Seni Suara
2.5.2 Seni Suara
Masyarakat Pakpak memiliki beberapa jenis seni suara ataupun nyanyian. Nyanyian yang dimaksud adalah musik vocal. Masyarakat Pakpak member nama ende-ende (baca :nde-nde) terhadap semua musik vokalnya. Ada beberapa jenis musik vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan fungsi dan penggunaannya masing-masing yaitu sebagai berikut.
1) Tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah kategori nyanyian ratapan (lamenta) yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis milangi karena hal-hal mengharukan yang terdapat didalam hati penyajinya akan ditutur-tuturkan (dalam bahasa Pakpak: ibilang- bilangken, milangi ) dengan gaya menangis (Pakpak : Tangis). Ada beberapa jenis tangis milangi yang terdapat pada masyarakat Pakpak, yaitu sebagai berikut.
a. Tangis sijahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis (female song) menjelang pernikahannya. Teks nyanyian ini berisi tentang ungkapan kesedihannya karena akan meninggalkan keluarganya dan memasuki lingkungan keluarganya. Nyanyian ini ditujukan agar orangorang tua yang mendengar merasa iba dan memberi petuah-petuah tentang hidup berumah tangga. Nyanyian a. Tangis sijahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis (female song) menjelang pernikahannya. Teks nyanyian ini berisi tentang ungkapan kesedihannya karena akan meninggalkan keluarganya dan memasuki lingkungan keluarganya. Nyanyian ini ditujukan agar orangorang tua yang mendengar merasa iba dan memberi petuah-petuah tentang hidup berumah tangga. Nyanyian
b. Tangis anak melumang, nyanyian ini disajikan oleh pria ataupun wanita. Nyanyian ini berisi tentang kesedihan seseorang yang ditinggal mati orang tuanya. Nyanyian ini biasanya disajikan pada saat-saat tertentu, seperti ketika berada di hutan, di ladang, di sawah atau tempat-tempat sepi lainnya. Teksnya berubah-ubah dengan melodi yang sama. Tangis si mate adalah nyanyian ratapan (lament) kaum wanita ketika salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Disajikan di depan si mati dan teksnya berisi tentang kisah hidup si mati, berisi tentang perilaku yang paling berkesan dari si mati semasa hidupnya. Nyanyian ini adalah nyanyian strofik yang lebih mementingkan isi teks dari pada melodi.
2) Ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby atau nyanyian menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) baik kaum pria maupun wanita untuk menidurkan atau mengajak si anak bermain. Jenisnya terdiri dari orih-orih, oah-oah dan cido-cido. Ketiga nyanyian jenis nyanyian ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan melodi yang diulang-ulang (repetitif).
a. Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) orangtua atau kakak baik pria maupun wanita.Si anak digendong sambil i orih-orihken (sambil menina bobokan si anak dalam gendongan) dengan a. Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan oleh sipendedah (pengasuh) orangtua atau kakak baik pria maupun wanita.Si anak digendong sambil i orih-orihken (sambil menina bobokan si anak dalam gendongan) dengan
b. Oah-oah sering disebut juga dengan kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian yang teksturnya sama dengan orih-orih. Yang membedakannya adalah cara menidurkannya, jika orih-orih disajikan dengan cara menggendong, maka oah-oah disajikan sambil mengayun si anak dalam ayunan.
c. Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain. Tujuannya adalah agar si anak merasa terhibur dengan gerakan- gerakan lucu sehingga si anak merasa terhibur dan tertawa. Teks lagu yang dinyanyikan biasanya berisi tentang harapan-harapan agar kelak si anak menjadi orang yang berguna.
3) Nangan ialah nayanyian yang disajikan pada waktu bersukut-sukuten (mendongeng). Setiap ucapan dari tokoh-tokoh yang terdapat pada ceritatersebut di sajikan dengan cara bernyanyi. Ucapan tokoh yangdinyanyikan tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten.
Secara tekstur, cerita sukut-sukuten umumnya berisi tentang pedoman- pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang yang diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita. Persukuten haruslah orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh melalui warna nangen .
Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat pakpak adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si RajaBayon, Si buah mburle, dan lain sebagainya.
4) Ende-ende mardembas adalah bentuk nyanyian permainan dikalangan anak-anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan membentuk lingkaran dan membuat lompatan kecil sambil bernyanyi secara chorus (koor) maupun solo chorus (nyayian solo yang disambut dengan koor). Isi teksnya biasanya berisi tentang keindahan alam serta kesuburan tanah kampungnya dan dinyanyikan dengan pengulangan melodi (repetitif) serta teks yang berubah-ubah sesuai pesan yang disampaikannya.
5) Ende-ende Memuro Rohi, nyanyian ini termasuk kedalam nyanyian work song, yaitu nyanyian yang di sajikan pada saat bekerja. Biasanya dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir burung-burung agar tidak memakan padi yang ada di sawah. Kegiatan muro (menjaga padi) ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan ketter dan gumpar yang dilambai-lambaikan ke tengah sawah sambil menyanyikan ende-ende memuro rohi.