Disetujui oleh Pembimbing I,

DESKRIPSI STRUKTURTATAK NANTAMPUK MAS DAN MUSIK IRINGAN YANG DIPERTUNJUKKAN OLEH SANGGAR NINA NOLA DI DESA SUKARAMAI, KECAMATAN KERAJAAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT SKRIPSI SARJANA OL NAMA : YENNI ALEXANDRA MARPAUNG NIM : 100707053 UNIVERITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI 2014

DESKRIPSI STRUKTUR TATAK NANTAMPUK MAS DAN MUSIK IRINGAN YANG DIPERTUNJUKKAN OLEH SANGGAR NINA NOLA DI DESA SUKARAMAI, KECAMATAN KERAJAAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT SKRIPSI SARJANA NAMA : YENNI ALEXANDRA MARPAUNG NIM : 100707053

Disetujui oleh Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. Arifni Netrirosa, SST.,M.A. NIP 196311161990032001

NIP196502191994032002

UNIVERITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

PENGESAHAN DITERIMA OLEH:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin ilmu Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP 195110131976031001

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D(

2. Dra. Herstina Dewi, M.Pd(

3. Dra. Rithaony Hutajulu, M.A (

4. Arifninetrirosa, SST. M.A(

5. Drs. Fadlin, M.

DISETUJUI OLEH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOOGI KETUA,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. NIP 196512211991031001

ABSTRAKSI

Skripsi iniberjudul Deskripsi StrukturTatak Nantampuk Mas dan MusikIringanYang Dipertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa

Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Melalui skripsi ini, penulis akan mengkaji tentang deskripsi pertunjukan tatak Nantampuk Mas yang dipertunjukan oleh sanggar Nina Nola. Penelitiannya akan difokuskan kepada bagaimana deskripsi gerak tatak Nantampuk Mas serta musik iringan yang di gunakan untuk mengiringi tatak Nantampuk Mas tersebut.

Pendekatan yang akan penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun dalam proses kerjanya, penulis akan melakukan pengamatan terlibat, wawancara, studi pustaka ( termasuk pustaka online), perekaman kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini terfokus kepada pendapat informan dalam konteks studi emik, namun diimbangi dengan pendekatan etnik oleh penulis. Informan berjumlah enam orang,yang terdiri dari satu orang Budayawan Pakpak sekaligus pimpinan sanggar Nina Nola, satu orang Budayawan sekaligus penari Pakpak, satu orang pelatih tatak Nantampuk Mas , satu orang penari dan 2 orang pemain musik tatak Nantampuk Mas . Pada proses pentranskripsian musik iringannya akan dituliskan ke dalam notasi balok dengan menggunakan program sibelius.

Dari metode dan teknik tersebut di atas akan didapatkan hasil penelitian, yaitu deskripsi tatak Nantampuk Mas dan struktur melodi kalondang yang secara umum adalah repetitif.

ABSTRACT

This thesis entitled Deskripsi Struktur Tatak Nantampuk Mas dan

MusikIringanYang Dipertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa

Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Throughthis paper,

thedescription ofthe showtatakNantampukMasperformedbyNinaNolastudio. His researchwillfocus onhow themotiondescriptiontatakNantampukMasandmusicalaccompanimentthat is usedto accompanythetatakNantampukMas.

the

authorswillexamine

The approaches used is qualitative research methods. In the process it works, the author will do partisipant observations, interview, study of literature (include online literature), recording, transcription, and laboratory analysis. This research focused on informants opinion in the context of emic study, but offset by ethic study of the author. The informant amounted six, consisting of onepersonat the

samePakpakCulturalworkshopleaderNinaNola, onepersonat onceCulturalPakpakdancers, onecoachtatakNantampukMas, the dancers and 2 musicians tatak Nantampuk Mas. In the transcription process will be written to the accompaniment of music notation program Sibelius beam using.

Of methods and techniques mentioned above will get the results of the research, namely the description tatak Nantampuk Mas and kalondangs and melodic structures generally are repetitive.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Deskripsi StrukturTatak Nantampuk Mas dan Musik Iringan Yang

Dipertunjukkan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan

Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat. Tugas akhir ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) dari Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc ((CTM), Sp.A(K)) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara beserta jajarannya dan Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya beserta jajarannya yang telah memberikan fasilitas dan sarana pembelajaran selama penulis menuntut ilmu di Universitas Sumatera Utara ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. selaku ketua Departemen Etnomusikologi dan kepada Ibu Heristina Dewi selaku sekretaris Departemen Etnomusikologi. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih juga kepada Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Arifni Netrirosa, SST., M.A. selaku dosen pembimbng II. Kedua Ibu dosen pembimbing yang baik dan luar biasa ini telah banyak memberikan saran serta semangat kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini. Begitupun dengan para Bapak dan Ibu dosen beserta staff di Departemen Etnomusikologi yang tidak dapat saya sebutkan satu Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. Muhammad Takari, M.Hum.,Ph.D. selaku ketua Departemen Etnomusikologi dan kepada Ibu Heristina Dewi selaku sekretaris Departemen Etnomusikologi. Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih juga kepada Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Arifni Netrirosa, SST., M.A. selaku dosen pembimbng II. Kedua Ibu dosen pembimbing yang baik dan luar biasa ini telah banyak memberikan saran serta semangat kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini. Begitupun dengan para Bapak dan Ibu dosen beserta staff di Departemen Etnomusikologi yang tidak dapat saya sebutkan satu

Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orangtua yang penulis cintai, Bapak D. Marpaung dan Ibu Kristina Tan yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, dan doa khususnya selama proses pengerjaan skripsi ini. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada saudara-saudara yang penulis sayangi kakak Febrina Suryani Marpaung, abang Davit Nikson Marpaung, adik Riky Adriano Marpaung, dan adik Sebastian Yogi Marpaung. Seluruh keluarga besar Marpaung serta keturunan Tan Tek KiM, doa dan dukungan kalian sangat membantu penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu, penulis juga banyak berterima kasih kepada keluarga besar Bapak Atur Pandapotan Solin dan Ibu Marseti Limbong yang menyambut penulis dengan sangat baik dan dengan tulus membantu dan memberikan banyak informasi kepada penulis, juga memberikan tempat tinggal selama penulis melakukan penelitian. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya juga kepada Ibu Romasta Uli Solin selaku informan yang sangat berperan penting dalam penulisan skripsi ini, dan para pemusik yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengiringi tarian yang diangkat oleh penulis yaitu abang Mardi Boang Manalu, dan adik Edp Samuel Solin. Begitu pula penulis ucapkan terima kasih kepada adik-adik penari yang sudah banyak meluangkan waktunya untuk membantu menarikan tatak Nantampuk Mas sebagai bahan penelitian penulis, yaitu Samaria Juni Oprawati br Solin, Mesi Tania br Solin, Iren br Boang Manalu, Yusi br Limbong, dan seluruh keluarga besar sanggar Nina Nola.

Ucapan terima kasih pula kepada seluruh teman-teman angkatan 2010, yang banyak memberi kritik dan saran mulai dari awal duduk diperkuliahan sampai pada saat penulis mengerjakan tugas akhir ini. Dan untuk sahabat-sahabat terdekat penulis yang selama ini banyak berbagi suka maupun duka dengan penulis selama duduk dibangku perkuliahan yakni, Maharani Natalia Tarigan, Meilinda Tarigan, Frita Angelina Pakpahan S.Sn, dan Pretty Pancariani Manurung. Penulis juga berterima kasih secara khusus kepada orang yang penulis kasihi A.M. Surung Mandiri Solin yang sudah banyak memberikan semangat, doa, dukungan serta telah susah payah membantu pada saat proses penelitian penulis hingga sampai penyelesaian skrispi ini.

Untuk Black Canal Community, dimana penulis banyak juga mendapatkan pengalaman, motivasi, dan tempat penulis banyak berdiskusi bersama abang, kakak dan teman-teman seangkatan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bang Ivan Sianipar S.Sn, Bang Boim, Bang Fuad S.Sn, Bang Batoan S.Sn, Bang Freddy, Bang Muek, Benny Yogi Purba, Rendy Pradan, Ferry Sihombing, Dolok, Woyo, Coy, Erick, Rony, Ucup Regar, dan seluruh keluarga besar Black Canal Community yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik- adik yang bergabung di dalam Contatra Etnomusikologi, kepada ; Lisken, Vero, Oliv, Yunita, Inggrid, Ria, Demala, Tika, Odah, Happy, dan Tetty yang bersama-sama dengan penulis membentuk komunitas ini untuk saling berbagi ilmu tentang tari, dan terkhusus kepada Kak Yunika Ginting S.Sn dan Kak Reny Lumbantoruan S.Sn yang banyak memberi penulis ilmu, pengalaman dan nasehat-nasehat.

Penulis juga mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati dan apabila ada nama yang lupa penulis cantumkan. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat Pakpak, bagi pembaca, dan juga kepada peneliti berikutnya.

Medan,

Oktober 2014 Penulis

Yenni Alexandra Marpaung NIM: 100707053

88

BAB V: PENUTUP...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

90 DAFTAR INFORMAN.....................................................................................

93

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Alat Musik Berdasarkan Cara Memainkannya...... 31 Tabel 4.1

Nama Ragam Gerak Tatak Nantampuk Mas............................64 Tabel 4.2

Deskripsi Gerak Tatak Nantampuk Mas.................................. 65

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Pakpak adalah salah satu dari beberapa etnis yang terdapat di daerah provinsi Sumatera Utara. Masyarakat Pakpak kaya akan budaya dan kesenian.Dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi (1986), Koentjaraningrat menyebutkan bahwa kebudayaan dapat dibagi menjadi tujuh unsur kebudayaan, dan salah satunya adalah kesenian.Kesenian selalu muncul dalam berbagai kegiatan upacara tradisional ditengah-tengah masyarakat pendukungnya, seperti upacara keagamaan, upacara kematian, upacara perkawinan, dan diberbagai macam aktivitas keseharian masyarakat tradisional lainnya.Kesenian sudah menjadi tradisi turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur, yang pada zaman dahulu merupakan tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari pola kehidupan masyarakatnya.Begitupun dengan masyarakat Pakpak, banyak kesenian yang masih hidup dan berkembang dan salah satunya adalah seni tari. Tari dalam bahasa Pakpak disebut Tatak. Ada dua jenis pembagian tatak yang terdapat di Pakpak, yaitu tatak adat dan tatak muda-mudi. Tatak adat umumnya bersifat turun temurun dan diperlihatkan secara otomatis pada upacara-

upacara adat, yaitu kerja baik (acara suka) maupun kerja njahat (acara duka) 1 .

1 Kerja baik (acara suka) khususnya dalam ulan merbayo atau pesta perkawinan, akan ada bagian dari acara yang akan menampilkan tatak. Pada saat menyambut kehadiran pihak puang atau kula-

kula (kerapat pihak perempuan), pada saat menyambut dengan sibeltek atau sinina(Kerabat ahli bait) dan juga berru . Dalam acara Kerja Njahat, tatak menjadi menu utama. Kerja Njahat misalnya pada acara duka cita, meninggalnya seseorang yang sudah berusia lanjut atau tua yang lazim disebut ncayur tua, mengkurak tulan atau mengangkat tulang-tulang orang tua yang sudahlama meninggal, pendirian tugu ( penangkihken tulan mi jerro) dan lain-lain. Segala bentuk penghormatan terhadap kehadiran setiap para pihak baik puang kula-kula, dengan sebeltek, berru, bere, buberre, sipemerre, sinina dan semua kerabat ditandai dengan tatak. Belum lagi bahwa

Sementara tatak muda-mudi bersifat hiburan yang keberadaannya relatif baru. Dahulu kala tidak terlalu banyak tatak yang berkonotasi sebagai tarian muda-

mudi, hanya ada beberapa seperti ndembass 2 . Namun sejak tahun enampuluhan berbagai jenis tatak bermunculan, meskipun pada dasarnya diangkat dari tatak

masa dulu tetapi bentuk dan formasinya tergolong baru. Tatak jenis inilah yang kini lebih dikenal, dibanding akar tariannya. Beberapa tatak yang cukup terkenal diantaranya adalah tatak Garo-garo, tatak Renggisa, tatak MenabiPage, tatak Menapu Kopi , dan tatak Nantampuk Mas yang akan menjadi bahan penelitian penulis.

TatakNantampuk Mas berarti tarian putri Nantampuk Mas, dinamakan Nantampuk Mas , karena dulunya tatak ini hanya ditarikan oleh putri raja (beru pertaki ) yang bergelar Nantampuk Mas. Dalam kesehariannya, sang putri selalu mengisi waktu senggangnya dengan menari bersama para dayang di kediamannya, atau yang dalam bahasa Pakpak disebut jero. Dikarenakan ketidaksengajaan para dayang menarikan tatak tersebut di luar istana, membuat tatak ini akhirnya di

kenal oleh masyarakat Pakpak di luar istana 3 . Pada masa sekarang ini, masyarakat Pakpak lebih mengenal

tatakNantampuk Mas sebagai tatak persembahan, yang biasanya di pertunjukan dalam upacara seremonial pemerintahan maupun acara hiburan yang dipertunjukkan di lapangan maupun gedung- gedung pemerintahan. Penarinya terdiri atas tiga atau tujuh orang perempuan maupun lebih, namun harus ganjil dan

sebelum orang tua dimakamkan, maka akan diantarkan melalui tatak sisangkar laus sebagai tatak penutup.

2 Ndembas pada masyarakat Pakpak dikenal sebagai tarian muda-mudi yang bersifat bebas. Tidak memiliki gerak yang ditentukan maupun siapa yang menarikan.

3 Hasil wawancara penulis dengan Bapak Atur Pandapotan Solin, seorang budayawan Pakpak pada tanggal 26 Oktober 2013 di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.

merupakan perempuan- perempuan pilihan yang berambut panjang serta merupakan gadis- gadis tercantik yang ada di suku tersebut. Meskipun pada saat menari penarinya menggunakan tudung atau tengkuluk yang disebut sori-sori yang dipakai untuk menutupi seluruh bagian kepala, namun untuk melambangkan

bagaimana cantiknya paras seorang putri raja dan dayang-dayangnya 4 penari yang dipilih harus tetap memiliki rambut yang panjang, meskipun pada saat menari

rambutnya tidak terlihat. Berbagai daya tarik yang dimiliki tatak Nantampuk Mas tampaknya masih kurang menjadi perhatian bagi sebagian besar masyarakat Pakpak akan pentingnya melestarikan tarian ini. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya minat generasi muda untuk mengetahui dan mempelajari tentang tatak Nantampuk Mas maupun kesenian Pakpak lainnya seperti yang dikatakan oleh Bapak Atur Pandapotan Solin.

Pada saat pertunjukan, penari menggunakan atasan seperti kemeja berlengan panjang yang disebut baju api-api dan bawahan atau rok yang dinamakan abit oles perdabaitak . Sedangkan untuk bagian kepala menggunakan topi atau tengkuluk yang dalam bahasa Pakpak disebut saong yang dinamakan sori-sori. Lalu ada pula selendang yang disebut sabe-sabe untuk diselempangkan di bahu, serta tambahan aksesoris lainnya, yaitu ikat pinggang yang disebut tali abak, anting-anting atau cimata, dan kalung atau lepa-lepa. Namun hal yang paling penting dalam penyajian tatak ini adalah adanya baka selampis. Baka selampis merupakan tempat untuk menyimpan sirih, kapur, maupun beras yang disuguhkan kepada para tamu saat menari. Menurut Ibu Romasta Uli br Solin, sirih dan kapur dalam pertunjukan tatak Nantampuk Mas memiliki pesan yang ingin disampaikan

4 Hasil wawancara penulis dengan Ibu Romasta Uli Solin, seorang penari tradisi Pakpak pada tanggal 27 Oktober 2013 di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Kabupaten Pakpak Bharat.

kepada hadirin atau tamu dan undangan, bahwa tempat diadakannya acara telah dibersihkan sebelumnya dari segala gangguan mahluk-mahluk gaib maupun orang jahat yang ingin mengganggu kelancaran acara tersebut. Sedangkan beras sebagai tanda ucapan selamat datang bagi tamu dan undangan.

Dalam praktek tatak ini sendiri, ibu Romasta Uli Solin juga mengatakan bahwa gerakan pada tatak ini sebenarnya tidak terlalu sulit, hanya saja butuh ingatan yang kuat untuk mengingat setiap pergantian pola gerak dan pola lantai disetiap perubahan irama iringan musik, karena gerakannya bersifat repetitif (perulangan). Tatak ini ditarikan dengan durasi waktu tiga sampai lima menit, namun tidak jarang juga jika ditarikan tujuh sampai sepuluh menit, tergantung permintaan sebuah acara.

Setiap gerakan yang dilakukan bagian tubuh memiliki nama tersendiri. Mulai dari gerak dasar kaki, yaitu manerser kumoser (posisi kaki lurus rapat tidak bersentuan, bergeser kekiri +10 cm, mengangkat kedua lutut bergerak ke kiri setinggi 5 cm, sehingga tumpuan berat badan pada kedua ujung kaki dilantai. Kedua ujung kaki diangkat bergeser ke kiri setinggi 5 cm. Bergerak kekiri kurang lebih 10 cm, sehingga tumpuan berat badan berada pada kedua tumit), manerser merdalan (gerakan kaki mirip seperti gerakan kaki seseorang ketika sedang berjalan), dan manerser mengosos (gerakan menarik kaki kedepan dan kebelakang secara bergantian, posisi telapak kaki tetap menginjak tanah dan tidak diangkat ). Begitu pula dengan gerak dasar tangan, yaitu mengeleap manganggun (gerakan mengayunkan tangan, dimana posisi tangan berbentuk segitiga dan terkesan sedang menyikut sesuatu, oleh karena itu bahu ikut mengiringi gerakan sikut), mengeleap menampar ( ayunan tangan seperti mengibaskan atau mengusir Setiap gerakan yang dilakukan bagian tubuh memiliki nama tersendiri. Mulai dari gerak dasar kaki, yaitu manerser kumoser (posisi kaki lurus rapat tidak bersentuan, bergeser kekiri +10 cm, mengangkat kedua lutut bergerak ke kiri setinggi 5 cm, sehingga tumpuan berat badan pada kedua ujung kaki dilantai. Kedua ujung kaki diangkat bergeser ke kiri setinggi 5 cm. Bergerak kekiri kurang lebih 10 cm, sehingga tumpuan berat badan berada pada kedua tumit), manerser merdalan (gerakan kaki mirip seperti gerakan kaki seseorang ketika sedang berjalan), dan manerser mengosos (gerakan menarik kaki kedepan dan kebelakang secara bergantian, posisi telapak kaki tetap menginjak tanah dan tidak diangkat ). Begitu pula dengan gerak dasar tangan, yaitu mengeleap manganggun (gerakan mengayunkan tangan, dimana posisi tangan berbentuk segitiga dan terkesan sedang menyikut sesuatu, oleh karena itu bahu ikut mengiringi gerakan sikut), mengeleap menampar ( ayunan tangan seperti mengibaskan atau mengusir

kekiri dan kekanan lurus, dengan posisi badan sudut 30 0 ). Untuk Gerak dasar kepala, yaitu tumulih (gerakan kepala yang mengikuti gerakan mata yang menoleh

kekiri maupun kekanan. Dagu bergerak lurus sesuai dengan arah gerak kepala), tungkuk ( gerakan kepala menunduk dengan pandangan mata yang tidak selalu searah dengan kepala. Pada saat kepala menunduk mata bisa melihat atau melirik kedepan tetapi juga bisa melihat kebawah. Dagu di jatuhkan sehingga kepala posisi menunduk), jeddak (posisi kepala tegak lurus dan diikuti dengan pandangan mata dengan arah yang juga lurus ke depan), dan tumbereng (gerakan kepala dengan posisi miring baik kekiri maupun kekanan, mebentuk sudut 45 derajat. Pada posisi kepala tegak ,lalu dagu bergerak sedikit pada gerak kepala kekiri dan kekanan, dengan mata bergerak halus ke mana arah kepala). Sementara mata, hanya boleh mengarahkan pandangan kepada tamu atau undangan ketika hendak berjalan pulang atau keluar dari panggung saja. Keseluruhan gerak dasar inilah yang membentuk tatakNantampuk Mas.

Hal lain yang tidak kalah penting dalam pertunjukan tatak Nantampuk mas adalah musik pengiringnya. Musik pengiring merupakan pembentuk suasana, pembentuk setiap makna gerakan, dan jembatan bagi perubahan gerak sebuah tari. Karena bisa dirasakan kehadiran tari tanpa musik akan terasa hambar dan tidak

menarik untuk ditonton. Menurut Soedarsono (1986:109) dikatakan bahwa musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari yang secara langsung dapat mendukung dan memperkuat sajian tari. Begitu juga dalam penyajian tatak Nantampuk Mas, menurut Surung Solin selaku pemusik Pakpak, untuk penyajian tatak Nantampuk Mas digunakan repertoar anggun pola yang terdiri atas alat musik kalondang (xylophone), gendang sitelu-telu (drum chime), gung sada rabaan ( pong-pong, puldep, poi, dan panggora), kucapi dan lobat (endblown flute). Eksistensi musik pengiring dalam tatak Nantampuk Mas merupakan hal yang penting dimana musik menjadi pembentuk suasana dan juga untuk memperjelas tekanan-tekanan gerak. Bunyi kalondang, kucapi, dan lobat yang berfungsi membawa melodi menjadi tanda dalam pergantian pola gerak tatak , dan bunyi gung sada rabaan serta gendang sitelu telu menjadi pembawa tempo.

Di daerah Sukaramai terdapat beberapa sanggar Pakpak yang sudah sering mempertunjukkan tatak Nantampuk Mas, seperti sanggar Perampuk-ampuk, sanggar Nina Nola, sanggar Viktori, Sanggar Ndembas, sanggar Nduma, dan lain sebagainya. Hanya saja, diantara beberapa sanggar tersebut, penulis lebih memilih sanggar yang bernama Nina Nola sebagai tempat penelitian penulis. Hal ini dikarenakan sanggar ini yang paling eksis mempertunjukkan tatak Nantampuk Mas di banding sanggar yang lain. Selain itu, sanggar ini yang masih tetap eksis dalam setiap kegiatan kebudayaan di Pakpak dibanding sanggar lain yang kebanyakan sudah tidak aktif lagi berkesenian.

Tulisan ini dimaksudkan untuk mendiskusikan tentang tatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan sanggar Nina Nola di kalangan anggota masyarakat

Pakpak di Desa Sukaramai. Ada dua aspek utama yang akan penulis diskusikan di dalam tulisan ini. Pertama adalah bagaimana deskripsitatakNantampuk Mas tersebut. Akan dideskripsikan ragam gerakan yang ada, demikian juga halnya dengan pola-pola lantai yang digunakan, serta dalam pola-pola gerakan, hal spesifik apa yang menyangkut nilai adat, nilai agama, atau nilai yang terkait budaya lokal yang dilambangkan atau diekspresikan. Kedua, bagaimana struktur musik pengiring pada tatak Nantampuk Mas tersebut.

Hal- hal tersebut di atas membuat penulis memilih judul untuk penelitian ini, sebagai berikut: “Deskripsi Struktur Tatak Nantampuk Mas dan Musik Iringan Yang di Pertunjukan Oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat”

1.2 Pokok Permasalahan

Agar pembahasan lebih terarah maka ditentukan pokok permasalahan. Dalam skripsi ini permasalahan yang akan dibahas meliputi dua hal sebagai berikut.

1) Bagaimana struktur tatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan oleh Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai? Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan uraian mengenai ragam gerak, pola lantai, motif gerak, frase gerak, bentuk tari, hitungan tari, busana tari, properti tari, dan hal-hal sejenis yang berkait dengan keberadaan tari sebagai salah satu kesenian yang terdapat pada budaya Pakpak.

2) Bagaimana struktur musik iringantatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai? Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan uraian mengenai struktur melodi 2) Bagaimana struktur musik iringantatak Nantampuk Mas yang dipertunjukkan Sanggar Nina Nola di Desa Sukaramai? Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan uraian mengenai struktur melodi

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur tatak Nantampuk Mas yang disajikan dalam pertunjukan di Desa Sukaramai.

2) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana struktur musik iringan tatak Nantampuk Mas yang disajikan dalam pertunjukan di Desa Sukaramai.

1.3.2 Manfaat

Manfaat yang diambil dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah

1) Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam disiplin Etnomusikologi berkaitan tentang kesenian Pakpak (khususnya tatak Nantampuk Mas).

2) Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain, baik mencakup teori maupun uraian tentang bentuk penyajian tatak Nantampuk Mas .

3) Mengembangkan kajian-kajian ilmiah di bidang musik dan tari, yang dampaknya turut mengembangkan aspek keilmuan dalam disiplin-disiplin ilmu seni.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan gejala yang paling penting dalam penulisan yang akan digunakan sebagai alat menggambarkan fenomena dengan adanya penjabaran masalah dari kerangka teoritisnya.

Kata deskriptif adalah bersifat menggambarkan apa adanya (KBBI 2005:258). Kata deskriptif yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah bagaimana gambaran sebenarnya tatak Nantampuk Mas pada saat dipertunjukan tanpa ada unsur yang ditambahi maupun dikurangi.

Tatak berarti tari, tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Tatak yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah salah satu tarian tradisional masyarakat kebudayaan Pakpak. Tarian ini memakai tiga orang atau lebih penari (harus ganjil), yang gerakannya berasal dari tarian putri raja pada cerita rakyat masyarakat Pakpak. Musik iringannya adalah repertoar kuku endek-endek yang terdiri atas alat musik kalondang,gendang sitelu- Tatak berarti tari, tari adalah segala gerak yang berirama atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk menyatakan keindahan ataupun kedua-duanya (Tengku Luckman Sinar, 1996:5). Tatak yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah salah satu tarian tradisional masyarakat kebudayaan Pakpak. Tarian ini memakai tiga orang atau lebih penari (harus ganjil), yang gerakannya berasal dari tarian putri raja pada cerita rakyat masyarakat Pakpak. Musik iringannya adalah repertoar kuku endek-endek yang terdiri atas alat musik kalondang,gendang sitelu-

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat yang bersifat kontinu, dan yang terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat yang penulis maksud adalah masyarakat Pakpak yang berada di desa Sukaramai, kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat. Daerah ini merupakan daerah yang menjadi tempat penulis meneliti tatak Nantampuk Mas.

1.4.2 Teori

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpegang pada beberapa teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dan dianggap relevan, yaitu bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh pengertian tentang suatu teori-teori yang bersangkutan. Dengan demikian teori adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam membahas tulisan ini.

Menurut Murgiyanto (1996:156) 5 kata seni pertunjukan secara umum memiliki arti tontonan yang bernilai seni, seperti drama, tari, musik yang disajikan

secara khusus di depan penonton. Dalam mendeskripsikan tatak Nantampuk Mas penulis juga menggunakan teori Milton Siger (MSPI, 1996:164-165) 6 yang

menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki: (1) Waktu pertunjukan yang

5 Skripsi Sarjana Hubungan Struktur Tari, Musik Iringan, dan Fungsi tari Galombang yang Dipertunjukan Sanggar Tigo Sapilin pada Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Minangkabau

6 di Kota Medan , oleh Reny Yuliati(2013:20). Skripsi Sarjana Analisis Pertunjukan Tari Piring Pada Upacara Perkawinan Adat Masyarakat

Minangkabau Di Kota Medan , oleh Flora Hutagalung (2009:11).

terbatas, (2) Awal dan akhir, (3) Acara kegiatan yang terorganisir, (4) Sekelompok pemain, (5) Sekelompok penonton, (6) Tempat pertunjukan dan, (7) Kesempatan untuk mempertunjukkannya.

Bentuk adalah wujud dan susunan yang ditampilkan dan pengertian penyajian yang kata dasarnya saji yaitu mempersembahkan, sedangkan penyajian mengandung arti yaitu proses, cara dan perbuatan menyajikan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:135,979). Dari pengertian diatas yang dimaksud dengan bentuk penyajian dalam penelitian ini adalah susunan cara menyajikan tatak Nantampuk Mas . Bentuk penyajian tersebut dapat mengarah kepada elemen- elemen tari yaitu:

1. Tema

2. Gerak

3. Iringan Musik

4. Tata Rias

5. Tata Busana

6. Tempat (Pentas)

Dalam meneliti gerak tatak Nantampuk Mas, penulis akan mendeskripsikan bagaimana uraian mengenai ragam gerak, pola lantai, motif gerak, frase gerak, bentuk tari, hitungan tari, dan busana tari yang digunakan penarinya. Dan penulis juga akan menggunakan lambang-lambang umum dan sederhana yang penulis buat sendiri untuk dapat mewakili pola gerak tatak Nantampuk Mas.

Sementara itu, untuk mengkaji aspek musik iringan tatak Nantampuk Mas, penulis akan menggunakan teori Bruno Netll (1964 : 131) mengatakan bahwa untuk mendapatkan seluruh benda musikal dilakukan analisis: perbendaharaan nada, modus, ritem, nada dasar, bentuk, dan tempo.

Musik dan tarian merupakan fenomena yang berbeda, tetapi dapat bergabung apabila terdapat aspek yang sama mengkoordinasikannya. Menurut Pringgobroto, musik adalah rangkaian ritmis nada, sedangkan tarian adalah rangkaian ritmis dan pola gerak tubuh (Wimbrayardi, 1998:13-14). Musik merupakan audio (bunyi yang tidak terlihat, dan tari merupakan fenomena audio (bunyi) yang tidak terdengar. Baik musik dan tari bergerak di dalam ruang dan waktu (Sachs, 1993:1-4 dan Blacking 1974:64-74) serta dapat dirasakan melalui getaran yang dihasilkannya. Aspek dasar yang menghubungkan keduanya adalah waktu, yaitu gerak ritmis (musik dan tari) dan tempo.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Untuk meneliti tatak Nantampuk Mas di desa Sukaramai, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kirk Miller dalam Moleong (1990:3) yang mengatakan: “Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasa dan peristilahannya”.

Penelitian kualitatif dapat dibagi dalam empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Pada tahap pra lapangan penulis mempersiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan sebelum turun ke dalam penelitian itu sendiri. Dalam bagian ini disusun rancangan penelitian ini, menjajaki atau menilai keadaan lapangan, memilih informan, perlengkapan penelitian, dan etika penelitian.

Selanjutnya pada tahap pekerjaan di lapangan peneliti mengumpulkan data semaksimal mungkin. Dalam hal ini, penulis menggunakan alat bantu yaitu, kamera digital merk Samsung, dan catatan lapangan. Pengamatan langsung (menyaksikan) pertunjukan tatak Nantampuk Mas pada sebuah acara pemerintahan di desa Sukaramai.

Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dalam pelaksanaan tanya jawabnya berlangsung seperti percakapan sehari-hari. Informan biasanya terdiri dari mereka yang terpilih saja karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka telah mengetahui informasi yang dibutuhkan, dan wawancara biasanya berlangsung lama.

Dalam tahap menganalisis data penulis mengorganisasikan data yang telah terkumpul dari catatan lapangan, foto, studi kepustakaan, rekaman, dan sebagainya ke dalam suatu pola atau kategori dengan hasil akhir membuat laporan untuk penulisan skripsi.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Dalam mencari tulisan-tulisan pedukung, penulis melakukan adanya studi kepustakaan dan kegiatan ini dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan guna melengkapi data-data yang diperlukan dalam tulisan ini. Sumber bacaan yang digunakan dapat berasal dari penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Dimana sumber bacaan diperoleh dari buku, majalah, buletin, jurnal, artikel, dan situs internet. Studi kepustakaan dilakukan dalam rangka memperoleh pengetahuan dasar tentang apa yang akan diteliti. Tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mendapatkan konsep-konsep, teori, serta informasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pembahasan atau penelitian, dan menambah wawasan penulis tentang kebudayaan masyarakat Pakpak yang diteliti yang berhubungan dengan kepentingan pembahasan atau penelitian.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Sebagai acuan dalam mengumpulkan data di lapangan, penulis berpedoman kepada tulisan Harsja W. Bachtiar dan Koentjaraningrat dalam buku Metode-metodepenelitian masyarakat . Dalam buku ini tersebut dikatakan, bahwa pengumpulan data dilakukan melalui kerja lapangan (field work) dengan menggunakan:

(1) Observasi (pengamatan), dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung, hal ini sesuai dengan pendapat Harja W. Bachtiar (1990:114-115), bahwa seorang peneliti harus melihat langsung akan kegiatan- kegiatan dari sasaran penelitiannya dalam mendapatkan data-data di lapangan, (1) Observasi (pengamatan), dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung, hal ini sesuai dengan pendapat Harja W. Bachtiar (1990:114-115), bahwa seorang peneliti harus melihat langsung akan kegiatan- kegiatan dari sasaran penelitiannya dalam mendapatkan data-data di lapangan,

Mengacu pada teori di atas penulis mengumpulkan keterangan yang diperlukan dengan cara mengamati sasaran penelitian, misalnya tentang penyajian tatak Nantampuk Mas , sarana yang dipergunakan, pelaku, dan masalah-masalah lain yang relevan dengan pokok permasalahan, dan dalam pengamatan, penulis juga melakukan pencatatan data-data di lapangan sebagai laporan hasil pengamatan penulis.

(2) Wawancara, dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian- pendirian yang mereka miliki, merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi.

Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi secara lisandari para informan. Untuk ini penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat (1990:129-155) yang membagi tiga kegiatan wawancara yaitu : persiapan wawancara, teknik wawancara, dan pencatatan data wawancara. Sedangkan wawancara terdiri dari wawancara terfokus, wawancara bebas, dan wawancara sambil lalu.

Dalam wawancara terfokus, pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu tetapi selalu terpusat kepada pokok permasalahan lain. Wawancara sambil lalu, sifatnya hanya untuk menambah data yang lain. Dalam mengumpulkan data, Dalam wawancara terfokus, pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu tetapi selalu terpusat kepada pokok permasalahan lain. Wawancara sambil lalu, sifatnya hanya untuk menambah data yang lain. Dalam mengumpulkan data,

(3) Perekaman, dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan 2 cara, yaitu (a) perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dengan menggunakan handycam merk Sony mini DVD. Perekaman ini sebagai bahan analisis tekstual dan musikal. (b) Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar digunakan kamera digital merk Samsung. Pengambilan gambar dilakukan setelah terlebih dahulu mendapat ijin dari pihak pelaksana dan pihak yang bersangkutan.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupunbahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan danpenyusunan tulisan. Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian danselanjutnya dianalisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaandisusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan.

Untuk menyajikan aspek kebudayaan, penulis mengacu dari antropologi, aspekstruktur musik dari musikologi, dan juga unsur sosial lainnya (sesuai dengan keperluan pembahasan ini), sebagaimana ciri Etnomusikologi yang inter- disiplinerdan keseluruhannya dikerjakan di dalam laboratorium Etnomusikologi), sehinggapermasalahannya yang merupakan hasil laporan penelitian yang disusun Untuk menyajikan aspek kebudayaan, penulis mengacu dari antropologi, aspekstruktur musik dari musikologi, dan juga unsur sosial lainnya (sesuai dengan keperluan pembahasan ini), sebagaimana ciri Etnomusikologi yang inter- disiplinerdan keseluruhannya dikerjakan di dalam laboratorium Etnomusikologi), sehinggapermasalahannya yang merupakan hasil laporan penelitian yang disusun

1.6 Lokasi Penelitian

Sebagai lokasi penelitian, penulis memilih sanggar Nina Nola, yang dipimpinoleh Bapak Pandapotan Solin. Sanggar yang beliau pimpin iniberada di rumah kediaman beliau di Jalan Sisingamangaraja No. 66 , Desa Sukaramai, Kecamatan Kerajaan, Pakpak Bharat. Lokasi penelitian ini ditetapkan dengan beberapa alasan sebagai berikut. (1) Sanggar Nina Nola ini merupakan sanggar yang sudah lama didirikan, sejak tahun 90an, dandikelola oleh keturunan turun- temurun yang bergerak dibidang kesenian Pakpak. (2) Dari beberapa sanggar yang terdapat di Desa Sukaramai maupun di kabupaten Pakpak Bharat, sanggar inilah yang paling sering diminta untuk mempertunjukkan tatak Nantampuk Mas maupun kesenian-kesenian lainnya. (3) Sekarang sanggar ini memang sudah mengikuti perkembangan zaman, namun orang-orang lama di dalamnya masih mengetahui dan melestarikan pengetahuan gerakan tradisionalnya.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT PAKPAK DAN SANGGAR NINA NOLA DI DESA SUKARAMAI, KECAMATAN KERAJAAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT

2.1 Letak Geografis Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 25 Februari 2003, beribu kotakan Salak. Kabupaten ini berdiri sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi, dengan 8 kecamatan yaitu Kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pangindar, Kecamatan Sitellu Tari Urang Julu, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut, Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Tinada, dan Kecamatan Siempat Rube dan memiliki jumlah Desa sebanyak 52 Desa.

Pakpak Bharat bukan menunjukkan daerah Pakpak yang terletak di bagian barat, melainkan memiliki dua arti nama yang digabungkan menjadi satu yaitu Pakpak adalah nama daerah sedangkan Bharat adalah baik, jadi Pakpak Bharat adalah daerah Pakpak yang baik. Kabupaten Pakpak Bharat terletak pada garis 2,00 – 3,00 Lintang Utara dan 96,00 – 98,30 Bujur Timur, dan berada di ketinggian 2501.400 M di atas permukaan laut.

Kabupaten Pakpak Bharat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara : Kecamatan Silima Pungga-pungga, Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Sebelah Selatan : Kecamatan Tara Bintang Kabupaten Humbang Hasundutan, Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah

Sebelah Timur : Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, Kecamatan Harian Kabupaten Tobasa Sebelah Barat : Kecamatan Aceh Singkil Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.218,30 km (121.830 Ha) atau 1,7 dari luas provinsi Sumatera Utara. Dari luas wilayah tersebut 63.974 Ha (52,51 ) diantaranya merupakan lahan yang efektif dan 53.156 Ha ( 43,63 ) merupakan lahan yang belum dioptimalkan. Pada umumnya masyarakat Pakpak Bharat tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian utamanya adalah bertani. (Data Statistik Kecamatan Kerajaan 2013)

Gambar 2.1:

Peta Kecamatan Kerajaan Dilihat Dari Kabupaten Pakpak Bharat

2.2 Sistem Kepercayaan

Sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke wilayah Pakpak, masyarakat setempat menganut kepercayaan yang disebut persilihi atau perbegu. Persilihi atau perbegu ini ialah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada dibawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau dengan adanya Dewa-Dewa maupun

roh-roh nenek moyang yang dikultuskan (lihat, Naiborhu, 1988 : 22-26) 7 .

2.2.1 Kepercayaan Terhadap Dewa-dewa

Sebelum agama masuk ke lingkungan masyarakat Pakpak, masyarakat mempercayai kekuatan gaib dan percaya bahwa alam adalah sumber kehidupan. Masyarakat Pakpak percaya terhadap Debata Guru/Sinembe nasa si lot yang artinya maha pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang diklasifikasikan atau diistilahkan sebagai berikut.

Debata Guru/ Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan melindungi, yaitu :

1. Beraspati Tanoh Diberi simbol dengan menggambar cecak yang berfungsi melindungi segala

tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu, kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus permisi kepada Beraspati Tanoh.

7 Skripsi Sarjana Kajian Organologi Kuapi Pakpak Buatan Bapak Kami CapahDi Kecamatan Kerajaan Pakpak Bharat , oleh Batoan Sihotang (2013:30).

2. Tunggung Ni Kuta Tunggung Ni Kuta ini diyakini mempunyai peranan untuk menjaga dan

melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya. Karena itu, maka Tunggung Ni Kuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu sebagai berikut :

a. Lapihen, yaitu terbuat dari kulit kayu yang di dalamnya terdapat tulisan- tulisan yang berbentuk mantra ataupun ramuan obat-obatan serta ramalan- ramalan.

b. Naring, yaitu wadah berisi ramuan untuk pelindung kampung. Apabila suatu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan memberikan pertanda berupa suara gemuruh ataupun siulan.

c. Penghulu balang, yaitu sejenis patung yang terbuat dari batu yang berfungsi untuk memberikan sinyal berupa gemuruh sebagai tanda gangguan, bala, musuh, atau penyakit bagi suatu desa.

d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.

e. Sembahen ni ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang diyakini dapat menggangu kehidupan dan sekaligus dapat melindungi kehidupan manusia apabila diberi sesajen.

f. Tali solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala ular yang digunakan untuk menjerat musuh.

g. Tongkat balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih kurang satu meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan dipergunakan untuk menerangi jalan.

h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan musuh.

i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan danau. j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.

2.2.2 Kepercayaan Terhadap Roh- Roh

Selain kepercayaan terhadap Dewa-dewa, masyarakat Pakpak juga memiliki kepercayaan terhadap roh-roh yang meliputi :

a. Sumangan, yaitu tendi (roh) orang yang sudah meninggal mempunyai kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang.

b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara turun temurun.

c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan beguSinambela, yaitu roh orang yang sudah meninggal diakibatkan karena hanyut di dalam air atau sungai.

d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari tempat lain dan dapat membuat orang menjadi sakit secara tiba-tiba.

Kepercayaan- kepercayaan diatas sudah jarang dilaksanakan oleh masyarakat Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Kerajaan sejak masuknya Kepercayaan- kepercayaan diatas sudah jarang dilaksanakan oleh masyarakat Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Kerajaan sejak masuknya

2.3 Sistem Kekerabatan

Seperti halnya etnik lain, etnik Pakpak juga memiliki sistem kekerabatan yang dapat membedakannya dengan etnik lainnya.

2.3.1 Marga

Marga dalam kajian antropologi disebut dengan klen yaitu suatu kelompok kekerabatan yang dihitung berdasarkan satu garis (unilineal), baik melalui garis laki-laki (patrilineal) maupun perempuan (matrilineal). Marga pada masyarakat Pakpak bukan hanya sekedar sebutan atau konsep tetapi di dalamnya nilai budaya yang mencakup norma dan hukum yang berguna untuk mengatur kehidupan sosial. Misalnya dengan adanya marga maka dikenal perkawinan eksogami marga, yakni adat yang mengharuskan seseorang kawin diluar marganya. Bila terjadi perkawinan semarga maka orang tersebut diberi sanksi hukum berupa pengucilan, cemoohan, dan malah pengusiran, karena melanggar adat yang berlaku.

2.3.2 Sulang Silima

Sulang silima adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari kula- kula, dengan sebelteksiampun-ampun / anak yang paling kecil, serta anak berru.Sulang silima ini berkaitan dengan pembagian sulang/jambar dari daging-daging tertentu Sulang silima adalah kelompok kekerabatan yang terdiri dari kula- kula, dengan sebelteksiampun-ampun / anak yang paling kecil, serta anak berru.Sulang silima ini berkaitan dengan pembagian sulang/jambar dari daging-daging tertentu

1) Kula-kula Kula-kula merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem kekerabatan pada masyarakat Pakpak. kula-kula adalah kelompok/pihak pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan kelompok yang sangat dihormati dan dianggap sebagai pemberi berkat oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah Debata Ni Idah (Tuhan yang dilihat). Oleh karena itu, pihak kula-kula ini haruslah dihormati. Sikap menentang kula-kula sangat tidak dianjurkan dalam kebudayaan masyarakat Pakpak. Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat peran yang penting termasuk juga dalam upacara kematian.

2) Dengan sebeltek/Senina Dengan sebeltek/senina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Selain itu, dalam sebuah upacara adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek, yaitu senina. Dalam 2) Dengan sebeltek/Senina Dengan sebeltek/senina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Selain itu, dalam sebuah upacara adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek, yaitu senina. Dalam

3) Anak beru Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang bertanggung jawab atas acara adat tersebut. Tugas anak berru adalah sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara adat. Sedangkan situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah anak tengah dan siampun- ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka adalah pihak yang mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam sebuah ikatan keluarga.

Dokumen yang terkait

Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Mulut Gua dan Sebarannya Di Kawasan Karst Daerah Semanu, Gunungkidul, Yogyakarta oleh Efendi Saputra moong.86gmail.com Retnadi Heru Jatmiko retnadihugm.ac.id Abstract - Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh

1 0 7

IDENTIFIKASI KUALITAS FISIK TAMAN KOTA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK (KASUS : BAGIAN WILAYAH KOTA I, II, III KOTA SEMARANG) Feri Hariyadi Fery_omyahoo.com Dyah Widyastuti Joni Purwohandoyo

0 0 14

ANALISIS KONDISI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK KONSTRUKSI MENUJU PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 50 TAHUN 2012 (Studi Kasus : Proyek Alila Suite SCBD oleh PT. Hutama Karya (Persero))

0 0 7

Evaluasi Pelayanan Persalinan oleh Bidan Desa Selama Pelaksanaan Program Jaminan Persalinan Di Puskesmas Salomekko Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Tahun 2012

0 1 7

PERCOBAAN I, analisis gravimetri

0 1 17

Penghambatan Proliferasi Limfosit Mencit Balbc oleh Ekstrak Testis Sapi Bali: Peran TGF-β

0 0 9

Inkorporasi Kromium oleh Fungi Ganoderma lucidum dengan Limbah Industri Kelapa Sawit Sebagai Substrat

0 0 7

Pengaruh Tekanan Suhu dan Penambahan Suplemen Metal Ion pada Fermentasi Etanol oleh Zymomonas mobilis Effect of Temperature Stress and Metal Ion Supplement on Ethanol Fermentation by Zymomonas mobilis

0 0 7

Karakteristik Performa Discharge Anoda Magnesium Teranodisasi yang Teraktivasi oleh Air Laut

0 1 7

Penggunaan Obat Tradisional oleh Penderita Diabetes Mellitus dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru Tahun 2015 The Use of Traditional Remedies by Diabetics Mellitus and Factors Associated in The Work Area Puskesma

0 0 6