B. Pengertian Penagihan Pajak
Definisi penagihan pajak menurut Soemitro, yaitu Penagihan Pajak adalah perbuatan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak karena Wajib Pajak tidak
mematuhi ketentuan Undang-Undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak yang terutang.
Menurut H.Moeljo Hadi,SH Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan dari aparatur DirektoratJenderal Pajak, berhubung Wajib Pajak tidak melunasi
sebagianseluruh kewajiban perpajakan yang terutang menurut undang-undang perpajakan yang berlaku, agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penagihan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penaggung
pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan
Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan Penyitaan, melaksanakan Penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Penaggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Biaya Penagihan Pajak, adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.
C. Surat Tagihan Pajak
1. Pengertian Surat Tagihan Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 angka 20, yang dimaksud dengan Surat Tagihan
Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak danatau sanksi administrasi berupa bunga danatau denda.
2. Fungsi Surat Tagihan Pajak :
a. sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Wajib Pajak; b.
sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan atau denda
; c.
sarana untuk menagih pajak.
3. Penerbitan Surat Tagihan Pajak
Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila Pasal 14 1 UU KUP :
a. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. WajibPajak dikenai sanksi administrasi berupa denda danatau bunga;
c. dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
akibat salah tulis danatau salah hitung; d.
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat
waktu; e.
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak mengisi faktur pajak secaralengkap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat 5 UU PPN 1984 dan perubahannya, selain: 1.
identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 5 huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau
2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat 5 hurufb dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena
Pajak pedagang eceran; f.
Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak; atau
g. Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 6a UU PPN 1984 dan perubahannya.
4. Surat untuk Melakukan Tagihan Sanksi Administrasi berupa Bunga :
a. Pasal 8 ayat 2 KUP: dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT
Tahunan yg mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
b. Pasal 9 ayat 2a KUP: pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang
dalam suatu Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo; c.
Pasal 19 ayat 1 KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar menurut ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar;
d. Pasal 19 ayat 2 KUP: dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur
atau menunda pembayaran pajak; e.
Pasal 19 ayat 3 KUP: dalam hal Wajib Pajak menunda penyampaian SPT Tahunan yang penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari
jumlah pajak yang sebenarnya terutang; f.
Pasal 9 ayat 2b KUP: pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan; g.
Pasal 8 ayat 2a KUP: dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Masa yg mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar.
h. Pasal 14 ayat 1 huruf g: Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi
dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 6a UU PPN 1984 dan perubahannya.
D. Penagihan Utang Pajak
Tindakan penagihan utang pajak secara teoritis diatur dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2007 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19
tahun 2000 dapat dilakukan dengan 2 dua langkah: 1.
Penagihan pasif
Penagihan pajak pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak
terutang menjadi lebih besar, jika jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka 7 hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai
dengan tindakan sita yang telah didahului adanya Surat Teguran dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
Dalam hal ini utang pajak itu adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda atau kenaikan
yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Penagihan Aktif
Penagihan aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif dimana dalam upaya penagihan ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim
Surat Tagihan atau Surat Ketetapan Pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita didahului dengan Surat Teguran dan Surat Paksa akan dilanjutkan dengan
pelaksanaan lelang.
E. Dasar Penagihan Pajak