Hasil Penelitian

B. Hasil Penelitian

1. Satuan Lahan Daerah Penelitian

Menurut FAO dalam R.A. van Zuidam dan Zuidam-Cancelado (1979: 3), Satuan lahan merupakan satuan bentang alam yang digambarkan serta di petakan atas dasar sifat fisik atau karakteristik lahan tertentu. Satuan lahan merupakan suatu wilayah yang memiliki kesamaan bentuklahan dan timbulan, bahan induk dan penggunaan lahan dan penutup lahan pada saat sekarang. Satuan lahan dalam penelitian ini peroleh dari hasil tumpangsusun peta geologi, peta tanah, peta kemiringan lerang dan peta penggunaan lahan. Dipilihnya satuan lahan sebagai satuan pemetaan karena setiap satuan lahan mencerminkan adanya pengaruh sifat, watak tanah, relief dan lereng serta penggunaa lahanya. Parameter penyusunan satuan lahan DAS Jambangan selengkapnya digambarkan pada uraian berikut:

a. Parameter Penyusun Satuan Lahan

1. Satuan Tanah Satuan tanah yang digunakan adalah dalam kategori macam. Berdasarkan Peta Tanah Kabupaten Karanganyar yang dikeluarkan Badan Pembangunan Daerah Kabupaten Karanganyar Skala 1:50.000, Das Jambangan memiliki 2 macam tanah yaitu Latosol Coklat dan Mediteran Merah Kuning. Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa mayoritas tanah yang terdapat di DAS Jambangan adalah Latosol Coklat dengan luas 2016,231 Ha (93,09%) yang tersebar di kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo bagian utara dan barat, serta Kecamatan Ngargoyoso bagian utara. Tanah jenis Mediteran Merah Kuning mempunyai luas 159,649 Ha (6,91%) yang tersebar di Kecamatan Kerjo bagian timur dan Kecamatan Ngargoyoso bagian timur.

2. Satuan Batuan Satuan batuan yang digunakan sebagai penyusun satuan lahan menggunakan nama formasi batuan. Hal ini karena setiap formasi batuan berbeda, sehingga karakteristik menanggapi tenaga eksogen juga akan berbeda-beda pula. Pada batuan yang keras dan kompak akan lebih sulit terlapuk darpada sifat batuan yang lunak dan banyak memiliki retakan (joint) dan patahan (fault). Berdasarkan

commit to user

hasil pengamatan di DAS Jambangan memiliki tingkat pelapukan batuan yang ringan ditunjukan dengan ukuran batuan yang besar dan kompak.

Berdasarkan litologinya DAS Jambangan tersusun atas formasi batuan Endapan Lahar Lawu. Formasi batuan ini pada umumnya berkomponen andesit basal dan sedikit batuapung beragam ukuran yang bercampur dengan pasir gunungapi yang umumnya berasal dari endapan lahar Gunungapi Lawu.

3. Kemiringan Lereng Variabel kemiringan lereng merupakan variabel yang sangat berpengaruh terhadap penentuan besar erosi. Klasifikasi kemiringan lereng yang digunakan di DAS Jambangan menurut klasifikasi lereng dari Asdak (1995: 415), seperti pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12.Kemiringan Lereng di DAS Jambangan

No Kemiringan ( % )

Klasifikasi

Kelas Lereng

Luas Ha %

25 Agak Curam

45 Sangat Curam V

224,892 10 Jumlah

2.165,697 100

Sumber: - Interpretasi Peta Rupa Bumi Indonesia lembar - Hasil perhitungan tahun 2011-2012

4. Penggunaan Lahan Penyusun satuan lahan yang ke empat adalah penggunaan lahan. Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik meteriil maupun spiritual (Arsyad, 1989:207). Penggunaan lahan merupakan hasil interaksi antara aktivitas manusia dengan lingkungan alami. Berdasarkan jenis penggunaan lahan di DAS Jambangan dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu kebun/perkebunan, permukiman, sawah irigasi, dan tegalan. Proporsi penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 4.7.

commit to user

Gambar 4.7. Diagram Luas Jenis Penggunaan Lahan di DAS Jambangan

b. Satuan Lahan Berdasarkan hasil tumpangsusun (overlay) Peta Tanah, Peta Geologi, Peta Lereng, Peta Penggunaan Lahan, serta melakukan generalisasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada di dalamnya maka dihasilkan satuan lahan sebanyak 22 unit. Satuan lahan terkecil di DAS Jambangan terdapat di Desa Kuto dengan simbol Qlla-II-LC-Sw dan memiliki luas 10,779 ha. Satuan lahan terbesar di DAS Jambangan dengan luas 128,129 ha. Satuan lahan ini secara administarsi berada di Desa Pendem dan Desa Kwadungan.

Untuk lebih jelasnya penjabaran satuan lahan dan luasannya dapat dilihat pada Lampiran 3. Satuan lahan secara keruangan dapat dilihat pada Peta 4.5.

Kebun/ Perkebunan

33%

Permukiman 41%

Sawah Irigasi

23%

Tegalan / Ladang 3%

commit to user

Peta 4.5. Peta Satuan Lahan

commit to user

2. Erosi Tanah

Erosi merupakan salah satu tenaga geomorfologis yang menyebabkan terpindahnya tanah ke tempat lain yang lebih rendah. Menurut Arsyad (1989:30), erosi merupakan peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah dan bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh media alami. Besarnya erosi yang diperkirakan dalam penelitian ini merupakan erosi yang dipercepat (accelerated erosion) yaitu erosi yang penyebab utamanya adalah kegiatan manusia atau kadang-kadang hewan dan besarnya jauh lebih cepat dari erosi normal atau erosi geologi.

a. Faktor-Faktor Penyebab Erosi Perhitungan besar erosi dalam penelitian ini mengunakan permodelan

Universal Soil Loss Equation (USLE) atau Persaman Umum Kehilangan Tanah (PUKT) yaitu: A = R K L S C P (Ton/Ha/Thn). Perincian penentuan indeks- indeks tersebut dijabarkan pada butir-butir di bawah ini. Tiap-tiap indeks ditetapkan secara individual untuk tiap satuan lahan yang sudah ditentukan sebelumnya.

1) Perhitungan Indeks Faktor Erosivitas Hujan (R) Faktor erosivitas hujan sangat dipengaruhi oleh curah hujan yang jatuh di daerah penelitian. Walaupun curah hujan mempunyai kemampuan untuk menimbulkan erosi tetapi tidak setiap kejadian hujan akan menimbulkan erosi. Pada beberapa pengamatan dilapangan terlihat pada saat hujan hujan turun mampu menimbulkan limpasan permukaan dan pada saat hujan lain yang jatuh pada lahan yang sama tidak menimbulkan limpasan permukaan. Lebih lanjut jiak diperhatikan limpasan permukaan yang terjadi jernih dan pada saat yang lain keruh. Hujan yang tidak menimbulkan limpasan pemukaan atau limpasan permukaannya jernih berarti hujan tersebut tidak menyebabkan erosi atau walaupun terjadi erosinya relatif kecil. Sebaliknya jika limpasan permukaanya keruh maka erosi yang terjadi besar. Kejadian tersebut menunjukan bahwa hujan mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menyebabkan erosi.

Dalam penelitian ini untuk penentuan nilai indeks faktor erosivitas hujan digunakan data dari stasiun pengamatan hujan antara lain Stasiun Pengamatan

commit to user

Kerjo, Stasiun Pengamatan Ngargoyoso, Stasiun Pengamatan Mojogedang, Stasiun Pengamatan Karangpandan.

Data curah hujan yang digunakan merupakan data curah hujan yang tercatat selama 10 tahun, dimulai dari tahun 2001 hingga tahun 2010. Indeks Erosivitas Hujan (R) setiap stasiun pengamatan di DAS Jambangan tahun 2001- 2010 dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Rerata Curah Hujan, Hari Hujan, Bulan Basah, Bulan Kering,

Intensitas Hujan, dan Erosivitas Hujan (R) Setiap Stasiun Pengamatan di DAS Jambangan Tahun 2001-2010

No.

Stasiun Pengamatan

Curah Hujan (mm/th)

Hari Hujan (Hari /Tahun)

Rata-Rata

Intensitas Curah Hujan (mm/Hari)

R (Kj/Ha)

Bulan Basah

Bulan Kering

Sumber: - Hasil Perhitungan Tabel Curah Hujan Tahun 2001-2010 - Hasil Perhitungan Tahun 2011-2012

Keterangan : *

: Curah hujan tertinggi

**

: Curah hujan terendah

Parameter yang digunakan dalam penentuan indeks faktor erosivitas dalam penelitian ini adalah jumlah curah hujan harian, curah hujan bulanan rata-rata, jumlah hari hujan per bulan dan curah hujan maksimal dalam waktu yang bersangkutan. Hasil pengukuran dan perhitungan data curah hujan daerah penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Dari hasil perhitungan indeks erosivitas hujan tahunan rata-rata di daerah penelitian berkisar antara 128,1 Kj/Ha – 204,87 Kj/Ha. Erosivitas tertinggi terjadi di sekitar daerah Ngargoyoso sebesar 204,87 Kj/Ha dengan curah hujan 2268 mm/th. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh topografi daerah Ngargoyoso yang merupakan lereng timur Gunung Lawu, dengan curah hujan yang terjadi intensitasnya semakin berkurang. Erosivitas hujan terendah terjadi terjadi di sekitar daerah Kerjo sebesar 113,23 Kj/Ha dengan curah hujan sebesar 1853,8 mm/th yang juga merupakan curah hujan terendah di daerah penelitian.

commit to user

Besarnya erosivitas tersebut menunjukan bahwa kemampuan hujan untuk mengerosi cukup besar. Hasil perhitungan indeks faktor erosivitas hujan tahunan rata-rata daerah penelitian setiap satuan lahan di DAS Jambangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

2) Perhitungan Indeks Faktor Erodibilitas Tanah (K) Dari kejadian hujan dengan tingkat energi yan berbeda dapat menimbulkan erosi yang berbeda jika turun pada tanah yang sama, sebaliknya dua kejadian hujan degan tingkat energi yang sama dapat menimbulkan erosi yang berbeda jika turun pada tanah yang berbeda. Pada tingkat energi hujan yang sama tanah yang mempunyai nilai erodibilitas tinggi akan lebih mudah mengalami erosi jika dibandingkan dengan tanah yang mempunyai nilai erodibilitas tanah rendah.

Erodibilitas tanah menyatakan kepekaan tanah terhadap erosi. Kepekaan ini sangat tergantung pada sifat dan kimia tanah. Berdasarkan analisa laboratorium mengenai tekstur, kandungan bahan organik dan permeabilitas tanah serta pengamatan di lapangan mengenai struktur tanah diperoleh nilai erodibilitas tanah (K) terendah 0,197 dan nilai K tertinggi 0,492. Hasil analisis uji erodibilitas tanah di laboratorium dan lapangan disetiap satuan lahan DAS Jambangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

3) Perhitungan Indeks Faktor Lereng (LS) Faktor lereng yang dimaksud adalah faktor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S). Untuk menentukan besarnya panjang lereng dan kemiringan lereng ditentukan berdasarkan peta kemiringan lereng DAS Jambangan dan pengamatan lapangan yang berupa pengukuran kemiringan dan panjang lereng pada masing-masing sampel satuan lahan yang terdapat pada daerah penelitian. Nilai indeks faktor lereng (LS) terendah sebesar 3,44 yaitu satuan lahan nomor 11 dengan simbol Qlla-I-LC-Sw yang berada di Desa Pereng, sedangkan nilai indeks faktor lereng tertinggi sebesar 41,3 yaitu satuan lahan nomor 18 dengan simbol Qlla-LC-Tg-5 yang berada di Desa Dukuh. Nilai indeks faktor lereng tiap satuan lahan di DAS Jambangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

commit to user

4) Perhitungan Indeks Faktor Penutup Lahan (C) Faktor C menunjukan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah, keadaan permukaan tanah dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi), oleh karena besarnya nilai C tidak selalu sama dalam kurun waktu satu tahun. Faktor penutup lahan daerah penelitian ditentukan berdasarkan pengamatan lapangan dan dari hasil interpretasi peta penggunaan lahan DAS Jambangan. Faktor penutup lahan(C) ditunjukan sebagai angka perbandingan yang berhubungan dengan tanah hilang tahunan pada areal yang bervegetasi dalam areal yang sama jika areal tersebut kosong dan ditanami secara teratur. Semakin baik perlindungan permukaan tanah oleh tanaman maka semakin rendah tingkat erosi yang akan terjadi.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan perhitungan, diperoleh nilai indeks factor penutup lahan (C) yang bervariasi antara 0,01 hingga 0,7. Satuan lahan yang memiliki nilai C terendah yaitu 0,01 tersebar di hamper semua desa yang ada di DAS Jambangan kecuali Desa Jatirejo, penggunaan lahan berupa sawah dengan penutup lahan berupa sawah irigasi. Indeks faktor penutup lahan (C) terbesar yaitu 0,7 tersebar di Desa Dukuh, Desa Pendem, Desa Kwadungan, Desa Nglegok dimana penggunaan lahan berupa tegalan tidak dispesifikasi karena penutup lahannya selalu berganti-ganti dari ubi kayu, jagung, kacang tanah dan pisang. Nilai indeks factor penutup lahan (C) tiap satuan lahan di DAS Jambangan dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 7.

5) Perhitungan Indeks Faktor Pengelolaan Lahan dan Konversi Tanah (P)

Pengaruh aktivitas pengelolaan lahan dan konversi tanah (P) terhadap besarnya erosi dianggap berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan oleh aktivitas pengelolaan lahan (C). Tingkat erosi yang terjadi sebagai akibat pengaruh aktivitas pengelolaan lahan dan konversi tanah (P) bervariasi terutama tergantung pada kemiringan lereng.

Pengelolaan lahan dan konversi tanah dari waktu ke waktu dapat mengalami perubahan karena tergantung pada aktivitas manusia menyangkut pola pergiliran tanaman dan cara konservasinya. Jumlah tanah hilang akibat erosi pada dasarnya dapat dikurangi dengan adaptasi pengelolaan lahan yang baik dan upaya

commit to user

konservasi tanah. Berdasarkan pola pergiliran tanamannya di setiap daerah penelitian setiap penggunaan lahan mempunyai perlakuan yang berbeda.

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan perhitungan, diperoleh nilai indeks faktor pengelolaan lahan dan konservasi tanah (P) yang bervariasi antara 0,06 hingga 1,00. Nilai indeks faktor pengelolaan lahan dan konversi tanah (P) terendah yaitu 0,06 yang merupakan daerah dengan tindakan khusus konservasi tanah berupa teras gulud dengan penutup lahan ketela pohon. Sedangakan nilai indeks faktor pengelolaan lahan dan konservasi tanah (P) tertinggi yaitu 1,00 merupakan daerah tanpa tindakan konservasi. Nilai indeks faktor pengelolaan lahan dan konservasi tanah (P) tiap satuan lahan dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 7.

b. Besar Erosi Tanah (A) Besar erosi tanah adalah besarnya tanah yang hilang dai permukaan asli yang disebabkan oleh adanya tetes hujan dan aliran permukaan. Besar erosi tanah tergantung pada besarnya nilai faktor-faktor erosinya ditambah dengan kecepatan aliran permukaan yang terjadi pada daerah tersebut.

Diperkirakan besarnya erosi tanah yang terjadi di DAS Jambangan sebesar ± 5434,307 Ton/Ha/Th. Besar erosi tanah terbesar di DAS Jambangan dengan besar erosi tanah lebih dari 480 Ton/Ha/Th terjadi pada satuan lahan 9 (Qlla-IV- LC-Pmk) sebesar 730,631 Ton/Ha/Th yang terdapat di Desa Dukuh, satuan lahan

10 (Qlla-V-LC-Pmk) sebesar 539,295 Ton/Ha/Th yang terdapat di Desa Pendem, dan satuan lahan 18 (Qlla-V-LC-Tg) sebesar 492,947 Ton/Ha/Th yang terdapat di Desa Dukuh. Satuan lahan tersebut memiliki klasifikasi kemiringan curam (25- 45%) hingga sangat curam (>45%) dan meiliki indeks erosi hujan sebesar 151,44 dan 204,87 Kj/Ha. Besarnya curah hujan semakin memperbesar kemungkinan terjadinya erosi tanah dengan energi kinetik yang jatuh bersama butir-butir air hujan didukung dengan penggunaan lahan berupa tegalan dan permukiman dimana petutup lahan tidak permanen dan tidak mengikuti kaidah konservasi tanah yang baik. Kesempatan tanah menerima air hujan lebih banyak sehingga pengelupasan tanah permukaan semakin intensif, akibatnya tanah-tanah di bawah tutupan tanaman tersebut mengalami kerusakan agregat ketika terjadi hujan.

commit to user

Aliran permukaan akan membawa tanah-tanah yang sudah teruraikan tersebut ke sungai sehingga air sungai di daerah penelitian ini apabila terjadi hujan airnya sangat keruh. Berbeda dengan satuan lahan yang memiliki penggunaan lahan untuk sawah , besar erosi tanah yang terjadi semakin kecil karena memiliki karakteristik pengolahan lahan dengan pola berteras-teras sehingga menghambat limpasan permukaan.

Besar erosi tanah terendah sebesar 0,279 Ton/Ha/Th yang terjadi di satuan lahan nomor 11 (Qlla-I-LC-Sw) yang terletak di Desa Ganten Kecamatan Kerjo. Daerah tersebut berada pada kelas lereng I (1,00-8,00 %) dan penggunaan lahan berupa sawah dan faktor kemiringan lereng yang juga sangat datar sehingga erosi yang terjadi sangat rendah dengan faktor kemiringan lereng yang datar sangat berpengaruh terhadap besar erosi yang terjadi, ditambah lagi dengan tindakan konservasi tanah yang relatif baik. Hasil perhitungan besar erosi tiap satuan lahan di DAS Jambangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8.

3. Tingkat Erosi Tanah

Berdasarkan perhitungan besar erosi dengan menggunakan Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT) yaitu A = R K L S C P (Ton/Ha/Th), DAS Jambangan yang mempunyai luas 2165,697 Ha, terjadi erosi tanah sebesar 5434,307 Ton/Ha/Th yang berarti eosi permukaan DAS Jambangan termasuk Sangat Berat (SB). Perkiraan erosi rata-rata tahunan digunakan untuk pengkelasan besar erosi yang terjadi di DAS Jambangan. Uraian secara rinci akan dijelaskan pada kalimat berikut:

a. Tingkat Erosi Sangat Ringan (SR) Tingkat Erosi Sangat Ringan (SR) mempunyai besar erosi tanah kurang dari 15 Ton/Ha/Th. Tingkat Besar Erosi Sangat Ringan ini terjadi karena karakteristik lahannya sebagian besar memiliki kemiringan lereng kalas I (< 8 %) dengan penggunaan lahan sawah, karakteristik inilah yang berperanan besar terhadap kecilnya erosi yang terjadi dengan topografi yang datar tidak berpengaruh besar terhadap kecepatan aliran air saat terjadi hujan. Selain itu nilai erosivitas di lahan –lahan ini juga relatif kecil karena sebagian besar bernilai 113,23 Kj/Ha. Kecilnya erosi yang terjadi disebabkan karena pada lahan ini

commit to user

berfungsi sebagai media pengendapan atau sedimentasi. Oleh sebab itu lahan bukan mengalami kehilangan tanah tetapi terjadi penambahan tanah. Akibatnya lahan lebih subur dibandingkan lahan lain.

Tingkat Erosi Sangat Ringan terjadi di semua desa yang masuk di dalam DAS Jambangan. Hal ini dikarenakan tiap desa memiliki dataran rendah dengan topografi datar (< 8 %), penggunaan lahan berupa sawah dan memiliki tindakan konservasi tanah yang relatif baik seperti yang terlihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.8. Lahan yang Mempunyai Tingkat Erosi Sangat Ringan yang Terdapat

di Desa Pereng Kecamatan Mojogedang. (Qlla-I-LC-Sw, Foto Bulan Januari

Sebaran daerah dan satuan lahan yang memiliki Tingkat Erosi Sangat Ringan di DAS Jambangan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Tingkat Erosi Sangat Ringan (SR) di DAS Jambangan

No satuan

Faktor - Faktor A

A Klasifikasi Tingkat

No. lahan Satuan Lahan

Luas (Ha)

(Ton/Ha/Th)

Erosi

Kecamatan

Desa/Kelurahan

LS

1 1 Qlla-I-LC-Kb

Kuto 2 1 Qlla-I-LC-Kb

2,448 Sangat Ringan (SR)

Kerjo

Kwadungan 3 2 Qlla-II-LC-Kb

11,034 Sangat Ringan (SR)

Kerjo

Pendem 4 2 Qlla-II-LC-Kb

4,953 Sangat Ringan (SR)

Mojogedang

Kuto 5 3 Qlla-III-LC-Kb

5,136 Sangat Ringan (SR)

Kerjo

Kuto 6 6 Qlla-I-LC-Pmk

11,901 Sangat Ringan (SR)

Kerjo

Pereng 7 6 Qlla-I-LC-Pmk

4,156 Sangat Ringan (SR)

Mojogedang

Ganten 8 6 Qlla-I-LC-Pmk

9,410 Sangat Ringan (SR)

Kerjo

Pendem 9 7 Qlla-II-LC-Pmk

9,069 Sangat Ringan (SR)

Mojogedang

Pereng, Kuto, Pendem 10 7 Qlla-II-LC-Pmk

14,434 Sangat Ringan (SR)

Pereng 11 7 Qlla-II-LC-Pmk

11,088 Sangat Ringan (SR)

Mojogedang

Dukuh, Kuto 12 11 Qlla-I-LC-Sw

9,765 Sangat Ringan (SR)

Ganten 13 11 Qlla-I-LC-Sw

0,279 Sangat Ringan (SR)

Kerjo

Pereng 14 11 Qlla-I-LC-Sw

0,256 Sangat Ringan (SR)

Mojogedang

Tamansari, Kwadungan 15 12 Qlla-II-LC-Sw

0,268 Sangat Ringan (SR)

Kerjo

Ngadirejo 16 12 Qlla-II-LC-Sw

0,524 Sangat Ringan (SR)

Mojogedang

Pendem 17 12 Qlla-II-LC-Sw

0,470 Sangat Ringan (SR)

Mojogedang

Kuto 18 12 Qlla-II-LC-Sw

0,495 Sangat Ringan (SR)

Kerjo

Kuto 19 12 Qlla-II-LC-Sw

0,543 Sangat Ringan (SR)

Kerjo

Pereng, Kuto 20 12 Qlla-II-LC-Sw

0,562 Sangat Ringan (SR)

Kuto 21 13 Qlla-III-LC-Sw 18,700 113,23 0,37 14,47 0,01 1,00 6,014 Sangat Ringan (SR)

0,496 Sangat Ringan (SR)

7,091 Sangat Ringan (SR)

6,404 Sangat Ringan (SR)

Dukuh, Tamansari

8,029 Sangat Ringan (SR)

3,043 Sangat Ringan (SR)

Dukuh, Tamansari

3,223 Sangat Ringan (SR)

1,001 Sangat Ringan (SR)

14,920 Sangat Ringan (SR)

Sumber : Hasil analisis SIG , data primer dan sekunder tahun 2010-2011

104

commit to user

b. Tingkat Erosi Ringan (R) Tingkat Erosi Ringan mempunyai besar erosi antara 15 – 60 Ton/Ha/Th dsengan sebaran seluas 181,082 hektar (8,36%). Karakteristik lahannya memiliki kemiringan lereng kelas bervariasi mulai dari kelas I – IV. Pada kelas lereng I terjadi pada satuan lahan Qlla-LC-Tg-1 dengan penutup lahan berupa tanaman ubi kayu dengan campuran kacang tanah dengan konstruksi teras yang buruk seperti pada Gambar 4.7. Sedangkan pada lereng IV (Qlla-IV-Mmk-Kb) dengan penutup lahan berupa tanaman karet dan rumput ditambah konstruksi teras yang baik mampu mengurangi energi kinetik dari butiran hujan dan juga meminimalisir erosi yang terjadi.

Gambar 4.9. Lahan Yang Mempunyai Tingkat Erosi Ringan Yang Terdapat di Desa Pendem. (Qlla-I-LC-Tg, Foto Bulan Januari 2012)

Secara administratif Tingkat Erosi Ringan tersebar di Desa Pendem, Kuto, Ngadirejo, Dukuh dan Nglegok. Sebaran Tingkat Erosi Ringan di DAS Jambangan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.15.

commit to user

Tabel 4.15 Tingkat Erosi Ringan (R) di DAS Jambangan

No.

No Satuan Lahan

Satuan Lahan

Luas

(Ha)

Faktor - Faktor A

A (Ton/Ha/Th)

Klasifikasi Kelas Besar

Erosi

Kecamatan Desa/Kelurahan

51,386 Ringan (R)

Mojogedang Pendem 2 7 Qlla-II-LC-Pmk

26,199 151,44 0,37

6,75 0,50 0,20

37,808 Ringan (R)

Kerjo Kuto 3 7 Qlla-II-LC-Pmk

14,364 151,44 0,37

5,63 0,60 0,20

37,865 Ringan (R)

Mojogedang Ngadirejo 4 16 Qlla-I-LC-Tg

11,012 113,23 0,42

5,66 0,20 0,35

18,205 Ringan (R)

Ngargoyoso Dukuh 5 19 Qlla-IV-Mmk-Kb

42,261 128,10 0,21 17,26 0,20 0,35

32,848 Ringan (R)

Ngargoyoso Nglegok

Sumber : Hasil analisis SIG, data primer dan sekunder tahun 2010-2011

c. Tingkat Erosi Sedang (S) Tingkat Erosi Sedang mempunyai luas 355,595 Ha (16,42%). Besar kehilangan tanah antara 60 – 180 Ton/Ha/Th. Karakteristik lahannya mempunyai kelas lereng IV (25% - 45%) dengan penggunaan lahan yang didominasi oleh kebun dan permukiman. Penutup lahan pada Tingkat Erosi ini berupa kebun karet dan permukiman dengan kebun campuran. Melihat besarnya kemiringan lereng yang ada dan erosivitas hujan yang tinggi (113,23 - 204,87 Kj/Ha) namun erosinya masih termasuk sedang, hal ini membuktikan bahwa sebagian upaya konservasi yang dilakukan masyarakat sudah tepat secara fisik maupun vegetatif misalnya pembuatan terasering dan penanaman mengikuti kontur. Selain itu pada lahan kebun karet yang ada pada bagian hulu juga ditanami rumput sebagai upaya konservasi tanah untuk mengurangi energi kinetik hujan dan memperlambat laju aliran air hujan (rain flow).

Secara administratif Tingkat Erosi Sedang tersebar di Desa Kuto, Nglegok, Dukuh, Tamansari, dan Kwadungan. Sebaran Tingkat Erosi Sedang di DAS Jambangan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.16.

commit to user

Tabel 4.16 Tingkat Erosi Sedang (S) di DAS Jambangan

No.

No Satuan Lahan

Satuan Lahan

Luas

(Ha)

Faktor - Faktor A

A (Ton/Ha/Th)

Klasifikasi Kelas Besar

Erosi

Kecamatan Desa/Kelurahan

79,868 Sedang (S)

Kerjo Kuto 2 4 Qlla-IV-LC-Kb

48,636 204,87 0,25 18,70 0,20 0,50

95,335 Sedang (S)

Ngargoyoso Nglegok, Dukuh 3 4 Qlla-IV-LC-Kb

64,019 204,87 0,25 17,25 0,20 0,50

87,942 Sedang (S)

Kerjo Kuto 4 7 Qlla-II-LC-Pmk

102,015 151,44 0,37

6,67 0,50 0,35

65,427 Sedang (S)

Mojogedang Ngadirejo 5 8 Qlla-III-LC-Pmk

50,601 113,23 0,37 13,07 0,50 0,35

95,857 Sedang (S)

Kerjo Kwadungan 6 9 Qlla-IV-LC-Pmk

16,264 204,87 0,37 15,27 0,50 0,20

115,772 Sedang (S)

Kerjo Tamansari 7 9 Qlla-IV-LC-Pmk

50,993 204,87 0,37 15,85 0,50 0,20

120,186 Sedang (S)

Ngargoyoso Dukuh

Sumber : Hasil analisis SIG , data primer dan sekunder tahun 2010-2011

d. Tingkat Erosi Berat (B) Karakteristik lahan pada Tingkat Besar Erosi Berat sebagian besar terdapat pada kemiringan lereng lebih dari 25% dengan penggunaan lahan kebun, tegalan, dan permukiman. Tingkat Besar Erosi Berat terjadi pada lahan ini disebabkan karena lahannya sangat terbuka dengan kerapatan vegetasi dan selalu dilakukan pengolahan tanpa adanya tindakan konservasi yang baik. Selain itu tingkat kepekaan tanah terhadap erosi berkisar antar agak rendah (0,21) sampai sangat tinggi (0,42), sehingga tanahnya mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap erosi. Contohnya pada tanah Mediteran dan Latosol yang rentan terhadap pengikisan, dimana masyarakat menggunakannya untuk permukiman dan tegalan dengan jenis tanaman jagung. Lahan tersebut dapat menyebabkan permukaan tanah mudah tererosi karena meiliki sistem kerapatan perakaran yang jarang sehingga efektifitas tanaman dalam membantu pemantapan agregat tanah juga rendah. Hal ini diperparah lagi dengan penggunaan lahan permukiman yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah yang baik, bahkan pada beberapa lahan tidak dilakukan tidakan konservasi seperti pada Gambar 4.7.

commit to user

Gambar 4.10. Penggunaan Lahan Permukiman yang Mempunyai Tingkat Besar Erosi Berat. (Qlla-Iv-Mmk-Pmk, Foto Bulan Januari 2012)

Sebaran Tingkat Erosi Berat di DAS Jambangan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Tingkat Erosi Berat (B) di DAS Jambangan

No.

No Satuan Lahan

Satuan Lahan

Luas (Ha)

Faktor - Faktor A

A (Ton/Ha/Th)

Klasifikasi Kelas Besar

Erosi

Kecamatan Desa/Kelurahan

Berat (B)

Kerjo

Ganten 2 5 Qlla-V-LC-Kb

Berat (B)

Ngargoyoso Nglegok, Dukuh 3 5 Qlla-V-LC-Kb

Berat (B)

Mojogedang Ngadirejo 4 5 Qlla-V-LC-Kb

Berat (B)

Ngargoyoso Nglegok, Dukuh 5 8 Qlla-III-LC-Pmk

Berat (B)

Mojogedang Ngadirejo 6 8 Qlla-III-LC-Pmk

Berat (B)

Kerjo

Tamansari 7 9 Qlla-IV-LC-Pmk

Berat (B)

Ngargoyoso Dukuh, Tamansari 8 17 Qlla-III-LC-Tg

Berat (B)

Kerjo

Tamansari, Kwadungan 9 20 Qlla-IVMmk-Pmk

Berat (B)

Kerjo

Nglegok, Tamansari 10 20 Qlla-IV-Mmk-Pmk

Berat (B)

Ngargoyoso Nglegok

Sumber : Hasil analisis SIG , data primer dan sekunder tahun 2010-2011

commit to user

e. Tingkat Erosi Sangat Berat (SB)

Tingkat Erosi Sangat Berat mempunyai luas sebaran 76,955 Ha (3,55 %) dengan besar erosi tanah antara 492,947 - 730,631 Ton/Ha/Th dengan Tingkat kepekaan tanah pada lahan-lahan ini bervariasi dari agak rendah (0,20) sampai sangat tinggi (0,42). Tingkat Erosi Sangat Berat ini terjadi karena besarnya erosi yang terjadi dengan karakteristik lahan pada kemiringan lereng 25% hingga lebih dari 45% penggunaan lahan berupa permukiman dan tegalan.

Tabel 4.18 Tingkat Erosi Sangat Berat (SB) di DAS Jambangan

No.

No Satuan Lahan

Satuan Lahan

Luas

(Ha)

Faktor - Faktor A

A (Ton/Ha/Th)

Klasifikasi Kelas Besar

Erosi

Kecamatan Desa/Kelurahan

730,631 Sangat Berat (SB)

Ngargoyoso Dukuh 2 10 Qlla-LC-Pmk-5

41,355 151,44 0,20 25,76 0,70 1,00

539,295 Sangat Berat (SB)

Mojogedang Pendem 3 18 Qlla-LC-Tg-5

19,405 204,87 0,42 41,30 0,40 0,35

492,947 Sangat

Berat (SB)

Ngargoyoso Dukuh

Sumber : Hasil analisis SIG , data primer dan sekunder tahun 2010-2011

Sebaran Tingkat Erosi Sangat Berat di DAS Jambangan secara keruangan dapat dilihat pada Peta 4.6.

commit to user

Peta 4.6. Peta Tingkat Erosi

commit to user

4. Produktivitas Lahan

Tanah merupakan basis fisis bagi pertanian, namun di bawah kondisi- kondisi tertentu tanah merupakan suatu sumber alam yang paling tidak stabil. Tanah yang subur atau yang produktivitasnya tinggi, yaitu tanah yang dapat menyediakan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Besarnya daya dukung dan kelestarian produktivitas sumber daya alam sangat ditentukan oleh interaksi antara cara manusia mengelola sumber daya alam itu sendiri dengan faktor lingkungan biofisik.

Produktivitas lahan adalah kemampuan dari tanah untuk menghasilkan komoditi. Produktivitas lahan dihitung dari hasil produksi lahan yang diusahakan (tanaman semusim dan campuran) per satuan luas per satuan waktu (kg/ha/th). Tingkat produktivitas lahan aktual dinilai berdasarkan produksi pertanian pada lahan tersebut dengan satuan setara gabah kering dalam satuan kilogram per hektar pertahun. Apabila lahan tersebut tidak ditanami maka produktivitasnya harus disetarakan dengan harga gabah kering. (Nugraha, dkk, 1998: 12)

Produktivitas lahan yang dihitung dalam penelitian ini adalah produktivitas lahan bruto. Produktivitas lahan bruto diperoleh dari hasil wawancara dengan para petani di setiap desa yang masuk dalam DAS Jambangan. Satuan lahan yang dihitung produktivitasnya adalah satuan lahan yang aktif berproduksi, artinya satuan lahan yang ditanami oleh tanaman semusim maupun tanaman tahunan.

Dari hasil wawancara dan mayoritas tanaman yang ditanam oleh petani di DAS Jambangan adalah padi pada penggunaan lahan sebagai sawah dan ketela pada penggunaan lahan sebagai tegalan sedangakan untuk kebun banyak ditanami pohon karet dimana pengelolaan kebun dan pengolahan produksinya dilakukan oleh PT. Perusahaan Nusantara IX selaku pemegang ijin.

a. Produktivitas Tanaman

1) Produktivitas Tanaman Semusim Tanaman semusim atau tanaman semusim merupakan istilah agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam. Dalam pengertian botani, pengertiannya agak diperlonggar menjadi tumbuhan yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang

commit to user

setahun. Istilah dalam bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa yang dimaksud "satu musim" adalah satu tahap dalam setahun. (www.disbunhutkabprobolinggo.blogspot.com)

Komoditas tanaman semusim memiliki peran dalam menyediakan kebutuhan pangan maupun kebutuhan terhadap tanaman-tanaman hortikultura yang masuk kedalam kategori tanaman semusim. Tanaman semusim yang banyak dikembangkan di DAS Jambangan antara lain padi, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, cabai, dan jagung. Bibit yang digunakan para petani di DAS Jambangan ada dua macam, yang pertama bibit biasa dan yang kedua bibit varietas unggul. Bibit biasa tersebut meliputi bibit ketela pohon, ketela rambat dan kacang tanah, sedangkan varietas unggul yang dipakai adalah bibit padi, jagung dan cabai. Bibit padi yang banyak digunakan para petani yaitu IR 64, Siera dan Ciboga karena mempunyai produktivitas yang tinggi.

Produktivitas tanaman semusim tahun 2011 tertinggi terdapat di Desa Pereng dengan hasil 20.400 Kg/Ha/Th sedangkan produktivitas tanaman semusim terendah terdapat di Desa Dukuh dengan hasil 8.250 Kg/Ha/Th. Rincian produktivitas untuk tanaman semusim secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Pada daerah penelitian juga terdapat peternakan ayam potong yang berada di Desa Kuto tetapi tidak dihitung produktivitasnya karena hanya terdapat di dua lokasi dan bukan merupakan peternakan besar sehingga tidak berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Selain itu juga ada beberapa lahan untuk tanaman semusim seperti jagung, kacang tanah dan cabai yang tidak dihitung produktivitasnya karena bebarapa faktor, antara lain:

 Bukan tanaman tetap yang ditanam sepanjang tahun.  Lahan yang digunakan sangat kecil sehingga tidak mendominasi

areal yang ada.  Hanya ditanam bila musim kemarau dimana pasokan air sangat

terbatas.

Tabel 4.19. Produktivitas Tanaman Semusim Tahun 2011

Produksi

Harga gabah

Produktivitas lain yang

Produktivitas No.

Satuan Lahan

lain-lain

kering

disetarakan gabah

Total (kg/ha/th) 1 Petani

(kg/ha/th)

(rupiah)

(rupiah)

kering (kg/ha/th)

8.250 2 Ketua kelompok tani

10.378 3 Ketua kelompok tani

Tamansari Qlla-IV-LC-Sw

4 Petani dan peternak ayam

18.750 5 Ketua kelompok tani

6 Ketua kelompok tani

10.816 9 Pemilik penggilingan padi

Tamansari Qlla-III-LC-Sw

12.250 11 Pemilik penggilingan padi

10 Petani

Tamansari Qlla-I-Mmk-Sw

Sumber: Data wawancara dan tabulasi produktivitas tanaman semusim tahun 2011

Tabel 4.20. Produktivitas Tanaman Semusim Tahun 2010

Produktivitas No.

Produktivitas

Produksi

Harga gabah

Produktivitas lain-lain

Nama Responden

Alamat

Satuan Lahan

lain-lain

kering

yang disetarakan gabah

(kg/ha/th)

Total (kg/ha/th)

(rupiah)

(rupiah)

kering (kg/ha/th)

3.250 2 Ketua kelompok tani

3.712 3 Ketua kelompok tani

4 Petani dan peternak ayam

5 Ketua kelompok tani

6 Ketua kelompok tani

3.816 9 Pemilik penggilingan padi

11 Pemilik penggilingan padi Kuto

Sumber: Data wawancara dan tabulasi produktivitas tanaman semusim tahun 2010

114

commit to user

Perubahan produktivitas yang sangat signifikan terjadi antara tahun 2010 dan 2011. Produktivitas tidak wajar yang terjadi di tahun 2010 dikarenakan adanya fenomema hama wereng yang menyerang lahan persawahan di Kabupaten Karanganyar bahkan sampai Kabupaten Ngawi di Jawa Timur.

Sepanjang tahun 2010 hama wereng yang menyerang hampir seluruh areal persawahan di Kabupaten Karanganyar termasuk lereng Lawu telah membuat produksi pertanian yang menjadi tulang punggung masyarakat turun drastis, bahkan pada lahan-lahan tertentu tidak dapat berproduksi sehingga para petani padi banyak yang beralih profesi. Ada pula petani yang mengganti tanaman padi dengan tanaman lain seperti cabai, jagung, dan tanaman palawija. Para petani yang masih menanam padi mengalami penurunan produksi hingga seperempat dari produksi normal dengan kualitas gabah juga buruk. Dilihat dari sisi ekonomi tentu hal ini merugikan para petani, karena penjualan padi tidak mampu menutupi biaya produksi yang telah dikeluarkan. Namun pada akhir tahun 2010 pemerintah daerah telah memberikan bantuan kepada para petani berupa pestisida dan bibit sehingga pada panen awal 2011 produksi padi kembali normal.

2) Produktivitas Tanaman Tahunan Tanaman tahunan adalah tanaman perkebunan yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu kali pertanaman. (UU No 18 Tahun 2004)

Pada daerah penelitian, mayoritas tanaman tahunan yang dikembangkan adalah pohon karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang

commit to user

tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet berwarna hijau dan terdiri dari tangkai utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3-10 cm dengan kelenjar di ujungnya. (laporan PT. Perkebunan Nusantara IX)

Varietas karet atau klon karet yang ditanam di kebun PT. Perkebunan Nusantara IX antara lain GT1, LBC 1320 dan polykloon. Walaupun mulai tahun 2000an mulai ditanam varietas atau klon baru yang lebih baik dari sisi produktivitas maupun ketahan terhadap hama dan penyakit, klon baru tersebut antara lain BPM 1, BPM 24, PB 260, IRR 39, dan RRIC 100.

Sama halnya dengan tanaman perkebunan lain, karet juga termasuk dalam tanaman industri, artinya hasil dari pohon karet yang berupa getah atau dalam perkebunan biasa disebut lateks harus diolah terlebih dahulu agar memiliki nilai jual. Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet yang meliputi :

a) Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).

b) Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.

c) Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut.

d) Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.

Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kubus), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet.

Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet

commit to user

sheet dan crepe. jenis-jenis karet alam yang tergolong konvensional adalah sebagai berikut:

a) Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.

b) White Crepe dan Pale Crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda dan ada yang tebal dan tipis.

c) Estate Brown Crepe adalah jenis crepe yang berwarna coklat dan banyak dihasilkan oleh perkebunan - perkebunan besar atau estate.

d) Compo Crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap

pohon , potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.

e) Thin Brown Crepe remills adalah crepe coklat yang tipis karena digiling ulang.

f) Thick Blanket Crepe Ambers adalah crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah.

g) Flat Bark Crepe adalah karet tanah, yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari screp karet alam yang dihasilkan scrap karet alam yang belum diolah, termasuk screp tanah yang berwarna hitam.

h) Pure Smoke Blanket Crepe adalah crepe yang diperoleh dari

penggilingan karet asap yang khusus berasal dari RSS.

i) Off Crepe adalah crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar. Biasanya tidak dibuat melalui proses pembekuan langsung dari bahan lateks yang masih segar, melainkan dari contoh-contoh sisa penentuan kadar karet kering, bekas air cucian yang banyak mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek.

Lateks karet setiap harinya dikumpulkan oleh buruh sadap dan dikumpulkan dalam tangki-tangki dan dikumpulkan menjadi satu di tempat pengumpulan dan di catat oleh sinder kebun. Seluruh hasil sadapan selama satu hari diangkut dengan truk tangki ke pabrik pengeringan karet yang berada di Desa Kuto.

commit to user

Kebun Batujamus/Kerjoarum mempunyai dua buah pabrik yaitu Pabrik di Batujamus dan Pabrik di Kerjoarum. Pabrik Batujamus mengolah lateks menjadi crepe, sedangkan Pabrik Kerjoarum mengolah lateks menjadi sheet. Terdapat beberapa jenis sheet yang dihasilkan yaitu: RSS (Rubber Smoke Sheet) I, RSS III, RSS IV, Cutting A, Cutting

B. Perbedaan crepe dan sheet yaitu saat pengolahannya sehingga bentuk fisik akhirnya berbeda. Kualitas dan harga sheet lebih tinggi dibandingkan crepe. Perbedaan lainnya yaitu pada crepe tidak hanya mengolah lateks cair tetapi juga lump atau lateks yang telah membeku yang nantinya akan menghasilkan brown crepe.

Berbeda dengan tanaman semusim, tanaman tahunan dalam hal ini karet meliliki tahapan produksi berdasarkan usia pohon tersebut. Pada usia 1-5 tahun merupakan usia Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yaitu tanaman yang belum memberikan hasil, karena masih muda, belum pernah berbunga, belum mengahsilkan getah dengan kualitas baik atau belum cukup umur untuk berproduksi. Pada usia 5-35 tahun masuk dalam kategori Tanaman Menghasilkan (TM) yaitu tanaman yang sedang menghasilkan dan atau sudah pernah menghasilkan walaupun saat ini sedang tidak menghasilkan karena belum musimnya. Karet memiliki puncak produksi pada usia 19-21 tahun kemudian mengalami penurunan produksi seiring bertambahnya usia karet. Tanaman karet pada rentang usia 35-38 tahun merupakan tanaman tidak produktif yaitu tanaman yang kurang menghasilkan atau sudah tidak menghasilkan sehingga perlu dilakukan peremajaan. Estimasi atau standar produksi tanaman karet berdasarkan usia tanaman dapat dilihat pada Gambar 4.9.

commit to user

Gambar 4.11. Estimasi Atau Standar Produksi Karet Berdasarkan Usia Tanaman

Data produktivitas tanaman karet di DAS Jambangan diperoleh dari data produksi PT.Perkebunan Nusantara IX kebun Batujamus yang berada di Kabupaten Karanganyar. Perkebunan karet yang masuk dalam DAS Jambangan terdiri dari tiga afdeling atau unit kebun dari wilayah kerja PT.Perkebunan Nusantara IX dikebun Batujamus, yaitu Afdeling Jamus, Afdeling Mojogedang dan Afdeling Karanggadungan.

Karena keterbatasan data tahun 2010, peneliti tidak bisa memperoleh data produktivitas tanaman karet 2010 secara detail sehingga informasi produksi tiap afdeling tidak dapat diketahui. Data produktivitas karet tahun 2010 yang diperoleh merupakan data rata-rata dari total produksi disemua kebun milik PT.Perkebunan Nusantara IX. Data produktivitas tanaman tahunan tahun 2010 dan 2011 Daerah Aliran Sungai Jambangan dapat dilihat dalam Tabel 4.21 dan Tabel 4.22.

Usia Tanaman (th)

Estimasi atau Standar Produksi Karet

Produksi karet

Tabel 4.21. Produktivitas Karet 2010 yang Masuk Dalam DAS Jambangan

Produksi

Nilai Ekonomi

Harga rata-rata

Produktivitas karet yang

Tahun

Lokasi

Satuan Luas

Produktivitas

Afdeling No

Blok tanam

Total 2010

dalam rupiah

gabah kering

disetarakan gabah

tanam

Desa

Lahan (Ha)

(kg/th)

Kg/Ha (2010)

(rupiah)

kering (kg/ha/th)

3 Jirak Sendewo

5 Bandungan C

Sumber: -Data Produksi PT. Perkebunan Nusantara IX tahun 2010

-Analisis Data

*) = merupakan perhitungan antara produktivitas x luas x kurs karet

harga komoditi karet per 28 April 2011 sebesar $ 3, 86 per kilogram pada jenis RSS1. Dengan kurs dollar terhadap rupiah dihari yang sama sebesar Rp 9.184 maka harga karet per kg adalah Rp 35.450 per kg. sumber: www.BisnisIndonesia.com, www.Bloomberg.com

**) = Tanaman TBM (Tanaman Belum Mengahasilkan)

Tabel 4.22. Produktivitas Karet 2011 yang Masuk Dalam DAS Jambangan

Harga rata-rata Produktivitas karet yang

Produktivitas Nilai Ekonomi

Afdeling No

Blok tanam

Lokasi Desa

gabah kering

disetarakan gabah kering

Kg/Ha (2011) dalam rupiah *)

(rupiah)

(kg/ha/th)

3 Jirak Sendewo

5 Bandungan C

Sumber: -Data Produksi PT. Perkebunan Nusantara IX tahun 2011

-Analisis Data

*) = merupakan perhitungan antara produktivitas x luas x kurs karet

harga komoditi karet per 28 April 2011 sebesar $ 3, 86 per kilogram pada jenis RSS1. Dengan kurs dollar terhadap rupiah dihari yang sama sebesar Rp 9.184 maka harga karet per kg adalah Rp 35.450 per kg. sumber: www.BisnisIndonesia.com, www.Bloomberg.com

**) = Produktivitas tahun pertama

121

commit to user

b. Kelas Produktivitas Lahan Melihat hasil produktivitas dari komoditas pertanian yang bervariasi maka dilakukan pengkelasan untuk mengetahui perbedaan fluktuasi dari produktivitas dalam dua tahun berurutan, juga mempermudah dalam analisis pengaruh erosi terhadap produktivitas lahan. Pengkelasan dilakukan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Sosial Tentang Pedoman Monitoring Dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai, Nomor : P.04/V-Set/2009 yang telah dimodifikasi. Data produktivitas yang ada dilakukan pengkelasan dalam 3 (tiga) rentang kelas. Selain itu juga dilakukan pembagian kelas produktivitas dalam tahun 2010 dan 2011. Pembagian kelas produktivitas berdasarkan tahun berurutan selain bertujuan untuk mengetahui perbedaan serta perubahan produktivitas lahan di DAS Jambangan secara keruangan. Rentang pembagian kelas produktivitas diperoleh sebagai berikut:

Produktivitas tertinggi – Produktivitas Terendah Rentang Kelas =

Jumlah Kelas 20400 - 2498

5967 kg

Dengan rentang 5967 kg maka kelas produktivitas adalah seperti pada Tabel 4.23. Kelas produktivitas lahan selanjutnya dibagi dalam pembagian tahun 2010 dan 2011.

Tabel 4.23. Kelas Produktivitas Lahan

No.

Rentang Produktivitas (kg gabah kering/ha/th)

Kelas Produktivitas

Tinggi Sumber: Analisis Data Produktivitas Lahan

1) Produktivitas Lahan Tahun 2010 Produktivitas lahan tahun 2010 hanya terdapat 2 (dua) kelas produktivitas yaitu Rendah dan Tinggi. Perbedaan produktivitas yang sangat signifikan

commit to user

terjadi antara sawah dengan perkebunan. Produksi padi yang sangat rendah pada tahun 2010 berbanding terbalik dengan produksi karet di tahun yang sama sehingga membuat produktivitas pertanian pada Kelas Produktivitas Sedang tidak ada. Bagian hulu DAS Jambangan terdapat lahan perkebunan dengan usia tanaman kurang dari 5 tahun. Lahan tersebut merupakan konversi yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara IX pada tahun 2006 dari tanaman kopi ke tanaman karet. Konversi dilakukan karena karet dianggap memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada kopi, namun karena pada tahun 2010 lahan tersebut masih berupa tanaman TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) atau belum berproduksi maka lahan karet tersebut tidak dihitung dan tidak ditampilkan pada peta.

a) Kelas Produktivitas Rendah Kelas produktivitas Rendah memiliki rentang antara 2.498 kg gabah kering/ha/th hingga 8.465 kg gabah kering/ha/th. Produktivitas lahan Rendah pada tahun 2010 terjadi pada seluruh penggunaan lahan sawah di DAS Jambangan dari hulu hingga bagian hilir. Produksi di bawah standar ini terjadi karena sepanjang tahun 2010 areal sawah di seluruh Kabupaten Karanganyar termasuk DAS Jambangan diserang hama wereng yang mengakibatkan produksi gabah turun hingga seperempat produksi normal. Untuk mengurangi dampak penurunan produksi padi, para petani banyak yang mengganti tanaman padi menjadi ketela, kacang tanah dan jagung atau melakukan pertanian tumpangsari. Faktor lain yang juga mempengaruhi produktivitas sawah adalah topografi. Areal sawah dengan tingkat kemiringan lereng lebih dari 25% (berbukit) memiliki produksi yang lebih rendah dibandingkan areal sawah pada tingkat kemiringan lereng kurang dari 25% (datar). Lereng yang berbukit berdampak pada luas petak-petak sawah yang diusahakan menjadi sempit sehingga jumlah tanaman padi tidak dapat maksimal. Produktivitas lahan terendah terjadi di satuan lahan Qlla-IV-LC-Sw yang berada di desa Dukuh. Selain karena hama wereng, areal persawahan dengan petak-petak kecil juga membuat jumlah penanaman padi kurang

commit to user

maksimal. Untuk lebih jalasnya kelas produktivitas Rendah dapat dilihat pada Tabel 4.24.

Tabel 4.24. Kelas Produktivitas Lahan Rendah Tahun 2010

No.

Satuan Lahan

Wilayah Administrasi Desa

Produktivitas Lahan (kg/ha/th)

Kelas No Produktivitas Simbol Luas (ha)

1 14 Qlla-IV-LC-Sw

81,893 Dukuh

3.250 Rendah 2 22 Qlla-V-Mmk-Sw

14,348 Nglegok

3.712 Rendah 3 14 Qlla-IV-LC-Sw

55,026 Tamansari

3.750 Rendah 4 12 Qlla-II-LC-Sw

10,779 Kuto

6.250 Rendah 5 12 Qlla-II-LC-Sw

20,289 Kuto

6.250 Rendah 6 11 Qlla-I-LC-Sw

57,506 Pereng

6.400 Rendah 7 12 Qlla-II-LC-Sw

5,093 Pereng

6.000 Rendah 8 13 Qlla-III-LC-Sw

36,764 Ganten

3.816 Rendah 9 13 Qlla-III-LC-Sw

15,155 Tamansari

4.000 Rendah 10 21 Qlla-I-Mmk-Sw

54,353 Tamansari

4.250 Rendah 11 12 Qlla-II-LC-Sw

36,819 Kuto

5.400 Rendah 12 11 Qlla-I-LC-Sw

36,865 Pereng

6.800 Rendah Sumber: Analisis data produktivitas lahan tahun 2010

b) Kelas Produktivitas Tinggi Kelas produktivitas Tinggi memiliki rentang antara 14.433 kg gabah kering/ha/th hingga 20.400 kg gabah kering/ha/th. Produktivitas lahan Tinggi pada tahun 2010 didominasi oleh penggunaan lahan kebun dengan spesifikasi tanaman karet. Tingginya produktivitas lahan tahun 2010 pada areal perkebunan dipengaruhi oleh tingginya harga karet dunia serta pengelolaan perkebunan yang baik sehingga berdampak pada peningkatan nilai produktivitas. Faktor lain yang juga berpengaruh pada lahan perkebunan dengan produktivitas tinggi adalah usia tanaman karet (14-22 tahun) yang sedang memasuki masa puncak produksi sehingga produktivitas karet menjadi tinggi. Untuk lebih jelasnya, Kelas Produktivitas Tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.25.

commit to user

Tabel 4.25. Kelas Produktivitas Lahan Tinggi Tahun 2010

No.

Satuan Lahan

Wilayah Administrasi Desa

Produktivitas Lahan (kg/ha/th)

Kelas No Produktivitas Simbol Luas (ha) 1 1 Qlla-LC-I-Kb

13,70 Kwadungan

15.041 Tinggi 2 5 Qlla-LC-V-Kb

16,00 Ganten

15.041 Tinggi 3 5 Qlla-LC-V-Kb

10,60 Ganten

15.041 Tinggi 4 1 Qlla-LC-I-Kb

12,70 Kwadungan

15.041 Tinggi 5 3 Qlla-LC-III-Kb

15,30 Kuto

15.041 Tinggi 6 1 Qlla-LC-I-Kb

16,00 Kuto

15.041 Tinggi 7 2 Qlla-LC-II-Kb

50,70 Kuto

15.041 Tinggi 8 4 Qlla-LC-IV-Kb

12,10 Kuto

15.041 Tinggi 9 1 Qlla-LC-I-Kb

5,80 Kuto

15.041 Tinggi 10 1 Qlla-LC-I-Kb

22,40 Kuto

15.041 Tinggi 11 3 Qlla-LC-III-Kb

50,00 Kuto

15.041 Tinggi 12 3 Qlla-LC-III-Kb

72,60 Kuto

15.041 Tinggi 13 3 Qlla-LC-III-Kb

7,00 Pendem

15.401 Tinggi 14 5 Qlla-LC-V-Kb

30,69 Ngadirejo

15.401 Tinggi Sumber: Analisis data produktivitas lahan tahun 2010

Sebaran secara keruangan produktivitas lahan tahun 2010 dapat dilihat pada Peta 4.7.

commit to user

Peta 4.7 Peta Produktivitas Lahan Tahun 2010

commit to user

2) Produktivitas Lahan tahun 2011 Setelah sepanjang tahun 2010 seluruh areal sawah diserang hama wereng yang mengakibatkan penurunan produksi secara drastis, maka pada akhir tahun pemerintah daerah melalui dinas pertanian Kabupaten Karanganyar turun tangan untuk membantu para petani sehingga masalah hama wereng dapat diatasi. Hasilnya pada panen pertama tahun 2011 produksi pertanian normal kembali. Kelas produktivitas pada tahun 2011 juga lebih bervariasi bila dibandingkan tahun 2010.

a) Kelas Produktivitas Rendah Kelas produktivitas Rendah terjadi pada satuan lahan Qlla-IV-LC-Sw dengan produktivitas sebesar 8.250 kg gabah kering/ha/th dan Qlla-LC- IV-Kb dengan produktivitas sebesar 2.498 kg gabah kering/ha/th. Rendahnya produktivitas padi dikarenakan lokasi sawah berada pada kemiringan lereng curam yang berdampak pada luas petak-petak sawah yang diusahakan menjadi sempit sehingga jumlah tanaman padi tidak dapat maksimal. Petak-petak sawah yang sempit juga mengakibatkan sawah tidak dapat dibajak dengan menggunakan traktor sehingga untuk membajak sawah diperlukan tenaga manusia hal ini tentunya menghambat proses pengolahan lahan serta masa panen yang hanya 2 (dua) kali dalam setahun yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya produktivitas.

Gambar 4.12. Kelas Produktivitas Rendah Pada Satuan Lahan Qlla-IV-LC-Sw

(Foto Diambil Pada Tanggal 24 Juni 2011)

commit to user

Sedangkan pada areal perkebunan, rendahnya produktivitas disebabkan usia pohon karet yang baru memasuki usia buka sadap atau baru mengalami transisi dari Tanaman Belum Menghasilakn (TBM) menjadi Tanaman Menghasilkan (TM) sehingga getah yang dihasilkan masih sangat sedikit. Untuk lebih jelasnya kelas produktivitas Rendah dapat dilihat pada Tabel 4.26.

Tabel 4.26. Kelas Produktivitas Rendah Tahun 2011

No.

Satuan Lahan

Wilayah Administrasi Desa

Produktivitas Lahan (kg/ha/th)

Kelas No Produktivitas Simbol Luas (ha)

1 14 Qlla-IV-LC-Sw

81,893 Dukuh

8.250 Rendah 2 4 Qlla-LC-IV-Kb

54,39 Nglegok, Jatirejo

2.498 Rendah Sumber: Analisis data produktivitas lahan 2011

b) Kelas Produktivitas Sedang Kelas produktivitas Sedang memiliki rentang produktivitas antara 8.465 kg gabah kering/ha/th sampai 14.433 kg gabah kering/ha/th. Produktivitas lahan Sedang yang terjadi pada areal sawah disebabkan banyak areal sawah yang diusahakan memiliki topografi yang agak curam degan petak-petak sawah yang sempit sehingga pertanian padi yang diusahakan menjadi kurang maksimal.

Gambar 4.13. Produktivitas Lahan Sedang Pada Satuan Lahan Qlla-IV-LC-Sw Desa Tamansari (Foto Diambil Pada Bulan Januari 2012)

commit to user

Produksi kurang maksimal juga terjadi pada lahan perkebunan yang dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX, penyakit jamur yang menyerang daun tanaman karet diberbagai lokasi kebun telah membuat produksi getah karet turun. Walaupun getah diambil melalui batang pohon karet namun getah karet diproduksi oleh daun-daun pohon karet sehingga jika daun karet terkena penyakit maka volume getah yang dihasilkan akan berkurang. Tindakan cepat yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara IX untuk mengatasi masalah penyakit jamur membuat produksi getah karet tidak turun secara drastis. Kelas Produktivitas Sedang tahun 2011 untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Tabel 4.27.

Tabel 4.27. Kelas Produktivitas Sedang Tahun 2011

No.

Satuan Lahan

Wilayah Administrasi Desa

Produktivitas Lahan (kg/ha/th)

Kelas No Produktivitas Simbol Luas (ha)

1 22 Qlla-V-Mmk-Sw

14,348 Nglegok

10.378 Sedang 2 14 Qlla-IV-LC-Sw

55,026 Tamansari

11.250 Sedang 3 13 Qlla-III-LC-Sw

36,764 Ganten

10.816 Sedang 4 13 Qlla-III-LC-Sw

15,155 Tamansari

12.000 Sedang 5 21 Qlla-I-Mmk-Sw

54,353 Tamansari

12.250 Sedang 6 5 Qlla-LC-V-Kb

16,000 Ganten

14.194 Sedang 7 2 Qlla-LC-II-Kb

50,700 Kuto

14.263 Sedang 8 3 Qlla-LC-III-Kb

7,000 Pendem

14.244 Sedang 9 5 Qlla-LC-V-Kb

30,690 Ngadirejo

14.246 Sedang Sumber: Analisis data produktivitas lahan 2011

c) Kelas Produktivitas Tinggi Kelas Produktivitas Tinggi memiliki rentang produktivitas antara 14.433 kg gabah kering/ha/th sampai 20.400 kg gabah kering/ha/th. Karakteristik lahan pada kelas produktivitas lahan tinggi ini adalah sawah dengan topografi datar hingga landai (0 – 15 %). Sebaran kelas produktivitas Tinggi pada areal sawah lebih banyak didominasi di daerah hilir. Kondisi topografi relatif datar memberikan banyak keuntungan yaitu memungkinkan para petani membuat petak-petak sawah yang lebih luas dan pengolahan lahan yang lebih mudah karena

commit to user

tidak perlu dicangkul secara manual melainkan menggunakan traktor sehingga lebih efisien. Frekuensi panen yang mencapai 3 (tiga) kali dalam setahun juga ikut mempengaruhi tingginya produktivitas pada lahan-lahan sawah tersebut.

Gambar 4.14. Kelas Produktivitas Tinggi Pada Satuan Lahan Qlla-I-LC-Sw (Foto Diambil Pada Tanggal 24 Juni 2011)

Kelas Produktivitas Tinggi juga terjadi pada lahan kebun yang secara spesifik ditanami karet. Kondisi topografi juga berpengaruh terhadap produktivitas pada penggunaan lahan untuk kebun. Lokasi kebun dengan produktivitas tinggi didominasi pada daerah hilir dan sedikit di DAS bagian tengah. Curah hujan yang lebih sedikit daripada daerah hulu serta suhu udara yang lebih hangat ternyata membuat produksi getah karet menjadi lebih tinggi. Faktor lain yang juga berpengaruh pada lahan perkebunan dengan produktivitas tinggi adalah usia tanaman karet (14-22 tahun) yang sedang memasuki masa puncak produksi. Produktivitas yang tinggi ditambah dengan harga karet dunia yang sedang mengalami kenaikan berdampak pada tingginya produktivitas lahan. Kelas produktivitas Tinggi untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.28.

commit to user

Tabel 4.28. Kelas Produktivitas Tinggi Tahun 2011

No.

Satuan Lahan

Wilayah Administrasi Desa

Produktivitas Lahan (kg/ha/th)

Kelas No Produktivitas Simbol Luas (ha)

1 12 Qlla-II-LC-Sw

10,779 Kuto

18.750 Tinggi 2 12 Qlla-II-LC-Sw

20,289 Kuto

18.750 Tinggi 3 11 Qlla-I-LC-Sw

57,506 Pereng

19.200 Tinggi 4 12 Qlla-II-LC-Sw

5,093 Pereng

18.000 Tinggi 5 12 Qlla-II-LC-Sw

36,819 Kuto

16.200 Tinggi 6 11 Qlla-I-LC-Sw

36,865 Pereng

20.400 Tinggi 7 1 Qlla-LC-I-Kb

13,700 Kwadungan

18.746 Tinggi 8 5 Qlla-LC-V-Kb

10,600 Ganten

17.705 Tinggi 9 1 Qlla-LC-I-Kb

12,700 Kwadungan

15.407 Tinggi 10 3 Qlla-LC-III-Kb

15,300 Kuto

17.042 Tinggi 11 1 Qlla-LC-I-Kb

16,000 Kuto

15.598 Tinggi 12 4 Qlla-LC-IV-Kb

12,100 Kuto

15.745 Tinggi 13 1 Qlla-LC-I-Kb

5,800 Kuto

14.869 Tinggi 14 1 Qlla-LC-I-Kb

22,400 Kuto

14.825 Tinggi 15 3 Qlla-LC-III-Kb

50,000 Kuto

14.987 Tinggi 16 3 Qlla-LC-III-Kb

72,600 Kuto

14.525 Tinggi Sumber: Analisis data produktivitas lahan 2011

Sebaran secara keruangan produktivitas lahan tahun 2011 dapat dilihat pada Peta 4.8.

commit to user

Peta 4.8 Peta Produktivitas Lahan Tahun 2011

commit to user

5. Hubungan Erosi Tanah dengan Produktivitas Lahan

a. Analisis tabel silang Analisis tabel silang dilakukan untuk mengetahui pengaruh tingkat erosi

terhadap produktivitas lahan di DAS Jambangan. Berdasarkan data tingkat erosi dan produktivitas lahan yang telah diuraikan sebelumnya maka dibuat tabel pengaruh tingkat erosi terhadap perubahan produktivitas lahan dari tahun 2010 sampai 2011 yang menjadi dasar dari pembuatan tabel silang. Tabel pengaruh klasifikasi erosi terhadap perubahan produktivitas lahan dari tahun 2010 sampai 2011 yang dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 4.29. Hubungan Erosi Tanah dengan Produktivitas Lahan Tingkat Erosi

Perubahan produktivitas lahan 2010-2011 Frekunsi satuan lahan yang Jumlah

mengalami kenaikan

Frekuensi satuan lahan yang mengalami penurunan Sangat Ringan (SR)

52 53 105 Ringan (R)

1 6 7 Sedang (S)

11 13 24 Berat (B)

7 9 16 Sangat Berat (SB)

2 3 5 Jumlah

73 84 157 Sumber: Analisis data erosi dan produktivitas lahan

Dari hasil analisis tabel silang yang dilakukan memang terlihat bahwa besar erosi yang terjadi di DAS Jambangan berpengaruh terhadap perubahan produktivitas lahan yang ada, akan tetapi fakta dilapangan menunjukan bahwa penurunan produktivitas disebabkan oleh faktor tanaman itu sendiri dan bukan disebabkan erosi yang terjadi. Faktor tanaman dalam hal ini seperti hama wereng yang menyerang areal sawah dan penyakit jamur yang menyerang tanaman karet menjadi faktor dominan yang mempengaruhi penurunan produktivitas lahan di DAS Jambangan.

b. Analisis Keruangan (spasial analist) Analisis keruangan (spasial analist) digunakan untuk mengetahui

hubungan antara besar erosi yang terjadi dengan perubahan produktivitas lahan dari tahun 2010 hingga 2011 secara kualitatif. Analisis spasial dilakukan dengan

commit to user

menumpangsusunkan (overlay) beberapa data spasial (Besar Erosi, Produktivitas lahan 2010 dan Produktivitas Lahan 2011) untuk menghasilkan unit pemetaan baru yang akan digunakan sebagai bahan analisis.

Berdasarkan hasil tumpangsusun (overlay) Peta Produktivitas Lahan Tahun 2010 dan Peta Produktivitas Lahan Tahun 2011 diperoleh perubahan produktivitas dengan kriteria Produktivitas Naik, Produktivitas Tetap, dan Produktivitas Turun. Untuk lebih jelasnya perubahan produktivitas lahan dapat dilihat pada Tabel 4.30.

Tabel 4.30. Perubahan Produktivitas Lahan dari Tahun 2010 Sampai Tahun 2011

No.

Satuan Lahan

Wilayah Administrasi

Desa

Produktivitas 2010 (kg/ha/th)

Kelas Produktivitas

Produktivitas

2011 (kg/ha/th)

Kelas Produktivitas

Perubahan Produktivitas 2010-

No 2011(kg/ha/th) Simbol Luas (ha)

8.250 Rendah +5.000 2 22 Qlla-V-Mmk-Sw

14,348 Nglegok

3.712 Rendah

10.378 Sedang +6.666 3 14 Qlla-IV-LC-Sw

55,026 Tamansari

3.750 Rendah

11.250 Sedang +7.500 4 13 Qlla-III-LC-Sw

36,764 Ganten

3.816 Rendah

10.816 Sedang +7.000 5 13 Qlla-III-LC-Sw

15,155 Tamansari

4.000 Rendah

12.000 Sedang +8.000 6 21 Qlla-I-Mmk-Sw

54,353 Tamansari

4.250 Rendah

12.250 Sedang +8.000 7 12 Qlla-II-LC-Sw

10,779 Kuto

6.250 Rendah

18.750 Tinggi +12.500 8 12 Qlla-II-LC-Sw

20,289 Kuto

6.250 Rendah

18.750 Tinggi +12.500 9 11 Qlla-I-LC-Sw

57,506 Pereng

6.400 Rendah

19.200 Tinggi +12.800 10 12 Qlla-II-LC-Sw

5,093 Pereng

6.000 Rendah

18.000 Tinggi +12.000 11 12 Qlla-II-LC-Sw

36,819 Kuto

5.400 Rendah

16.200 Tinggi +10.800 12 11 Qlla-I-LC-Sw

36,865 Pereng

6.800 Rendah

20.400 Tinggi +13.600 13 4 Qlla-LC-IV-Kb

54,390 Nglegok

0 (TBM)

2.498 Rendah +2.498 14 5 Qlla-LC-V-Kb

16,000 Ganten

15.041 Tinggi

14.194 Sedang -847 15 2 Qlla-LC-II-Kb

50,700 Kuto

15.041 Tinggi

14.263 Sedang -778 16 3 Qlla-LC-III-Kb

7,000 Pendem

15.041 Tinggi

14.244 Sedang -797 17 5 Qlla-LC-V-Kb

30,690 Ngadirejo

15.041 Tinggi

14.246 Sedang -795 18 1 Qlla-LC-I-Kb

13,700 Kwadungan

15.041 Tinggi

18.746 Tinggi +3.705 19 5 Qlla-LC-V-Kb

10,600 Ganten

15.041 Tinggi

17.705 Tinggi +2.664 20 1 Qlla-LC-I-Kb

12,700 Kwadungan

15.041 Tinggi

15.407 Tinggi +366 21 3 Qlla-LC-III-Kb

15,300 Kuto

15.041 Tinggi

17.042 Tinggi +2.001 22 1 Qlla-LC-I-Kb

16,000 Kuto

15.041 Tinggi

15.598 Tinggi +557 23 4 Qlla-LC-IV-Kb

12,100 Kuto

15.041 Tinggi

15.745 Tinggi +704 24 1 Qlla-LC-I-Kb

5,800 Kuto

15.041 Tinggi

14.869 Tinggi -172 25 1 Qlla-LC-I-Kb

22,400 Kuto

15.041 Tinggi

14.825 Tinggi -216 26 3 Qlla-LC-III-Kb

50,000 Kuto

15.041 Tinggi

14.987 Tinggi -54 27 3 Qlla-LC-III-Kb

72,600 Kuto

15.041 Tinggi

14.525 Tinggi -516

Sumber: Analisis Data Produktivitas Lahan Tahun 2010 dan Tahun 2011

commit to user

Setelah diperoleh perubahan produktivitas lahan dari tahun 2010 hingga tahun 2011, tahap selanjutnya adalah melakukan tumpangsusun (overlay) dengan data erosi tahun 2011 untuk mengetahui hubungan kelas besar erosi dengan perubahan produktivitas serta untuk mengetahui persebarannya. Hubungan antara besar erosi dengan perubahan produktivitas secara lengkap dijelaskan pada klasifikasi berikut.

1) Tingkat Erosi Sangat Ringan – Produktivitas Naik Hubungan Tingkat Erosi Sangat Ringan – Produktivitas Naik mendominasi hingga 59,76% dari lahan pertanian yang ada baik berupa sawah maupun kebun. Peningkatan produktivitas terjadi pada lahan sawah terjadi bukan akibat dari kecilnya erosi tetapi lebih pada faktor lain yaitu hama wereng yang menyerang seluruh areal persawahan sepanjang tahun 2010 dan setelah hama wereng teratasi produktivitas lahan sawah meningkat menjadi normal kembali.

Hal yang sama juga terjadi pada lahan kebun karet. Peningkatan produktivitas karet tidak dipengaruhi kecilnya erosi yang terjadi tetapi lebih pada usia karet yang memang mendekati masa puncak produksi sehingga getah yang dihasilkan juga ikut naik. Hubungan Tingkat Erosi Sangat Ringan – Produktivitas Naik secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.31.

Tabel 4.31. Hubungan Tingkat Erosi Sangat Ringan dengan Produktivitas Naik

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Besar Erosi dengan Perubahan Produktivitas Lahan Tahun

No 2010-2011 Simbol Luas (ha)

1 12 Qlla-II-LC-Sw

17,378 Sangat Ringan (SR)

+12.500 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 2 1 Qlla-I-LC-Kb

8,629 Sangat Ringan (SR)

+557 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 3 11 Qlla-I-LC-Sw

9,651 Sangat Ringan (SR)

+13.600 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 4 11 Qlla-I-LC-Sw

40,233 Sangat Ringan (SR)

+12.800 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 5 13 Qlla-III-LC-Sw

17,204 Sangat Ringan (SR)

+8.000 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 6 11 Qlla-I-LC-Sw

33,187 Sangat Ringan (SR)

+12.800 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 7 22 Qlla-V-Mmk-Sw

11,688 Sangat Ringan (SR)

+6.666 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 8 13 Qlla-III-LC-Sw

13,359 Sangat Ringan (SR)

+7.000 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 9 13 Qlla-III-LC-Sw

35,515 Sangat Ringan (SR)

+7.000 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 10 14 Qlla-IV-LC-Sw

4,890 Sangat Ringan (SR)

+7.500 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 11 14 Qlla-IV-LC-Sw

8,362 Sangat Ringan (SR)

+5.000 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 12 12 Qlla-II-LC-Sw

14,132 Sangat Ringan (SR)

+10.800 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 13 7 Qlla-II-LC-Sw

4,027 Sangat Ringan (SR)

+12.000 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 14 3 Qlla-III-LC-Kb

2,909 Sangat Ringan (SR)

+2.001 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 15 12 Qlla-II-LC-Sw

9,347 Sangat Ringan (SR)

+12.000 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 16 11 Qlla-I-LC-Sw

6,393 Sangat Ringan (SR)

+13.600 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 17 11 Qlla-I-LC-Sw

7,150 Sangat Ringan (SR)

+12.800 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik

commit to user

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Besar Erosi dengan Perubahan Produktivitas Lahan Tahun

No 2010-2011 Simbol Luas (ha)

18 11 Qlla-I-LC-Sw

2,160 Sangat Ringan (SR)

+12.800 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 19 12 Qlla-II-LC-Sw

4,194 Sangat Ringan (SR)

+12.500 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 20 12 Qlla-II-LC-Sw

18,721 Sangat Ringan (SR)

+10.800 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 21 11 Qlla-I-LC-Sw

3,647 Sangat Ringan (SR)

+12.800 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 22 1 Qlla-I-LC-Kb

12,186 Sangat Ringan (SR)

+3.705 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 23 1 Qlla-I-LC-Kb

10,014 Sangat Ringan (SR)

+3.705 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 24 14 Qlla-IV-LC-Sw

27,436 Sangat Ringan (SR)

+7.500 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 25 14 Qlla-IV-LC-Sw

6,511 Sangat Ringan (SR)

+7.500 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 26 15 Qlla-V-LC-Sw

27,034 Sangat Ringan (SR)

+7.500 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 27 12 Qlla-II-LC-Sw

50,818 Sangat Ringan (SR)

+10.800 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 28 12 Qlla-II-LC-Sw

17,112 Sangat Ringan (SR)

+12.500 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 29 12 Qlla-II-LC-Sw

13,802 Sangat Ringan (SR)

+12.500 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 30 14 Qlla-IV-LC-Sw

15,762 Sangat Ringan (SR)

+7.500 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 31 14 Qlla-IV-LC-Sw

67,016 Sangat Ringan (SR)

+5.000 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik 32 21 Qlla-I-Mmk-Sw

50,241 Sangat Ringan (SR)

+8.000 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Naik

Sumber: Analisis data Erosi tahun 2011 dan Produktivitas Lahan 2010-2011

2) Tingkat Erosi Sangat Ringan – Produktivitas Turun Hubungan Tingkat Erosi Sangat Ringan – Produktivitas Turun hanya terjadi pada penggunaan lahan kebun. Tingkat erosi yang sangat kecil bukan menjadi faktor yang berperan dalam penurunan produktivitas karet. Penyakit jamur yang menyerang tanaman karet pada tahun 2011 membuat banyak kebun yang dikelola PT. Perkebunan Nusantara IX ini mengalami penurunan produktivitas dibandingkan produktivitas tahun 2010 di kebun yang sama. Untuk lebih lengkapnya hubungan Kelas Erosi Sangat Ringan – Produktivitas Turun dapat dilihat pada Tabel 4.32.

Tabel 4.32. Hubungan Tingkat Erosi Sangat Ringan dengan Produktivitas Turun

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Erosi dengan Perubahan

No Produktivitas Lahan Simbol Luas (ha)

1 1 Qlla-I-LC-Kb

18,799 Sangat Ringan (SR)

-216 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Turun 2 1 Qlla-I-LC-Kb

6,046 Sangat Ringan (SR)

-172 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Turun 3 3 Qlla-III-LC-Kb

20,105 Sangat Ringan (SR)

-54 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Turun 4 3 Qlla-III-LC-Kb

34,040 Sangat Ringan (SR)

-516 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Turun 5 1 Qlla-I-LC-Kb

14,750 Sangat Ringan (SR)

-216 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Turun 6 2 Qlla-II-LC-Kb

8,743 Sangat Ringan (SR)

-778 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Turun 7 2 Qlla-II-LC-Kb

42,014 Sangat Ringan (SR)

-778 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Turun 8 2 Qlla-II-LC-Kb

20,398 Sangat Ringan (SR)

-778 Erosi Sangat Ringan - Produktivitas Turun 9 1 Qlla-I-LC-Kb

4,786 Sangat Berat (SB)

-216 Erosi Sangat Berat - Produktivitas Turun

Sumber: Analisis data Erosi tahun 2011 dan Produktivitas Lahan 2010-2011

commit to user

3) Tingkat Erosi Ringan - Produktivitas Naik Hubungan Tingkat Erosi Ringan – Produktivitas Naik terjadi pada 2 (dua) satuan lahan yaitu Qlla-I-LC-Tg dan Qlla-IV-Mmk-Kb. Peningkatan produktivitas pada lahan tegalan tidak terjadi karena kelas erosi yang kecil tetapi lebih kepada faktor pertanian. Pada musim hujan lahan tegalan berubah penggunaannya menjadi sawah, namun karena pada tahun 2010 terjadi hama wereng yang merusak tanaman padi maka para petani tetap menanam ketela, jagung dan kacang tanah. Akan tetapi pada tahun 2011 para petani mulai menanam padi kembali sehingga produktivitasnya meningkat. Sedangkan pada lahan kebun peningkatan produktivitas terjadi akibat usia tanaman yang memasuki masa puncak produksi sehingga getah yang dihasilkan juga meningkat. Hubungan Kelas Erosi Ringan – Produktivitas Naik secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.33.

Tabel 4.33. Hubungan Tingkat Erosi Ringan dengan Produktivitas Naik

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Erosi dengan No Perubahan Produktivitas Lahan Simbol Luas (ha)

1 16 Qlla-I-LC-Tg

8,934 Ringan (R)

+5.000 Erosi Ringan - Produktivitas Naik 2 19 Qlla-IV-Mmk-Kb

5,901 Ringan (R)

+2.498 Erosi Ringan - Produktivitas Naik

Sumber: Analisis data Erosi tahun 2011 dan Produktivitas Lahan 2010-2011

4) Tingkat Erosi Ringan - Produktivitas Turun Hubungan Tingkat Erosi Ringan – Produktivitas Turun hanya terjadi pada penggunaan lahan kebun. Penurunan produktivitas lahan terjadi karena pada tahun 2011 banyak kebun terkena penyakit jamur yang menyerang daun tanaman karet yang menyebabkan produksi getah karet turun. Walaupun getah karet diambil melalui penyadapan ada batang pohon tetapi getah dihasilkan oleh daun sehingga jika daun terserang penyakit maka produksi getah juga akan turun. Hubungan Tingkat Erosi ringan – Produktivitas Turun secara lebbih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4.34.

Tabel 4.34. Hubungan Tingkat Erosi Ringan dengan Produktivitas Turun

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Erosi dengan No Perubahan Produktivitas Lahan Simbol Luas (ha)

1 3 Qlla-III-LC-Kb

6,361 Ringan (R)

-516 Erosi Ringan - Produktivitas Turun 2 3 Qlla-III-LC-Kb

5,879 Ringan (R)

-516 Erosi Ringan - Produktivitas Turun

Sumber: Analisis data Erosi tahun 2011 dan Produktivitas Lahan 2010-2011

commit to user

5) Tingkat Erosi Sedang - Produktivitas Naik Hubungan Tingkat Erosi Sedang - Produktivitas Naik memiliki luas 37,562 ha (3,93 %) dan hanya terjadi pada satuan lahan Qlla-IV-LC-Kb. Besarnya erosi tidak berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas pada lahan kebun tersebut. Tanaman karet yang sedang memasuki usia puncak produksi menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas. Secara lengkap hubungan Tingkat Erosi Sedang - Produktivitas Naik dapat dilihat dibawah ini.

Tabel 4.35. Hubungan Kelas Erosi Sedang dengan Produktivitas Naik

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Erosi dengan

No Perubahan Produktivitas Lahan Simbol Luas (ha)

1 4 Qlla-IV-LC-Kb

10,322 Sedang (S)

+704 Erosi Sedang - Produktivitas Naik

2 4 Qlla-IV-LC-Kb

6,040 Sedang (S)

+704 Erosi Sedang - Produktivitas Naik

3 4 Qlla-IV-LC-Kb

4,247 Sedang (S)

+704 Erosi Sedang - Produktivitas Naik

4 4 Qlla-IV-LC-Kb

12,246 Sedang (S)

+704 Erosi Sedang - Produktivitas Naik

5 4 Qlla-IV-LC-Kb

4,707 Sedang (S)

+704 Erosi Sedang - Produktivitas Naik

Sumber: Analisis data Erosi tahun 2011 dan Produktivitas Lahan 2010-2011

6) Tingkat Erosi Sedang - Produktivitas Turun Hubungan Tingkat Erosi Sedang - Produktivitas Naik memiliki luas 46,566 ha (4,88 %) dan hanya terjadi pada satuan lahan Qlla-IV-LC-Kb. Pada klasifikasi ini faktor erosi juga tidak berpengaruh terhadap penurunan produktivitas kebun. Penurunan produktivitas kebun karet dikarenakan pada tahun 2011 banyak lokasi kebun yang terkena penyakit jamur yang menyerang daun tanaman karet dan menyebabkan penurunan getah karet sehingga produktivitas tahun 2011 menjadi lebih rendah daripada tahun 2010. Secara lengkap hubungan Tingkat Erosi Sedang - Produktivitas Naik dapat dilihat pada Tabel 4.36.

Tabel 4.36. Hubungan Tingkat Erosi Sedang dengan Produktivitas Turun

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Erosi dengan

No Perubahan Produktivitas Lahan Simbol Luas (ha)

1 4 Qlla-IV-LC-Kb

7,113 Sedang (S)

-797 Erosi Sedang - Produktivitas Turun 2 4 Qlla-IV-LC-Kb

6,798 Sedang (S)

-797 Erosi Sedang - Produktivitas Turun 3 4 Qlla-IV-LC-Kb

5,792 Sedang (S)

-797 Erosi Sedang - Produktivitas Turun 4 4 Qlla-IV-LC-Kb

7,842 Sedang (S)

-797 Erosi Sedang - Produktivitas Turun 5 4 Qlla-IV-LC-Kb

19,021 Sedang (S)

-797 Erosi Sedang - Produktivitas Turun

Sumber: Analisis data Erosi tahun 2011 dan Produktivitas Lahan 2010-2011

commit to user

7) Tingkat Erosi Berat - Produktivitas Naik Hubungan Tingkat Erosi Berat – Produktivitas Naik terjadi pada satuan lahan Qlla-III-LC-Tg dan Qlla-V-LC-Kb dengan luas 48,658 ha (5,1 %). Walaupun kelas erosi masuk dalam kategori berat tetapi produktivitas lahan mengalami peningkatan. Peningkatan produktivitas pada lahan tegalan disebabkan pada tahun 2010 lahan tersebut ditanami ketela, jagung dan kacang tanah namun pada tahun 2011 lahan tersebut ditanami padi yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi sehingga produktivitasnya juga ikut meningkat. Hal ini menunjukan bahwa besar erosi yang terjadi tidak berpengaruh terhadap produktivitas lahan karena faktor intensifikasi dan metode pertanian yang dilakukan oleh para petani memiliki peran lebih besar terhadap produktivitas. Sedangkan pada penggunaan lahan kebun, peningkatan produktivitas terjadi karena pada tanaman karet yang berada pada lahan tersebut memasuki usia puncak produksi sehingga getah karet yang dihasilkan juga ikut meningkat. Secara lengkap hubungan Kelas Erosi Berat

– Produktivitas Naik dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 4.37. Hubungan Tingkat Erosi Berat dengan Produktivitas Naik

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Erosi dengan

No Perubahan Produktivitas Lahan Simbol Luas (ha)

1 17 Qlla-III-LC-Tg

20,013 Berat (B)

+7.000 Erosi Berat - Produktivitas Naik 2 17 Qlla-III-LC-Tg

8,506 Berat (B)

+8.000 Erosi Berat - Produktivitas Naik 3 5 Qlla-V-LC-Kb

6,833 Berat (B)

+2.664 Erosi Berat - Produktivitas Naik 4 5 Qlla-V-LC-Kb

7,853 Berat (B)

+2.664 Erosi Berat - Produktivitas Naik 5 5 Qlla-V-LC-Kb

5,453 Berat (B)

+2.664 Erosi Berat - Produktivitas Naik

Sumber: Analisis data Erosi tahun 2011 dan Produktivitas Lahan 2010-2011

8) Tingkat Erosi Berat - Produktivitas Turun Hubungan Tingkat Erosi Berat – Produktivitas Naik terjadi pada satuan lahan Qlla-V-LC-Kb dengan luas 38,47 ha (4,03%). Penurunan produktivitas kebun bukan disebabkan bersarnya erosi yang terjadi tetapi lebih karena faktor topografi dan tanaman itu sendiri. Kebun yang berada pada lereng sangat curam (> 45%) membuat jumlah tanaman karet yang diusahakan menjadi kurang maksimal. Faktor lereng juga menjadi penghambat bagi para buruh sadap dalam mengambil lateks. Selain faktor lereng, hal lain yang berpengaruh terhadap penurunan produktivitas yaitu pada tahun 2011 banyak lokasi kebun yang terkena

commit to user

penyakit jamur yang menyerang daun tanaman karet dan menyebabkan penurunan getah karet sehingga produktivitas tahun 2011 menjadi lebih rendah daripada tahun 2010.

Tabel 4.38. Hubungan Tingkat Erosi Berat dengan Produktivitas Turun

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas

tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Erosi dengan No Perubahan Produktivitas Lahan Simbol Luas (ha)

6 5 Qlla-V-LC-Kb

20,955 Berat (B)

-847 Erosi Berat - Produktivitas Turun 7 5 Qlla-V-LC-Kb

17,515 Berat (B)

-847 Erosi Berat - Produktivitas Turun

Sumber: Analisis data Erosi tahun 2011 dan Produktivitas Lahan 2010-2011

9) Tingkat Erosi Sangat Berat - Produktivitas Naik Hubungan Tingkat Erosi Sangat Berat – Produktivitas Naik hanya terjadi pada satuan lahan Qlla-V-LC-Tg. Peningkatan produktivitas pada lahan tegalan disebabkan metode pertanian yang dilakukan para petani. Pada musim hujan lahan tegalan berubah penggunaannya menjadi sawah, namun karena pada tahun 2010 terjadi hama wereng yang merusak tanaman padi maka para petani tetap menanam ketela, jagung dan kacang tanah. Akan tetapi hama wereng dapat diatasi pada akhir 2010, para petani mulai menanam padi yang memang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi daripada tanaman tegalan hingga tahun 2011 sehingga produktivitasnya lahannya juga ikut meningkat. Hal ini membuktikan bahwa besar erosi yang terjadi tidak berpengaruh terhadap produktivitas lahan karena intensifikasi dan metode pertanian memiliki peran lebih besar terhadap produktivitas.

Tabel 4.39. Hubungan Tingkat Erosi Sangat Berat Dengan Produktivitas Naik

No

Satuan Lahan

Klasifikasi Erosi

Perubahan Produktivitas tahun 2010-2011

Hubungan Tingkat Erosi dengan

No Perubahan Produktivitas Lahan Simbol Luas (ha)

12 18 Qlla-V-LC-Tg 16,273 Sangat Berat (SB) +5.000 Erosi Sangat Berat - Produktivitas Naik

Sumber: Analisis data Erosi tahun 2011 dan Produktivitas Lahan 2010-2011

Sebaran secara keruangan dari klasifikasi antar hubungan kelas erosi dan perubahan produktivitas lahan dapat dilihat pada Peta 4.9.

commit to user

Peta 4.9 hubungan Tingkat erosi dan perubahan produktivitas lahan

commit to user