Pengawasan Hakim

8. Pengawasan Hakim

Keputusan Mahkamah Agung RI No. KMA/080/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pengawasan di Lingkungan Lembaga Peradilan memberikan definisi pengawasan sebagai salah satu fungsi pokok manajemen untuk menjaga dan mengendalikan agar tugas-tugas yang harus dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan rencana dan aturan yang berlaku. Kemudian pasal 1 angka 5 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mendefinisikan hakim sebagai hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung termasuk di dalamnya hakim adhoc dari empat lingkungan peradilan, yakni Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Tata Usaha Negara, dan Peradilan Militer dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan. Kedua pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa pengawasan hakim adalah upaya untuk menjaga agar tugas dan fungsi hakim dapat dilakukan sesuai dengan rencana dan aturan yang berlaku.47

Di Indonesia, pengawasan terhadap hakim maupun hakim agung dilakukan oleh Komisi Yudisial. Pasal 24B UUD 1945, tepatnya dalam ayat (1) disebutkan bahwa:

Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

Kemudian dalam UU No. 18 Tahun 2011 tentang Komisi Yudisial, tepatnya pasal 20 ayat (1), dinyatakan bahwa Komisi Yudisial memiliki tugas antara lain:

  1. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku Hakim;

  2. Menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim;

  3. Melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim secara tertutup;

  4. Memutuskan benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim; dan

  5. Mengambil langkah hukum dan/atau langkah lain terhadap orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat Hakim.

Dengan begitu, maka dapat disimpulkan bahwa Komisi Yudisial memiliki peran utama dalam menjaga martabat dan nama baik hakim yakni melalui pengawasan. Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. KMA/080/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pengawasan di Lingkungan Lembaga Peradilan juga mengatur bahwa fungsi pengawasan meliputi:

  1. Menjaga agar pelaksanaan tugas lembaga peradilan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  2. Mengendalikan agar administrasi peradilan dikelola secara tertib sebagaimana mestinya, dan aparat peradilan melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

  3. Menjamin terwujudnya pelayanan publik yang baik bagi para pencari keadilan yang meliputi: kualitas putusan, waktu penyelesaian perkara yang cepat, dan biaya berperkara yang murah.

Selain itu, apabila kita meninjau Undang-Undang Komisi Yudisial, tepatnya Pasal 22 ayat (1) yang berbunyi:

dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a, Komisi Yudisial menerima laporan masyarakat dan/atau informasi tentang dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim.”

Maka ternyata masyarakat juga memiliki fungsi pengawasan. Dengan mengingat definisi masyarakat menurut KBBI yaitu “sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama”, maka seluruh warga negara Indonesia merupakan pengawas terhadap hakim.

Sedangkan untuk Hakim yang berada di Mahkamah Konstitusi hanya diawasi secara internal saja oleh Majelis Kehormatan Hakim Konsitusi dan Dewan Etik Mahkamah Konstitusi sebagaimana diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi No.2 Tahun 2014.

Sedangkan pengawasan Hakim di kerajaan Spanyol dilakukan oleh CGPJ atau Consejo General del Poder Judicial. Berdasarkan Pasal 107 Undang-Undang Organik 6/1985 , bahwa CGPJ memiliki tugas untuk menginspeksi pengadilan. Kemudian dalam Pasal 171 dinyatakan bahwa CGPJ memil wewenang untuk melakukan pengawsan terdapa semua pengadilan di kerajaan Spanyol. Hal ini ditujukan untuk menetapkan dan memantau fungsi administrasi peradilan. Pemeriksaan mencakup juga pertimbangan untuk mengetahui fungsi dari pengadilan dan kinerja personel peradilan. Fokus kegiatannya adalah bagaimana melaksanakan tugas secara cepat dan efisien. Bahwa penafsiran dan penerapan hukum-hukum yang dibuat oleh hakim, atau apabila dalam pelaksanaan tugas pengadilan tidak mencerminkan keadilan dalam keadaan apapun, maka hal ini adalah merupakan bukan objek dari tindakan inspeksi yang dilakukan. Inspeksi adalah badan teknis di bawah CGPJ. Didalam melaksanakan kegiatan dan kunjungan, adalah berdasar perintah oleh Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman atau oleh Ketua Dewan Umum Kekuasaan Kehakiman. Layanan ini juga menerima dan memverifikasi laporan, pengaduan dan keluhan terhadap pelaksanaan tugas-tugas yudikatif, dimana pada sisi yang lain, pelaksaan tugas-tugas yudikatif juga tunduk kepada kepada Komite Disipliner .48

SPANYOL

Indonesia

Mahkamah Agung

Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Agung

Mahkamah Konstitusi

Dilakukan oleh CGPJ (Consejo General del Poder Judicial) berdasarkan Pasal 107 Law 6/1985. Bagian yang diawasi adalah jalannya fungsi pengadilan dan kinerja personel peradilan. Apabila terjadi pelanggaran terdapat Divisi Inspeksi dari CGPJ yang menindak secara khusus.

Dilakukan oleh CGPJ (Consejo General del Poder Judicial) berdasarkan Pasal 107 Law 6/1985. Bagian yang diawasi adalah jalannya fungsi pengadilan dan kinerja personel peradilan. Apabila terjadi pelanggaran terdapat Divisi Inspeksi dari CGPJ yang menindak secara khusus.

Secara internal pengawasan dilakukan oleh Badan Pengawasan, sedangkan secara eksternal pengawasan dilakukan oleh Komisi Yudisial dalam hal menjaga kehormatan, martabat dan perilaku hakim.

Diawasi oleh MKHK atau Majelis Kehormatan Hakim Konstitusi dan Dewan Etik Mahkamah Konstitusi untuk menjaga dan menegakan kehormatan,keluhuran martabata dan Kode Etik Hakim Konstitusi. (PMK 2 tahun 2014)

BAB III