Pengaruh Suhu Reaksi Enzimatik Dekstrin

13 Banyaknya jumlah monomer yang dihasilkan bergantung pada besarnya konsentasi asam dan jumlah enzim yang digunakan.Semakin tinggi konsentasi asam dan enzim yang digunakan maka semakin cepat reaksi hidrolisisnya dan semakin banyak pula monomer yang dihasilkan Jati, 2006.

2.3 Pengaruh Suhu Reaksi Enzimatik

Suhu reaksi berpengaruh terhadap laju reaksi enzimatik. Jika reaksi tersebut dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva hubungan tersebut akan menunjukan suhu tertentu, yang menghasilkan laju reaksi yang maksimum. Dengan demikian, dalam hal ini juga ada kondisi optimum, yang disebut suhu optimum Sadikin, 2002. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Thippeswamy, et. al. 2006 diperoleh pH optimum dan suhu optimum adalah 6,5 dan 60 o C pada amilase dari Bacillus sp. Laju reaksi A B Suhu optimum Sumber : Sadikin 2002 Gambar 2.3 Pengaruh suhu optimum terhadap laju reaksi enzimatik Universitas Sumatera Utara 14 Pada gambar 2.3 tampak bahwa diluar suhu optimum, laju reaksi enzimatik selalu lebih rendah.Makin besar perbedaan suhu reaksi dengan suhu optimum, makin rendah laju reaksi. Akan tetapi, keadaan yang menyebabkan rendahnya suhu optimum berbeda antara suhu yang lebih rendah dengan suhu yang lebih tinggi. Pada suhu yang lebih rendah sisi A pada gambar, penyebab kurangnya laju reaksi enzimatik ialah kurangnya gerak termodinamik, yang menyebabkan kurangnya tumbukan antara molekul enzim dengan substrat. Pada daerah suhu yang lebih tinggi sisi B pada ganbar, gerak termodinamik akan lebih meningkat, sehingga benturan antar molekul niscaya akan lebih sering. Akan tetapi, alih-alih meningkat, laju reaksi malahan menurun dengan cara sebanding dengan selisih nilai dan suhu optimum. Dalam peningkatan suhu ini, selain gerak termodinamika meningkat, molekul protein enzim juga mengalami denaturasi Sadikin, 2002.

2.4 Dekstrin

Dekstrin merupakan produk modifikasi atau turunan pati yang banyak digunakan pada industri pangan dan farmasi. Dibandingkan pati asal dekstrin memiliki berbagai kelebihan karakteristik, antara lain kelarutan dalam air dan lebih stabil selama penyimpanan Kalsum dan Surfiana, 2013. Dekstrin adalah pati atau hidrolisis pati secara parsial dimodifikasi oleh pemanasan dalam keadaan kering dengan atau tanpa asam, alkali atau agen kontrol pH USP, 2007. Dekstrin merupakan produk degradasi pati yang dapat dihasilkan dengan beberapa cara, yaitu memberikan perlakuan suspensi pati dalam air dengan asam atau enzim pada kondisi tertentu, atau degradasi pati dalam bentuk kering dengan Universitas Sumatera Utara 15 menggunakan perlakuan panas atau kombinasi antara panas dan asam atau katalis lain. Dekstrin mempunyai rumus kimia C 6 H 10 O 5 n dan memiliki struktur serta karakteristik intermediate antara pati dan dekstrosa Herawati, 2012. Dekstrin praktis tidak larut dalam kloroform, etanol 95, eter, dan propan-2-ol, sedikit larut dalam air dingin dan sangat larut dalam air panas membentuk larutan mucilaginous . Berat molekul dekstrin secara khas adalah 4.500-85.000 dan tergantung pada jumlah unit C 6 H 10 O 5 n didalam ikatan polimer dengan n = 28-525. Struktur kimia dekstrin Rowe, etal., 2009 ditunjukkan pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Struktur dekstrin

2.5 Enzim α-amilase