan dibidang kesehatan, berfokus pada: 1. Kerjasama Lintas Sektoral.
2. Kemandirian masyarakat dan Kemitraan Swasta 3. Perilaku Hidup Sehat
4. Lingkungan Sehat 5. Upaya Kesehatan
6. Manajemen Pembangunan Kesehatan 7. Derajat Kesehatan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau (2011), terdapat sarana dan prasarana kesehatan antara lain: 2 unit rumah sakit, 18
(12)
unit Puskesmas, 88 unit Puskesmas Pembantu dan 156 unit Poliklinik,1 unit Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) yang tersebar di 15 Kecamatan. Khususnya untuk prasarana rumah sakit terletak di Kecamatan Kapuas dan Tayan Hulu. Rumah Sakit merupakan salah satu prasarana kesehatan yang sangat penting sekali yang harus dimiliki oleh suatu daerah sebagai pusat kesehatan bagi masyarakat.
Tabel 2.6
Prasarana Kesehatan di Kabupaten Sanggau Tahun 2011
No. Jenis Sarana Kesehatan Jumlah Keterangan
1. Rumah Sakit 2
2. Puskesmas 18
3. Puskesmas Pembantu (Pustu) 86
4. Rumah bersalin 1
5. Klinik/Balai pengobatan 7
6. Toko obat Berijin 39
7. Praktek Dokter Perorangan 17
8. Gudang Parmasi 1
9. Pos Kesehatan Desa 156
10. Pos Pelayanan Terpadu 490
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Sanggau Tahun 2011
Upaya pencapaian tujuan pembangunan bidang kesehatan perlu dilakukan evaluasi mengenai jumlah tenaga kesehatan yang diperlukan. Di Kabupaten Sanggau jumlah tenaga kesehatan yang tersedia yang tergabung pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 2.7
Banyaknya Tenaga Dinas Kesehatan Menurut Unit Kerja Tahun 2011
No. Tenaga kesehatan Jumlah (orang)
1. Dokter Umum 29
(13)
3. Dokter Spesialis: 8
4. Perawat Umum 317
5. Perawat Gigi 27
6. Bidan 237
7. Kefarmasian 36
8. Tenaga Gizi 26
9. Tenaga Kesehatan Masyarakat 25
10. Tenaga Sanitasi 29
11. Tenaga Teknisi Medis 19
12. Fisioterapis 3
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Sanggau Tahun 2011
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Kabupaten Sanggau, maka kondisi kesehatan penduduk telah mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pemberian imunisasi kepada ibu hamil maupun anakanak. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Sanggau 2011, selama tahun 2011 pelaksanaan imunisasi di Kabupaten Sanggau menurut jenisnya sebagai berikut :
a. Kunjungan pemeriksan kesehatan ibu hamil (bumil) yang mencapai 4 kali selama kehamilan (K4 Bumil) mencapai 8.846 Bumil atau 86,2% dari total Bumil sebanyak 10.265 orang.
b. Dari 10.265 bumil yang diimunisasi TT1sebanyak 6.930 bumil (67,51 %), mendapatkan TT2+ sebanyak 6.179 bumil (60,19 %).
c. Salah satu program untuk pelayanan kesehatan ibu hamil adalah memberikan tablet Fe (suplemen zat besi), dari 10.265 bumil yang mendapat Fe1 (30 tablet) sebanyak 9.766 bumil (95,14%) dan yang mendapat Fe3 (90 tablet) sebanyak 8.727 bumil (85,02%).
Tabel 2.8
10 Penyakit Terbanyak Kabupaten Sanggau Tahun 2011
No Nama Penyakit Jumlah Presentase
(14)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Infeksi Akut Lain pada Saluran Pernapasan Bagian Atas Penyakit pada Sistem Otot & Jaringan Pengikat Diare Penyakit Tekanan Darah Tinggi Infeksi Lain pada saluran Pernapasan Bagian Atas Malaria Klinis Infeksi Penyakit Usus yang Lain Penyakit Kulit Infeksi Tonsilitis Penyakit Pulpa & Jaringan Periapoikal 19.580 11.739 8.656 8.528 8.433 7.057 6.032 5.362 3.574 3.056 14,77 8.85 6,53 6,43 6,36 5,32 4,55 4,04 2,70 2,30 Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Sanggau Tahun 2011. Dari tabel 2.8 penyakit terbanyak diatas, terlihat masih didominir oleh penyakit penyakit yang bersifat infeksi. 2.2. Sub Sektor Air Limbah
Penanganan masalah air limbah domestik dan limbah padat (Sampah) di Kabupaten Sanggau saat ini masih bersifat sederhana dan cenderung hanya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten semata. Masyarakat baik secara individu maupun kelompok, serta swasta masih dirasakan kurang menunjukkan peran dan keterlibatannya dalam penanganan masalah subsektor ini.. Institusi yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten adalah SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah ). (1) Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum; (2) Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan; dan (3) Badan Lingkungan Hidup Kebersihan Pertamanan dan Kebakaran. Sedangkan Pelayanan yang terkait dengan penanganan air limbah di Kabupaten Sanggau terbatas di beberapa pemukiman, pasar dan Lokasi wisata. Adapun Jenis air limbah yang banyak terdapat di Kabupaten Sanggau adalah jenis limbah domestik yang merupakan air bekas yang tidak dipergunakan lagi dan mengandung kotoran manusia (tinja) atau dari aktivitas dapur, kamar mandi dan cuci. Sedangkan kuantitas dari air limbah tersebut berkisar antara 7080% dari rata rata pemakaian air bersih di Kota Sanggau. Kecamatan umumnya setiap rumah telah memiliki WC yang merupakan satu kesatuan dengan rumah. Namun bagi masyarakat yang tinggal di tepi sungai umumnya setiap rumah memiliki jamban yang berada di tepi sungai. Di Kabupaten Sanggau seperti halnya di daerah lain di Kalimantan Barat belum adanya sistem
(15)
pembuangan air limbah dengan sistem terpusat (off site), yaitu sistem dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam saluran riol pengumpul, kemudian dialirkan ke dalam riol kota menuju ke tempat pembuangannya yang aman, baik dengan Bangunan Pengolahan Air Buangan (BPAB), dan/atau dengan pengenceran tertentu (intercepting sewer), memenuhi standar mutu, dapat dibuang ke badan air penerima.
Adapun sistem pengolahan air limbah domestik yang telah dilakukan di Kab. Sanggau meliputi:
1. Sistem Individual (tangki septic/cubluk), yang dapat dibagi menjadi 2, yaitu : Air limbah dari WC (black water) dan air limbah bekas cucian, mandi, dsb (grey water) disalurkan ke dalam tangki septik yang dilengkapi dengan peresapan.
Air limbah dari WC (black water) disalurkan ke dalam tangki septik (yang seharusnya dilengkapi dengan peresapan) sedangkan air limbah bekas cucian, mandi, dsb (grey water) langsung dibuang ke badan air/lingkungan atau saluran drainase.
2. Sistem Komunal (IPAL Komunal)
Sistem ini diaplikasikan dalam bentuk program SANIMAS (Sanitasi Masyarakat). Di mana untuk Kabupaten Sanggau pelaksanaan dari program ini sampai saat ini baru dimulai. Tangki septic menurut standar yang ada, tangki septic harus kedap air. Dalam kenyataannya tangki septic yang dimiliki penduduk seringkali tidak sesuai dengan standar tersebut.
Gambar 2.1
Kondisi eksisting pembuangan air limbah dari WC (black water)
(16)
Peran serta masyarakat dan jender dalam penanganan Limbah cair, belum secara optimal terbentuk.
Permasalahan air limbah yang dihadapi Kabupaten Sanggau, yaitu:
1. Belum ada perda yang mengatur tentang pengolahan air limbah rumah tangga atau domestik.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengolahan air limbah domesitik atau rumah tangga, sehingga masih banyak masyarakat yang membuang grey water langsung ke saluran drainase tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu.
3. Lumpur tinja yang dibuang ke alam tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu dan belum stabil kandungannya akan dapat menyebabkan masalah berupa penyakit, bau, dan mengundang lalat.
4. Pengelolaan limbah yang dihasilkan dari industri rumah tangga belum dilakukan sehingga menyebabkan pencemaran air, pencemaran udara, yakni timbul bau tidak sedap dan turunnya kualitas lingkungan.
5. Demikian juga limbah Potong Hewan belum dikelola secara baik, mengingat Kabupaten Sanggau belum memilki Rumah Potong Hewan (RPH), akibatnya terjadi pencemaran air sungai disekitar .
Hasil studi EHRA menunjukkan bahwa saat ini masyarakat Kabupaten Sanggau pada umumnya belum melakukan upaya pengelolaan air limbah domestik yang berasal dari air mandi dan cucian (grey water). Air limbah pada umumnya masih banyak yang dibuang ke badan sungai, atau dibuang sembarangan. Sedangkan untuk pengelolaan limbah tinja, rumah tangga yang menggunakan tangki septik sebagai wadah penampungan limbah tinja.
Data Buku Putih Kabupaten Sanggau 2012 telah mendeskripsikan bahwa kondisi ini terjadi karena masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola limbah domestik, serta masih terbatasnya kemampuan masyarakat untuk mengakses fasilitas pembuangan air limbah domestik. Upaya masyarakat di tingkat kelompok dalam fungsi pengelolaan air limbah domestik saat ini juga telah mulai muncul. Hingga saat ini Pemerintah Kabupaten Sanggau belum menerbitkan kebijakan yang terkait dengan penanganan air limbah domestik,
Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang perlu ditetapkan terkait dalam penanganan air limbah di Kabupaten Sanggau adalah :
(17)
Peningkatan kinerja kelembagaan yang menangani air limbah
Optimalisasi peran serta masyarakat dalam mengelola sub sektor air limbah yang memenuhi standar teknis dan kesehatan
Mengembangkan perencanaan pengolahan air limbah yang berwawasan lingkungan
Kajian mendalam dan optimalisasi opsi sanitasi khususnya penanganan air limbah yang sesuai dengan kondisi topografi dan hidrologi
2.3. Sub Sektor Persampahan
Sistem pengelolaan persampahan yang ada saat ini di Kabupaten Sanggau adalah menggunakan dua pola. Pola yang pertama adalah individual, yaitu penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau cara lain yang masih dibenarkan. Masyarakat umumnya mengolah sampahnya sendiri dengan cara dibakar. Umumnya pola ini diterapkan hampir di seluruh wilayah Kabupaten Sanggau. Pola ini masih memungkinkan untuk diterapkan di Kabupaten Sanggau hingga saat ini mengingat pemukiman yang ada seperti pedesaan memiliki kepadatan penduduk yang masih sangat rendah. Secara alami tanah/ alam masih dapat mengatasi pembuangan sampah yang dilakukan secara sederhana tersebut. Walaupun pengomposan merupakan bagian dari pola ini, namun cara ini belum umum dilakukan masyarakat di Kabupaten Sanggau.
Makin padat padat penduduk suatu pemukiman atau kota dengan segala aktivitasnya, sampah tidak dapat lagi diselesaikan di tempat; sampah harus di bawa keluar dari lingkungan hunian atau lingkungan lainnya. Oleh karena itu, di daerah daerah dimana terdapat fasilitas umum seperti perkantoran, sekolah, rumah sakit, apotik, taman, jalan, saluran/sungai; daerah komersial seperti toko (perniagaan), hiburan, hotel, rumah makan, dan pasar tradisional, baik di Kota Sanggau maupun di kotakota kecamatan digunakan pola yang kedua, yaitu komunal. Yaitu pola, dimana pengelolaan sampah dari beberapa sumber dilakukan pada satu titik pengumpulan langsung oleh penghasil sampah, untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan.
Untuk Kota Sanggau dan sebagian ibu kota kecamatan pengelolaan ini dikoordinir oleh Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran. Sebelumnya lembaga pengelola adalah Dinas Kimpraswil Kabupaten Sanggau Subdin Kebersihan.
(18)
Dari jumlah 15 (lima belas) kecamatan di Kabupaten Sanggau, baru terlayani 9 (sembilan) kecamatan mendapat pelayanan persampahan atau pengelolaan secara komunal.
Kota Sanggau yang terdiri dari satu kecamatan dan enam kelurahan memiliki area pelayanan 310 km2. Dengan luas areal pelayanan tersebut harus dilayani oleh personil lapangan yang terdiri dari tenaga PNS dan umumnya tenaga honorer. Sedangkan personil lapangan yang ada di kecamatankecamatan hampir seluruhnya merupakan tenaga honorer.
Timbulan sampah Kabupaten Sanggau tahun 2011 dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.9
Timbulan Sampah Kabupaten Sanggau per Kecamatan Tahun 2011
No Kecamatan
Timbulan Sampah (m3/hari)
Volume yang terangkut (m3/hari)
Prosentase yang tertanggulangi (%)
1. Kapuas 50 4 92%
2. Tayan Hilir Tidak ada data
3. Tayan Hulu 16 12 25%
4. Balai 8 5 38%
5. Kembayan 6 3 50%
6. Sekayam 12 6 50%
7. Entikong 12 6 50%
8. Parindu 10 4 60%
9. Meliau 8 4 50%
Jumlah 122 44 64%
(19)
Dari data diatas terlihat hanya 64 % saja timbulan sampah yang dapat tertanggulangi, selain besarnya timbulan sampah, faktor lain yang tidak bisa dikesampingkan dan perlu mendapat perhatian adalah Tempat Pembuangan, baik sementara (TPS) maupun akhir (TPA).
TPA di Kota Sanggau yaitu TPA Sungai Kosak dengan luas 2,5 Ha, dengan metode pengelolaan adalah open dumping tanpa pengelolaan rutin di TPA, karena tidak memiliki alat berat. TPA ini juga belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan. Sehingga upaya pemantauan lingkungan belum pernah dilakukan.
Berdasarkan data yang ada pada Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pemadam Kebakaran (BLHKPK) Kabupaten Sanggau, tercatat 308 TPS yang tersebar di seluruh ibu kota kecamatan. TPSTPS tersebut seluruhnya dalam kondisi yang baik, terbuat dari konstruksi batako 78 buah.
a. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan yang Ada (Aspek Teknis)
Sistem pengelolaan persampahan yang ada saat ini yang dilaksanakan oleh masyarakat adalah dengan cara dibakar. Dimana sumber sampahnya dari aktifitas seharihari.
Dampak negatif yang terjadi dari pengelolaan sampah yang dilakukan masyarakat adalah kurang sempurna dalam pengelolaan sehingga masih sering terjadi bau yang kurang enak sehingga mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Karena peningkatan laju timbulan sampah khususnya di perkotaan yang tidak diikuti dengan ketersediaan prasarana dan sarana persampahan yang memadai, berdampak pada pencemaran lingkungan yang selalu meningkat dari tahun ke tahun, tidak terkecuali di Kabupaten Sanggau. Dengan selalu mengandalkan pola kumpul – angkut – buang, maka beban pencemaran akan selalu menumpuk di lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Untuk Kota Sanggau, TPA yang ada sekarang terdapat di Dusun Sungai Kosak Kecamatan Kapuas. Sedangkan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) tersebar di 68 lokasi dengan kondisi yang relatif masih baik. Berikut ini adalah data TPS dalam Kota Sanggau dan Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten Sanggau.
(20)
Instansi yang terkait dengan pengelolaan Persampahan di Kabupaten Sanggau adalah:
a. Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum
b. Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan c. Badan Lingkungan Hidup Kebersihan Pertamanan Kebakaran
d. SKPD Kecamatan
b. Cakupan Layanan
Cakupan pelayanan adalah meliputi masingmasing kecamatan dengan jumlah timbulan produksi sampah terbesar adalah pada kecamatan kapuas yakni 122 M3 dengan volume yang terangkut 78 M3/hari (64%).
Dalam penanggulangan persampahan armada yang digunakan serta tempat pembuangan sampah sementara dan akhir adalah sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.10
Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah di Kabupaten Sanggau
No Wil Pelayanan
Armada Angkutan TPS TPA
Mobil Tosa Grbk Btko Lain2 Luas Jrk
tempuh StatusTanah 1 Kec. Kapuas 8 bh 3 bh 50 bh 150 bh 19.974 M2 4 Km Pemda
2 Kec. Parindu 1 bh 1 bh 2 bh 179.394 M2 5 Km Pemda
3 Kec. Meliau 1 bh 1 bh 4 bh 30.000 M2 3 Km Pemda
4 Kec.Tyn Hulu 1 bh 18 bh 10 bh 2.500 M2 3 Km Milik Masy
5 Kec.Tyn Hilir 1 bh 30.000 M2 2,5 Km Pemda
6 Kec.Kembayan 1 bh 10 bh 2.300 M2 3 Km Milik Masy
7 Kec.Sekayam 1 bh 10.000 M2 2 Km Pemda
8 Kec.Entikong 1 bh 1 bh 1 bh 2 bh 60 bh 10.000 M2 6 Km Pemda
9 Kec.Balai 1 bh
10 Kec.Beduai 1 bh
11 Kec.Bonti 1 bh
12 Kec.Toba 1 bh
13 Kec.Mukok 1 bh
14 Kec.Jangkang 1 bh
15 Kec.Noyan
Jumlah 14 8 5 78 230 284168
(21)
c. Permasalahan
Pengelolaan sampah di Kabupaten Sanggau masih dirasakan belum maksimal karena adanya hambatan yang perlu dicari pemecahan masalahnya. Hambatan hambatan teknis yang mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah anatara lain : 1. Sarana angkutan sampah belum seimbang dengan timbulan sampah
2. Sarana dan prasarana yang ada umumnya sudah berusia tua, sehingga membutuhkan perawatan dengan biaya ekstra, kondisi ini mempengaruhi efisiensi kerja.
3. Belum tersedia alat berat ( eksavator ) yang sesuai untuk menggusur sampah di TPA
4. TPA yang ada masih sistem open dumping, dengan permasalahan :
- Belum ada landasan pembuangan yang representatif
- Belum ada jalan kerja, dan akses jalan masuk untuk pembuanagan
- Belum ada drainase, lapisan kedap air,pengolahan air lindi, pengamanan gas beracun
- Belum ada pemagaran lokasi, sehingga mengganggu jalan umum
5. Keberadaan TPA di tepi jalan umum sering menimbulkan permasalahan sosial 6. Sebagaian besar TPA di beberapa Kecamatan belum disediakan infrastruktur yang
memadai
7. Sumber Daya Manusia merupakan faktor paling penting dalam pengelolaan sampah. Kondisi saat ini SDM yang ada baik secara kualitas maupun kuantitas belum seimbang dengan beban kerja yang harus ditangani
Selain faktorfaktor hambatan diatas, rendahanya kesdaran masyarakat Kabupaten Sanggau terhadap kebersihan lingkungan juga merupakan faktor pengahambat dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Sanggau
2.4. Sub Sektor Drainase
Sistem drainase perkotaan serta prasarana dan sarana yang ada di Kabupaten Sanggau belum dikelola secara maksimal, mengingat pembangunan sarana dan prasarana drainase masih setempatsetempat, terpisah dan belum terintegrasi. Prasarana dan sarana drainase yang ada saat ini sebagian besar masih dari tanah sehingga hal ini membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun.
Kegunaan drainase di Kabupaten Sanggau, secara umum adalah sebagai berikut: 1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air;
2. Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan; 3. Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunanbangunan; 4. Pemeliharaan kualitas air.
(22)
Seperti halnya di daerah lain di Indonesia, drainase di Kota Sanggau dan kota kota kecamatan di Kabupaten Sanggau, sistem drainase yang ada tidak hanya menerima limpasan air hujan saja, juga ada yang bersumber dari buangan air limbah (air limbah domestik yang umumnya buangan air cucian domestik, bahkan ada yang dari air kotoran dan air buangan bengkel/industri). Namun debit aliran air limbah yang dimasukkan ke dalam saluran drainase ini relatif sangat kecil jika dibanding dengan debit puncak limpasan air hujannya. Namun, pada musim kemarau, jika ada campuran air limbah, pada setiap awalan saluran, terjadilah aliran kecil setiap hari yang berwarna coklat sampai hitam, bau busuk H2S dan bau menyengat hidung NH4
yang sering terjadi. Dengan kondisi seperti ini nyamuk dapat berkembang biak dengan cepat baik jenis malaria atau jenis egepty. Anakanak kecil yang kurang pengawasan suka bermain dalam air kotor ini. Saluran drainase yang ada belum memiliki penampang aliran khusus untuk musim kemarau atau dengan kata lain drainase campuran harus dibuat saluran berpenampang melintang ganda, yaitu penampang aliran musim kering dan aliran musim basah. Selain itu hal yang memberatkan lagi dalam pemeliharaan sistem pengelolaan drainase di lokasi studi adalah terjadinya eutropi, yaitu tetumbuhan liar dalam saluran terbuka yang tumbuh cepat dan lebat.
Sistem jaringan drainase di dalam wilayah studi dibagi atas 2 bagian yaitu: drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor drainage). Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat, kriteria dan peruntukannya.
Sistem drainase mayor, sistem drainase utama atau drainase makro (major drainage) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Di Kabupaten Sanggau, Sungai Kapuas, Sungai Tayan, Sungai Sekayam, dan sungaisungai besar lainnya menjalankan fungsi ini. Sistem drainase minor/mikro adalah sistem saluran dan buangan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar di dalam wilayah kota.
Prasarana drainase harus dibuat optimum, agar setiap tahapan pembangunan yang hampir selalu memperbesar debit limpasan itu, tidak akan memperbesar lagi saluran drainasenya, atau jika salurannya belum dapat dibuat optimum, berhubung dana yang tersedia, maka lebar lahan cadangan dengan lebar optimum plus lahan untuk jalur pemeliharaan harus sudah tersedia. Perencanaan kotakota/kawasan
(23)
kawasan baru seperti Kawasan Niaga Terpadu Entikong, Kawasan Industri Tayan telah merekomendasikan hal tersebut dalam perencanaannya.
a. Aspek Teknis
Aspek teknis ini meliputi kondisi fisik drainase serta kapasitas dan fungsi saluran, di Kabupaten Sanggau kondisi prasarana drainase yang berfungsi mengalirkan air/genangan air belum berfungsi secara baik. Hal ini disebabkan kondisi saluran drainase yang ada kurang baik dengan kapasitas layanan air buangan yang masih kurang. Selain itu kondisi prasarana drainase yang ada tidak dibangun secara menyeluruh atau hanya dibangun setempatsetempat, hal ini menyebabkan timbulnya genangangenangan air.
Sedangkan dari segi kapasitas saluran yang ada tidak mencukupi untuk mengalirkan air apabila terjadi hujan dalam waktu yang lama. Terjadinya perubahan tataguna lahan dari kawasan hutan menjadi kawasan budidaya pertanian/perkebunan dalam sepuluh tahun terakhir di Kabupaten Sanggau diprakirakan turut memberikan andil yang besar dalam menyumbang debit puncak pada musim hujan. Umumnya permukiman di Kabupaten Sanggau berada di tepi sungaisungai besar.
Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Sanggau masih menggunakan sistem darinase gabungan (mix drain) di mana pembuangan limbah cair rumah tangga yang berasal dari dapur dan kamar mandi serta air hujan disalurkan dalam satu saluran. Demikian pula saluran untuk pembuangan genangan air hujan pada permukaan jalan juga di tampung di dalam saluran tepi yang selanjutnya dibuang menuju badan pembuang akhir.
(24)
Gambar 2.2. Beberapa Saluran Drainase di Kota Sanggau
b. Aspek Kelembagaan
Instansi Pemerintah Kabupaten Sanggau yang menangani dan terkait dalam pengelolaan drainase antara lain : Dinas Pekerjaan Umum serta Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pemadam Kebakaran. Pengelolaan drainase di Kabupaten Sanggau meliputi lingkungan perumahan dan permukiman serta wilayah perkantoran, yang diarahkan antara lain pada :
Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan diperKabupatenan.
Pengembangan jaringan drainase, serta sarana prasarana pendukung/pelengkapnya untuk meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan perumahan dan permukiman serta perKabupatenan strategis dari risiko genangan.
Pemeliharaan dan peningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang ada.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase dalam bentuk pembersihan saluran drainase disekitar pemukiman mereka melalui kegiatan gotong royong. Namun demikian masih terdapat beberapa permasalahan dalam drainase Kabupaten Sanggau, sebagai berikut:
a) Banyaknya masyarakat yang membuang air limbah domestik, khususnya grey water ke saluran drainase pada musim kemarau menyebabkan terjadinya sedimentasi pada dasar saluran,sehingga mempengaruhi kapastas saluran. b) Pedagang makanan yang berada di sepanjang jalanjalan besar di Kabupaten
Sanggau yang secara langsung membuang sisa makanan ke dalam saluran drainase menyebabkan penumpukan sedimen pada dasar drainase dan berakibat pada meluapnya air ke permukaan jalan (pada musm hujan), membawa dampak yang cukup besar terhadap kelangsungan aktivitas Kabupaten.
c) Meningkatnya jumlah permukiman di perKabupatenan berdampak kepada menyusutnya daerah terbuka hijau dan area resapan air, menyebabkan timbulnya daerahdaerah genangan air di wilayah Kabupaten Sanggau yang
(25)
belum tertangani dengan baik. Banyaknya daerah atau wilayah yang belum terlayani oleh saluran drainase.
2.5. Higiene
Kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Sanggau dapat terlihat dari jumlah timbulan penyakit, terutama penyakit menular akibat sanitasi buruk dan kondisi polahidup masyarakat yang menyangkut sanitasi. Dari data Profil Kesehatan Kabupaten Sanggau tahun 2011, dari 101.087 rumah tangga di Kabupaten Sanggau, dilakukan pemantauan (dijadikan sampel) sebanyak 666 rumah tangga (0,66%), yang telah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebanyak 413 rumah tangga atau 62,01% dari jumlah rumah tangga yang dijadikan sampel. Apabila berpatokan pada jumlah rumah tangga yang dijadikan sampel, maka PHBS di Kabupaten Sanggau sudah melebihi Indikator Indonesia Sehat (IIS) yang telah ditetapkan pada tahun 2010 yaitu sebesar 60% dari jumlah rumah tangga.
Namun demikian, di Kabupaten Sanggau masih terdapat jenis penyakit yang didominir oleh penyakitpenyakit yang bersifat infeksi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, hampir 70% dari hal tersebut dilatar belakangi oleh karena buruknya kondisi lingkungan (khususnya sanitasi ) baik perseorangan maupun komunitas, yang tidak kondusif untuk hidup secara sehat.
(1)
Instansi yang terkait dengan pengelolaan Persampahan di Kabupaten Sanggau adalah:
a. Bidang Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum
b. Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan c. Badan Lingkungan Hidup Kebersihan Pertamanan Kebakaran
d. SKPD Kecamatan
b. Cakupan Layanan
Cakupan pelayanan adalah meliputi masingmasing kecamatan dengan jumlah timbulan produksi sampah terbesar adalah pada kecamatan kapuas yakni 122 M3 dengan volume yang terangkut 78 M3/hari (64%).
Dalam penanggulangan persampahan armada yang digunakan serta tempat pembuangan sampah sementara dan akhir adalah sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini:
Tabel 2.10
Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah di Kabupaten Sanggau
No Wil Pelayanan
Armada Angkutan TPS TPA
Mobil Tosa Grbk Btko Lain2 Luas Jrk
tempuh StatusTanah 1 Kec. Kapuas 8 bh 3 bh 50 bh 150 bh 19.974 M2 4 Km Pemda 2 Kec. Parindu 1 bh 1 bh 2 bh 179.394 M2 5 Km Pemda 3 Kec. Meliau 1 bh 1 bh 4 bh 30.000 M2 3 Km Pemda 4 Kec.Tyn Hulu 1 bh 18 bh 10 bh 2.500 M2 3 Km Milik Masy 5 Kec.Tyn Hilir 1 bh 30.000 M2 2,5 Km Pemda 6 Kec.Kembayan 1 bh 10 bh 2.300 M2 3 Km Milik Masy 7 Kec.Sekayam 1 bh 10.000 M2 2 Km Pemda 8 Kec.Entikong 1 bh 1 bh 1 bh 2 bh 60 bh 10.000 M2 6 Km Pemda 9 Kec.Balai 1 bh
10 Kec.Beduai 1 bh
11 Kec.Bonti 1 bh
12 Kec.Toba 1 bh
13 Kec.Mukok 1 bh
14 Kec.Jangkang 1 bh
15 Kec.Noyan
Jumlah 14 8 5 78 230 284168 Sumber : BLHKPK Kabupaten Sanggau, 2012.
(2)
c. Permasalahan
Pengelolaan sampah di Kabupaten Sanggau masih dirasakan belum maksimal karena adanya hambatan yang perlu dicari pemecahan masalahnya. Hambatan hambatan teknis yang mempengaruhi kinerja pengelolaan sampah anatara lain : 1. Sarana angkutan sampah belum seimbang dengan timbulan sampah
2. Sarana dan prasarana yang ada umumnya sudah berusia tua, sehingga membutuhkan perawatan dengan biaya ekstra, kondisi ini mempengaruhi efisiensi kerja.
3. Belum tersedia alat berat ( eksavator ) yang sesuai untuk menggusur sampah di TPA
4. TPA yang ada masih sistem open dumping, dengan permasalahan :
- Belum ada landasan pembuangan yang representatif
- Belum ada jalan kerja, dan akses jalan masuk untuk pembuanagan
- Belum ada drainase, lapisan kedap air,pengolahan air lindi, pengamanan gas beracun
- Belum ada pemagaran lokasi, sehingga mengganggu jalan umum
5. Keberadaan TPA di tepi jalan umum sering menimbulkan permasalahan sosial 6. Sebagaian besar TPA di beberapa Kecamatan belum disediakan infrastruktur yang
memadai
7. Sumber Daya Manusia merupakan faktor paling penting dalam pengelolaan sampah. Kondisi saat ini SDM yang ada baik secara kualitas maupun kuantitas belum seimbang dengan beban kerja yang harus ditangani
Selain faktorfaktor hambatan diatas, rendahanya kesdaran masyarakat Kabupaten Sanggau terhadap kebersihan lingkungan juga merupakan faktor pengahambat dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Sanggau
2.4. Sub Sektor Drainase
Sistem drainase perkotaan serta prasarana dan sarana yang ada di Kabupaten Sanggau belum dikelola secara maksimal, mengingat pembangunan sarana dan prasarana drainase masih setempatsetempat, terpisah dan belum terintegrasi. Prasarana dan sarana drainase yang ada saat ini sebagian besar masih dari tanah sehingga hal ini membawa dampak rendahnya kemampuan drainase mengeringkan kawasan terbangun.
Kegunaan drainase di Kabupaten Sanggau, secara umum adalah sebagai berikut: 1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air;
2. Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan; 3. Mengendalikan erosi, kerusakan jalan dan bangunanbangunan; 4. Pemeliharaan kualitas air.
(3)
Seperti halnya di daerah lain di Indonesia, drainase di Kota Sanggau dan kota kota kecamatan di Kabupaten Sanggau, sistem drainase yang ada tidak hanya menerima limpasan air hujan saja, juga ada yang bersumber dari buangan air limbah (air limbah domestik yang umumnya buangan air cucian domestik, bahkan ada yang dari air kotoran dan air buangan bengkel/industri). Namun debit aliran air limbah yang dimasukkan ke dalam saluran drainase ini relatif sangat kecil jika dibanding dengan debit puncak limpasan air hujannya. Namun, pada musim kemarau, jika ada campuran air limbah, pada setiap awalan saluran, terjadilah aliran kecil setiap hari yang berwarna coklat sampai hitam, bau busuk H2S dan bau menyengat hidung NH4 yang sering terjadi. Dengan kondisi seperti ini nyamuk dapat berkembang biak dengan cepat baik jenis malaria atau jenis egepty. Anakanak kecil yang kurang pengawasan suka bermain dalam air kotor ini. Saluran drainase yang ada belum memiliki penampang aliran khusus untuk musim kemarau atau dengan kata lain drainase campuran harus dibuat saluran berpenampang melintang ganda, yaitu penampang aliran musim kering dan aliran musim basah. Selain itu hal yang memberatkan lagi dalam pemeliharaan sistem pengelolaan drainase di lokasi studi adalah terjadinya eutropi, yaitu tetumbuhan liar dalam saluran terbuka yang tumbuh cepat dan lebat.
Sistem jaringan drainase di dalam wilayah studi dibagi atas 2 bagian yaitu: drainase utama (major drainage) dan drainase lokal (minor drainage). Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan menurut sifat, kriteria dan peruntukannya.
Sistem drainase mayor, sistem drainase utama atau drainase makro (major drainage) yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (catchment area). Di Kabupaten Sanggau, Sungai Kapuas, Sungai Tayan, Sungai Sekayam, dan sungaisungai besar lainnya menjalankan fungsi ini. Sistem drainase minor/mikro adalah sistem saluran dan buangan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar di dalam wilayah kota.
Prasarana drainase harus dibuat optimum, agar setiap tahapan pembangunan yang hampir selalu memperbesar debit limpasan itu, tidak akan memperbesar lagi saluran drainasenya, atau jika salurannya belum dapat dibuat optimum, berhubung dana yang tersedia, maka lebar lahan cadangan dengan lebar optimum plus lahan untuk jalur pemeliharaan harus sudah tersedia. Perencanaan kotakota/kawasan
(4)
kawasan baru seperti Kawasan Niaga Terpadu Entikong, Kawasan Industri Tayan telah merekomendasikan hal tersebut dalam perencanaannya.
a. Aspek Teknis
Aspek teknis ini meliputi kondisi fisik drainase serta kapasitas dan fungsi saluran, di Kabupaten Sanggau kondisi prasarana drainase yang berfungsi mengalirkan air/genangan air belum berfungsi secara baik. Hal ini disebabkan kondisi saluran drainase yang ada kurang baik dengan kapasitas layanan air buangan yang masih kurang. Selain itu kondisi prasarana drainase yang ada tidak dibangun secara menyeluruh atau hanya dibangun setempatsetempat, hal ini menyebabkan timbulnya genangangenangan air.
Sedangkan dari segi kapasitas saluran yang ada tidak mencukupi untuk mengalirkan air apabila terjadi hujan dalam waktu yang lama. Terjadinya perubahan tataguna lahan dari kawasan hutan menjadi kawasan budidaya pertanian/perkebunan dalam sepuluh tahun terakhir di Kabupaten Sanggau diprakirakan turut memberikan andil yang besar dalam menyumbang debit puncak pada musim hujan. Umumnya permukiman di Kabupaten Sanggau berada di tepi sungaisungai besar.
Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Sanggau masih menggunakan sistem darinase gabungan (mix drain) di mana pembuangan limbah cair rumah tangga yang berasal dari dapur dan kamar mandi serta air hujan disalurkan dalam satu saluran. Demikian pula saluran untuk pembuangan genangan air hujan pada permukaan jalan juga di tampung di dalam saluran tepi yang selanjutnya dibuang menuju badan pembuang akhir.
(5)
Gambar 2.2. Beberapa Saluran Drainase di Kota Sanggau
b. Aspek Kelembagaan
Instansi Pemerintah Kabupaten Sanggau yang menangani dan terkait dalam pengelolaan drainase antara lain : Dinas Pekerjaan Umum serta Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pemadam Kebakaran. Pengelolaan drainase di Kabupaten Sanggau meliputi lingkungan perumahan dan permukiman serta wilayah perkantoran, yang diarahkan antara lain pada :
Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah genangan
diperKabupatenan.
Pengembangan jaringan drainase, serta sarana prasarana pendukung/pelengkapnya untuk meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi kawasan perumahan dan permukiman serta perKabupatenan strategis dari risiko genangan.
Pemeliharaan dan peningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem drainase yang
ada.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase dalam bentuk pembersihan saluran drainase disekitar pemukiman mereka melalui kegiatan gotong royong. Namun demikian masih terdapat beberapa permasalahan dalam drainase Kabupaten Sanggau, sebagai berikut:
a) Banyaknya masyarakat yang membuang air limbah domestik, khususnya grey water ke saluran drainase pada musim kemarau menyebabkan terjadinya sedimentasi pada dasar saluran,sehingga mempengaruhi kapastas saluran. b) Pedagang makanan yang berada di sepanjang jalanjalan besar di Kabupaten
Sanggau yang secara langsung membuang sisa makanan ke dalam saluran drainase menyebabkan penumpukan sedimen pada dasar drainase dan berakibat pada meluapnya air ke permukaan jalan (pada musm hujan), membawa dampak yang cukup besar terhadap kelangsungan aktivitas Kabupaten.
c) Meningkatnya jumlah permukiman di perKabupatenan berdampak kepada menyusutnya daerah terbuka hijau dan area resapan air, menyebabkan timbulnya daerahdaerah genangan air di wilayah Kabupaten Sanggau yang
(6)
belum tertangani dengan baik. Banyaknya daerah atau wilayah yang belum terlayani oleh saluran drainase.
2.5. Higiene
Kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Sanggau dapat terlihat dari jumlah timbulan penyakit, terutama penyakit menular akibat sanitasi buruk dan kondisi polahidup masyarakat yang menyangkut sanitasi. Dari data Profil Kesehatan Kabupaten Sanggau tahun 2011, dari 101.087 rumah tangga di Kabupaten Sanggau, dilakukan pemantauan (dijadikan sampel) sebanyak 666 rumah tangga (0,66%), yang telah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sebanyak 413 rumah tangga atau 62,01% dari jumlah rumah tangga yang dijadikan sampel. Apabila berpatokan pada jumlah rumah tangga yang dijadikan sampel, maka PHBS di Kabupaten Sanggau sudah melebihi Indikator Indonesia Sehat (IIS) yang telah ditetapkan pada tahun 2010 yaitu sebesar 60% dari jumlah rumah tangga.
Namun demikian, di Kabupaten Sanggau masih terdapat jenis penyakit yang didominir oleh penyakitpenyakit yang bersifat infeksi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, hampir 70% dari hal tersebut dilatar belakangi oleh karena buruknya kondisi lingkungan (khususnya sanitasi ) baik perseorangan maupun komunitas, yang tidak kondusif untuk hidup secara sehat.