1-2 Alur permohonan izin pengaliran air buangan

Gambar 4-1-2 Alur permohonan izin pengaliran air buangan

Ada 2 jenis informasi yang perlu disiapkan oleh pemohon, yaitu informasi kontrol administratif dan informasi teknologi.

(1) Informasi yang diperlukan untuk kontrol administratif

a. Rencana kegiatan usaha

1) Identitas pemohon

2) Ruang lingkup ( scope ) air buangan yang diajukan permohonan izin pembuangan air buangannya

3) Sumber dan karakteristik air buangan

4) Sistem pengelolaan air buangan yang memenuhi standar air buangan

3 5) Laju air buangan (m 3 /detik), total air buangan (m /hari), kualitas air

6) Posisi dan titik pelepasan air di dalam pabrik

7) Jenis produk yang dihasilkan oleh pabrik dan kapasitas produksinya per bulan

8) Jenis dan jumlah bahan material yang digunakan

9) Hasil pemantauan kualitas air di wilayah sekitar

10) Fasilitas untuk merespon bila terjadi kecelakaan dan tata cara manajemen risiko

b. Melampirkan bukti perizinan kegiatan industri, pembangunan pabrik dan pembangunan dan operasional sistem pengolahan air buangan/limbah yang telah diperoleh.

c. Melampirkan dokumen yang terkait Amdal, atau UKL/UPL atau dokumen lain yang terkait dengan lingkungan

Permohonan izin pembuangan air limbah dari pabrik harus dilakukan secara paralel dengan penilaian Amdal atau UKL-UPL. Permohonan izin pengaliran air buangan harus melampirkan dokumen Amdal atau UKL-UPL. Pihak yang bertanggung jawab terhadap permohonan izin harus memahami dan memenuhi syarat yang ditentukan dalam prosedur perizinan mengenai pencegahan pencemaran air oleh pemerintahan kabupaten/kota.

(2) Informasi teknologi

Informasi teknologi adalah hasil survei pengaruh pembuangan air limbah (termasuk hasil yang diperkirakan). Poin survei yang berpengaruh adalah seperti yang disebutkan di bawah ini.

a. Penelitian mengenai air limbah: pengaruh terhadap ikan, hewan atau budi daya tanaman, kualitas tanah dan air tanah dan sanitasi publik.

b. Merencanakan kegiatan usaha, upaya pencegahan pencemaran oleh pihak yang bertanggung jawab melaksanakan pengolahan air buangan, meminimalisir jumlah air buangan, penghematan energi di pabrik, sirkulasi kembali sumber daya (efesiensi daur ulang), dll.

c. Hasil survei pengaruh air buangan terhadap jenis ikan yang hidup di wilayah pengaliran air buangan, pertumbuhan hewan dan tanaman di sekitarnya, kualitas tanah dan air tanah serta sanitasi publik. Dalam hal ini, bisa menggunakan dokumen Amdal, UKL/UPL atau dokumen penelitian tentang pengaruh air buangan lain bila ada dokumen dengan tema yang mirip.

Format permohonan izin pengaliran air buangan bisa diunduh di http://www.menlh.go.id/ .

4-1-3 Laporan selama kegiatan usaha kepada pemerintah

(1) Laporan kepada masyarakat sesuai dengan undang-undang lingkungan

Keterlibatan dan kerjasama masyarakat terhadap kegiatan usaha dalam sistem evaluasi dampak terhadap lingkungan atau proses perizinan lingkungan, sesuai dengan Permen LH No.

17 tahun 2012 didasarkan pada prinsip seperti di bawah ini.

1) Memberikan informasi yang transparan dan sempurna kepada masyarakat

2) Kedua belah pihak berada pada posisi yang sama

3) Mengusahakan pemecahan masalah yang adil dan bijaksana bila timbul permasalahan

4) Menjaga kerjasama dan komunikasi diantara kedua belah pihak Pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup di atas, seiring dengan rencana kegiatan usaha,

permohonan izin pembuangan air buangan di wilayah perairan harus dipublikasikan kepada masyarakat dalam 3 hari kerja dan harus mendengarkan usulan atau pendapat dari masyarakat. Apabila tidak ada usulan atau pendapat dari masyarakat dan tidak ada kekurangan syarat dokumentasi maka permohonan izin akan diterima dalam 10 hari kerja.

(2) Laporan terkait dengan syarat perizinan saat memperoleh izin

Undang-undang yang menjadi dasar hukum pelaporan terkait syarat perizinan saat memperoleh izin adalah Peraturan Pemerintah tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Pada laporan pabrik minyak kelapa sawit yang sudah beroperasi kepada pemerintah, diperlukan laporan berkala hasil pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan RKL/RPL yang diserahkan saat mengajukan permohonan izin pembangunan berdasarkan sistem Amdal. Laporan diberikan ke Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) provinsi dan kabupaten, Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU) provinsi dan kabupaten, laporan berkala RKL/RPL dan UKL/UPL diberikan setiap 6 bulan sekali.

Apabila ada perubahan dalam proses atau skala pabrik, harus melakukan kembali permohonan izin sesuai dengan RKL/RPL setelah perubahan dan melakukan/memberikan laporan berkala sesuai dengan rencana yang telah berubah. Pabrik minyak kelapa sawit yang tidak perlu mengikuti prosedur Amdal, memberikan laporan dengan UKL-UPL sederhana.

Poin laporan ditetapkan dengan peraturan pemerintah atau peraturan menteri. Poin laporan berdasarkan aturan ini adalah poin kualitas air yang menjadi standar air buangan, hasil pengukurannya wajib dilaporkan setiap 3 bulan sekali bersamaan dengan hasil pengukuran emisi gas pabrik, dengan melampirkan bukti pengukuran berdasarkan metoda yang resmi.

(3) Laporan pemantauan kualitas air buangan

Peraturan acuannya adalah PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Kementerian Lingkungan Hidup menetapkan pengukuran jumlah air buangan dilakukan setiap hari. Selain itu, hasil pemantauan mutu limbah cair harus dilaporkan setiap 3 bulan, dimana hal ini ditetapkan di dalam Kepmen LH Nomor 51 Tahun 1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri.

Tabel 4-1-1 Standar air buangan pabrik CPO

Volume emisi polutan maksimal Parameter

Konsentrasi maksimal

(mg/L)

(kg/t)

0.63 Lemak minyak

25 0.063 Total N

50 0.125 pH

Volume air limbah maksimal

2.5 m 3 /t

Catatan) Volume air limbah maksimal adalah volume air limbah per 1 ton produksi CPO Volume emisi polutan maksimal adalah volume beban pencemar per 1 ton air limbah Total N = N organik + N amonia + N nitrat + N nitrit

Unsur dan nilai standar air buangan yang menjadi objek dari pabrik lain pada umumnya ditetapkan dalam tabel 4-1-2. Standar ini diatur dengan membagi pabrik menjadi 2 kelompok, yaitu pabrik dengan level pengolahan air buangan yang tinggi (grup I), dan pabrik dengan level pengolahan air buangan yang sederhana (grup II), masing-masing bisa dilihat di kolom standar nilai sebelah kiri (I) dan kanan (II). Nilai standar grup I diatur lebih rendah dan lebih ketat Unsur dan nilai standar air buangan yang menjadi objek dari pabrik lain pada umumnya ditetapkan dalam tabel 4-1-2. Standar ini diatur dengan membagi pabrik menjadi 2 kelompok, yaitu pabrik dengan level pengolahan air buangan yang tinggi (grup I), dan pabrik dengan level pengolahan air buangan yang sederhana (grup II), masing-masing bisa dilihat di kolom standar nilai sebelah kiri (I) dan kanan (II). Nilai standar grup I diatur lebih rendah dan lebih ketat

Tabel 4-1-2 Standar air buangan pabrik lain pada umumnya

Nilai standar air buangan No

Unsur

Satuan

grup I

grup II

Unsur fisik

1 Suhu air o C 38 40 2 Zat padat terlarut

4000 3 Zat tersuspensi

Unsur kimia

5 10 3 Mangan (Mn)

mg/l

2 5 4 Barium (Ba)

mg/l

2 3 5 Tembaga (Cu)

mg/l

2 3 6 Seng (Zn)

mg/l

5 10 7 Kromium +6 (Cr +6 )

mg/l

0,5 8 Kromium total (Cr)

mg/l

1 9 Kadmium (Cd)

mg/l

0,1 10 Air raksa (Hg)

mg/l

0,005 11 Plumbum (Pb)

mg/l

1 12 Timah (Sn)

mg/l

2 3 13 Arsen (As)

mg/l

0,5 14 Selenium (Se)

mg/l

0,5 15 Nikel (Ni)

mg/l

0,5 16 Kobal (Co)

mg/l

0,6 17 Sianida (CN)

0,1 19 Fluor (F)

18 Hidrogen sulfida (H 2 S)

20 Klor (Cl 2 )

mg/l

21 Nitrogen-ammonia (NH 3 -N)

mg/l

20 30 23 Nitrogen-nitrit (NO 2- N)

22 Nitrogen-nitrat (NO 3 -N)

mg/l

mg/l

50 150 25 COD (Metoda Asam kromat)

24 BOD 5 mg/l

300 26 Zat aktif metilen biru (MBAS)

1 28 Minyak nabati

mg/l

5 10 29 Minyak mineral

mg/l

10 50 30 Zat radioaktif **)

mg/l

- Catatan) *) ・ Tidak boleh mengencerkan air buangan menggunakan air dari sumber air untuk

menyesuaikan kualitas air buangan dengan standar. ・ Nilai standar air buangan merupakan nilai maksimal yang diperbolehkan.

**) Nilai standar zat radioaktif sesuai dengan peraturan terkait.

Apabila kantor pemerintah provinsi/kabupaten/kota termasuk badan lingkungan hidup yang melaksanakan yurisdiksi atas pabrik terkait mengatur standar lain sebagai tambahan terhadap undang-undang mengenai kualitas air, dengan pertimbangan pengaruhnya terhadap lingkungan, maka pabrik yang bersangkutan harus mematuhi standar tersebut. Apabila ada tambahan Apabila kantor pemerintah provinsi/kabupaten/kota termasuk badan lingkungan hidup yang melaksanakan yurisdiksi atas pabrik terkait mengatur standar lain sebagai tambahan terhadap undang-undang mengenai kualitas air, dengan pertimbangan pengaruhnya terhadap lingkungan, maka pabrik yang bersangkutan harus mematuhi standar tersebut. Apabila ada tambahan

4-2 Publikasi informasi lingkungan

4-2-1 Pentingnya publikasi informasi (1) Kewajiban publikasi informasi lingkungan berdasarkan undang-undang lingkungan

hidup

Publikasi informasi lingkungan perusahaan adalah salah satu pilar penting kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility, CSR). Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pasal 66, disebutkan bahwa dalam aturan laporan tahunan perusahaan harus mengandung “Laporan mengenai pelaksanaan tanggung jawab lingkungan dan sosial”. Kemudian, mengenai tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial, khususnya “perusahaan yang melakukan usaha di bidang sumber daya alam atau yang terkait, harus melaksanakan tanggung jawab pemeliharaan lingkungan dan tanggung jawab sosial dan wajib menganggarkan biayanya”, perusahaan akan dijatuhi hukuman bila dengan sengaja tidak melaksanakan tanggung jawab ini (UU yang sama pasal 74 UU yang sama).

Kemudian, pada UU yang sama pasal 74 ayat 1 disebutkan bahwa pada Tanggung Jawab Sosial Lingkungan, TJSL, perusahaan harus mematuhi undang-undang bidang lingkungan. Contoh undang-undang bidang lingkungan yang harus dipatuhi antara lain, UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dan PP No. 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Konsep CSR perusahaan terkait erat dengan konsep pembangunan wilayah, di lain pihak pembangunan wilayah merupakan salah satu bagian penting dari proses pelaksanaan CSR. Hubungan antara Tanggung jawab sosial dan lingkungan TJSL perusahaan dan pembangunan wilayah ditunjukkan dalam gambar 4.2.1.