PERKEMBANGAN HARGA BAHAN BAKU DAN PENGHASILAN PEDAGANG SATE AYAM
4.5 Solusi Pedagang Sate Ayam Untuk Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Baku
Kenaikan harga bahan baku yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti kebijakan pemerintah, ketidakseimbangan jumlah permintaan dan penawaran di pasar, serta berbagai hambatan lain dalam distribusi ternyata tidak memiliki dampak yang berarti terutama dalam segi ekonomi (penghasilan /pendapatan) pedagang sate ayam yang berlokasi di gerbang depan Kolese Kanisius Jakarta.
Besar penghasilan yang didapat oleh narasumber (Bapak Edi) tiap bulannya sebelum kenaikan harga bahan baku sate ayam adalah sekitar Rp 600.000,00 /bulan. Setelah adanya kenaikan, yakni terjadi pada periode tahun 2013 hingga 2014 narasumber memperoleh penghasilan rata-rata per bulannya yakni Rp 600.000,00 hingga Rp 650.000,00/bulan; namun narasumber mengatakan, bahwa penghasilan itu juga bisa lebih akibat penerapan harga yang berbeda antara pembeli golongan murid dengan pembeli golongan orang tua /wali murid, yang mulai ia terapkan beberapa bulan terakhir ini terhitung awal tahun 2014. Selain itu, Bapak Edi menilai kenaikan harga bahan baku sate ayam tidak terlalu membebani dirinya dalam hal penjualan sate ayam yang dilakukannya, hanya saja dalam hal pembeli tidak dapat dipastikan jumlahnya setiap kali ia berjualan. Oleh karena itu, beliau pun menerapkan taktik untuk hanya memanggang sate manakala datang pembeli, sehingga tidak memboroskan daging-daging sate ayam yang masih mentah agar dapat tetap disimpan tanpa khawatir akan membusuk. Hal ini juga bertujuan agar dapat menghemat pemakaian daging ayam dalam satu kali berjualan tiap hari, sehingga dengan demikian ia tidak memboroskan uang untuk membeli daging ayam yang baru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa solusi utama yang diterapkan pedagang ayam sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku adalah menetapkan harga penjualan yang berbeda antara golongan murid dan orang tua, serta taktik memanggang daging ayam hanya jika datang pembeli.