Hasil Penelitian yang Relevan
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Setya Nugraha (1997) melakukan penelitian “Studi Morfokonservasi di Daerah Aliran Sungai Nagung Kabupaten Dati II Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penelitian bertujuan mengevaluasi satuan lahan yang terbentuk dari
aspek-aspek geomorfologi yang dijadikan satuan analisis dan morfokonservasi tanah, mengevaluasi persebaran tingkat bahaya erosi dan tingkat bahaya longsor lahan, mengevaluasi prioritas penanganan konservasi tanah di daerah penelitian. Data pokok yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data tanah berupa sifat kimia dan sifat fisika tanah, kedalaman tanah, kedalaman pelapukan dan fisiografi daerah penelitian meliputi kemiringan lereng, jarak antar lembah dan penggunaan lahan termasuk kerapatan vegetasi.
Analisi yang dilakukan adalah dengan metode USLE dalam pengukuran besar erosi permukaan untuk menentukan Tingkat Bahaya Erosi (TBE), Tingkat Bahaya Longsor (TBL) diperoleh melalui pengharkatan dari faktor-faktor penentu longsor lahan, kemampuan lahan ditentukan dari parameter penghambat pada setiap satuan lahan, priorits penaganan ditentukan berdasarkan pada intensitas permasalahan dari TBE dan TBL. Analisi untuk menentukan kesesuaian lahan adalah dengan membandingkan antara persyaratan kelas kesesuaian lahan setiap jenis tanaman dengan kualitas lahan dan karakteristik lahan pada setiap satuan lahan. Untuk arahan konservasi tanah sebagai tujuan akhir dari penelitian ditentukan berdasarkan prioritas penanganan dan hasil evaluasi kesesuaian lahan
serta perbandingan nilai indeks C dan P dengan nilai indeks alternatif C’ dan P’.
Hasil menunjukan bahwa DAS Nagung terdiri dari tujuh satuan bentuklahan, enam kelas kemiringan lereng, lima macam tanah dan lima penggunaan lahan sehingga terbentuk 48 satuan lahan. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di daerah penelitian sebagian besar mempunyai kelas sangat berat (SB),
commit to user
berat (B), sangat ringan (SR), sedang (S), ringan (S), dengan luas secara berurutan 862,507 ha (61,98%), 193,751 (13,90%), 193,751 (13,90%), 159,377 (11,43), 71,876 (5,1%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar lahan daerah penelitian telah mengalami erosi tanah tingkat lanjut yang sudah melebihi tingkat kemampuan tanah yang ada. Tingkat Bahaya Longsor yang terjadi di daerah penelitian berupa massa yang diikuti kelas ringan (R), berat (B), dan sangat ringan (SR) yang masing-masing mempunyai luas 448,41 ha (32,81%), 23,438 (1,68%), dan 52,501 (4,48%). Hal ini menunjukan bahwa daerah penelitian tidak telalu rawan terhadap longsor lahan oleh massa tanah karena tipisnya solum tanah pada setiap lahan. Kemempuan lahan yang tedapat di daerah penelitian sebagian besar berupa sub kelas kemampuan lahan VIIIe seluas 770,320 ha (52,27 %) yang diikuti sub kelas VIIIIe, IVe dan VIe yang masing-masing mempunyai luas 439,065 (31,5%), 162, 502 (11,66%) dan 21,875 (1,57%) yang berarti sebagian besar lahan mempunyai kelas rendah sehingga penggunaan lahan banyak diarahkan sebagai kawasan penyangga dan lindung. Faktor penghambat atau pembatas sebagian besar terdiri dari tingkat bahaya erosi dan kondisi topografi (medan). Berdasarkan pada kondisi fisik lapangan sebagian besar (> 69%) lahan dalam penelitian dinilai tidak layak secara aktual maupun potensial untuk pengembangan secara langsung dari berbagai jenis tanaman yang dicoba.
Berdasarkan pada besarnya tingkat erosi, tingkat bahaya longsor lahan, sub kelas kemampuan lahan dan hasil evaluasi kesesuaian lahan menunjukan sebagian besar daerah penelitian telah terjadi degradasi dalam tingakt berat sehingga terbentuknya lahan-lahan kritis yang tidak atau kurang produktif. Prioritas penanganan I,II, dan III yaitu seluas 1096,886 (78,70%) ini berarti daerah penelitian banyak lahan yang perlu segera dilakukan konservasi tanah. Berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan serta mempertimbangkan aspek morfometri sebagai landasan pokonya. Terbukti secara vegetatif pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan lereng < 30% diarahkan pada usaha tani wahatani (agroforestry). Secara mekanik arahan konservasinya berupa penyempurnaan bentuk teras yang sudah ada dan pembuatan teras guludan.
commit to user
Sunarko (1999) , melakukan penelitian konservasi tanah dan produktivitas lahan perkebunan karet di kebun Merbuah, PTPN IX Kabupaten Kendal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh erosi terhadap kesuburan tanah dan produktivitas karet. Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya erosi adalah metode USLE.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara besarnya erosi tanah dengan tingkat kesuburan yang selanjutnya berdampak pada produktivitas karet.
Nanang Setiawan (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Bahaya Erosi Permukaan Daerah Aliran Sungai Samin Tahun 2007”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui besar erosi yang terjadi dan tingkat bahaya erosi serta sebarannya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Samin. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: panjang lereng, kemiringa lereng, faktor P (tindakan konservasi), solum tanah, serta struktur tanah diperoleh melalui observasi lapangan. Faktor C (pengelolaan lahan) diperoleh dari hasil wawancara, tekstur tanah, permeabilitas dan bahan organik diperoleh melalui analisis laboratorium. Sedangkan data sekunder meliputi: (1) Data tanah meliputi jenis tanah dan persebarannya yang diperoleh dari peta jenis tanah sub-DAS Samin dan sekitarnya dengan skala 1:50.000. (2) Data penggunaan lahan dan persebarannya diperoleh dari peta rupabumi indonesia skala 1:25.000 tahun 2003 lembar 1508-132 Poncol, lembar 1508-131 Tawangmangu, lembar 1508-342 Jumantono, lembar 1408-344 Karanganyar, lembar 1408-341 Sukoharjo, dan lembar 1408-343 Surakarta. (3) Data kemiringan lereng yang diperoleh dari interpretasi peta rupabumi Indonesia lembar Poncol, Tawangmangu, Sukoharjo, dan Surakarta tahun 2003. (4) Data jenis batuan yang diperoleh dari peta geologi bersistem Indonesia lembar Ponorogo, Surakarta dan Giritontro skala 1:100.000 tahun 1992 yang dikeluarkan oleh pusat penelitian dan pengembangan geologi Bandung. (5) Data curah hujan tahun 1995-2004 yang diperoleh dari stasiun meteorologi Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Sub Pengairan
commit to user
Kabupaten Karanganyar, Data monografi kecamatan dan desa di seluruh daerah yang berada di DAS Samin, diperoleh dari BPS Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo tahun 2004.
Hasil penelitian menunjukan bahwa DAS Samin mempunyai besar erosi permukaan yang sangat berat (SB) yaitu sebesar 8.207,333 ton/ha/th. Sedangkan tingkat bahaya erosi di DAS Samin dibedakan ke dalam 5 tingkat bahay erosi, yaitu: (1) Tingkat bahaya erosi (TBE) sangat ringan (SR) mempunyai besar erosi antara 0,001 – 8,384 ton/ha/th. TBE sangat ringan sebaran paling luas yaitu 22.163,786 ha (68,487%) yang tersebar di bagian hilir dan sebagian tengah DAS Samin. (2) Tingkat bahaya erosi (TBE) ringan (R) mempunyai besar erosi antara 0,018 – 53,341 ton/ha/th seluas 3.719,420 ha (11,493%) yang tersebar di antara bagian hilir dan tengah DAS Samin. (3) Tingkat bahaya erosi (TBE) sedang (S) mempunyai besar erosi antara 0,020 – 91,998 ton/ha/th seluas 2330,879 ha (7,202%) yang tersebar di antara bagian tengah DAS Samin. (4) Tingkat bahaya erosi (TBE) berat (B) mempunyai besar erosi antara 0,241 – 257,801 ton/ha/th seluas 2.639,904 ha (8,157%) yang tersebar di antara bagian tengah dan hulu DAS Samin. (5) Tingkat bahaya erosi (TBE) sangat berat (SB) mempunyai besar erosi antara 17,013 – 933,866 ton/ha/th seluas 1.508,143 ha (4,660%) yang tersebar di antara bagian hulu DAS Samin.
Chandra Setyo Novianto (2008), melakukan penelitian yang berjudul ” Analisis Profitabilitas Tanaman Karet (Havea Brasiliensis) di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum Kabupaten Karanganyar ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar tingkat keuntungan pada kondisi riil dan ideal (estimasi), mengetahui luas komposisi tanaman karet ideal, dan mengetahui besar sensitivitas tingkat keuntungan apabila terjadi kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual produk, dari pengusahaan tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum Kabupaten Karanganyar.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder tahun 1998-2007 yang
commit to user
diperoleh dari perusahaan, Bank Indonesia, dan pihak lain yang terkait dengan penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman karet umur 0-35 tahun di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum Kabupaten Karanganyar mempunyai trend produksi dari umur 0-37 tahun dengan hasil produksi estimasi tertinggi pada umur 20 tahun sebesar 1.571,728 kg/ha/th dan hasil produksi estimasi terendah pada umur 3 tahun sebesar 136,690 kg/ha/th. Pengusahaan tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum Kabupaten Karanganyar adalah menguntungkan, dengan tiga kriteria profitabilitas dan tingkat suku bunga riil 4,25 persen per tahun diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 52.926.634,93 per hektar, Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) sebesar 3,66; dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 15,56 persen untuk hasil produksi estimasi. Pada kondisi ideal diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp 42.606.213,43 per hektar, Net Benefit- Cost Ratio (Net B/C) sebesar 3,15; dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 13,69 persen. Hasil analisis penentuan luas komposisi tanaman karet ideal diperoleh umur optimal peremajaan, yaitu 26 tahun dengan luas 125,50 hektar. Sensitivitas tingkat keuntungan apabila terjadi kenaikan biaya produksi, penurunan harga jual produk maupun kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual produk secara bersamaan sampai 15 persen, pengusahaan tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus/Kerjoarum Kabupaten Karanganyar masih menguntungkan. Apabila terjadi, kenaikan biaya produksi sampai dengan 55 persen, penurunan harga jual produk sampai dengan
35 persen serta kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual produk secara bersamaan sampai dengan 20 persen, juga masih menguntungkan. Namun, pengusahaan tanaman karet sudah tidak menguntungkan lagi apabila terjadi kenaikan biaya produksi sampai 59 persen, penurunan harga jual produk sampai
37 persen serta kenaikan biaya produksi dan penurunan harga jual produk secara bersamaan sampai 23 persen.
commit to user
Purono Fajar Nugroho (2008) mengadakan penelitian “Pemetaan Tingkat Bahaya Erosi Pada Kawasan Agroforestri di Sub DAS Solo Hulu Kabupaten Wonogiri Menggunakan Sistem Informasi Geografis ”. Lokasi penelitian ini berada di daerah Sub DAS Solo hulu yang terletak dikabupaten Wonogiri dan kecamatan Donorojo kabupaten Pacitan. Tujuan penelitinnya adalah untuk mengetahui tingkat bahaya erosi dan persebarannya.
Metode yang dilakukan adalah survei lapangan dan analisis laboratorium. Tekhnik pengambilan sampel dengan cara Sampel Acak Bertingkat (stratified random sampling) dengan satuan lahan sebagai sebagai stratanya. Untuk menghitung besarnya kehilangan tanah digunakan pendekatan permodelan PUKT atau USLE. sedangkan untuk pembuatan peta tingkat bahaya erosi dengan menggunakan ArcView GIS 3.3 berdasarkan data kelas bahaya erosi dan kedalaman tanah.
Daerah penelitian terdiri dari empat jenis tanah yaitu Entisols, Vertisols, Alfisols dan Inceptisols. Daerah Sub DAS Solo Hulu mempunyai luas wilayah kurang lebih 15836,247 ha dan kurang lebihnya 6618,74 ha dikembangkan untuk agroforestri. Penggunaan lahan agroforestri yang mencapai luas hampir separuh dari luas daerah penelitian ini berkaitan dengan bentuk wilayah. Daerah penelitian yang mempunyai ketinggian beragam mulai dari 150 mdpl sampai 1000 mdpl.
Hasil dari penelitian tersebut adalah tingkat bahaya erosi yang bervariasi mulai dari sangat ringan hingga sangat berat. Tingkat bahaya erosi sangat rendah berada di SPL 5, 6, 7, 8, 9, 11, 15, 18 dan 20 dengan luas wilayah mencapai 1601,83 ha atau 24,20 %. Tingkat bahaya erosi rendah berada di SPL 4, 10 dan 21 dengan luas total wilayah mencapai 357,89 ha atau 5,41%. Tingkat bahaya erosi sedang berada di SPL 7, 13 dan 23 dengan luas total wilayah mencapai 201,09 ha atau 3,04 %. Tingkat bahaya erosi berat berada di SPL 2, 12, 14, 16, 17, 19, 22 dan 25 dengan luas total wilayah mencapai 1737,94 ha atau 26,26 %. Tingkat bahaya erosi sangat berat berada di SPL 1, 24, 26 dan 27 dengan luas total wilayah mencapai 2717, 99 ha atau 41,10 %.
commit to user
Wahyu Kusbiantoro (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Tingkat Bahaya Erosi Permukaan Dengan Metode di Daerah Aliran Sungai Botok
Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar erosi yang terjadi dan tingkat bahaya erosi di DAS Botok. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer meliputi: panjang lereng, kemiringa lereng, faktor P (tindakan konservasi), solum tanah, serta struktur tanah diperoleh melalui observasi lapangan. Faktor C (pengelolaan lahan) diperoleh dari hasil wawancara, tekstur tanah, permeabilitas dan bahan organik diperoleh melalui analisis laboratorium. Sedangkan data sekunder meliputi: (1) Data tanah meliputi jenis tanah dan persebarannya yang diperoleh dari peta jenis tanah Kabupaten Karanganyar dan sekitarnya dengan skala 1:50.000. (2) Data penggunaan lahan dan persebarannya diperoleh dari peta rupabumi indonesia skala 1:25.000 lembar Poncol, Karangpandan, Ngrambe. (3) Data kemiringan lereng yang diperoleh dari interpretasi peta rupabumi Indonesia lembar Poncol, Karangpandan, Ngrambe. (4) Data jenis batuan yang diperoleh dari peta geologi bersistem Indonesia lembar Ponorogo skala 1:100.000 tahun 1992 yang dikeluarkan oleh pusat penelitian dan pengembangan geologi Bandung. (5) Data curah hujan tahun 1999-2008 yang diperoleh dari stasiun meteorologi Kabupaten Karanganyar yang dikeluarkan oleh DPU Sub Pengairan Kabupaten Karanganyar, Data monografi kecamatan dan desa di seluruh daerah yang berada di DAS Botok, diperoleh dari BPS Kabupaten Karanganyar tahun 2008.
Hasil penelitian menunjukan bahwa DAS Botok mempunyai besar erosi permukaan yang sangat berat (SB) yaitu sebesar 5.797,87 ton/ha/th. Sedangkan tingkat bahaya erosi di DAS Samin dibedakan ke dalam 5 tingkat bahaya erosi, yaitu: (1) Tingkat bahaya erosi (TBE) sangat ringan (SR) terdapat pada satuan lahan 1 (Qlla-And-Kbn-II) yang mempunyai besar erosi sebesar 10,37 ton/ha/th yang terdapat di desa Gumeng kecamatan Jenawi dengan luas yaitu 48,37 ha (1,33%). (2) Tingkat bahaya erosi (TBE) ringan (R) terdapat pada satuan lahan 14 (Qvl-And-Htn-III) yang mempunyai besar erosi sebesar 0,52 ton/ha/th. TBE ringan terdapat di desa Segorogunung dengan luas yaitu 428,89 ha (11,89%). (3)
commit to user
Tingkat bahaya erosi (TBE) sedang (S) yang mempunyai besar erosi antara 0,03 – 146,01 ton/ha/th. TBE sedang tersebar di kecamatan Ngargoyoso yaitu meliputi desa Segorogunung, Berjo, Kemuning, Nglegok, Jatirejo, Ngargoyoso dengan luas yaitu 1.096,43 ha (28,79%). (4) Tingkat bahaya erosi (TBE) berat (B) mempunyai besar erosi antara 0,07 – 447,53 ton/ha/th dengan luas wilayah 883,94
ha (24,33%) yang tersebar Kecamatan Ngargoyoso, Kerjo, Jenawi. (5) Tingkat bahaya erosi (TBE) sangat berat (SB) mempunyai besar erosi antara 60,71 – 751,36 ton/ha/th dengan luas 1.225,45 ha (33,73%) yang tersebar di Kecamatan Ngargoyoso, Kerjo, dan Jenawi.
Uraian secara singakat tentang persamaan dan perbedaan masing-masing penelitiandi atas dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Penelitian Yang Relevan
No Peneliti
Jenis Penelitian
1. Nugraha, Setya Thesis
Arahan konservasi tanah (1997)
Mengevaluasi satuan lahan.
Morfokonservasi
(kualitatif), Peta morfokonservasi Mada
Universitas
Gadjah Daerah Aliran Sungai Nagung
Mengevaluasi TBE.
Deskriptif
Kabupaten Dati II Kulon
Mengevaluasi TBL.
kuantitatif klaster, matching,
Mengevaluasi hubungan TBE
dan TBL.
penanganan konservasi tanah. Menentukan kesesuaian lahan.
konservasi lahan.
2. Sunarko (1999) Thesis
Survei, Hubungan yang signifikan antara Universitas
Konservasi
tanah
dan Mengetahui
dan besarnya erosi tanah dengan Diponegoro
produktivitas
lahan pengaruh erosi terhadap kesuburan
Analisis
Lapangan
kesuburan yang Semarang
perkebunan karet di kebun tanah dan produktivitas karet
Analisis Laboratorium.
IX Matching dan komparasi.
selanjutnya berdampak pada
produktivitas karet. 3. Nanang
Kabupaten Kendal
erosi PUKT (USLE), Survei, Analisis Besar erosi permukaan DAS Setiawan
Erosi Mengetahui
besar
Samin masuk kategori sangat (2007)
Universitas
Sebelas Permukaan
Daerah
Aliran
permukaan DAS Samin
Sungai Samin Tahun 2007
Mengetahui Tingkat Bahaya Laboratorium. berat
Surakarta
Erosi (TBE) dan sebarannya di
Tingkat Bahaya Erosi bervariasi
DAS Samin
dari mulai sangat ringan hingga sangat berat.
Peta Tingkat Bahaya Erosi DAS Samin skala 1:100.000
tingkat Metode dasar yang digunakan Hasil produksi estimasi tertinggi Novianto
4. Chandra Setyo Skripsi
pada umur 20 tahun sebesar (2008)
Universitas
Sebelas Tanaman
Karet
(Havea
keuntungan pada kondisi riil dan dalam penelitian ini adalah
1.571,728 kg/ha/th dan hasil Surakarta
ideal (estimasi)
deskriptif kualitatif
Perkebunan
Nusantara
IX mengetahui luas komposisi
produksi estimasi terendah pada
(Persero)
Kebun
tanaman karet ideal
umur 3 tahun sebesar 136,690
Batujamus/Kerjoarum
No Peneliti
Jenis Penelitian
Kabupaten Karanganyar
mengetahui besar sensitivitas
kg/ha/th
Luas komposisi tanaman karet
terjadi kenaikan biaya produksi
ideal adalah 125,50 hektar
umur optimal
produk
peremajaan 26 tahun. Sensitivitas tingkat keuntungan secara bersamaan sampai 15 persen
5. Purono Fajar Skripsi
Mengetahui tingkat bahaya erosi Perhitungan erosi dan tingkat Besar erosi bervariasi mulai dari Nugroho
Pemetaan
Tingkat Bahaya
sangat ringan hingga sangat (2008)
Universitas
Sebelas Erosi
Pada
Kawasan
dan persebarannya
bahaya erosi menggunakan
Maret
Agroforestri di Sub DAS Solo
Hulu Kabupaten Wonogiri
penanganan konservasi berdasar
USLE.
Memberikan arahan usaha-usaha
Menggunakan
Sistem
tingkat bahaya erosi
konservasi berdasarkan tingkat
Informasi Geografi
menggunakan
Program
bahaya erosi yang ada di daerah
tersebut. 6. Wahyu
ArcView GIS 3.3.
dihitung Besar erosi permukaan DAS Kusbiantoro
Erosi Mengetahui
besar
erosi Besar
erosi
Botok masuk kategori sangat (2009)
Universitas
Sebelas Permukaan Dengan Metode di
permukaan DAS Botok.
menggunakan
permodelan
berat yaitu sebesar 5.797,87 Surakarta
Maret
Daerah Aliran Sungai Botok
Mengetahui Tingkat Bahaya
PUKT (USLE).
Kabupaten
Karanganyar
Erosi (TBE) dan sebarannya di
Survei, analisis lapangan dan
ton/ha/th.
Provinsi Jawa Tengah Tahun
DAS Botok.
analisis laboratorium.
Tingkat Bahaya Erosi bervariasi
2009
dari mulai sangat ringan (SR) hingga sangat berat (SB).
besar erosi DAS Nugraha
7. Raditya Adi Skripsi
Analisis Tingkat Erosi Tanah
Mengetahui besar erosi tanah Perhitungan
besar
erosi Peta
Jambangan. (2012)
Universitas
Sebelas Dan Produktivitas Lahan Di
yang terjadi di DAS Jambangan
menggunakan
permodelan
Surakarta Peta produktivitas lahan DAS
Maret
DAS Jambangan Tahun 2011
Mengetahui produktivitas lahan
di DAS Jambangan.
Menganalisis hubungan antara
Analisis Laboratorium.
Analisis hubungan erosi dan
erosi tanah dengan produktivitas
Produktivitas lahan diperoleh
produktivitas lahan.
lahan di DAS Jambangan.
tabulasi data.
37
commit to user