Perawatan Luka Perineum TINJAUAN PUSTAKA

perineum yang letaknya bersebelahan maka perlu proses pembersihan anus dan perineum. 4 Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum Gizi: Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena pengantian jaringan sangat membutuhkan protein. Obat-obatan: Steroid: Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu respon inflamasi normal; Antikoagulan: dapat menyebabkan hemoragik; Antibiotik spektrum luasspesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intravaskular. Keturunan: sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori. Sarana prasarana: kemampuan ibu dalam menyediakan sarana prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik. Budaya dan keyakinan: budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaantarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. 5 Dampak Perawatan Luka Perineum Yang Tidak Benar Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal sebagai berikut: Infeksi: Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Komplikasi: Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Kematian ibu postpartum: Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu postpartum mengingat kondisi fisik ibu postpartum masih lemah Rukiyah.2010 6 Fase-Fase Penyembuhan Luka Fase-fase penyembuhan luka menurut Smeltzer 2002 : 490 dalam Rukiyah 2010 adalah sebagai berikut: a. Fase inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari. Respon vaskular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami cidera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibronoplatelet terbentuk dalam upaya untuk mengontrol pendarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokonstriksinya karena norefineprin dirusak oleh enzim intra selular. Juga, histamin dilepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler. Ketika mikrosirkunasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskular selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. b. Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari Fibroblas memperbanyak dirinya dan membentuk jaringan-jaringan untuk sel- sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka; kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru. Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3 sampai 5 dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35 sampai 59 kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70 sampai 80 kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka. c. Fase Muturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan setahun. Sekitar 3 minggu setelah cidera fibroblas mulai meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka. Dalam penatalaksaan bedah penyembuhan luka, luka digambarkan sebagai penyembuhan melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga. Penyembuhan melalui intensi pertama penyatuan primer. luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan penutup dengan baik, seperti dengan suture, sembuh dengan sedikit reaksi jaringan melalui intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui intensi pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal. Penyembuhan melalui instensi kedua glanulasi. Pada luka dimana terjadi pembentukan pus supurasi atau dimana tepi luka tidak saling merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama. Penyembuhan melalui instensi ketiga Suture Sekunder. Jika luka dalam baik yang belum disuture atau terlepas dan kemudian disuture kembali nantinya, dua permukaan granulasi yang berlaeanan disambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas. 7 Penatalaksanaan a. Persiapan pada ibu postpartum: Perawatan perineum sebaiknya dilakukan dikamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan kaki terbuka. Alat dan bahan: alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik. b. Tujuan dilakukan perawatan luka perineum adalah untuk mengurangi rasa ketidak nyamanan, mencegah infeksi, meningkatkan kebersihan, dan penyembuhan pada luka perineum. c. Prosedur pelaksanaan sebagai berikut: mencuci tangannya; mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat; buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantong plastik; berkemih dan BAB ketoilet; semprotkan keseluruh perineum dengan air hangat; keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan kebelakang; pasang pembalut dari depan kebelakang;cuci kembali tangan. d. Lakukan evaluasi, parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah: Perineum tidak lembab, posisi pembalut tepat, ibu merasa nyaman Rukiyah, 2010

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara variabel yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan . Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu pasca salin tentang perawatan luka perineum. Berdasarkan permasalahan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut: Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengetahuan ibu tentang perawatan luka perineum Karakteristik responden : - Umur - Pendidikan - Pekerjaan Perawatan luka perineum: - Alat - Tujuan - Prosedur - Evaluasi

B. Definisi Operasional

No Karakteristik responden Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Umur Lamanya waktu hidup yang dihitung dari sejak lahir hingga dilakukan penelitian Kuesioner Wawancara 1. 20 tahun 2. 20-35 tahun 3. 35 tahun Ordinal 2 Pendidikan Bimbingan oleh seseorang pada perkembangan untuk menuju cita-cita Kuesioner Wawancara 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. P.Tinggi Ordinal 3 Pekerjaan Aktifitas atau kegiatan yang dilakukan untuk menambah pnghasilan Kuesioner Wawancara 1. IRT 2. Wiraswasta 3. Pegawai Swasta 4. PNS Nominal Variabel Penelitian Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu pasca salin tentang alat yang digunakan, tujuan, prosedur melakukannya, dan cara mengevaluasi tentang perawatan luka perineum pasca salin Kuisioner Wawancara Pengetahuan dikatakan: a. Baik bila responden menjawab benar 16-20 pertanyaan b. Cukup bila responden menjawab benar 12-15 pertanyaan c. Kurang bila responden menjawab benar 1-11 pertanyaan Ordinal

BAB IV METODE PENELITIAN