Pengaruh Kenaikan Harga Bahan Baku terha

PENGARUH K H KENAIKAN HARGA BAHAN BA AKU TERHAD ADAP PENJUALAN SATE AYAM DI KOLESE SE KANISIUS JAKARTA 2013-201 014

Karya Tulis Ini Disusun un dalam Rangka Pembelajaran Bahasa dan Sastra tra Indonesia

Oleh:

D Dion Kartawijaya

X-H /7

Kevin Revana K

X-H /13

M Michael Darmawan

X-H /15

N Nicolas Daniel Widjanarko

X-H /17

Timothy Glen Ivano T

X-H /25 Vincentius Sebastian Utama V X-H /26

SMA KOLESE KANISIUS S JAKARTA 2014

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis dengan judul:

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKU TERHADAP PENJUALAN SATE AYAM DI KOLESE KANISIUS JAKARTA 2013-2014

Telah disahkan pada 14 Mei 2014

Pembimbing I, Pembimbing II,

Bpk. Nicolas Widi Ibu Maria Inggrit Wahyono

Christiyanti

Mengetahui,

Kepala SMA Kanisius

Drs. J. Heru Hendarto, SJ. M.Ed.

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami ucapkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmat penyertaanNya selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, sehingga dapat berjalan dengan lancar dan selesai tepat waktu. Tidak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada Bapak N. Widi Wahyono, selaku guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan Ibu Maria Inggrit Christiyanti, selaku guru pembimbing pembuatan karya tulis ilmiah ini, atas pendampingan dan bimbingannya yang intensif; kepada kedua orang tua kami yang juga berperan sebagai pemberi semangat, motivasi, dan inspirasi.

Selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini, kelompok kami mengalami beberapa keterbatasan, diantaranya adalah keterbatasan waktu, tempat, dan koordinasi. Dalam hal kendala waktu, kami mengalami kesulitan dalam pembagian jadwal penyusunan karya tulis dengan kegiatan lain yang harus dikerjakan, seperti tugas- tugas serta ulangan mata pelajaran lain yang akan kami hadapi. Sedangkan kendala tempat berupa tidak adanya ruang (tempat) khusus bagi kami untuk mengerjakan laporan/ karya tulis yang tetap. Selain itu, ada pula kendala di bidang koordinasi, sehingga terkadang ada beberapa anggota yang tidak mengetahui tugasnya di bagian-bagian tertentu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Kami mengetahui keterbatasan-keterbatasan tersebut, serta kekurangan- kekurangan dalam hal lain yang mungkin kurang berkenan bagi pembaca. Oleh karena itu berbagai kritik, saran, dan masukkan yang bersifat membangun sangat kami harapkan, agar ke depan kita semua dapat belajar dari kesalahan dan kekurangan yang ada serta berbagai penelitian selanjutnya dapat lebih baik, berkembang, dan saling melengkapi.

Karya tulis yang kami buat kiranya bermanfaat bagi pembaca terutama untuk mengetahui bagaimana dampak dari harga bahan dasar yang naik terhadap penghasilan para pedagang sate ayam, khususnya yang berlokasi di Kompleks Kolese Kanisius Jakarta, dan apa yang menjadi penyebab kenaikan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, tentu sering kita jumpai rakyat miskin yang hidup Karya tulis yang kami buat kiranya bermanfaat bagi pembaca terutama untuk mengetahui bagaimana dampak dari harga bahan dasar yang naik terhadap penghasilan para pedagang sate ayam, khususnya yang berlokasi di Kompleks Kolese Kanisius Jakarta, dan apa yang menjadi penyebab kenaikan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari, tentu sering kita jumpai rakyat miskin yang hidup

Jakarta, 2 Februari 2014

Penulis.

HALAMAN MOTTO

Motto yang digunakan dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah: “Tekun ,Magis , dan Totalitas”

Arti dari motto : Selalu tekun dalam pekerjaan, berkembang untuk lebih baik, dan total dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Sumber motto :

“Tekun, magis, dan totalitas” merupakan bagian dari semangat PERSEVERA, yang terdapat dalam 10 spiritualitas Santo Ignatius dalam bukunya yang berjudul “Latihan Rohani (LR)”. Semangat tersebut sering dipakai oleh orang-orang di zaman dewasa ini terutama dalam hidup kerja keras dan semangat perjuangan yang tinggi. Semangat tersebut juga menjadi pedoman tiap orang, termasuk kelompok kami, dalam mengejar tujuan dan hasil akhir yang hendak dicapai secara total dan mampu bertanggung jawab.

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini kami persembahkan kepada :

1) Tuhan Yang Maha Esa

2) Orang tua

3) Keluarga Besar Kolese Kanisius

4) Bapak Edi , narasumber utama dalam karya tulis ilmiah ini

Bab V. Penutup ………………………………………………………………. 37

5.1. Kesimpulan ………………………………………………………….. 37

5.2. Saran …………………………………………………………………. 38 Daftar Pustaka ………………………………………………………………… 40

Lampiran ……………………………………………………………………... 42 Biodata Penulis ……………………………………………………………….. 44

Diagram 4.1.4. Perkembangan Harga Kacang Kedelai Periode Juli 2013 - Maret 2014 ………………………………………………….28 Diagram 4.1.5. Perkembangan Harga Kacang Tanah Periode Juli 2013 - Maret 2014 ………………………………………………….29 Diagram 4.1.6. Perkembangan Harga Cabe Merah Periode Juli 2013 - Maret 2014 …………………………………………………30

ABSTRAK

Persaingan dalam dunia usaha semakin ketat, terutama di kota-kota besar, yang dampaknya kian dirasakan oleh para pedagang makanan tradisional di Jakarta. Gejolak kenaikan harga yang bergerak lambat namun pasti mendorong setiap produsen makanan tradisional untuk menerapkan prinsip berdagang yang lebih cermat dan tepat untuk mengantisipasi kenaikan harga demi mendapat keuntungan yang lebih besar. Pengaruh kenaikan harga terhadap penjualan makanan tradisional dapat ditemukan dalam berbagai aspek, seperti tingkat penghasilan, kelancaran distribusi, kuantitas, dan kualitas produk yang dijual. Uang bukan lagi menjadi modal utama yang harus diperhatikan dalam berdagang, melainkan bagaimana menerapkan langkah-langkah strategis untuk menarik minat konsumen dan menekan biaya produksi.

Kata kunci: harga bahan baku, prinsip ekonomi, penghasilan, pedagang sate ayam.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Arus globalisasi dan berkembangnya pengetahuan serta perdagangan di zaman dewasa ini berpengaruh pada naiknya harga bahan- bahan kebutuhan dasar manusia. Kenaikan tersebut tentunya membebani hidup rakyat banyak, terutama mereka yang tegolong tidak mampu. Hal ini menyebabkan mereka harus menaikan harga jual produk- produk seiring kenaikan harga bahan dasar tersebut. Kenaikan harga bahan dasar kebutuhan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lain yang terus mengalami ketidakseimbangan akibat persaingan.

Pada penelitian ini yang menjadi sumber keprihatinan kelompok kami adalah terhadap pedagang sate ayam di Kolese Kanisius Jakarta, yakni dalam menentukan harga jual yang sesuai untuk sate ayamnya. Di satu sisi beliau harus mempertimbangkan keuntungan yang hendak dicapai dari hasil penjualan tersebut, namun disisi lain beliau harus pula mempertimbangkan kenaikan harga bahan dasar terhadap harga jual yang tetap relevan dan terjangkau oleh masyarakat, mengingat sate ayam merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer) manusia, yakni makanan.

Oleh karena itu kelompok kami merasa tertarik berangkat dari keprihatinan terkait masalah di atas untuk menyelidiki lebih lanjut dampak dan pengaruh kenaikan harga bahan dasar terhadap hasil penjualan sate ayam di kompleks Kolese Kanisius Jakarta serta berusaha mencari solusi yang diperlukan dan bermanfaat untuk diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Pokok-pokok masalah yang hendak dibahas dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan harga bahan baku pembuatan sate ayam?

2. Apa penyebab kenaikan harga bahan baku pembuatan sate ayam?

3. Bagaimana penghasilan pedagang sate ayam sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku?

4. Apa dampak lain yang dirasakan pedagang sate ayam setelah kenaikan harga bahan baku?

5. Bagaimana solusi pedagang sate ayam untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menjelaskan perkembangan harga bahan baku pembuatan sate ayam.

2. Untuk menjelaskan penyebab kenaikan harga bahan baku pembuatan sate ayam.

3. Untuk menjelaskan penghasilan pedagang sate ayam sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku.

4. Untuk menjelaskan dampak lain yang dirasakan pedagang sate ayam akibat kenaikan harga bahan baku.

5. Untuk menjelaskan solusi pedagang sate ayam dalam mengatasi kenaikan harga bahan baku.

1.4. Pembatasan Masalah Masalah yang akan dibahas secara terperinci dalam karya tulis ilmiah ini adalah mengenai kenaikan harga bahan baku sate ayam yang meliputi: daging ayam, kacang tanah, kacang kedelai, cabe merah, bawang merah, dan minyak

goreng dalam jangka waktu satu tahun periode 2013-2014; serta dampak dari kenaikan harga bahan baku tersebut terhadap pedagang sate ayam Kolese Kanisius Jakarta dalam hal penghasilan, kualitas dan kuantitas produk (sate ayam) yang dijual, dan pemasok bahan baku yang utama.

1.5 Manfaat penelitian

Dengan mengetahui besarnya kenaikan harga bahan baku serta dampaknya terhadap penjualan sate ayam di Kolese Kanisius Jakarta, maka manfaat yang dapat diambil antara lain:

1. Bagi pedagang sate ayam di Jakarta: dapat menerapkan pola dagang yang tepat dan strategis dalam hal menekan biaya produksi dan meningkatkan penghasilan yang diperoleh terkait adanya kenaikan harga bahan baku.

2. Bagi para siswa dan pembeli sate ayam di Kolese Kanisius: dapat mengetahui secara pasti adanya kenaikan harga penjualan akibat kenaikan harga bahan baku sate ayam beserta penyebabnya; dan mampu bersikap selektif dalam memenuhi kebutuhan.

3. Bagi pemerintah: dapat mengambil kebijakan dan keputusan yang tepat berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat terkait adanya pengaruh dari kenaikan harga bahan baku terhadap penjualan sate ayam sebagai salah satu makanan tradisional di Indonesia.

1.6. Sistematika Penulisan

Guna memahami lebih jelas isi karya tulis ilmiah ini, dilakukan dengan cara mengelompokkan materi menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori-teori yang mendasari penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah yang diambil dari beberapa kutipan buku, baik berupa pengertian dan Bab ini berisikan teori-teori yang mendasari penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah yang diambil dari beberapa kutipan buku, baik berupa pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan metode-metode ilmiah yang diterapkan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, yakni penjelasan mengenai jenis penelitian, variabel dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi segala macam pembahasan masalah dan variabel yang menjadi fokus utama penelitian karya tulis ilmiah ini, yakni menjelaskan perkembangan harga bahan baku sate ayam, penyebab kenaikan harga bahan baku, penghasilan pedagang sate ayam sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku, dampak lain yang dirasakan pedagang sate ayam setelah kenaikan harga bahan baku, serta solusi pedagang sate ayam terkait kenaikan harga bahan baku.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian korelatif serta masukkan-masukkan untuk berbagai pihak yang terkait dengan penelitian karya tulis ilmiah ini.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Sate Ayam

Sate atau satai adalah makanan yang terbuat dari potongan daging yang dipotong kecil-kecil dan ditusuki dengan tusukan sate yang biasanya dibuat dari lidi tulang daun kelapa atau bambu, kemudian dibakar menggunakan bara arang kayu. Sate kemudian disajikan dengan berbagai macam bumbu yang bergantung pada variasi resep sate. Daging yang dijadikan sate antara lain daging ayam, kambing, domba, sapi, babi, ikan, dan lain-lain

Sate ayam sudah tidak asing ditemukan di Indonesia, khususnya di daerah- daerah yang memang menjadi penghasil makanan tradisional sate dengan beragam variasinya. Di zaman sekarang, popularitas sate ayam pun sudah merambah ke kota-kota besar termasuk Jakarta, juga dengan variasi produk, kualitas, dan harga jual yang bermacam-macam.

Sate adalah sejenis kebab dengan gaya hidangan yang telah lama populer di Indonesia dan Thailand. Hal ini paling sering dikaitkan dengan makanan Thailand, di mana hal itu terbuat dari daging sapi, ayam, atau domba, dan dapat dicelupkan ke dalam kacang atau saus tradisional. Sejarawan makanan tidak yakin apakah sate pertama kali diperkenalkan di Indonesia atau di Asia Tenggara. Terlepas dari asal, baik variasi Indonesia maupun Thailand dipuji oleh fans sebagai hidangan yang sangat lezat.

Sate Indonesia memiliki beberapa varian populer. Sate Madura adalah salah satu yang paling dikenal dan paling populer. Ini biasanya menggunakan domba atau ayam, direndam dalam gula, bawang hijau, kecap dan garam. Daging diasinkan kemudian ditusuk dan dengan cepat

dipanggang. 1

Sate Ayam. http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama , diunduh 27 November 2013, pk.19.57

2.2. Jenis Bahan Baku Pembuatan Sate Ayam

1. 2 Daging Ayam Ayam (Gallus gallus domesticus) merupakan salah satu ternak

unggas yang umum dikembangbiakkan di berbagai belahan dunia, karena dagingnya dimanfaatkan untuk konsumsi manusia.Daging ayam dapat dimasak melalui berbagai metode, berbeda-beda sesuai dengan kebiasaan masyarakat sekitar.

Menurut sumber, daging ayam sudah sejak lama dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan:

Ukiran-ukiran Babylon lebih dari sekitar 600 SM menampilkan ayam sebagai makanan. Ayam merupakan daging yang paling laris didapatkan ketika Zaman pertengahan. Penggunaan daging ayam di A.S. meningkat ketika Perang Dunia

II akibat kekurangan daging sapi dan babi. Di Eropa, pemakan daging ayam meningkat dari pemakan daging sapi dan anak sapi pada tahun 1996, mungkin berhubungan mengenai penyakit

sapi gila atau B.S.E.

Bagian ayam yang paling sering dikonsumsi adalah dagingnya, walaupun bagian-bagian tubuh lainnya terkadang masih dimanfaatkan dalam masakan, contohnya adalah, organ bagian dalam ayam seperti usus dan paru-paru, selain itu ceker maupun kepala ayam dalam beberapa masakan termasuk bagian yang dikonsumsi.

2. Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaeal) merupakan tanaman polong-

polongan atau legume dari family Fabaceae. Berdasarkan catatan sejarah, tanaman ini berasal dari Brazil dan merupakan tanaman yang dapat tumbuh pada iklim tropis dan subtropis. Sebagai bahan pangan, kacang tanah bermanfaat sebagai bahan makanan ternak dan makanan manusia. Biji kacang tanah kaya akan protein dan lemak. Pemanfaatan dari biji kacang tanah sebagai makanan antara lain sebagai selai, minyak, ataupun

Daging Ayam. http://id.wikipedia.org/wiki/Daging_ayam , diunduh 28 November 2013, pk. 18.50 Daging Ayam. http://id.wikipedia.org/wiki/Daging_ayam , diunduh 28 November 2013, pk. 18.50

Kacang tanah terdiri dari berbagai varietas. Sumber menyatakan kacang tanah yang umum digunakan di Indonesia yakni:

Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan).

Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan).

Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-varietas yang ada. Kacang Holle tidak bisa disamakan dengan kacang lain karena memang berbeda varietas.

3. Beras Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah

dari sekam.Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi). 4

Manusia memanfaatkan beras untuk dikonsumsi, namun sebelumnya perlu diolah terlebih dahulu supaya dapat dimakan, yakni dimasak menjadi nasi, ketupat, maupun olahan beras lainnya.Masyarakat di berbagai negara memanfaatkan hasil olahan beras sebagai makanan pokok, seperti di Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

4. Daun Pisang Batu Pisang Batu, yang juga dapat dipanggil Pisang Klutuk

merupakan salah satu varietas tanaman pisang yang buahnya memiliki berbagai khasiat sebagai obat tradisional untuk

menyembuhkan penyakit seperti diare dan ambien. 5

Kacang Tanah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_tanah diunduh pada 28 November 2013 pukul 18.56

3 AAK. Kacang Tanah. (Yogyakarta, 1989 : Penerbit Kanisius), hal. 41. 4 Beras. http://id.wikipedia.org/wiki/Beras , diunduh pada 28 November 2013 pada pukul 19.33 5 Daun Pisang Klutuk. http://tumbuh.wordpress.com/2007/10/30/daun-pisang-klutuk diunduh

pada 28 November 2013 pada pukul 19.35 5 Manfaat dan Khasiat Buah Pisang Batu.

http://anekaresepobatkunomujarab.blogspot.com/2013/05/manfaat-dan-khasiat-buah-pisang- batu.html diunduh pada 28 November 2013 pada pukul 19.49

Daun pisang klutuk umum digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional, seperti untuk membungkus berbagai macam sate ataupun nasi bungkus.Daun pisang klutuk dimanfaatkan sebagai pembungkus makanan tradisional karena memiliki tekstur yang tidak terlalu kasar sehingga tidak sakit untuk dipegang, juga karena daunnya lentur dan tidak mudah robek yang mencegah makanan tumpah atau jatuh berceceran. Kualitas lain yang dimiliki daun pisang klutuk yakni memiliki bau yang harum.

5. Jeruk Limau Tumbuhan jeruk limau (Citrus amblycarpa) merupakan tanaman berbentuk seperti semak atau pohon kecil, umumnya memiliki ketinggian sekitar 5 meter.Tumbuhan jeruk limau menghasilkan buah sepanjang tahun dan umumnya tumbuh dari biji tanamannya.Daun tanaman tersebut berukuran kecil dan tampak mengkilap, sedangkan bunganya berwarna putih.

Kulit buah jeruk limau tidak mulus dan berwarna hijau yang akan berubah semakin menguning jika buahnya matang. Umumnya buah jeruk limau dimanfaatkan sebagai bumbu masak saat kulitnya masih berwarna hijau sehingga

memberi rasa asam bagi masakan. 6

6. Bawang Merah Bawang merah (Allium cepa L) termasuk dalam family liliaceae, tumbuh merumpun, berbatang semu, berakar serabut, berumbi lapis, dengan daun tunggal berbentuk silinder berrongga.Tumbuhan semusim di ladang dengan pencahayaan cukup.

Bawang merah dapat digunakan dalam bentuk lumat, baik dihaluskan maupun dijadikan bumbu bawang merah, dapat juga digunakan sebagai bumbu dengan cara diiris-iris terlebih dahulu. Bawang merah yang diiris kasar digunakan

6 Trees. http://www.sybout.com/trees.htm diunduh pada 28 November 2013 pada pukul 19.50 6 Trees. http://www.sybout.com/trees.htm diunduh pada 28 November 2013 pada pukul 19.50

7. Bawang Putih Bawang putih (Allium sativum )termasuk dalam famili Alliaceae .Tanaman bawang putih berbentuk rumput yang berumbi lapis atau siung bersusun.Diyakini berasal dari Asia Tengah.Awalnya dibudidayakan di dataran tinggi, karena tumbuh baik di daerah dingin seperti pegunungan atau dataran tinggi,namun beberapa jenis sudah dibudidayakan di dataran rendah.

8. Garam Garam merupakan bumbu masak yang memberi rasa asin pada makanan.Garam didapatkan dari hasil penguapan air laut di tambak- tambak garam. Natrium dan Klorida garam berfungsi untuk menyeimbangkan asam-basa tubuh serta aktivitas otot dan syaraf. “Jumlah garam yang perlu dikonsumsi manusia adalah 9 gram per hari, terutama

untuk memenuhi kebutuhan iodium tubuh”. 8

9. Jahe Jahe (Zingiber officinale Roscoe) tumbuhan yang

berasal dari China dan Asia Selatan (India), serta menyebar ke wilayah tropis dan sub tropis.Rimpang jahe merupakan bagian

tanaman yang sering dimanfaatkan beraroma khas dan rasanya

pedas. 9

10. Gula Merah Gula aren atau Gula merah adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon enau.Gula arena biasanya

Gardjito Murdjiati. Bumbu, Penyedap, dan Peserta Masakan Indonesia (Jakarta, 2013), hlm. 44.

8 Ibid., hal 65

9 Ibid., hal 10.

juga diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, yaitu cairan yang dikeluarkan dari bunga pohon dari keluarga palma,

seperti kelapa, aren, dan siwalan.

Gula merah berbahan nira dari pohon aren. Umumnya gula aren lebih gelap dan aroma lebih kuat dibandingkan gula kelapa.Dapat berfungsi untuk memberi warna coklat makanan.

Menurut sumber cara untuk mendapat gula aren adalah dengan: Bunga (mayang) yang belum mekar diikat kuat (kadang-kadang dipres dengan dua batang kayu) pada bagian pangkalnya sehingga proses pemekaran bunga menjadi terhambat. Sari makanan yang seharusnya dipakai untuk pemekaran bunga menumpuk menjadi cairan gula.Mayang membengkak. Setelah proses pembengkakan berhenti, batang mayang diiris-iris untuk mengeluarkan cairan gula secara bertahap. Cairan biasanya ditampung dengan timba yang terbuat dari daun pohon palma tersebut. Cairan yang ditampung diambil secara bertahap, biasanya 2-3 kali. Cairan ini kemudian dipanaskan dengan api sampai kental. Setelah benar-benar kental, cairan dituangkan ke mangkok-mangkok yang terbuat dari daun palma dan siap dipasarkan. Gula merah sebagian besar

dipakai sebagai bahan baku kecap manis. 10

11. Royco Rasa Ayam Knorr merupakan perusahaan makanan dan minuman yang berasal dari Jerman. Knorr merupakan anak perusahaan Unilever sejak tahun 2000, saat Best Foods melakukan merger dengan Unilever.Nama produk Knorr di Indonesia menjadi Royco dan di Australia menjadi Continental.

Royco rasa ayam meruapakan bumbu masakan berupa bubuk yang memberi citarasa ayam pada masakan dan dimanfaatkan untuk membuat makanan menjadi lebih gurih. 11

10 Ibid., hal 61 11 http://en.wikipedia.org/wiki/Knorr_(brand) diunduh pada 28 November pada pukul 19.55

12. Kecap Manis Kecap manis merupakan bumbu masak yang ibuat

dari kacang kedelai (Glycine soja), gula kelapa, dan campuran bumbu kainnya. Warnanya hitam pekat, kental dan manis. 12

13. 13 Bawang Merah Goreng Bawang merah goreng merupakan hasil olahan dari umbi bawang

merah. Proses pengolahan untuk membuat bawang merah, menurut sumber adalah sebagai berikut:“ Umbi bawang merah) diiris lalu digoreng sampai kecoklatan, lalu dikemas dengan rapat agar tak mudah lembek.” Bawang merah dimanfaatkan untuk menambah rasa gurih dan renyah makanan.

14. Cabai Cabai merupakan buah dari tanaman Capsicum dari familiSolanaceaeyang diduga berasal dari Amerika Selatan.Tanaman cabai mudah dibudidayakan di daerah tropis. “Tergolong dalam tumbuhan semak dengan berbatang kayu, berbentuk bulat atau bersegi, bercabang

banyak dan berbuku-buku.” 14 Tanaman cabai juga terdiri dari berbagai varietas, dimana yang terkenal di Indonesia adalah cabai rawit, dan cabai

merah besar.

15. Sambal Sate Sambal sate terbuat dari sambal kacang yang

bahannya adalah kacang tanah goreng, cabai merah, bawang putih, gula merah, dan garam. Untuk membuatnya bahan-bahan tersebut dihaluskan kemudian ditumis. Sambel sate mengandung

citarasa kacang tanah. 15

12 Gardjito, Op, Cit., hal. 65

13 Ibid., hal 101

14 Ibid., hal. 7.

15 Ibid., hal 125

2.3. Penentuan Harga Jual Produk

Harga jual produk juga mempengaruhi pendapatan sekaligus keseimbangan antara kualitas (mutu) produk yang sebenarnya dengan harga jual yang sesuai di pasar. Harga jual produk juga berpengaruh terhadap bagaimana pandangan masyarakat terhadap kesesuaian dan keterjangkauan suatu produk agar dapat dibeli oleh masyarakat.

Dengan semakin meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka harga sebuah produk tidak lagi merupakan faktor penentu yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk memilih suatu produk. “Faktor-faktor lain seperti: rasa, keamanan produk, zat gizi, daya tahan simpan, dan kepraktisan penyajian,

saat ini kian menjadi pertimbangan.” 16

2.4. Sentra Produksi

Sistem pemasaran yang baik juga akan berpengaruh terhadap pengenalan masyarakat akan makanan tradisional, khususnya sate ayam. Pemasaran yang melibatkan banyak pihak justru akan membuat sulit pendistribusian karena berpotensi besar terjadinya kegagalan.

Sebagai contoh adalah negara Jepang, yang memiliki sentra produksi strategis dan menguntungkan, sehingga banyak pedagang kecil yang terbantu dalam berdagang.

Dengan disertai sistem pemasaran yang baik, produk-produk dari provinsi tersebut telah dikenal luas di seluruh Jepang. Untuk Indonesia, mungkin belum waktunya “satu desa satu produk”, tapi sebaliknya sudah mulai dicoba

dengan “satu kabupaten satu produk andalan…” 17

2.5. Kompetisi dan Inovasi

Ada pula faktor lain yang mempengaruhi pendapatan pedagang sate ayam pada umumnya akibat kenaikan harga bahan dasar sate tersebut. Faktor itu ialah semakin ketatnya persaingan (kompetisi) terkait bagaimana menarik

16 Made Astawan, Jangan Takut Makan Enak, Sehat dengan Makanan Tradisional (Jakarta, 2013), Hlm.10

17 Ibid., hal 7 17 Ibid., hal 7

tradisional sebaiknya tidak mengabaikan bisnis tersebut.” 18

2.6. Kenaikan Harga dan Minat Pembeli Menurut Ilmu Ekonomi

Dalam teori ilmu ekonomi, harga merupakan salah satu faktor utama meskipun bukan faktor satu-satunya yang mempengaruhi pilihan pembeli. Harga menjadi faktor utama pilihan pembeli semakin terlihat di antara kelompok- kelompok miskin. Namun, harga bukan menjadi faktor utama pilihan pembeli bagi masyarakat yang mampu/kaya. Namun, teori ini hanya berlaku bagi produk- produk di luar kebutuhan bahan pokok. Untuk kebutuhan bahan pokok yang termasuk kebutuhan primer, akan memiliki dampak garis lurus dengan turunnya pembelian pada kebutuhan sekunder dan pertumbuhan ekonomi.

Dapat dikatakan bahwa:

1. Jika harga barang primer meningkat, sementara pendapatan tetap, akan menyebabkan harga barang sekunder pun akan meningkat.

2. Pembelian terhadap barang sekunder pun akan menurun.

3. Perubahan harga barang konsumsi menyebabkan tingkat substitusi (pergantian) terhadap barang konsumsi akan berubah pula. 19

Untuk poin 3, dapat dilihat kasusnya di masyarakat, di mana pada saat cabai rawit harganya meningkat maka pedagang makanan yang banyak menggunakan cabai akan menggantikannya dengan cabai oplosan atau mengurangi kadar cabainya.

Dengan demikian, dari penjelasan di atas, maka harga kebutuhan primer harus dikendalikan oleh pemerintah. Jika tidak, maka akan terjadi kelesuan ekonominegara, yang berimbas pada penurunan daya saing produk lokal dan penurunan pertumbuhan ekonomi.

Ibid., hal 6 19 Abdurachman. Kenaikan Harga Sembako, Masalah, dan Solusi.

http://www.abdurrahmancenter.com/index.php/artikel/1241-kenaikan-harga-sembako-masalah- dan-solusi diunduh pada 31 Maret 2014 pukul 11:59 WIB.

2.7. Faktor-faktor Kenaikan Harga

Kenaikan harga sejumlah kebutuhan barang pokok disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Perbandingan Supply and Demand yang tidak seimbang. Supply kebutuhan bahan pokok terganggu oleh perubahan iklim, yaitu tingginya frekuensi hujan di bulan kemarau yang menyebabkan para petani gagal panen. Cabai dan sayuran mengalami gagal panen di daerah-daerah penghasil cabai dan sayuran.

2. Siklus tahunan, “Demand terhadap kebutuhan barang pokok meningkat seiring dengan semakin dekatnya bulan puasa dan lebaran.” 20

3. Efek psikologis dari kenaikan TDL yang mencapai 20% untuk sektor industri.

4. Faktor lain: faktor pedagang. Kenaikan beras misalnya, selain dipicu oleh faktor Supply and Demand, dipicu juga oleh permainan para pedagang/tengkulak, di mana petani lebih memilih menjual ke pasar bebas daripada ke Bulog dikarenakan harga GKP (Gabah Kering Panen) dan GKG (Gabah Kering Giling)

lebih tinggi daripada harga GKP dan GKG yang dipatok oleh Bulog. 21

Abdurachman, Loc.Cit. 21 Abdurachman, Ibid.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini diterapkan jenis penelitian korelatif. Penelitian korelatif merupakan penelitian ilmiah yang mencoba menjelaskan dan melihat hubungan (korelasi /keterkaitan) antara satu masalah dengan masalah lainnya, dimana terdapat hal yang bersifat mempengaruhi /menentukan dan hal yang bersifat dipengaruhi/ ditentukan. Dalam penelitian ini yang menjadi objek kajian utamanya adalah pendapatan seorang pedagang sate ayam di Kolese Kanisius Jakarta sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan baku, seperti daging ayam, bumbu dapur, dan lontong. Oleh karena itu, melalui penelitian ini kelompok kami hendak melihat seberapa besar pengaruh naiknya harga bahan baku terhadap pendapatan pedagang sate ayam di Kolese Kanisius Jakarta.

3.2 Variabel dan Sampel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah kenaikan harga bahan baku dan penghasilan pedagang sate ayam di Kolese

Kanisius Jakarta. Sampel penelitian yang dipakai berupa: (1) Untuk bahan baku sate ayam dipilih 5 bahan utama yakni daging ayam, bawang merah, cabai, kacang tanah, dan lontong; (2) Sedangkan untuk pedagang sate ayam yang menjadi sampel penelitian adalah Bapak Edi, seorang pedagang sate ayam yang berjualan di gerbang depan Kolese Kanisius Jakarta.. Proses sampling yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan teknik nonrandom sampling.

3.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu

data masyarakat dan data pustaka. Data pustaka yang kami miliki diperoleh data masyarakat dan data pustaka. Data pustaka yang kami miliki diperoleh

Data masyarakat kami peroleh dengan jalan wawancara dan observasi. Kami melakukan wawancara langsung dengan Bapak Edi, pada saat jam pulang sekolah dan belum dipadati pembeli. Dari hasil wawancara itu kami mengetahui perkiraan penghasilan dan biaya yang dikeluarkan untuk membuat sate ayam dalam kurun waktu tertentu sebelum dan sesudah kenaikan harga bahan-bahan baku, serta bagaimana pengaruhnya bagi sang pedagang (Bapak Edi) dalam berbagai segi kehidupan. Kami juga melakukan observasi dengan melihat kebiasaan penjual dan pembeli sate ayam di lingkungan Kolese Kanisius untuk melihat bagaimana minat pembeli (seperti murid, guru, karyawan, maupun orang lain) setelah adanya kenaikan harga bahan dasar.

3.4 Teknik Analisis Data

Data-data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan pendekatan tabel, diagram, maupun grafik yang akan menunjukkan hubungan dari kenaikan harga bahan dasar sate ayam secara kumulatif terhadap pendapatan pedagang sate ayam per harinya. Data-data seperti: besar pendapatan yang berhasil diperoleh pedagang sebelum kenaikan harga setiap hari dalam sebulan, besar pendapatan yang berhasil diperoleh pedagang setelah kenaikan harga setiap hari dalam sebulan, persentase kenaikan harga bahan baku tiap jenis, serta dampak yang dirasakan secara konkret setelah adanya kenaikan harga bagi pedagang sate ayam di berbagai segi kehidupannya, seperti ekonomi, sosial, dan budaya setempat; akan disajikan dalam tabel-tabel distribusi yang kemudian akan dikaitkan satu sama lain Data-data yang telah terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan pendekatan tabel, diagram, maupun grafik yang akan menunjukkan hubungan dari kenaikan harga bahan dasar sate ayam secara kumulatif terhadap pendapatan pedagang sate ayam per harinya. Data-data seperti: besar pendapatan yang berhasil diperoleh pedagang sebelum kenaikan harga setiap hari dalam sebulan, besar pendapatan yang berhasil diperoleh pedagang setelah kenaikan harga setiap hari dalam sebulan, persentase kenaikan harga bahan baku tiap jenis, serta dampak yang dirasakan secara konkret setelah adanya kenaikan harga bagi pedagang sate ayam di berbagai segi kehidupannya, seperti ekonomi, sosial, dan budaya setempat; akan disajikan dalam tabel-tabel distribusi yang kemudian akan dikaitkan satu sama lain

BAB IV PERKEMBANGAN HARGA BAHAN BAKU DAN PENGHASILAN PEDAGANG SATE AYAM

4.1 Perkembangan harga bahan baku pembuatan sate ayam

4.1. 1. Pengantar Seperti yang kita tahu, sate ayam merupakan salah satu makanan khas tradisional Indonesia yang digemari oleh banyak kalangan. Sate ayam sendiri sudah lama menjadi incaran banyak orang dari seluruh pelosok Indonesia bahkan seluruh dunia. Ada banyak bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sate ayam ini. Bahan- bahan itu sendiri bisa kita bagi menjadi dua, yaitu daging ayam itu sendiri dan bumbu kacang untuk melengkapi sate ayam tersebut.

Gambar 4.1. Sate ayam khas masakan Indonesia Sumber: ainifarida.wordpress.com

Bahan utama sate ayam adalah daging ayam

Gambar 4.1.1. Ayam broiler siap potong Sumber: ternakonline.wordpress.com

Untuk bahan dasar dalam lam bumbu untuk melengkapi sate ayam, diantaran ranya : 1. Kacang tanah

Gambar 4.1.2. K Kacang tanah Sumber: permath thic.blogspot.com 2. Cabai

Gambar 4.1.3. Ca Cabe merah besar Sumber: viknovi. vi.blogspot.com

3. Bawang Merah

Gambar 4.1.4. Ba Bawang merah Sumber: inti-kese esehatan.blogspot.com

4. Ketumbar

Gambar 4.1.5. Ketumbar Sumber: jualsayuran.com

Bahan pelengkap masakan tradisional sate : Dalam hidangan sate ayam, biasanya disajikan dan dilengkapi dengan lontong. Lontong itu sendiri adalah nasi yang dibungkus dengan daun pisang yang kemudian di kukus dalam dandang atau sejenis panci. Nasi tersebut pada dasarnya berasal dari beras.

Beras itu sendiri adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi).

Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.

Terakhir, sebagai pembungkus sate yang telah siap dihidangkan adalah dengan menggunakan daun pisang batu, sekaligus sebagai wadah untuk menampung sate dan bumbu kacangnya agar tidak tumpah.

4.1. 2. Data Perkembangan Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Juli 2013 – Maret 2014

Harga bahan baku terus mengalami perubahan seiring berjalannya waktu, dan hal itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, serta diikuti dengan adanya perubahan di bidang permintaan dan penawaran, penetapan harga jual di pasar, serta tingkat kepuasan konsumen dan produsen dalam melakukan kegiatan ekonomi di bidang masing-masing.

Bahan baku sate ayam yang akan disorot sebagai bahan baku utama yang mempengaruhi tingkat penjualan dan harga meliputi daging ayam, bawang merah, kedelai, cabe merah, kacang tanah, dan minyak goreng. Bahan baku tersebut disebut juga komoditas pertanian, yang merupakan hasil bumi Indonesia asli walaupun ada sebagian produsen yang masih mengimpor bahan baku dari luar negeri.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia terkait Harga Kebutuhan Pokok, data perubahan harga yang terjadi terhadap bahan-bahan baku sate ayam pada periode Juli 2013-Maret 2014 adalah sebagai berikut:

TABEL I

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Juli 2013

Rata-rata No.

Komoditas

Perbulan (Rp/kg)

1. Minyak Goreng

2. Daging Ayam

3. Bawang Merah

5. Cabe Merah

6. Kacang Tanah

TABEL II

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Agustus 2013

Rata-rata per No.

Komoditas

bulan (Rp /kg)

Minyak Goreng

Daging Ayam

Bawang Merah

Cabe Merah

Kacang Tanah

TABEL III

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode September 2013

Rata-rata per No.

Komoditas

bulan (Rp /kg)

1. Minyak Goreng

2. Daging Ayam

3. Bawang Merah

5. Cabe Merah

6. Kacang Tanah

TABEL IV

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Oktober 2013 Rata-rata per bulan

No.

Komoditas

(Rp /kg)

1. Minyak Goreng

2. Daging Ayam

3. Bawang Merah

4. Kacang Tanah

6. Cabe Merah

TABEL V

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode November 2013

Rata-rata per bulan No.

Komoditas

(Rp /kg)

1. Minyak Goreng

2. Daging Ayam

3. Bawang Merah

5. Kacang Tanah

6. Cabe Merah

TABEL VI

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Desember 2013 Rata-rata per bulan

No.

Komoditas

(Rp /kg)

1. Minyak Goreng

2. Daging Ayam

3. Bawang Merah

5. Kacang Tanah

6. Cabe Merah

TABEL VII

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Januari 2014

Rata-rata per bulan No.

Komoditas

(Rp /kg)

1. Minyak Goreng

2. Daging Ayam

3. Bawang Merah

5. Kacang Tanah

6. Cabe Merah

TABEL VIII

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Februari 2014

Rata-rata per bulan No.

Komoditas

(Rp /kg)

1. Minyak Goreng

2. Daging Ayam

3. Bawang Merah

5. Kacang Tanah

6. Cabe Merah

TABEL IX

Data Harga Bahan Baku Sate Ayam Periode Maret 2014

Rata-rata perbulan

No.

Komoditas

(Rp /kg)

1. Minyak Goreng

2. Daging Ayam

3. Bawang Merah

5. Kacang Tanah

6. Cabe Merah

Data di atas menunjukkan besar perubahan harga yang terjadi pada beberapa bahan baku pembuatan sate ayam dalam kurun waktu 8 bulan pengamatan (Juli 2013 – Maret 2014).

Dari keterangan data yang terdapat pada tabel di atas, maka dapat dibuat grafik perubahan jumlah harga yakni sebagai berikut:

Perkembangan Harga Minyak Goreng

Periode Juli 2013 - Maret 2014

Diagram 4.1.1. Perkembangan Harga Minyak Goreng Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga minyak goreng mengalami kenaikan pada awal bulan Juli 2013 – November 2013, lalu menurun drastis, namun beranjak naik kembali hingga mencapai titik tertinggi yakni pada tingkat harga Rp 14.302,00 pada bulan Februari 2014. Maka perubahan harga berkisar antara Rp1.000,00 – Rp1.500,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler

Periode Juli 2013 - Januari 2014

Harga

Harga Daging Ayam Broiler

Bulan

Diagram 4.1.2.Perkembangan Harga Daging Ayam Broiler Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga daging ayam broiler mengalami kenaikan drastis hingga mencapai titik tertinggi pada pergantian bulan Juli – Agustus 2013, lalu menurun, namun beranjak naik dan turun kembali secara tidak tetap hingga bulan Maret 2014. Maka perubahan harga berkisar antara Rp 4.500,00 – Rp 5.000,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

Perkembangan Harga Bawang Merah

Periode Juli 2013 - Maret 2014

Harga

Harga 30,000 Bawang

20,000 Merah 10,000

0 Bulan

Diagram 4.1.3. Perkembangan Harga Bawang Merah Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga bawang merah mengalami kenaikan hingga mencapai titik tertinggi pada pergantian bulan Juli – Agustus 2013, lalu menurun drastis sebanyak dua kali pada pergantian bulan Agustus 2013 hingga Oktober 2013, namun beranjak naik dan turun kembali secara tidak tetap hingga bulan Maret 2014. Maka perubahan harga berkisar antara Rp 35.000,00 – Rp 40.000,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

Perkembangan Harga Kacang Kedelai

Periode Juli 2013 - Maret 2014

Diagram 4.1.4. Perkembangan Harga Kacang Kedelai Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga kacang kedelai mengalami penurunan mula-mula yakni dari harga Rp10.290,00 menjadi Rp9.957,00 pada pergantian bulan Juli – Agustus 2013. Setelah itu, harga melonjak naik dengan kisaran Rp500,00 dan untuk bulan-bulan selanjutnya harga cenderung tidak stabil. Harga tertinggi berada pada bulan Maret 2014, yakni mencapai Rp10.845,00. Maka perubahan harga berkisar antara Rp 750,00– Rp 1.000,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

Perkembangan Harga Kacang Tanah Periode

Harga

Juli 2013 - Maret 2014

Harga 17,000 Kacang

Diagram 4.1.5. Perkembangan Harga Kacang Tanah Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga kacang tanah mengalami kenaikan dan penurunan secara tidak menentu yang terjadi selama 4 bulan pengamatan pertama. Lalu, pada bulan November 2013, harga kacang tanah cenderung turun lalu naik kembali hingga mencapai titik tertinggi pada harga 18.705,00 bulan Desember 2013. Pada bulan Maret 2014, harga kacang tanah justru mengalami penurunan drastis menjadi Rp 16.689,00. Maka perubahan harga berkisar antara Rp2.000,00 – Rp2.500,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

Perkembangan Harga Cabe Merah Periode

Juli 2013 - Maret 2014

Harga

Harga Cabe 15,000

Diagram 4.1.6. Perkembangan Harga Cabe Merah Periode Juli 2013-Maret 2014.

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa harga cabe merah mengalami penurunan secara bertahap selama tiga bulan pertama pengamatan, lalu melonjak kembali hingga mencapai titik tertinggi pada tingkat harga Rp36.559,00 yakni bulan Oktober 2013. Setelah mencapai harga tertinggi, harga cenderung bergerak turun dan tidak stabil hingga bulan Maret 2014. Maka perubahan harga berkisar antara Rp 10.000,00 – Rp 15.000,00 dihitung dari selisih harga terendah dan tertinggi dalam kurun waktu pengamatan (Juli 2013-Maret 2014).

4.2 Penyebab Kenaikan Harga Bahan Baku Pembuatan Sate Ayam

Harga bahan baku sate ayam mencakup bumbu, penyedap masakan tradisional dan komoditas pertanian Indonesia sehingga harga dari bahan-bahan tersebut juga turut berubah seiring dengan kestabilan perekonomian negara Indonesia. Namun, perubahan harga terutama yang terjadi pada beberapa bulan terakhir ini cenderung mengalami kenaikan /peningkatan harga, sehingga perlu diketahui secara pasti apa penyebab kenaikan tersebut.

Kenaikan harga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:

1. Berkurangnya produksi dalam negeri Berkurangnya produksi bahan-bahan pokok antara lain adalah sebagai akibat dari:

Cuaca yang tidak mendukung bagi pertanian, seperti musim hujan yang berkepanjangan sehingga hasil panen

padi mengalami kegagalan (karena padi membusuk) dan harus ditunda; atau musim kemarau yang berkepanjangan sehingga lahan pertanian maupun perkebunan menjadi kering dan tandus.

Pembuatan garam dan perikanan, yang sangat bergantung pada situasi iklim dan cuaca, juga adanya pencemaran

tertentu pada ekosistem dimana sumber daya alam yang tersedia mengalami kehancuran. Misalnya pada ekosistem laut sering dijumpai pencemaran akibat limbah yang mencemari habitat berbagai jenis biota laut dan keanekaragaman flora maupun fauna laut, sehingga mengurangi pasokan hasil perikanan untuk jangka waktu tertentu.

Adanya penyakit khusus pada hewan atau tumbuhan yang menghambat pertumbuhan ekonomi (dalam hal kuantitas)

di bidang pertanian dan peternakan, yang menggejala dan menyebarluas sehingga pemerintah harus mengantisipasi di bidang pertanian dan peternakan, yang menggejala dan menyebarluas sehingga pemerintah harus mengantisipasi

Beralihnya profesi sebagian besar produsen. Hal ini dapat disebabkan tingkat kesejahteraan penduduk yang masih

rendah dan ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan. Produsen yang beralih profesi dengan alasan ketidakcukupan ekonomi, dapat mengakibatkan hilangnya pemasok utama bahan-bahan produksi tertentu. Jika terus berlanjut, maka dapat menyebabkan penurunan jumlah penawaran produk dan naiknya harga di pasar.

2. Bertambahnya konsumsi Konsumsi masyarakat dapat bertambah sebagai akibat dari tradisi pada hari-hari raya tertentu, seperti Idul Fitri, Idul Adha, Imlek, Natal, Paskah, dan lain-lain. Masyarakat yang masih menjalankan tradisi dan mengikuti aturan adat, tentunya akan berdampak pada biaya konsumsi atas kebutuhan melaksanakan kegiatan adat tersebut. Pada hari raya keagamaan tertentu, juga sudah menjadi kewajiban masing-masing pemeluk untuk menjalankan perintah agama mereka yang kerap membutuhkan biaya lebih untuk membeli bahan-bahan dasar, seperti hewan kurban, jenis tanaman sebagai lauk tertentu (tradisi agama Budha – Tionghoa), hiasan dinding dan dekorasi, dan lain sebagainya

3. Adanya keputusan tertentu dari pemerintah Keputusan tertentu dari pemerintah kerap dikeluarkan sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian ekonomi suatu negara, yang dalam hal ini adalah kestabilan harga pasar nasional Republik Indonesia. Sebagai contoh ialah pajak bagi bahan-bahan 3. Adanya keputusan tertentu dari pemerintah Keputusan tertentu dari pemerintah kerap dikeluarkan sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian ekonomi suatu negara, yang dalam hal ini adalah kestabilan harga pasar nasional Republik Indonesia. Sebagai contoh ialah pajak bagi bahan-bahan

4. Adanya hambatan yang tidak biasa dalam distribusi.

Hambatan-hambatan yang sering tak terduga dalam distribusi, kerapkali menjadikan distribusi suatu bahan mentah (bahan baku) maupun barang jadi (produk) mengalami penundaan atau berakibat pada harga bahan-bahan tersebut berdasarkan ketersediaannya di pasar. Sebagai contoh, yaitu adanya bencana yang mempersulit perpindahan seperti banjir dan tanah longsor.

5. Perubahan gaya hidup masyarakat Masyarakat kota cenderung bersifat dinamis, yang memiliki serangkaian pola interaksi dan bentuk gaya hidup yang berubah- ubah mengikuti mode (trend), situasi sosial, gengsi, status sosial, dan pengaruh media massa. Dalam hal perekonomian, peran masyarakat kota sebagian besar adalah sebagai konsumen, sehingga pola hidup yang mereka terapkan adalah konsumtif. Perilaku konsumtif mengacu pada cara hidup yang tidak pernah puas, dan timbulnya hasrat untuk selalu mencari kepuasan lebih dalam hal konsumsi barang atau jasa. Atas dasar inilah maka jumlah permintaan di pasar kadang meningkat, yang menyebabkan harga naik untuk unit-unit tertentu.

4.3 P enghasilan Pedagang Sate Ayam Sebelum dan Sesudah Kenaikan Harga Bahan Baku

Informasi mengenai dampak kenaikan harga bahan baku terhadap penjual sate ayam di depan gerbang Kolese Kanisius (Bpk. Edi), kami peroleh dengan jalan wawancara. Menurut narasumber, kenaikan harga bahan dasar yang paling Informasi mengenai dampak kenaikan harga bahan baku terhadap penjual sate ayam di depan gerbang Kolese Kanisius (Bpk. Edi), kami peroleh dengan jalan wawancara. Menurut narasumber, kenaikan harga bahan dasar yang paling

Dari hasil wawancara diketahui bahwa penjualan sate ayam setiap harinya dapat mencapai 600 tusuk sampai dengan 650 tusuk pada hari biasa saat sekolah tidak sedang menjalankan kegiatan ulangan umum maupun acara atau kegiatan sekolah lain seperti CC Cup, POR CC, pertemuan orang tua murid dengan guru, dan lain-lain. Narasumber juga memberitahukan penghasilan bersih per bulannya yang berkisar antara Rp.600.000,00 – Rp.650.000,00. Sebelum kenaikan harga, Bapak Edi mendapatkan penghasilan sekitar Rp.600.000,00. Bapak Edi mengaku mendapatkan penghasilan yang lebih banyak sekarang karena ia sudah menerapkan sistem penjualan dengan harga yang berbeda antara murid dan orang tua/ wali murid.

4.4 Dampak Lain Yang Dirasakan Pedagang Sate Ayam Setelah Kenaikan Harga Bahan Baku

Selain di bidang penghasilan, dampak adanya kenaikan harga juga dirasakan oleh bapak Edi dalam beberapa bidang kehidupan lainnya yakni sebagai berikut:

1. Kuantitas Walau pun terjadi kenaikan harga bahan baku, Bapak Edi tidak mengurangi ukuran daging ayam pada tusukan sate. Untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku yang terjadi, Ia menaikkan harga untuk sebuah porsi sate (berisi 10 tusuk dan lontong). Sebelum kenaikan harga iamenetapkan harga 15 ribu per porsi, tetapi setelah kenaikan harga bahan baku ia menaikkan harga per 1. Kuantitas Walau pun terjadi kenaikan harga bahan baku, Bapak Edi tidak mengurangi ukuran daging ayam pada tusukan sate. Untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku yang terjadi, Ia menaikkan harga untuk sebuah porsi sate (berisi 10 tusuk dan lontong). Sebelum kenaikan harga iamenetapkan harga 15 ribu per porsi, tetapi setelah kenaikan harga bahan baku ia menaikkan harga per