PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI KOTA SURAKARTA

KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

Oleh :

RIZKY TRI KURNIASARI

K6407044

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama

: Rizky Tri Kurniasari

NIM

: K6407044

Jurusan/ Program Studi

: P. IPS/ PPKn

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan

Rizky Tri Kurniasari

KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI KOTA SURAKARTA

Oleh RIZKY TRI KURNIASARI K6407044

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Oktober 2012

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Ch. Baroroh, M. Si. NIP. 19520706 198004 2 001

Pembimbing II

Drs. H. Utomo, M. Pd. NIP. 19491108 197903 1 001

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi : Nama Terang

Tanda Tangan Ketua

: Dr. Triyanto, S. H., M. Hum

Sekretaris

: Triana Rejekinigsih, S. H., KN, M. Pd

Pembimbing I : Dra. Ch. Baroroh, M. Si ...................... Pembimbing II : Drs. H. Utomo, M. Pd

Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001

Rizky Tri Kurniasari. K6407044. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

MENANGGULANGI KEJAHATAN KEKERASAN SEKSUAL PADA

ANAK DI KOTA SURAKARTA. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak di Kota Surakarta, (2) Mengetahui kecenderungan kejahatan kekerasan seksual dan partisipasi masyarakat di Kota Surakarta mengalami peningkatan ataukah penurunan dan solusinya.

Sejalan dengan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan strategi penelitian tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah informan, peristiwa/aktivitas, dokumen dan arsip. Teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan analisis dokumen. Validitas data dalam penelitian ini diperoleh dengan teknik trianggulasi data.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak di Kota Surakarta, meliputi kegiatan pencegahan yang dilakukan oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan masyarakat perorangan dengan memberikan sosialisasi kepada orang tua dan pemberian pendidikan seksual pada anak-anak, menfasilitasi anak untuk mengkampanyekan hak-hak anak, memberi kegiatan positif bagi anak seperti: membentuk forum anak, mendirikan

dan

sekolah minggu bagi anak yang beragama kristen sebagai bekal agama agar tidak mudah terjerumus pada pergaulan yang negatif. Selain pencegahan masyarakat juga berpartisipasi dalam upaya penanganan yaitu dengan melaporkan kasus pada pihak kepolisian, menjangkau dan melakukan pendampingan serta memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan korban, memberikan kesaksian saat persidangan serta mendukung keberhasilan PPT PA (Program Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak), serta melakukan upaya rehabilitasi korban sesuai dengan keadaan korban. (2) Kecenderungan kasus kejahatan kekerasan seksual pada anak dan partisipasi masyarakat di Kota Surakarta mengalami peningkatan ataukah penurunan dan solusinya. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kasus kejahatan kekerasan seksual meningkat, dan partisipasi masyarakat naik terutama pada wilayah yang rentan dan yang pernah terjadi kasus kekerasan seksual pada anak. Akan tetapi partisipasi masyarakat saat ini belum memberikan makna yang berarti hal tersebut ditunjukkan dengan jumlah kasus kejahatan kekerasan seksual yang semakin meningkat. Hal tersebut disebabkan faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan kekerasan seksual pada anak saat ini semakin berkembang. Solusinya yaitu perlu banyak dilakukan sosialisasi pada masyarakat agar mereka sadar bahwa semua permasalahan dan kejahatan yang membahayakan anak merupakan tanggungjawab bersama sehingga partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan.

Rizky Tri Kurniasari. K6407044. SOCIETY PARTICIPATION IN

OVERCOMING WITH CHILD SEXUAL ABUSE CRIME IN

SURAKARTA. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, October 2012. The objectives of research were to: (1) Find out society participation in overcoming with child sexual abuse crime in Surakarta, (2) Find out whether the tendency of sexual abuse crime and society participation in Surakarta increases or decreases and the solution. In line with the problem and objective of research, this research was conducted using a descriptive qualitative method with a single embedded research strategy. The data sources used in this research were informants, events or activities, documents and archives. The sampling techniques used purposive sampling and snowball sampling. Techniques of collecting data used interview, observation and documents analysis. The data validity in this research was obtained using data triangulation. Considering the result of research, it could be concluded that: (1) the society participation in overcoming the child sexual abuse crime. Such as the activity of preventing was done by NGO (Non Government Organization) and individual society by socializing to others and by sexual education to child, facilitating the children to campaign their rights, It was also done by administering positive activity to the children such as: establishing the children forum and establishing Al Quran Studying Center and Sunday School for the Christian children to prevent them from being entrapped into negative activities. Then, the society participation as the attempt in cope with included to report the case to the police officer and NGO, reaching, assisting and service the victim corresponding to the need and giving testimony during the trial and supporting the successful PPT PA (Women and Children Integrated Service Program) that is expected to cope with the sexual crime case early, and rehabilitation the victim condition corresponding to the need. (2) Whether the tendency of child sexual abuse crime and society participation in Surakarta increases or decreases and the solution. The result of research showed that tendency of child sexual abuse crime increases,and society

vulnerability, as well as in the area in which the sexual abuse case had ever occurred. However, the society participation

currently also has significant meaning, it could be seen from the increased number of child sexual abuse crime cases. It was because of many factors leading to sexual abuse crime against the children. The solution was that there should be a socialization to the society in order to have knowledge that all problems and crimes endangering the child are the our responsibility, and society participation very needed.

Katakanlah kepada orang-

pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

(QS. Al Maidah, 5:32).

f dan mencegah dari kemungkaran; mereka

itulah orang-

Anak belajar dari kehidupannya

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan perlakuan baik, ia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar mempercayai

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyukai diri Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupann (Dorothy Law Nolte dalam Abu Huraerah)

Bapak dan Ibu yang tidak henti-hentinya mendoakan dan memberikan dukungan pada

penulis

Kakak-kakakku Wal Asri Isnaeni dan Nurul Fajrin atas motivasinya

Anak-anak kuala koster lantai dua (Tata, Kikis, Ilmi, Rosi, Mba Intan, Tiara) atas tawa dan dukungannya selama ini

Sahabat terbaik disaat kuliah (Indriyani Cahyaningrum, Nur Aprilia, dan Rosiana Rahayu)

Pembaca yang budiman Almamater

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul :

jahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari prasyarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta, yang telah menyetujui penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Sri Haryati, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan FKIP UNS Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

4. Dra. Ch. Baroroh, M. Si., selaku Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Drs. H. Utomo, M.Pd., selaku Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

memberikan kritik dan masukan demi kebaikan skripsi ini.

7. Ibu Triana Rejekiningsing, S. H., K.N., M. Pd., selaku Sekretaris Penguji skripsi yang telah memberikan kritik dan masukan demi kebaikan skripsi ini.

8. Drs. H. Utomo, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dan pengarahan dengan baik selama penulis menjalani masa studi sampai menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak/Ibu dosen Program Studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman PPKn Angkatan 2007 yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dan juga yang telah mewarnai hari-hari penulis selama menjadi mahasiswa.

11. Pihak-pihak terkait yang dengan kerelaannya membantu penulis dalam pengumpulan data yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis demi kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan atas jasa-jasa yang telah diberikan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Oktober 2012

Penulis

Partisipasi Masyarakat dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

4. Tinjauan tentang Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak

a. Pengertian Anak ........................................................

b. Pengertian Kejahatan dan Kekerasan ........................

c. Pengertian Kejahatan Kekerasan seksual pada Anak

d. Bentuk-bentuk Kejahatan Kekerasan Seksual

pada Anak................................................................................................

e. Tanda-tanda Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak 26

f. Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan

Kekerasan Seksual ..................................................................................

g. Anak-anak yang Rentan Mengalami Kejahatan Kekerasan Seksual .................................................................................. 30

h. Dampak Kejahatan Kekerasan Seksual bagi Anak ...

i. Peraturan tentang Kejahatan Kekerasan Seksual

pada Anak Menurut Hukum Positif ........................................................

5. Tinjauan tentang Menanggulangi Kejahatan

Kekerasan Seksual pada Anak ............................................................... 37

a. Pengertian Menanggulangi dan Konsepsi

dalam Menanggulangi Kriminalitas ........................................................

b. Upaya Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual 38 pada Anak................................................................................................

c. Bentuk Partisipasi Masyarakat dalam Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak ..............

B. Kerangka Berfikir..................................................................

43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................

1. Tempat Penelitian ...........................................................

2. Waktu Penelitian .............................................................

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ..............................................

1. Bentuk Penelitian ............................................................

C. Sumber Data ..........................................................................

D. Teknik Sampling (Cuplikan) .................................................

E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................

F. Validitas Data ........................................................................

G. Analisis Data .........................................................................

H. Prosedur Penelitian ...............................................................

60 BAB IV HASIL PENELITIAN ..............................................................

A. Deskripsi Lokasi Penelitian.........................................................

1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Kota Surakarta .......

2. Gambaran Terjadinya Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta .................................................................

a. Pelaku dan Korban Kejahatan Kekerasan Seksual

pada Anak di Kota Surakarta ..................................................................

b. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta ................................... 68

3. Upaya Pihak Kepolisian Unit PPA dalam Menanggulangi

Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak ............................................... 75

a. Upaya Preventif (Pencegahan) ........................................ 75

b. Upaya Represif (Penanganan) Secara Penal ...................

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian .............................................

1. Partisipasi Masyarakat dalam Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta ................................... 81

a. Partisipasi Yayasan KAKAK ..........................................

b. Partisipasi Tokoh Masyarakat ......................................... 97

c. Partisipasi Tokoh Agama ................................................ 108

d. Partisipasi Masyarakat Biasa .......................................... 111

2. Kecenderungan Kasus Kejahatan Kekerasan Seksual

pada Anak dan Partisipasi Masyarakat di Kota Surakarta Mengalami Peningkatan ataukah Penurunan dan Solusinya ................... 118

a. Kecenderungan Kasus Kejahatan Kekerasan Seksual

Peningkatan atau penurunan ................................................................... 118

b. Kecenderungan Partisipasi Masyarakat mengalami Peningkatan atau Penurunan ................................................................... 119

c. Solusi ............................................................................... 126

C. Temuan Studi .............................................................................. 129

1. Partisipasi Masyarakat dalam Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta .................................. 129

2. Kecenderungan Kasus Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak dan Partisipasi Masyarakat Mengalami Peningkatan ataukah Penurunan di Kota Surakarta dan solusinya............................................ 133 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................... 136

A. Kesimpulan ................................................................................. 136

B. Implikasi ...................................................................................... 140

C. Saran ............................................................................................ 141

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 144

Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan penelitian

46 Tabel 2. Luas Wilayah Kota Surakarta Per Kecamatan

62 Tabel 3. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Tingkat

Kepadatan Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2009

63 Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut di Kota Surakarta Tahun 2009

64 Tabel 5. Jumlah Penduduk Lima Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Di Kota Surakarta Tahun 2009

64 Tabel 6. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009

Tabel 7. Data Jumlah Kasus Kekerasan Seksual pada Anak dan Wilayah Terjadinya Kasus pada Tahun 2009-Juni 2011 yang Berhasil Dipantau oleh Yayasan KAKAK Surakarta

71 Tabel 8. Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual (Laki-laki: 7, Perempuan

yang Berhasil Dipantau oleh Yayasan KAKAK Surakarta

72 Tabel 9. Data Kasus Kekerasan Seksual dengan Korban Anak Selama Tahun 2010 (Bulan Januari-Desember)

73 Tabel 10. Data Kasus Kekerasan Seksual dengan Korban Anak Selama Tahun 2011 (Bulan Januari-Desember)

Tabel 11. Ketentuan Umum PPT PA (Program Pelayanan Terpadu Bagi

Perempuan dan Anak) Kelurahan Jebres 105

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran. .................................................

45 Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif ..............................................

59 Gambar 3. Alur Pelaporan Kasus Kejahatan Kekerasan Seksual pada Pihak Kepolisian ...........................................................

77 Gambar 4. Proses Penyidikan (Pemeriksaan) Perkara Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak ..............................................

79

Halaman

Lampiran 1. Daftar Informan. ................................................................. 147 Lampiran 2. Pedoman Wawancara ......................................................... 154 Lampiran 3. Pedoman Observasi ............................................................ 158 Lampiran 4. Catatan Lapangan Wawancara dengan Anggota Kepolisian

Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta .......................... 159 Lampiran 5. Catatan Lapangan Wawancara dengan Pengurus Yayasan KAKAK Surakarta ............................................... 168

Lampiran 6. Catatan Lapangan Wawancara dengan Masyarakat ........... 186 Lampiran 7. Trianggulasi Data .............................................................. 257 Lampiran 8. Materi Sosialisasi tentang Kekerasan pada Anak dari Yayayasan pada Masyarakat ............................................................ 260 Lampiran 9. Materi Sosialisasi tentang Kekerasan pada Anak

dari Yayasan KAKAK pada Sekolah ................................... 262

Lampiran 10. Materi Kegiatan Capacity Building dari Yayasan KAKAK

kepada Pengurus PPT PA Kelurahan Jebres .................... 265

Lampiran 11. Foto Kegiatan Penelitian .................................................. 280 Lampiran 12. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi

kepada Dekan FKIP UNS ................................................ 289 Lampiran 13. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Ijin Penyusunan Skripsi ................................................................................. 290 Lampiran 14. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out

kepada Rektor UNS ......................................................... 291

Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out kepada Pimpinan Yayasan KAKAK Surakarta .................................................................. 292 Lampiran 16. Surat Permohonan Pengantar Ijin Penelitian kepada Walikota Surakarta .................................................................................. 293 Lampiran 17. Surat Permohonan Ijin Penelitian kepada Kapolres Polresta Surakarta.................................................................................... 294

Polresta Surakarta ............................................................. 295 Lampiran 19. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari Yayasan KAKAK Surakarta ............................................. 296 Lampiran 20. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari Kantor Kecamatan Jebres .................................................. 297 Lampiran 21. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari Kantor Kecamatan Pasar Kliwon ...................................... 298 Lampiran 22. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian dari Kantor Kelurahan Joyotakan Kecamatan Serengan .......... 299

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara hukum (rechstaat), yang memiliki beberapa ciri diantaranya menjunjung tinggi hukum dan HAM (Hak Asasi Manusia). Semua hak dan kewajiban warga negara dijamin dalam UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945) sebagai dasar negara. Salah satu hak dan kewajiban warga negara yang dijamin oleh UUD 1945 yaitu hak dan kewajiban untuk ikut berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Diantaranya ikut berpartisipasi membela negara dari berbagai ancaman dari luar maupun dari dalam bangsa itu sendiri. Dalam hal ini yaitu partisipasi dalam menanggulangi permasalahan yang timbul di dalam masyarakat, misalnya kejahatan kekerasan seksual pada anak. Kekerasan seksual pada anak merupakan suatu ancaman yang datang dari dalam bangsa dan sangat berbahaya bagi mental dan moral generasi penerus bangsa.

Indonesia merupakan negara yang berpedoman pada ideologi Pancasila yang di dalam kelima sila Pancasila tersebut terdapat nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang seharusnya digunakan sebagai dasar untuk menjalin hubungan dengan sesama manusia. Namun pada kenyataannya tidak sedikit dari kita yang hidup tidak sejalan dan bertentangan dengan pedoman hidup tersebut, misalnya hidup dengan cara liar, amoral, bebas dan bertentangan dengan ajaran agama seperti halnya orang yang tidak mengakui dan menggap adanya Tuhan. Kekerasan seksual pada anak merupakan salah satu perbuatan yang bertentangan dengan ideologi bangsa dan merupakan perbuatan yang asusila, amoral, biadab, tidak berperikemanusiaan, tidak berperikeadilan dan merupakan kejahatan yang merugikan serta mendatangkan penderitaan bagi korban dan keluarganya. Oleh sebab itu, perbuatan ini dapat merusak ketentraman masyarakat karena sangat bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

perbuatan tersebut bertentangan dengan hukum dan melanggar pasal 287, 289, 290, 291, 292 293, 294 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana selanjutnya disingkat KUHP dan pasal 81 dan 82 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kartini, Kartono (2005: 152) mengatakan bahwa

ekerasan seksual pada anak termasuk dalam k

Selanjutnya menurut Irwanto, dkk (2008 : 5) mengatakan bahwa : Anak-anak adalah masa depan. Bukan hanya masa depan bagi dirinya dan

keluarganya, tetapi juga masa depan bagi komunitas, bangsa dan negaranya. Mereka adalah masa depan bagi kemanusiaan, tanpa anak tidak ada masa depan bagi siapapun. Tidak memperhatikan kualitas hidup anak sama artinya dengan tidak memperhatikan kelangsungan hidup keluarga, komunitas, bangsa dan negara di masa yang akan datang.

Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang dimiliki oleh orang dewasa. Berdasarkan Konvensi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tentang Konvensi Hak Anak (KHA) tahun 1989 dinyatakan bahwa anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, partisipasi, serta berhak mendapatkan perlindungan dari segala tindak kekerasan dan diskriminasi. Namun ironisnya, meskipun pemerintah telah meratifikasi KHA international tersebut, pada hakekatnya negara belum mampu mencegah dan melindungi anak dari segala bentuk pelanggaran hak anak, tindak kekerasan dan diskriminasi. Irwanto,

tindakan yang melanggar hak-hak anak melalui penyalahgunaan kekerasan atas diri anak yang dimanipulasi sedemikian rupa sehingga anak dijadikan korban dan diperlakukan sebagai ob

Dunia anak yang seharusnya diwarnai dengan kegiatan yang menyenangkan seperti bermain, berekreasi, belajar, dan berkreasi untuk mengembangkan minat dan bakat demi pengembangan diri mereka demi masa depan dirinya dan bangsanya. Namun pada kenyataanya, dunia anak justru banyak diwarnai oleh peristiwa kelam dan menyedihkan (Abu Huraerah, 2007: 21).

Banyak anak-anak yang mengalami berbagai macam tindak kekerasan dari orang-orang yang ada disekitar mereka, bukan hanya kekerasan fisik, Banyak anak-anak yang mengalami berbagai macam tindak kekerasan dari orang-orang yang ada disekitar mereka, bukan hanya kekerasan fisik,

Tim Yayasan KAKAK (2011 : 3) dalam salah satu bukunya yang berjudul Aku Ingin Jadi Matahari, mengatakan bahwa: Kekerasan seksual adalah hubungan/interaksi antara seorang anak dengan

seseorang yang lebih tua (dewasa) atau anak yang lebih banyak nalar seperti saudara kandung atau orang tua, orang asing dimana anak tersebut dipergunakan sebagai objek pemuas bagi kebutuhan seksual si pelaku. Perbuatan-perbuatan ini dilakukakn dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan atau tekanan. Kegiatan-kegiatan yang mengandung kekerasan seksual tidak harus melibatkan kontak badan antara pelaku dan anak tersebut.

Definisi kekerasan seksual lebih dari perkosaan, bahkan kekerasan seksual tidak hanya mencakup pada hubungan seksual dengan kontak fisik tetapi juga non kontak fisik misalnya yaitu berkomentar kotor, mempertontonkan alat kelaminnya pada orang lain, dan menonton seorang anak sedang telanjang atau menyuruh atau memaksa anak-anak untuk menonton gambar dan video porno juga merupakan kekerasan seksual.

Pangkahila dalam Tim Yayasan KAKAK (2011: 4) mengatakan bahwa fantasi, dan dorongan seksual

yang menimbulkan ketegangan seksual, dan membutuhkan pelepasan seksual

Kekerasan seksual pada anak merupakan cerminan dari mentalitas pelaku yang tidak terbentuk secara matang. Dorongan nafsu seks yang dibarengi dengan emosi yang tidak mapan membuat orang tidak dapat menempatkan dan menekan hasrat seksual dengan baik. Anak-anak yang seharusnya dilindungi, dijaga dan diberi kasih sayang justru dijadikan sebagai objek pemuas seksual mereka. Selain mentalitas rendahnya moral dan kesadaran tentang nilai-nilai religi yang dimiliki Kekerasan seksual pada anak merupakan cerminan dari mentalitas pelaku yang tidak terbentuk secara matang. Dorongan nafsu seks yang dibarengi dengan emosi yang tidak mapan membuat orang tidak dapat menempatkan dan menekan hasrat seksual dengan baik. Anak-anak yang seharusnya dilindungi, dijaga dan diberi kasih sayang justru dijadikan sebagai objek pemuas seksual mereka. Selain mentalitas rendahnya moral dan kesadaran tentang nilai-nilai religi yang dimiliki

karena pelakunya sering menggunakan cara-cara yang jahat dan melanggar ajaran dan nilai-nilai agama yang disertai tipuan, ancaman, kekerasan dan paksaan hal tersebut dilakukan oleh pelaku untuk menunjukkan kekuatan yang digunakan sebagai alat untuk melancarkan niat jahatnya (Wahid dan Irfan, 2001 : 32).

Astri Purwakasari mengemukakan bahwa salah satu faktor pendorong anak menjadi korban kekerasan seksual yaitu: Anak-anak kerap menjadi korban perkosaan karena mereka innocent (polos)

dan tidak berdaya, apalagi jika harus berhadapan dengan orang yang lebih dewasa terutama orang tua. Dalam perkosaan anak, pelakunya menggunakan kekerasan sebagai unsur unjuk kekuatan (show of force) dari pelaku pada korban. Biasanya pelaku adalah pengecut yang ingin menunjukkan kekuatannya pada si lemah (Astri Purwakasari, 2009: 4 diakses dalam http://kakak.org/home).

Kota Surakarta merupakan sebuah kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk 11.370 jiwa/km 2 , angka tersebut menyebabkan Kota Surakarta menjadi

kota terpadat di Provinsi Jawa Tengah. Dengan kepadatan penduduk tersebut menyebabkan Kota Surakarta memiliki potensi problem sosial yang cukup rawan seperti perumahan, kesehatan termasuk kriminalitas. Pada Tahun 2006 Kota Surakarta ditetapkan sebagai salah satu kota percontohan Kota Layak Anak di Indonesia. Kota yang seharusnya layak bagi anak, dapat menjamin hak-hak anak, serta mampu melindungi dan memberikan rasa aman bagi anak. Namun pada kenyataannya masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan dunia anak, salah satunya adalah masih adanya anak yang menjadi korban kejahatan kekerasan seksual yang dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kejahatan kekerasan seksual pada anak di Kota Surakarta belum bisa ditanggulangi secara tuntas.

Berdasarkan data yang peneliti dapat dari RPK (Ruang Pelayanan Khusus) Unit PPA (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak) Sat Reskrim Polresta Surakarta, dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2011 terdapat 19 kasus kejahatan kekerasan seksual dengan korban anak (0-18 tahun) yang dilaporkan ke Berdasarkan data yang peneliti dapat dari RPK (Ruang Pelayanan Khusus) Unit PPA (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak) Sat Reskrim Polresta Surakarta, dari bulan Januari 2010 sampai bulan Desember 2011 terdapat 19 kasus kejahatan kekerasan seksual dengan korban anak (0-18 tahun) yang dilaporkan ke

Selain data yang peneliti dapat dari Unit PPA Sat Reskrim Polresta Surakarta, peneliti juga mendapatkan data dari Yayasan KAKAK Surakarta yang menyebutkan bahwa dari bulan Januari 2009 hingga bulan Juni 2011 terdapat 19 korban kekerasan seksual yang berhasil dipantau oleh Yayasan KAKAK. Kebayakan korban yang berhasil dipantau yaitu anak yang berusia 15-16 tahun. Kemudian untuk pelaku 90% orang yang sudah lama mereka kenal dan 10% orang yang baru kenal. Tempat kejadian sendiri sebagian besar terjadi di rumah korban, di rumah pelaku dan hotel atau tempat penginapan. Data tersebut tentu hanya data yang nampak di permukaan karena data yang sesungguhnya bisa lebih banyak lagi. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh salah satu staf Yayasan KAKAK yaitu Kak Atur kekerasan seksual pada anak merupakan fenomena gunung es artinya kasus yang terlihat di permukaan hanyalah sebagian kecil saja dari kejadian yang sebenarnya (Catatan Lapangan No. 4 selanjutnya disingkat CL. 4).

Secara legislatif negara Indonesia memang menunjukkan kemajuan yang bermakna dalam komitmennya untuk memberikan sanksi lebih tegas bagi para pelaku kekerasan seksual, hal ini terwujud dengan adanya UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang memberikan sanksi khusus pada pasal 81 dan 82 bagi pelaku kekerasan seksual. Sanksi tersebut tentu menunjukkan adanya kemajuan karena sebelumnya penjatuhan sanksi bagi pelaku kejahatan kekerasan seksual pada anak mengacu pada KUHP yang hukumannya hanya berupa pidana penjara paling lama sembilan tahun sedangkan dalam pasal 81 dan 82 UU Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama yaitu 15 tahun serta denda uang paling banyak Rp 300.000.000 dan paling sedikit Rp 60.000.000. Meskipun demikian persoalan 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama yaitu 15 tahun serta denda uang paling banyak Rp 300.000.000 dan paling sedikit Rp 60.000.000. Meskipun demikian persoalan

dengan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana, merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat .

Pasal 69 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan meliputi :

(1) Perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi kekerasan fisik, psikis, dan seksual dilakukan melalui upaya :

a. Penyebarluasan dan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang melindungi anak korban tindak kekerasan; dan

b. Pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi. (2) Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, atau turut serta melakukan kekerasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Masyarakat adalah kelompok yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi anak, apalagi masyarakat sangat dekat dengan kehidupan anak-anak, sehingga masyarakat harus berpartisipasi aktif dalam berbagai bentuk upaya perlindungan anak termasuk memecahkan berbagai permasalahan yang menyangkut keselamatan anak. Dalam pasal 72 ayat (1) Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa Masyarakat berhak memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam

Pasal (2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, badan usaha, dan media massa. Kemudian pada Pasal 73 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak diterangkan

Peran masyarakat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku . Menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak meliputi upaya pencegahan, penanganan dan rehabilitasi korban. Menanggulangi kejahatan Peran masyarakat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku . Menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak meliputi upaya pencegahan, penanganan dan rehabilitasi korban. Menanggulangi kejahatan

Salah satu komponen yang dikembangkan oleh Pendidikan Kewarganegaraan yaitu ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) yang salah satunya adalah ketrampilan partisipasi (participation skills). Dalam konteks ini warga negara yang dimaksud adalah masyarakat. Mengacu pada Pasal 72 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak partisipasi masyarakat yang dimaksud adalah Lembaga Swadaya Masyarakat dan masyarakat perorangan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang

Menanggulangi Kejahatan Kekerasan Seksual pada Anak di Kota Surakarta

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak di Kota Surakarta ?

2. Bagaimana kecenderungan kejahatan kekerasan seksual pada anak dan partisipasi masyarakat di Kota Surakarta mengalami peningkatan ataukah penurunan, dan solusinya ?

C. Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak di Kota Surakarta.

partisipasi masyarakat di Kota Surakarta, mengalami peningkatan ataukah penurunan dan solusinya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun secara praktis, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi bidang studi PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) dalam mengimplementasikan mata kuliah Korupsi dan Patologi Sosial yang berkaitan dengan penyakit masyarakat yaitu kejahatan kekerasan seksual pada anak, dan IKn (Ilmu Kewarganegaraan) yang berkaitan dengan keterampilan warga negara untuk berpartisipasi (civic skill participatoris).

b. Sebagai referensi penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam menanggulangi kejahatan kekerasan seksual pada anak.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan yang bermanfaat bagi seluruh elemen masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam membantu tugas lembaga penegak hukum, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan instansi-instansi terkait, dalam memecahkan permasalahan yang timbul di masyarakat terutama yang menyangkut keselamatan dan eksistensi generasi penerus bangsa khususnya kejahatan kekerasan seksual pada anak.

b. Memberikan motivasi dan menumbuhkan tanggungjawab serta kesadaran bagi masyarakat akan pentingnya melakukan penanggulangan kejahatan kekerasan seksual pada anak.

c. Menambah kepustakaan dalam bidang Ilmu Sosial di Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Partisipasi

a. Pengertian Partisipasi

to take part apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang berarti ambil bagian . Sedangkan partisipasi dalam pengertian umum diartikan dengan peran serta, keikutsertaan seseorang atau sekumpulan orang dalam suatu kegiatan bersama. Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

erilahal turut berperan serta dalam suatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengertian partisipasi akan disajikan beberapa pendapat tentang pengertian partisipasi yaitu, sebagai berikut :

Bornby dalam Totok Mardikanto (1988: 101) mendefinisikan partisipasi sebagai

indakan mengambil bagian yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari suatu kegiatan dengan maksud untuk memperoleh manfaat

Hal senada diungkapkan oleh Teodorson dalam Totok Mardikanto asi merupakan keikut-sertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri

Murbyarto dalam Taliziduhu Ndraha (1990: 102) mengartikan artisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri

pemberdayaan masyarakat sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang di pemberdayaan masyarakat sehingga mampu menyelesaikan sendiri masalah yang di

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Angell dalam Sacafirmansyah mengatakan bahwa : Partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak

faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: 1) Usia, 2) jenis kelamin, 3) pendidikan, 4) pekerjaan dan penghasilan, serta 5) lamanya tinggal (Sacafirmansyah, 2009: 7-8 diakses dalam www.sacafirmansyah.wordpress.com ).

Di bawah ini adalah penjabaran dari kelima faktor tersebut :

1) Usia Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.

2) Jenis kelamin Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan

bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3) Pendidikan Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap 3) Pendidikan Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap

4) Pekerjaan dan penghasilan Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.

5) Lamanya tinggal Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.

c. Syarat Tumbuhnya Partisipasi

Margono Slamet dalam Totok Mardikanto (1988: 109) mengatakan bahwa:

ntuk menumbuhkan partisipasi itu sendiri sebagai kegiatan nyata diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1) Adanya kesempatan; 2) kemampuan; dan 3) kemauan warga masyarakat untuk berpartisipasi

Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Adanya kesempatan untuk berpartisipasi Dalam kenyataan, banyak program pembangunan kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Di lain pihak, juga sering dirasakan t masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi. Beberapa kesempatan yang dimaksud di sini adalah : 1) Adanya kesempatan untuk berpartisipasi Dalam kenyataan, banyak program pembangunan kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Di lain pihak, juga sering dirasakan t masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat atau dituntut untuk berpartisipasi. Beberapa kesempatan yang dimaksud di sini adalah :

b) Kesempatan untuk memperoleh informasi pembangunan.

c) Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya (alam, dan manusia) untuk pelaksanaan pembangunan.

d) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat (termasuk peralatan pelengkap penunjangnya).

e) Kesempatan ikut berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan, dan

f) Kesempatan

mengembangkan kepemimpinan

yang mampu

menumbuhkan,

menggerakkan, dan

mengembangkan, serta

memelihara partisipasi masyarakat.

2) Kemampuan untuk berpartisipasi Perlu disadari bahwa adanya kesempatan-kesempatan yang disediakan/ditumbuhkan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat akan tidak banyak berarti, jika masyarakatnya memiliki kemampuan untuk berpartisipasi, yang dimaksud dengan kemampuan di sini adalah :

a) Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan- kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya).

b) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki.

c) Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

3) Kemauan untuk berpartisipasi 3) Kemauan untuk berpartisipasi

a) Sikap

untuk meninggalkan

b) Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.

c) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri.

d) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah dan tercapainya tujuan pembangunan.

e) Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya untuk memperbaiki mutu hidupnya.

d. Macam-Macam dan Bentuk-Bentuk Partisipasi

1) Macam-macam Partisipasi

Berdasarkan derajat kesukarelaan partisipasi, Dusseldorp dalam Totok Mardikanto (1988: 105)

embedakan macam-macam partisipasi dalam: a) Partisiasi bebas, b) partisipasi paksaan atau partisipasi tertekan, dan c) partisipasi karena kebiasaan

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Partisipasi bebas, yaitu partisipasi yang dilandasi oleh rasa kesukarelaan yang bersangkutan untuk mengambil bagian dalam suatu kegiatan. Partisipasi bebas ini dibedakan dalam :

(1) Partisipasi spontan, yaitu partisipasi yang tumbuh secara spontan dari keyakinan atau pemahamannya sendiri, tanpa adanya pengaruh yang diterimanya dari penyuluhan atau bujukan yang dilakukan oleh pihak lain (baik individu maupun lembaga masyarakat) (1) Partisipasi spontan, yaitu partisipasi yang tumbuh secara spontan dari keyakinan atau pemahamannya sendiri, tanpa adanya pengaruh yang diterimanya dari penyuluhan atau bujukan yang dilakukan oleh pihak lain (baik individu maupun lembaga masyarakat)

b) Partisipasi paksaan atau partisipasi tertekan yang pada dasarnya dibedakan dalam dua macam yaitu: (1) Partisipasi tertekan oleh hukum atau peraturan, yaitu keikutsertaan

dalam suatu kegiatan yang diatur oleh hukum/peraturan yang berlaku yang bertentangan dengan keyakinan atau pendiriannya sendiri, tanpa harus memerlukan persetujuannya terlebih dahulu.

(2) Partisipasi paksaan karena keadaan sosial-ekonomi. Partisipasi seperti ini seolah-olah dapat disamakan dengan partisipasi bebas, karena partisipasi sama sekali tidak memperoleh tekanan atau paksaan secara langsung dari siapapun juga untuk berpartisipasi. Tetapi, jika ia tidak berpartisipasi dalam kegiatan tertentu, ia akan menghadapi tekanan, ancaman atau bahkan bahaya yang akan menekan kehidupannya sendiri dan kelurganya, misalnya keikutsertaan seseorang dalam partai politik, keikutsertaan petani kecil dalam kelompok patron-client tertentu, ataupun keanggotaan petani dalam kelompok tani.

c) Partisipasi karena kebiasaan, yaitu suatu bentuk partisipasi yang dilakukan karena kebiasaan setempat, seperti kebiasaan-kebiasaan karena jenis kelamin, ras, agama/aliran kepercayaan, dan sebagainya.

2) Bentuk-bentuk Partisipasi

Menurut Sacafirmansyah dalam artikelnya yang berjudul Partisipasi Masyarakat dengan menggabungkan pemikiran dari Holil Menurut Sacafirmansyah dalam artikelnya yang berjudul Partisipasi Masyarakat dengan menggabungkan pemikiran dari Holil