1-1 Alur permohonan izin kegiatan bisnis dan pengaliran air buangan

Gambar 4-1-1 Alur permohonan izin kegiatan bisnis dan pengaliran air buangan

Bidang industri yang harus melakukan Amdal ditetapkan dengan undang-undang. Yang menjadi objeknya adalah 1: bidang multi sektor (penimbunan tanah, reklamasi, dll), 2: bidang Bidang industri yang harus melakukan Amdal ditetapkan dengan undang-undang. Yang menjadi objeknya adalah 1: bidang multi sektor (penimbunan tanah, reklamasi, dll), 2: bidang

Dasar keilmuan setiap jenis usaha dalam bidang tersebut dan skala kegiatan bisnis yang menjadi objek Amdal ditetapkan dengan Permen LH No. 5 Tahun 2012. Misalnya, penanaman ( plantation ) termasuk bidang pertanian, harus mengikuti prosedur Amdal bila luas lahannya lebih dari 2.000 hektar.

Kegiatan bisnis dengan skala lebih kecil dari ketetapan undang-undang tetap harus mengikuti prosedur Amdal bila kondisi lingkungan sekitar dan kondisi pengaliran air dinilai memberikan pengaruh yang besar terhadap lingkungan. Susun dokumen yang diperlukan pada 3 jenis prosedur di atas dan ajukan ke Badan Lingkungan Hidup kantor pemerintahan kabupaten/kota. Berikutnya adalah penjelasan mengenai prosedur Amdal.

(2) Dokumen Amdal

Kegiatan bisnis dengan skala kegiatan besar dan dinilai memberikan pengaruh/dampak terhadap lingkungan yang luas, perencana/pemrakarsa harus mengajukan 3 jenis dokumen Amdal, yaitu

Dokumen persiapan, Dokumen evaluasi pengaruh lingkungan, UKL/UPL, dan mengajukannya ke Badan Lingkungan Hidup kantor pemerintahan kabupaten/kota, dan menerima penilaian. Di lain pihak, pada penilaian Amdal, setelah rencana kegiatan bisnis yang diajukan oleh perencana diterima dan dipublikasikan, akan diadakan pengumpulan ide dan pendapat dari masyarakat terhadap isinya, tanya jawab antara perusahaan dan masyarakat dijamin oleh sistem. Ini merupakan sistem pencegahan pencemaran lingkungan dengan kerjasama antara pengusaha dan masyarakat yang berbasis pada publikasi informasi.

Aturan mengenai pengajuan dokumen permohonan perizinan, dll ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan, formatnya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Dokumen yang harus diajukan dalam proses penilaian Amdal dijelaskan di bawah ini.

a. Dokumen persiapan (KA, Kerangka Acuan)

Apabila kegiatan bisnis tersebut menjadi objek/wajib Amdal, dengan KA, perencana kegiatan bisnis harus menunjukkan bagaimana akan menyaring isi evaluasi lingkungan ( screening ) dan poin apa saja yang akan dinilai dan bagaimana cara melakukan penilaiannya ( scooping ) dalam rencana pelaksanaan penilaian lingkungan hidup. KA yang diajukan akan dipublikasikan oleh kantor pemerintahan kabupaten/kota, dan memiliki mekanisme untuk merefleksikan ide atau pendapat (termasuk pendapat yang bertolak belakang) dari masyarakat.

KA harus menyertakan poin berikut,

1) Implementasi (garis besar)

2) Scooping

3) Metode survei

4) Referensi

5) Lampiran

b. Dokumen Amdal, (Analisis mengenai dampak lingkungan hidup)

Perencana/pemrakarsa kegiatan bisnis harus menyertakan poin berikut dalam Amdal dan mengajukannya.

1) Garis besar kegiatan bisnis

2) Penjelasan detail mengenai lingkungan ekosistem (pemeliharaan) di lokasi perencanaan kegiatan bisnis

3) Perkiraan pengaruh yang ditimbulkan terhadap lingkungan yang penting oleh kegiatan bisnis tersebut

4) Evaluasi total pengaruh terhadap lingkungan hidup

5) Referensi, lampiran

c. RKL-RPL, Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Perencana kegiatan bisnis harus menyertakan poin berikut dalam RKL-RPL dan mengajukannya.

1) Garis besar Rencana pengelolaan lingkungan hidup

2) Rencana pengelolaan lingkungan hidup

3) Rencana pemantauan lingkungan hidup

4) Jumlah dan jenis yang diperlukan dalam perizinan dan manajemen pemeliharaan lingkungan hidup

5) Pernyataan pemohon untuk melakukan aturan RKL-RPL

6) Referensi

7) Lampiran

(3) Upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan pemantauan lingkungan hidup (UPL)

Saat merencanakan kegiatan bisnis dengan skala kegiatan yang tidak besar dan pengaruh/dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungannya juga kecil, perencana harus menyusun UKL-UPL dan mengajukannya untuk menerima penilaiannya. UKL-UPL adalah dokumen yang berisi upaya untuk mengelola dan memantau lingkungan hidup, diperlukan untuk melakukan penilaian apakah kegiatan operasional perusahaan memiliki pengaruh terhadap lingkungan hidup atau tidak. UKL-UPL harus menyertakan poin-point berikut.

1) Identitas perencana/pemrakarsa kegiatan usaha (nama, alamat, kontak yang bisa dihubungi, dll)

2) Rencana dan /atau kegiatan usaha

3) Pengaruh terhadap lingkungan hidup

4) Rencana pengelolaan lingkungan dan Rencana pemantauan lingkungan

5) Jumlah dan tipe perizinan, dan manajemen pemeliharaan lingkungan hidup yang diperlukan

6) Pernyataan pemohon untuk melakukan UKL-UPL

7) Referensi

8) Lampiran UKL-UPL diatur dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 13 tahun 2010,

tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. Format UKL-UPL bisa diunduh di http://www.menlh.go.id/.

(4) SPPL Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

SPPL pada umumnya diajukan oleh perencana kegiatan bisnis skala kecil dan menengah kepada kantor pengelolaan lingkungan hidup pemerintahan kabupaten/kota bila kegiatan bisnis dinilai tidak memberikan pengaruh/dampak kepada lingkungan hidup. Dokumen peromohonan merupakan kalimat sederhana yang berisi kesanggupan perencana/pemrakarsa kegiatan bisnis untuk melakukan pengelolaan lingkungan dan pemantauan lingkungan. SPPL menyertakan poin berikut.

1) Identitas perencana (nama, alamat, kontak yang bisa dihubungi, dll)

2) Informasi sederhana mengenai kegiatan usaha

3) Penjelasan sederhana mengenai pengaruhnya terhadap lingkungan hidup dan pengelolaannya

4) Menunjukkan kemampuan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

5) Tanda tangan perencana Format SPPL yang ditetapkan bisa diunduh di http://www.menlh.go.id/.

4-1-2 Permohonan izin pembuangan air limbah

Dalam rencana kegiatan bisnis, perencana harus mengikuti prosedur permohonan izin pembuangan air limbah dari badan lingkungan hidup pemerintahan kabupaten/kota bila dalam pembuangan air terkandung air limbah dari pabrik. Gambar 4-1-2 menunjukkan alur prosedur permohonan izin pembuangan air buangan/limbah.

Cek hasil inventarisasi

dan identifikasi sumber

pencemar DTBP : Daya Tampung Beban Pencemaran

Tidak

Suatu

kegiatan Tidak perlu izin

menghasilkan

Karakteristik Ya

kompleksitas DTBP rendah Prioritas 1

dampak tinggi

Ya

Melakukan pengaliran

Debit/volume

Tidak DTBP rendah Tidak Prioritas 2

air buangan

dampak tinggi

DTBP rendah

Ya

DTBP rendah

Tidak

Prioritas 4