Strategi Penilaian Autentik yang Dilakukan oleh Guru Akidah Akhlak Pada Aspek Pengetahuan di MTsN 2 Blitar
2. Strategi Penilaian Autentik yang Dilakukan oleh Guru Akidah Akhlak Pada Aspek Pengetahuan di MTsN 2 Blitar
a. Pengembangan Tutor Sebaya sebagai Penilai
Strategi yang digunakan untuk mewujudkan penilaian autentik pada aspek pengetahuan adalah mengembangkan tutor sebaya sebagai penilai. Hal ini dapat memberikan manfaat positif diantaranya dapat menghemat waktu dan mandorong semangat siswa untuk berlomba menjadi yang lebih baik. Dengan demikian guru mendapatkan nilai sekaligus membentuk kompetensi pengetahuan siswa dengan baik. Hal ini dinyatakan oleh Bu Wavi sebagai berikut.
Tugas portofolio tentang kandungan surat Al-Zalzalah, disertai gambar-gambar, kemudian didiskusikan dan dipresentasikan di depan kelas. Nanti yang menilai annak- anak, jadi masing-masing kelompok menilai kelompok lain. Biarkan mereka yang kreatif untuk menilai. Pada akhir diskusi saya menyimpulkan materi yang telah didiskusikan anak-anak. 167
166 O/LM/28-03-2018/06.30-07.00 WIB 167 W/CW/GA/27-03-2018/10.20-11.00 WIB
Sholahudin selaku siswa kelas VII C juga mendukung pernyataan tersebut, berikut penjelasannya. Pas hafalan surat kadang anu mbak, siapa yang sudah setor
ke bu guru, nanti dia menyimak teman-teman yang lain gitu mbak, kadang ya suruh membenarkan jika ada yang salah
bacaannya trus dinilai gitu. 168
Hal yang sama juga disampaikan oleh Rizkan siswa VII C bahwa dengan pengembangan tutor sebaya sebagai penilai memberikan manfaat kepada siswa itu sendiri karena dapat membantu lebih mudah menghafalkan surat maupun hadits. Berikut pernyataannya.
Kalo saya biasanya setor hafalan ke temen mbk, karena kadang kalau saya setor ke guru gitu deg deg an mbak, hehe tadinya pas duduk di bangku sudah hafal abis itu lupa..
hehe. 169
Hal senada juga dilakukan oleh Bu Supiatin dalam proses pembelajaran. Berikut pernyataannya. Misalnya tugas hafalan gitu ada anak yang sudah setoran ke
saya, mereka saya suruh menyimak dan membenarkan teman-teman yang lain. Jadi anak-anak biar lebih semangat karena kalau yang menyimak temannya mereka tidak takut
170 atau grogi.
Selanjutnya Dista siswi kelas VII C menyampaikan hal yang sama juga bahwa
Biasanya ya diskusi mbak, dibuat kelompok-kelompok trus kan presentasi masing-masing kelompok, nanti yang
menilai penampilan itu adalah kelompok lain. 171
169 W/SA/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB W/RE/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB
171 W/S/GA/29-03-2018/11.45-13.00 WIB W/DA/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB
Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan Bu Isti selaku wakil kepala madrasah, berikut kutipan wawancaranya:
Untuk aspek pengetahuan yang harus dikuasai siswa itu kadang-kadang memang guru melakukan tugas-tugas kepada siswa-siswa yang pengetahuannya lebih baik daripada yang lain untuk menjadi tutor sebaya sehingga teman-teman yang dianggap bisa itu memberikan bimbingan kepada teman-temannya dengan sharing ataupun
belajar bersama. 172
Lebih lanjut Pak Arifin selaku kepala madrasah menyatakan sebagai berikut: Setiap siswa pasti memiliki kecepatan dalam menyerap
materi pelajaran itu beda-beda. Oleh karenanya, guru dapat memanfaatkan hal ini dengan menunjuk anak yang sudah mampu memahami materi untuk membimbing teman- temannya yang lain. Se;ain itu juga dapat dijadikan sebagai
penilai dalam suatu proses pembelajaran. 173
Berdasarkan pengamatan peneliti menemukan bahwa siswa yang dipilih sebagai tutor sebaya adalah mereka yang memiliki kecepatan belajar lebih daripada temannya. Misalnya dalam menghafalkan surat Al-Zalzalah dalam waktu yang telah ditentukan oleh guru, ada beberapa siswa yang berhasil menghafalkannya, salah satu faktornya adalah karena mereka memiliki latar belakang pendidikan agama pada jenjang
sebelumnya. 174
172 W/WK,SI/27-04-2018/09.15-10.00 WIB 173 W/KM,A/27-04-2018/08.00-09.00 WIB 174 O/LM/28-03-2018/09.30-10.30 WIB 172 W/WK,SI/27-04-2018/09.15-10.00 WIB 173 W/KM,A/27-04-2018/08.00-09.00 WIB 174 O/LM/28-03-2018/09.30-10.30 WIB
Cara lain untuk mewujudkan penilaian autentik adalah dengan menggunakan strategi memvisualisasikan materi. Dengan demikian siswa akan mudah untuk menangkap maksud daripada penjelasan materi di buku pelajaran. Hal ini bertujuan agar penilaian pada aspek pengetahuan lebih bersifat kontekstual. Sebagaimana penyataan Bu Supiatin berikut ini.
Misalnya materi dermawan, itu saya menampilkan video di slide power point tentang orang tua memberi roti kepada pengemis, kemudian pengemis pas mau makan ia melihat anak kecil belum makan, akhirnya rotinya diberikan kepada anak itu. Nah itu asmaul husna Allah Maha Baik itu tidak hanya Allah berbuat baik pada kamu tok, jadi kamu juga harus berbuat baik kepada orang lain. 175
Sholahudin selaku siswa kelas VII C juga mendukung pernyataan tersebut, berikut penjelasannya. Saya lebih paham mbak kalau sama bu Sup di setelin video
apa diberitahu gambar-gambar tentang materi pelajaran. Dulu pernah dikasih tau tentang video asmaul husna,
Alhamdulillah sampai sekarang ya masih ingat. 176
Selanjutnya Dista siswi kelas VII C menyampaikan hal yang sama, bahwa dengan memberikan contoh-contoh yang nyata terkait dengan materi Akidah Akhlak maka siswa akan lebih cepat memahaminya. Dista menyampaikan.
Bu Sup kalau ngajar kan selalu diberikan contoh-contoh giru mbak, kaya misalnya pas materi adab berdoa ini tadi, kita semua disuruh berdoa, kemudian dikomentari mana
176 W/S/GA/29-03-2018/11.45-13.00 WIB W/SA/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB 176 W/S/GA/29-03-2018/11.45-13.00 WIB W/SA/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB
Lebih lanjut Bu Wavi menjelaskan bahwa penilaian akidah akhlak itu lebih mudah jika berdasarkan kehidupan nyata sehari- hari yang siswa temui baik di rumah maupun masyarakat. Berikut penjelasannya.
Misalnya akhlak terpuji, bentuk tawakal itu seperti apa, contoh kamu punya tetangga tuliskan kesabarannya dimana, kemudian hikmahnya orang yang sabar itu gimana. Jadi gak harus ke warnet. Ditulis tangan boleh, di print boleh. 178
Hal yang sama juga disampaikan oleh Rizkan siswa VII C, ia menjelaskan tentang contoh perilaku tercela yang harus dihindari disampaikan dengan video akan membuat siswa lebih cepat faham. Rizkan menyampaikan.
Kalau saya paling suka pelajaran ya pas diputarkan film apa video gitu mbak. Hehe. Biasanya kalau nujukin contoh perilaku yang buruk itu pakai video tentang oaring yang bersedekah tapi dalam hatinya berharap dipuji orang lain itu
namanya riya atau pamer. 179
Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan Bu Isti selaku wakil kepala madrasah, berikut kutipan wawancaranya: Guru disamping memberikan contoh-contoh juga
memberikan materi melalui media yang ada baik dengan LCD bisa juga dengan radio ataupun alat-alat IT yang lain
untuk menyampaikan materi pelajaran akidah akhlak. 180
177 W/DA/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB
179 W/CW/GA/27-03-2018/10.20-11.00 WIB 180 W/SA/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB
W/WK,SI/27-04-2018/09.15-10.00 WIB
Dengan memberikan tugas yang bersumber dari kehidupan nyata yang ditemui siswa sehari-hari diharapkan dapat melatih siswa untuk mengasosiasi pengetahuan mereka.
Lebih lanjut Pak Arifin selaku kepala madrasah menyatakan sebagai berikut: seiring kemajuan teknologi, penggunaan media belajar
sekarang sudah bermacam ragamnya. Setiap kelas yang meiliki LCD proyektor dapat dimanfaatkan oleh guru untuk membantu proses pembelajaran agar siswa lebih mudah
dalam memahami materi pelajaran. 181
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti menemukan bahwa pada saat pembelajaran akidah akhlak dengan materi adab berdoa, setelah membuka pembelajaran, guru meminta siswa untuk membaca mempraktekkan untuk berdoa sebelum pulang kemudian seluruh siswa membaca doa bersama-sama. Setelah siswa selesai berdoa, guru mengomentari bahwa pada saat berdoa ada yang masih bermain bolpoin, ada yang pandangannya kemana-mana, ada yang melamun. Guru menjelaskan bagaimana adab berdoa yang baik diantaranya harus khusyuk menghadapkan hati kepada Allah. Setelah itu barulah siswa mengulangi doa bersama sampai dua kali barulah mereka dapat mempraktekkan dengan benar
bagaimana adab berdoa yang baik. 182
181 W/KM,A/27-04-2018/08.00-09.00 WIB 182 O/LM/28-03-2018/07.30-09.00 WIB 181 W/KM,A/27-04-2018/08.00-09.00 WIB 182 O/LM/28-03-2018/07.30-09.00 WIB
Proses sayembara nilai merupakan strategi untuk menerapkan penilaian autentik. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi dan mengetahui sejauh mana kecepatan waktu siswa dalam memahami materi maupun intruksi yang diberikan oleh guru. Sebagaimana penjelasan bu Supiatin berikut.
Misalnya tugas video tentang asmaul husna, yang mengumpulkan
pertama nilainya 100, mengumpulkan pada minggu kedua saya kasih 98, mingu ketiga 95, nanti kan kadang masih ada yang belum mengumpulkan saya kasih 80. Ada juga anak yang dikasih tugas mengumpukan video tapi kok yang dikumpulkan ceramah, ya gak masalah dia sudah berusaha. Nanti setela itu saya tayangkan, yang benar seperti ini lo anak-anak, yang video, bukan ceramah, kalau ceramah kan saman gak tau manfaat kehidupan nyatanya. 183
minggu
Dista siswi kelas VII C menyampaikan bahwa dengan adanya sayembara nilai ia selalu menginginkan untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Berikut pernyataannya.
Kalau saya ya pengen dapat nilai yang baik mbak, hehe. Kan jadi semangat kalau sudah diberitahu nanti yang mengumpulkan duluan dan benar akan dapat nilai yang
bagus. 184
Hal yang sama juga disampaikan oleh Rizkan siswa VII C, ia menjelaskan tentang pemberian tugas menggambar oleh guru akidah akhlak yang memakan waktu yang tidak sebentar. Berikut penjelasannya.
184 W/S/GA/29-03-2018/11.45-13.00 WIB W/DA/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB
Pas tugasnya agak sulit ya gak bisa ngumpulin duluan mbak. Misalnya suruh menggambar kaligrafi asmaul husna saya kan gak pandai menggambar hehe. Akhirnya ya
sejadinya. 185
Lebih lanjut Bu Wavi menjelaskan bahwa penilaian akidah akhlak itu lebih mudah jika berdasarkan urutan siswa mmengumpulkan tugas sesuai waktu yang telah diberikan. Berikut penjelasannya.
Misalnya minggu ini saya berikan tugas untuk menuliskan tugas-tugas malaikat beserta menghafalkannya, tugas tersebut dikumpulkan minggu depan, cara saya menilai ya siapa yang mengumpulkan buku duluan itu saya urutkan dari bawah ke atas. Kemudian jika ada yang belum mengumpulkan ya saya suruh mengerjakan di luar kelas sampai selesai agar tidak molor-molor.
Selanjutnya Sholahudin selaku siswa kelas VII C juga mendukung pernyataan tersebut, berikut penjelasannya
Pernah saya mengumpulkan buku duluan yang paling bawah, Alhamdulillah dapat nilai A. akhirnya sekarang kalau ada tugas selalu saya berusaha segera saya selesaikan
mbak. 186
Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan Bu Isti selaku wakil kepala madrasah, berikut kutipan wawancaranya: Disamping melakukan pembelajaran dengan media buku
maupun elekttronik, guru juga memberikan motivasi kepada siswa bahwa siswa yang mendapatkan nilai bagus akan diberi reward sedangkan yang belum bagus mereka harus mengulang materi pelajaran yang belum
dikuasainya. 187
186 W/SA/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB 187 W/RE/S/27-04-2018/10.20-11.00 WIB
W/WK,SI/27-04-2018/09.15-10.00 WIB
Lebih lanjut Pak Arifin selaku kepala madrasah menyatakan sebagai berikut: untuk memotivasi siswa dalam belajar, pemberian
penghargaan merupakan metode yang bagus. Misalnya, anak yang mampu menjawab pertanyaan maka akan diberikan hadiah, nilai yang bagus. Sebaliknya, anak yang belum tuntas dalam belajar harus ikut remidi, dan lain
sebagainya. 188
Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti menemukan bahwa pada saat pembelajaran akidah akhlak, dengan strategi sayembara nilai siswa menjadi semangat dalam mengerjakan tugas. Mereka termotivasi agar mendapatkan nilai yang bagus setelah mengerjakan dan mengumpulkan tugas baik mandiri maupun
kelompok. 189