Studi Perkembangan Tipologi Rumah Toko di Kota

(1)

STUDI PERKEM

M

U

KEMBANGAN TIPOLOGI RUMAH

KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD ARIF KURNIAWAN 100406092

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015


(2)

STUDI PERKEMBANGAN TIPOLOGI RUMAH TOKO DI

KOTA MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD ARIF KURNIAWAN 100406092

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERNYATAAN

STUDI PERKEMBANGAN TIPOLOGI RUMAH TOKO DI KOTA

MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini Saya Menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015


(4)

Judul Skripsi : Studi Perkembangan Tipologi Rumah Toko di Kota Medan

Nama Mahasiswa : Muhammad Arif Kurniawan Nomor Pokok : 100406092

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing

Wahyuni Zahrah, S.T., M.S.

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc., Ph.D. Ir. N. Vinky Rahman, M.T.


(5)

Telah diuji Pada

Tanggal : 17 Januari 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D.

Anggota Komisi Penguji : 1. Benny O.Y. Marpaung S.T., M.T., Ph.D. 2. Hilma Tamiami Fachrudin, S.T., M.Sc.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penelitian ini dapat terselesaikan pada waktunya. Tulisan ini merupakan Skripsi perorangan yang dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan alur Non-Profesi. Shalawat beriringkan salam juga senantiasa penulis limpahkan kepada Nabi kita Muhammad S.A.W., yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita hingga alam yang terang benderang seperti saat ini.

Penyelesaian tulisan ini tentunya tidak terlepas oleh bantuan berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S., selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk, arahan, tenaga, pikiran dan waktunya dalam penulisan Skripsi ini.

2. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D selaku Dosen Penguji I, Ibu Benny O.Y. Marpaung S.T., M.T., Ph.D., selaku Dosen Penguji II dan Ibu Hilma Tamiami Fachrudin, S.T., M.Sc., selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Untuk rekan Riyal Hadi dan Bapak / Ibu penghuni ruko yang Saya survey yang telah meluangkan waktunya kepada Saya dalam memberikan Informasi dan data mengenai ruko yang dihuni tersebut untuk menyelesaikan penelitian ini.

6. H. Zulkifli Dalimunthe (Papah), Hj. Tatti Kariatin, S.Pd., AUD., (Mama), Kak Tika, Adik Ulfah, Adik Satria, selaku keluarga tercinta yang telah memberikan do’a, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan studi dan Skripsi Saya di


(7)

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Untuk rekan-rekan seperjuangan kelompok KBK Kota, Doni, Aldo, Fikar, Agung, Yunanda dan rekan-rekan seperjuangan lainnya yang telah sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi bersama-sama-sama-sama.

8. Untuk rekan-rekan Arsitektur angkatan 2010 atas kebersamaannya dan membuat suasana Kelas menjadi riang selama ini dalam melaksanakan Program Studi Strata Satu di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

9. Untuk sahabat kecil Saya Nabila Paramitha yang telah memberikan do’a, semangat dan membantu Saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

10. Untuk adik Farida Nur Aini dan saudara-saudara Saya yang lainnya di Komunitas Fatinistic yang telah memberikan do’a dan semangatnya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, Januari 2015 Penulis,


(8)

ABSTRAK

Pola ruang bangunan ruko mengalami perubahan karena tuntutan kebutuhan ruang akibat aktifitas yang dilakukan. Perbandingan pemanfaatan ruang antara tempat bisnis atau dagang dengan area hunian yang terjadi tidaklah seimbang, sehingga terjadi proses degradasi terhadap tipe dan fungsi ruko tersebut. Perubahan fungsi ruko sangatlah berpengaruh terhadap desain, baik secara interior maupun eksterior pada fungsi dan aktifitas kawasan perkotaan secara keseluruhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tipologi ruko, antara lain yaitu aspek-aspek tata ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan serta fungsi dan aktifitas. Kawasan Kesawan, jalan Brigjend Katamso dan jalan Setiabudi Medan digunakan sebagai sampel untuk memilihi perwakilan ruko berdasarkan 3 periode, yaitu ruko periode sebelum Kemerdekaan, periode Orde Baru dan periode Setelah Reformasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti mengumpulkan data primer dan data sekunder melalui pengamatan dan wawancara dengan penghuni ruko tersebut. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dilapangan, peneliti menganalisa perkembangan tipologi ruko yang terjadi di 3 periode. Penelitian ini menemukan bahwa tipologi ruko tidak mengalami banyak perubahan yang signifikan, baik itu dimensinya, fungsi dan pembangunan ruko yang masih terlihat berdiri di blok kota seperti bangunan pada zaman kolonial. Oleh karena itu, temuan penelitian ini dapat merekomendasikan bahwa perlu mempertimbangan tipikal ruko berdasarkan lingkungan dan gaya arsitektur yang digunakan.

Kata kunci: perkembangan, tipologi, ruang, fasad, ruko

ABSTRACT

Design the building shophouse space have changed because of demand needs space for activity. Proportion of utilization space for place of business or trade with residential areas occurred which not balance resulting in degradation process for type and function the shophouse space. Changing function the shophouse space was impacted for design both interior and exterior of function and activity in urban areas. Purpose of this study was to identified shophouse space typology such as aspects of spatial outside and inside, mass and appearance, function and activity. Kesawan areas, Brigjen Katamso road and Setia Budi road were in Medan used as sample and selected shophouse space for three period, they were shophouse space before independence, shophouse space in Orde Baru and shophouse space after Reformation. Type of research was descriptive qualitative. Researcher collected primary data and secondary data through observation and interview occupant of each the shophouse space. Then researcher conducted analyze on typology of the shophouse space in three periods. Researcher found that the shophouse space typology did not have significant changing in dimension, function, and erection of shophouse space still visible stand on city block such as building in colonial times. Therefore, the finding of research got recommendation that needs consideration type the shophouse space was based on environment and architectural was used.


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ...vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Kerangka Berpikir ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Tinjauan Ruko ... 5

2.1.1. Definisi Ruko ... 5

2.1.2. Sejarah Ruko ... 6

2.1.3. Perkembangan Ruko di Indonesia ... 7

2.1.4. Perkembangan Ruko di Kota Medan ... 8

2.1.5. Tipologi Ruko ... 9

2.2. Tinjauan Tipologi ... 11

2.2.1. Definisi Tipologi ... 11

2.2.2. Ruang, Bentuk dan Sirkulasi ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1. Jenis Penelitian ... 18

3.2. Variabel Penelitian ... 19

3.3. Populasi / Sampel ... 20

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 21

3.5. Kriteria Kawasan Penelitian ... 22

3.6. Kawasan Penelitian ... 23


(10)

BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN PENELITIAN ... 25

4.1. Deskripsi Kawasan Penelitian ... 25

4.1.1. Pasar Lama Kesawan ... 26

4.1.2. Jalan Brigjend Katamso ... 29

4.1.3. Jalan Setiabudi ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Analisis Perkembangan Tipologi ... 32

5.1.1. Analisis Perkembangan Bentuk ... 33

5.1.1.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan ... 29

5.1.1.2. Ruko Periode Orde Baru ... 40

5.1.1.3. Ruko Periode Setelah Reformasi ... 46

5.1.2. Analisis Perkembangan Ruang ... 50

5.1.2.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan ... 50

5.1.2.2. Ruko Periode Orde Baru ... 57

5.1.2.3. Ruko Periode Setelah Reformasi ... 65

5.1.2. Analisis Perkembangan Sirkulasi ... 71

5.1.3.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan ... 71

5.1.3.2. Ruko Periode Orde Baru ... 72

5.1.3.3. Ruko Periode Setelah Reformasi ... 74

5.2. Temuan Analisis Perkembangan Tipologi ... 75

BAB VI PENUTUP ... 79

6.1. Kesimpulan ... 79

6.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(11)

DAFTAR TABEL


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berfikir ... 4

Gambar 2.1 Ruko-ruko di Kota Medan pada Tahun 1920-an... 9

Gambar 2.2 Tipologi Ruko (Wicaksono, 2007) ... 10

Gambar 2.3 Sirkulasi Melewati Ruang ... 16

Gambar 2.4 Sirkulasi Menembusi Ruang ... 17

Gambar 2.5 Sirkulasi Menghilang di dalam Ruang ... 17

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Kota Medan ... 23

Gambar 4.1 Peta Kota Medan ... 25

Gambar 4.2 Peta Lokasi Penelitian ... 26

Gambar 4.3 Peta Lokasi dan Batasan Wilayah Penelitian ... 27

Gambar 4.4 Peta Oude Markt Tahun 1895 ... 28

Gambar 4.5 Peta Jalan Mayjend Sutoyo ... 29

Gambar 4.6 Peta Jalan Brigjend Katamso ... 30

Gambar 4.7 Peta Jalan Setiabudi ... 31

Gambar 5.1 Perwakilan Bentuk Ruko Berdasarkan Periode ... 32

Gambar 5.2 Bentuk Ruko Tahun 1910-an ... 33

Gambar 5.3 Detail Bentuk Ruko Tahun 1910-an ... 34

Gambar 5.4 Pintu Panel Lipat Berbahan Kayu ... 34

Gambar 5.5 Detail Jendela dan Fanlight ... 31

Gambar 5.6 Detail Dinding Bata Plasteran ... 35

Gambar 5.7 Detail Ornamen Lengkungan ... 36

Gambar 5.8 Detail Atap Ngang Shan ... 36

Gambar 5.9 Bentuk Ruko Tahun 1940 ... 37

Gambar 5.10 Detail Bentuk Ruko Tahun 1940-an ... 38

Gambar 5.11 Pintu Ganda Berbahan Kayu ... 38

Gambar 5.12 Detail Jendela dan Fanlight ... 39

Gambar 5.13 Detail Ornamen Lengkungan ... 39

Gambar 5.14 Bentuk Ruko Tahun 1980-an ... 41


(13)

Gambar 5.16 Detail Pintu Lipat Besi ... 42

Gambar 5.17 Detail Dinding Bata Plasteran Kasar ... 42

Gambar 5.18 Detail Ornamen Silang ... 43

Gambar 5.19 Bentuk Ruko Tahun 1990-an ... 44

Gambar 5.20 Detail Bentuk Ruko Tahun 1990-an ... 44

Gambar 5.21 Detail Pintu Lipat Alumunium ... 45

Gambar 5.22 Detail Jendela dan Fanlight ... 45

Gambar 5.23 Detail Ornamen Bata ... 46

Gambar 5.24 Bentuk Ruko Tahun 2000-an ... 47

Gambar 5.25 Detail Bentuk Ruko Tahun 2000-an ... 47

Gambar 5.26 Detail Pintu Lipat Kayu ... 48

Gambar 5.27 Detail Pintu dan Kaca Berbahan Alumunium ... 48

Gambar 5.28 Detail Dinding ... 49

Gambar 5.29 Detail Ornamen ... 49

Gambar 5.30 Detail Atap Beton ... 49

Gambar 5.31 Skema Ruang Ruko Tahun 1910-an ... 50

Gambar 5.32 Aktifitas di Ruang Konsultasi dan Ruang Kontraktor ... 51

Gambar 5.33 Denah Lantai 1 dan 2 Ruko Tahun 1910-an ... 51

Gambar 5.34 Detail Lantai di Ruang Kerja Ruko ... 52

Gambar 5.35 Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1 ... 53

Gambar 5.36 Detail Atap Ngang Shan ... 54

Gambar 5.37 Skema Ruang Ruko Tahun 1940-an ... 54

Gambar 5.38 Aktifitas di dalam Ruko ... 55

Gambar 5.39 Denah Lantai 1 Ruko Tahun 1940-an ... 55

Gambar 5.40 Detail Dinding Ruang Tipe 2 ... 56

Gambar 5.41 Skema Ruang Ruko Tahun 1980-an ... 57

Gambar 5.42 Aktifitas di Ruang Notaris ... 57

Gambar 5.43 Cafe(Lantai 1) ... 58

Gambar 5.44 Denah Lantai 1 dan 2 Ruko Tipe 1 ... 58

Gambar 5.45 Detail Lantai di Koridor Ruko Tipe 1 ... 59


(14)

Gambar 5.47 Detail Atap Ruko Tipe 1 ... 61

Gambar 5.48 Skema Ruang Ruko Tahun 1990-an ... 61

Gambar 5.49 Suasana Ruang di Lantai 1 ... 62

Gambar 5.50 Suasana Ruang di Lantai 2 ... 62

Gambar 5.51 Denah Lantai 1-3 Ruko Tahun 1990-an ... 62

Gambar 5.52 Detail Lantai di Koridor Dapur Ruko Tipe 2 ... 63

Gambar 5.53 Detail Lantai di Koridor Lantai 3 Ruko Tipe 2 ... 63

Gambar 5.54 Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1 ... 64

Gambar 5.55 Detail Atap Ruko Tipe 2 ... 65

Gambar 5.56 Skema Ruang Ruko Tahun 2000-an ... 65

Gambar 5.57 Suasana Ruang di Lantai 1 dan Mezanine ... 66

Gambar 5.58 Suasana Ruang di Lantai 2 ... 66

Gambar 5.59 Denah Lantai 1-3 Ruko Tahun 2000-an ... 67

Gambar 5.60 Detail Lantai di Koridor Ruko Tipe 1 ... 68

Gambar 5.61 Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1 ... 69

Gambar 5.62 Detail Atap Ruko Tipe 1 ... 70

Gambar 5.63 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1910-an ... 71

Gambar 5.64 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1940-an ... 72

Gambar 5.65 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1980-an ... 72

Gambar 5.66 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1990-an ... 73

Gambar 5.67 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 2000-an ... 74

Gambar 5.68 Perwakilan Bentuk Ruko Berdasarkan Periode ... 76

Gambar 5.69 Perwakilan Denah Ruko Berdasarkan Periode ... 77


(15)

ABSTRAK

Pola ruang bangunan ruko mengalami perubahan karena tuntutan kebutuhan ruang akibat aktifitas yang dilakukan. Perbandingan pemanfaatan ruang antara tempat bisnis atau dagang dengan area hunian yang terjadi tidaklah seimbang, sehingga terjadi proses degradasi terhadap tipe dan fungsi ruko tersebut. Perubahan fungsi ruko sangatlah berpengaruh terhadap desain, baik secara interior maupun eksterior pada fungsi dan aktifitas kawasan perkotaan secara keseluruhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tipologi ruko, antara lain yaitu aspek-aspek tata ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan serta fungsi dan aktifitas. Kawasan Kesawan, jalan Brigjend Katamso dan jalan Setiabudi Medan digunakan sebagai sampel untuk memilihi perwakilan ruko berdasarkan 3 periode, yaitu ruko periode sebelum Kemerdekaan, periode Orde Baru dan periode Setelah Reformasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti mengumpulkan data primer dan data sekunder melalui pengamatan dan wawancara dengan penghuni ruko tersebut. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dilapangan, peneliti menganalisa perkembangan tipologi ruko yang terjadi di 3 periode. Penelitian ini menemukan bahwa tipologi ruko tidak mengalami banyak perubahan yang signifikan, baik itu dimensinya, fungsi dan pembangunan ruko yang masih terlihat berdiri di blok kota seperti bangunan pada zaman kolonial. Oleh karena itu, temuan penelitian ini dapat merekomendasikan bahwa perlu mempertimbangan tipikal ruko berdasarkan lingkungan dan gaya arsitektur yang digunakan.

Kata kunci: perkembangan, tipologi, ruang, fasad, ruko

ABSTRACT

Design the building shophouse space have changed because of demand needs space for activity. Proportion of utilization space for place of business or trade with residential areas occurred which not balance resulting in degradation process for type and function the shophouse space. Changing function the shophouse space was impacted for design both interior and exterior of function and activity in urban areas. Purpose of this study was to identified shophouse space typology such as aspects of spatial outside and inside, mass and appearance, function and activity. Kesawan areas, Brigjen Katamso road and Setia Budi road were in Medan used as sample and selected shophouse space for three period, they were shophouse space before independence, shophouse space in Orde Baru and shophouse space after Reformation. Type of research was descriptive qualitative. Researcher collected primary data and secondary data through observation and interview occupant of each the shophouse space. Then researcher conducted analyze on typology of the shophouse space in three periods. Researcher found that the shophouse space typology did not have significant changing in dimension, function, and erection of shophouse space still visible stand on city block such as building in colonial times. Therefore, the finding of research got recommendation that needs consideration type the shophouse space was based on environment and architectural was used.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 terjadi suatu gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Tionghoa dan Jawa didatangkansebagai kuli kontrak dikarenakan kurangnya tenaga kerja di perkebunan. Kuli-kuli asal Cina ini awalnya didatangkan oleh Jacob Nienhuys dengan cara mengontrak langsung kuli Cina di Penang pada tahun 1870. Setelah tahun 1880, Belanda berhenti mendatangkan kuli perkebunan dari Cina. Akibatnya, perusahaan perkebunan kemudian mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Lingkungan perkebunan yang buruk mengakibatkan kuli dari Cina kabur dan mengakhiri kontrak kerjanya (Sinar, 1996). Setelah itu, sebagian dari kuli-kuli Cina ini pulang kembali ke negaranya dan sebagian lagi menetap di Medan. Orang-orang Tionghoa yang menetap kemudian diberi hak istimewa dan dipercaya untuk mengembangkan perdagangan di Medan.

Medan merupakan suatu kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan populasi penduduk yang berjumlah 2.135.516 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2013). Perkembangan pembangunan di kota Medan cukup pesat, sehingga dengan perkembangan pembangunan yang terjadi di kota Medan mengakibatkan banyak permasalahan yang terjadi di kota Medan. Salah satu permasalahan yang dialami dalam kota ini yaitu semakin banyaknya pembangunan rumah toko (shop house). Rumah toko atau biasa sering


(17)

disebut juga dengan ruko adalah sebutan bagi bangunan-bangunan di Indonesia yang pada umumnya dibuat bertingkat antara dua hingga lima lantai (Wicaksono, 2007). Lantai bawahnya digunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atasnya dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.

Pola ruang bangunan ruko kemudian mengalami perubahan karena tuntutan kebutuhan ruang akibat aktifitas yang dilakukan. Pada awalnya, perubahan yang terjadi hanyalah pada sebagian kecil ruang yang digunakan untuk etalase, tapi kemudian berkembang semakin luas, sehingga pada model berikutnya seluruh ruang-ruang di lantai satu di fungsikan sebagai aktifitas dagang, sedangkan ruang dengan fungsi hunian berpindah ke lantai dua.

Seiring dengan perkembangan jaman, Fenomena perubahan fungsi ruko sekarang ini berlangsung secara kontinu pada desain bangunannya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa desain ruko di kota Medan ini memperlihatkan adanya perubahan fungsi dan tipologi ruko. Perbandingan pemanfaatan ruang antara tempat bisnis atau dagang dengan area hunian yang terjadi tidaklah seimbang, sehingga terjadi proses degradasi terhadap tipe dan fungsi ruko tersebut. Perubahan fungsi ruko sangatlah berpengaruh terhadap desain, baik secara internal maupun eksternal pada fungsi dan aktifitas kawasan perkotaan secara keseluruhan.

Bagaimana perkembangan ruko di Medan dari jaman ruko awal hingga sekarang? Dan bagaimanakah perkembangan tipologi bangunan ruko di Medan, Apakah ada kesamaan dengan ruko awal atau terjadinya perubahan terkait kebutuhan saat ini? Merupakan suatu hal yang ternyata cukup menarik untuk


(18)

dilakukan sebuah penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dengan cara mengidentifikasi perkembangan tipologi ruko di kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang ada, maka rumusan permasalahan pada penelitian ini dapat dijawab dengan pertanyaan “bagaimana perkembangan tipologi ruko di kota Medan pada jaman sebelum kemerdekaan, orde baru dan sekarang?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi tipologi ruko, antara lain yaitu aspek-aspek tata ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan, fungsi dan aktifitas.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan literatur terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, dunia arsitektur dan perencanaan kota secara teoritis, sehingga dapat digunakan sebagai media informasi dan menjadi bahan masukan kepada masyarakat mengenai perkembangan tipologi ruko pada jaman belanda sampai dengan jaman modern sekarang ini.


(19)

1.5. Kerangka Berfikir

Gambar 1.1Diagram Kerangka Berfikir

Keluaran

Tipologi ruko di kota Medan di 3 era, yaitu :

- Ruang - Bentuk

- Fungsi & Aktifitas MANFAAT PENELITIAN Menjadi salah satu bahan literatur terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, dunia arsitektur dan perencanaan kota secara teoritis.

sebagai media informasi dan menjadi bahan

masukan kepada

masyarakat mengenai perkembangan tipologi ruko pada jaman belanda sampai dengan jaman modern sekarang ini

PERUMUSAN MASALAH )

Bagaimana

perkembangan tipologi ruko di kota Medan pada jaman sebelum kemerdekaan, orde baru dan sekarang?

TUJUAN PENELITIAN Mengidentifikasi tipologi ruko, antara lain yaitu aspek-aspek tata ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan, fungsi dan aktifitas.

STUDI LITERATUR

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis Penelitian: Penelitian Kualitatif dan deskriptif

Metode Pengumpulan Data:

Wawancara dan Survey Visual

Metode Analisa Data: Deskriptif dan Analisa pola perilaku

HASIL & PEMBAHASAN

Data mengenai

perkembangan tipologi ruko di kota Medan. JUDUL PENELITIAN

Studi Perkembangan Tipologi Rumah Toko di Kota Medan

LATAR BELAKANG

Pola ruang bangunan ruko sekarang mengalami perubahan karena tuntutan kebutuhan ruang akibat aktivitas yang dilakukan. Awalnya, perubahan yang terjadi hanyalah pada sebagian kecil ruang yang digunakan untuk etalase, tapi kemudian berkembang semakin luas, sehingga pada model berikutnya seluruh ruang-ruang di lantai satu di fungsikan sebagai aktifitas dagang, sedangkan ruang dengan fungsi hunian berpindah ke lantai dua.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai tinjauan pustaka yang mendukung pembahasan penelitan ini, antara lain: mengenai ruko dan tipologi yang nantinya akan menjadi landasan dalam studi kasus penelitian ini sendiri.

2.1. Tinjauan Ruko 2.1.1. Defenisi Ruko

Menurut Wicaksono (2007), Rumah toko atau biasa sering disebut juga dengan Ruko adalah sebutan bagi bangunan-bangunan di Indonesia yang pada umumnya dibuat bertingkat antara dua hingga lima lantai. Lantai bawahnya biasa digunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atasnya dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.

Istilah ruko diperkirakan berasal dari bahasa Hokkiantiam chu yang berarti “rumah” dan “toko”. Etnis Hokkian mendominasi populasi Cina perantauan di kota-kota asia tenggara sehingga kebiasaan menetap dan berusaha di ruko sering dikaitkan dengan budaya mereka (Kompas, 2004). Dalam bahasa Melayu digunakan istilah kedai yang berarti sembarang ruangan tempat barang dagangan ditumpuk tanpa aturan jelas, tempat dimana sang pemilik atau penjaga toko melewati harinya sebelum etalase atau meja pajang diperkirakan, oleh Lombard dalam (Tambunan, 2013).


(21)

Kehidupan di dalam ruko secara khas mencerminkan manajemen bertahan hidup di tengah kepadatan dan hiruk pikuk perkotaan tanpa teknologi yang rumit. Ruko tidak jarang dihuni oleh suatu keluarga besar yang semua anggotanya turut terlibat peran dalam bisnis keluarga tersebut. Lazimnya, sebuah ruko juga memiliki sebuah altar leluhur yang merupakan simbol kehadiran anggota keluarga yang telah tiada. dengan demikian, ruko juga memiliki arti penting sebagai simbol status keluarga yang terus dipelihara dan diturunkan ke generasi berikutnya. kadang juga ruko berfungsi sebagai rumah klan/abu keluarga atau mengemban fungsi sosial sebagai rumah perkumpulan atau organisasi, Sopandi dalam (Kompas, 2004).

2.1.2. Sejarah Ruko

Pada Umumnya masyarakat Tionghoa dikenal sebagai kaum pedagang, begitu juga dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia. Masyarakat Tionghoa di Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan bangsa Eropa, oleh karena itu mereka dipercaya untuk memegang kendali perdagangan. Pada masa kolonial, masyarakat Tionghoa diberi wilayah permukiman yang terpisah dari penguasa dan masyarakat pribumi. Saat itu masyarakat Tionghoa harus menyesuaikan diri dengan regulasi tata kota. Bentrokan antara aturan tata kota dengan konsep rumah yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang berasal dari Cina Selatan membentuk konsep rumah baru yang telah beradaptasi. Hunian bentuk baru inilah yang disebut sebagai ruko yang merupakan gabungan dari rumah dan toko (Kurniawan, 2010).


(22)

Alain Viaro dalam (Kurniawan, 2010) menyatakan bahwa ruko tidak berasal dari Cina. Ia menyatakan bahwa kemunculan ruko merupakan percampuran arsitektur yang timbul akibat perdagangan disepanjang kota-kota pantai antara Cina dan Asia Tenggara oleh orang Eropa, Cina, serta penduduk setempat. Oleh karena itu ruko tersebar pada hampir semua kota-kota pantai di daerah Cina Selatan sampai Asia Tenggara.

Menurut Wicaksono (2007) ruko telah dikenal di berbagai belahan dunia sejak zaman dulu. Di Yunani, terdapat pasar-pasar tradisional tempat melakukan transaksi perdagangan yang juga digunakaan sebagai tempat tinggal dan letaknya berdekatan dengan pelabuhan karena Yunani merupakan negara kepulauan. Demikian juga di Timur Tengah, telah dikenal bangunan yang berfungsi ganda, sebagai hunian dan tempat usaha. Namun, hunian di Timur Tengah terkesan lebih privat dan memisahkan aktivitas laki-laki dan perempuan.

2.1.3. Perkembangan Ruko di Indonesia

Sebagai sosok arsitektur di Indonesia, ruko memiliki sejarah panjang dan berperan penting dalam memberi bentuk dan warna terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Perkembangan ruko di Indonesia dimulai di kota-kota-kota-kota besar. Pada umumnya, ruko-ruko di Indonesia memiliki sejarah perkembangan yang sama dengan ruko Singapura.

Menurut Lombard dalam Kurniawan (2010) ruko diperkenalkan di Jawa sejak abad ke 17 dengan teknik pembangunan yang menggunakan penggaris khusus dengan panjang 43 cm, Bentuk dasar ruko di Indonesia rata-rata


(23)

dindingnya dari bata, atapnya terbuat dari genting. Setiap unit memiliki lebar 3 sampai 6 meter, dengan panjang 6 sampai 8 kali lebarnya. Satu deret ruko biasanya terdiri dari belasan unit yang digandeng menjadi satu.

Kemudian pada akhir abad ke 20, corak ruko semakin bervariasi, namun bentuk dasarnya tidak mengalami banyak perubahan, begitu juga dengan denah ruko. Kini, ruko bisa bertingkat hingga 3 atau 4 lantai memberi kesempatan bagi penghuninya untuk mengembangkan usahanya.

Semakin berkembangnya suatu kawasan ruko, menyebabkan nilai ekonomis kawasan semakin meningkat. Pembangunan ruko menjadi tidak terkendali, kurang memperhatikan syarat hunian dan non hunian yang bercampur dalam kawasan tersebut yang menyebabkan terbentuknya bangunan yang tidak manusiawi dan menghilangkan identitas lingkungnannya (Harisdani dan Lubis, 2004).

2.1.4. Perkembangan Ruko di Kota Medan

Di kota Medan, kemunculan ruko timbul akibat perkembangan di bidang perdagangan di awal abad ke-20, khusunya di area pecinan. Ruko pada pecinan ini didesain dengan sistem grid dan terlihat mirip dengan ruko-ruko di wilayah koloni Inggris di Asia Tenggara (Strait Settlement). Ciri-cirinya antara lain, ukiran di atas pintu, dan berbagai jenis jendela di lantai dua. Fasade lantai duanya menjorok ke arah jalan dan memberikan perlindungan bagi pejalan kaki di selasar bawahnya yang juga berfungsi sebagai elemen penyatu ruko satu dengan lainnya. Gaya arsitektur pada ruko-ruko ini merupakan gaya hybrid yang terbentuk melalui kontak penduduk lokal dengan penjajah (Loebis, 2002).


(24)

Gambar 2.1 Ruko-Ruko di Kota Medan pada tahun 1920-an (Sumber : tropenmuseum)

2.1.5. Tipologi Ruko

Ruko sebagai sebuah tipologi arsitektur perkotaan di indonesia sebenarnya memiliki sejarah panjang dan peran yang penting dalam memberi bentuk dan kehidupan kota-kota di indonesia. namun pada perjalanannya, khususnya dalam beberapa dasawarsa terakhir, tipologi ruko tampil dengan citra yang serampangan. Bahkan, ruko juga dikambinghitamkan sebagai salah satu penyebab kesemrawutan kota-kota di Indonesia, Sopandi dalam (Kompas, 2004).

Di pecinan pada kota-kota kolonial , ruko biasanya dibangun di blok kota yang padat dengan gang di belakang dan gang buntu di dua sisi blok (Widodo, 2009). Ruko memiliki bentuk yang sempit dan memanjang. Terkadang teras ruko terhubung dengan teras tetangganya sehingga menciptakan jalan beratap menerus. Jalan ini mengikuti tipologi jalan berukuran lima kaki (five foot way) yang terkadang disebut sebagai "kaki lima". Jalan seperti ini dapat ditemukan di kota-kota permukiman selat yang dikembangkan Inggris contohnya di Penang, Malaka dan Singapura.

Tipikal ruko adalah unit modul hunian berlantai dua yang dibangun di atas tanah berukuran panjang 14 hingga 40 meter dan lebar 3 hingga 5 meter (Widodo,


(25)

2009). Ruko dapat terdiri atas satu atau lebih tipikal modul asal maupun dasar. Selain sebagai hunian, fungsi lain ruko adalah sebagai toko, bengkel, industri rumahan, gudang, hotel, bahkan kuil. Ruko merupakan penyusunan spasial dan memiliki fungsi yang sangat serbaguna dan berkelanjutan.

Menurut Sopandi dalam (Kompas, 2004), Sejalan dengan perkembangan waktu, tipologi ruko juga mengalami perubahan akibat berubahnya nilai-nilai, teknologi, situasi ekonomi, dan budaya bermukim penghuninya. makna ruang-ruang di dalamnya pun turut berubah seiring berubahnya kebiasaan penghuni, misalnya hadirnya pesawat televisi dan barang-barang elektronik, “simplifikasi” altar leluhur (yang makin lama makin ditinggalkan seiring kelunturan tradisi ritual cina), perubahan fungsi komersial (perubahan layout toko, perubahan bentuk usaha, dan lain-lain). pergeseran makna chimchay juga diakibatkan karena berubahnya standar higienitas terhadap area basah atau kotor (dapur, cuci, dan kakus) sehingga bergeser ke bagian belakang rumah. dengan ini modernitas pun ikut hadir ke dalam ruko.


(26)

Gambar 2.2Tipologi Ruko (Wicaksono, 2007)

2.2. Tinjauan Tipologi 2.2.1. Definisi Tipologi

Tipologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “typos” yang berarti kesan atau karakter. Secara harfiah adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang tipe. Menurut Loughlin (1969), tipologi adalah kumpulan dari beberapa bentuk bangunan, ruang atau penggabungan dari keduanya, dalam arti bahwa bagaimana cara membangun suatu hubungan diantara sejumlah objek yang sebanding. Hal inilah yang dapat dikategorikan menjadi sebuah model atau ciri khas. Adanya beberapa karakteristik yang harus diinterpretasi. Sangat cocok digunakan dalam


(27)

proses desain karena berada di antara ide-ide abstrak dan bentuk yang konkret. Tipologi dalam hal ini lebih menitikberatkan sesuatu yang tradisional daripada yang modern.

Tipologi adalah studi tentang tipe. Tipe adalah kelompok dari objek yang memiliki ciri khas formal yang sama. Dalam hal ini tipologi merupakan sebuah bidang studi yang mengklasifikasikan, mengkelaskan, mengelompokkan objek dengan persamaan ciri khas dan sifat dasar ke dalam tipe-tipe tertentu dengan cara memilah bentuk keragaman dan kesamaan jenis (Sulistijowati, 1991). Berdasarkan teori tersebut, maka beberapa bangunan dalam suatu lingkungan yang memiliki keunikan yang sama tentunya dapat diidentifikasi memiliki tipologi yang sama.

Muratory (1910-1973) membedakan tipologi tersebut menjadi 4 tingkatan skala yaitu bangunan, kabupaten, kota dan wilayah. Perincian dan kompleksitas tipe tersebut dapat dibedakan dengan tingkatan. Ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi sebagai tipologi, di antaranya:

a) Unsur-unsur atau bagian dari desainnya. Misalnya bagian-bagian bangunan, ruang dan lain-lain

b) Struktur internal dari unsur-unsur tersebut. Misalnya bagaimana disposisi bangunan dan ruang di lingkungan tersebut

c) Hubungan antara bentuk dan fungsi

d) Material yang terdapat di dalam bangunan tersebut

Tipologi adalah ilmu yang mempelajari sesuatu dengan cermat dengan pendekatan dangkal dan bentuk abstrak dalam modernisme. Muratori memiliki


(28)

maksud eksplisit bahwa metodenya dalam analisa dapat digunakan sebagai dasar untuk desain arsitektur dan perkotaan. Hal ini tercermin dalam kenyataan bahwa ia menggunakan kata “storia operante” (sejarah operasi). Sejarah tidak untuk memuaskan rasa ingin tahu, tetapi juga berguna dalam proses desain.

Berdasarkan pandangan Muratori, tipologi tidak hanya membahas tentang bangunan tetapi juga tentang dinding, jalan, kebun, pembangunan kota dan segala sesuatu yang menentukan bentuk kota dalam jangka waktu tertentu. Dalam karyanya dan karya-karya yang datang setelah itu, lebih ditekankan pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Hal ini dilakukan dengan studi yang cermat dari pengembangan jenis bangunan dalam jaringan perkotaan. Berdasarkan studi ini seseorang mencoba untuk merumuskan pola dasar dari semua jenis, kemudian mencoba untuk merekonstruksi garis perkembangan dari pola dasar ini untuk selanjutnya.

2.2.2. Bentuk, Ruang dan Sirkulasi a. Bentuk

Menurut Bacon dalam D.K. Ching (2008), mengatakan bahwa bentuk arsitektural adalah titik sentuh antara massa dan ruang. Bentuk-bentuk arsitektural tekstur, material, madulasi cahaya dan bayangan, warna, semua berkombinasi untuk menghadirkan suatu kualitas atau roh yang mengartikulasikan ruang. Kualitas arsitektur akan akan ditentukan oleh keahlian sang desainer dalam menggunakan dan menghubungkan elemen-elemen ini, baik itu interior maupun eksterior atau di sekeliling bangunan.


(29)

Bentuk adalah sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna. Bentuk bisa merujuk pada sebuah penampilan eksternal yang dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh manusia yang mendudukinya. Bentuk juga menawarkan rujukan baik pada struktur interior maupun eksterior serta prinsip yang memberikan kesatuan pada keseluruhan. Jika bentuk seringkali menyertakan sebuah massa atau volume yang tiga dimensi, maka bentuk-bentuk dasar lebih terujuk secara khusus pada aspek bentuk-bentuk yang sangat penting yang mengendalikan penampilannya, konfigurasi atau disposisi relatif garis atau kontur yang menentukan batas sebuah figur atau bentuk (D.K. Ching, 2008).

b. Ruang

Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan teraba, menjadi teraba karena memiliki karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato (2007) mengatakan bahwa kini, segala sesuatunya harus berwadah, kasat mata, dan teraba, namun tidak ada sesuatupun yang dapat kasat mata tanpa adanya api, tak ada sesuatupun yang dapat teraba bila tak bermassa dan tak ada sesuatupun yang dapat bermassa tanpa adanya unsur tanah. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis emosional (persepsi), maupun dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak serta menghayati, berfikir dan juga menciptakan ruang untuk menyatakan bentuk dunianya. Secara umum, ruang dibentuk oleh beberapa elemen pembentuk ruang yaitu : 1). Bidang alas atau lantai, merupakan pendukung kegiatan manusia dalam suatu bangunan dan secara struktural harus kuat


(30)

dan awet. Lantai juga merupakan unsur yang penting didalam sebuah ruang, bentuk, warna, pola dan teksturnya akan menentukan sejauh mana bidang tersebut akan menentukan batas-batas ruang dan berfungsi sebagai dasar dimana secara visual unsur-unsur lain di dalam ruang dapat dilihat. Tekstur dan kepadatan material dibawah kaki juga akan mempengaruhi cara kita berjalan di atas permukaannya. 2). Bidang dinding atau pembatas, yaitu unsur perancangan bidang dinding yang dapat menyatu dengan bidang lantai atau dibuat sebagai bidang yang terpisah. Bidang tersebut bisa sebagai latar belakang yang netral untuk unsur-unsur lain di dalam ruang atau sebagai unsur visual yang aktif didalamnya. Bidang dinding ini dapat juga transparan seperti halnya sebuah sumber cahaya atau suatu pemandangan. 3). Bidang langit-langit atau atap, adalah unsur pelindung utama dari suatu bangunan dan berfungsi untuk melindungi bagian dalam dari pengaruh iklim. Bentuknya ditentukan oleh geometris dan jenis material yang digunakan pada strukturnya serta cara meletakannya dan cara melintasi ruang diatas penyangganya. Secara visual bidang atap merupakan „topi‟ dari suatu bangunan dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap bentuk bangunan dan pembayangan.

Jadi, Ruang merupakan bagian ruang di dalam sebuah bangunan dan dipisahkan oleh dinding atau partisi dari ruang-ruang serupa (D.K. Ching, 2008)


(31)

c. Sirkulasi

Menurut D.K. Ching (2008), mengatakan bahwa sirkulasi merupakan pergerakan manusia yang dianggap sebagai elemen penyambung inderawi yang menghubungkan ruang-ruang sebuah bangunan atau serangkaian ruang eksterior atau interior maupun secara bersama-sama. Sebelum benar-benar berjalan memasuki interior suatu bangunan, seseorang mencapai pintu masuknya melalui sebuah jalur. Ini adalah tahap pertama sistem sirkulasi yang ketika tengah menempuh pencapaian tersebut seseorang disiapkan untuk melihat, mengalami dan memanfaatkan ruang-ruang di dalam sebuah bangunan. Proses memasuki sebuah bangunan, ruang di dalam bangunan ataupun area ruang eksterior tertentu akan melibatkan aksi menembus suatu bidang vertikal yang membedakan suatu ruang dari ruang lainnya, serta memisahkan makna “di sini” dan “di sana”. Jalur dapat dikaitkan dengan ruang-ruang yang dihubungkannya melalui beberapa cara berikut :

1) Melewati Ruang, yaitu Integritas setiap ruang dipertahankan, konfigurasi jalurnya fleksibel dan ruang ruang yang menjadi perantara dapat digunakan untuk menghubungkan jalur dengan ruang-ruangnya.


(32)

2) Lewat Menembusi Ruang, yaitu jalur dapat melalui sebuah ruang secara aksial, miring atau di sepanjang tepinya dan ketika menembusi ruang, jalur menciptakan pola-pola peristirahatan dan pergerakan di dalamnya.

Gambar 2.4 Sirkulasi Menembusi Ruang

3) Menghilang di dalam Ruang, yaitu lokasi ruangnya menghasilkan jalurnya dan hubungan jalur jalur ruang ini digunakan untuk mencapai atau memasuki ruang-ruang penting baik secara fungsional maupun simbolis.


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan di bahas metodologi yang akan diaplikasikan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Tujuan utama dari bab ini adalah untuk menjelaskan pemakaian berbagai jenis metode dan alat yang digunakan dalam mengumpulkan, menganalisa dan membuktikan data dalam penelitian ini.

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif mengenai perkembangan tipologi rumah toko di kawasan jalan Pasar Lama Kesawan, jalan Brigjend Katamso dan jalan Setiabudi. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena pada subjek penelitian yang diperoleh dengan cara mendeskripsikan fenomena tersebut ke dalam bentuk kata dan menggunakan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005). Pada umumnya, penelitian yang biasa menunjang penggunaan pengumpulan data dengan metode kualitatif adalah penelitian deskriptif. Menurut Sinulingga (2011), yang di maksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk mendeskripsikan suatu objek atau populasi secara sistematis, faktual dan akurat.

Metode penelitian ini digunakan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengidentifikasi perkembangan tipologi ruko pada zaman sebelum


(34)

kemerdekaan, orde baru dan sekarang antara lain yaitu dengan aspek-aspek tata ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan, fungsi dan aktifitas. Melalui metode kualitatif deskriptif ini, peneliti akan mendeskripsikan perkembangan tipologi ruko yang terjadi secara detail sesuai dengan periodenya.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai dan mengambil nilai yang beragam, Sekaran dalam (Sinulingga, 2011). Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah meneliti perkembangan tipologi ruko di kota Medan, antara lain yaitu aspek-aspek dari tata ruang luar, tata ruang dalam, massa, dan perwajahan, fungsi dan aktifitas.

Tabel 3.1Tabel Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator Metode Penelitian

1 Bentuk

Tekstur

Survey Visual Warna

Material

2 Ruang

Bidang alas atau lantai

Survey Visual dan Wawancara Bidang dinding atau

pembatas

Bidang langit-langit atau atap


(35)

Fungsi dan Aktifitas

3 Sirkulasi

Melewati Ruang

Survei Visual Menembusi Ruang

Menghilang di dalam Ruang

3.3. Populasi / Sampel

Sampling dalam penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk memilih sebanyak mungkin informasi dari penghuni ruko tersebut yang memahami awal berdirinya ruko, fungsinya maupun perubahan yang terjadi. Hal ini ditujukan untuk merinci ciri khas yang ada. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak ada sampel yang random, yang ada hanyalah sampel yang bertujuan (purposive sampling) (Moleong, 2005).

Dalam penelitian sampel ini dipilih dengan melalui metode purposive sampling. Adapun yang dimaksud dengan purpossive sampling adalah metode pengambilan sampel yang disengaja atau ditentukan karena sampel tersebut memenuhi kriteria tertentu yang sebelumnya telah ditentukan (Sinulingga, 2011). Kriteria yang dimaksud dalam penelitian yang dimaksud antara lain bangunan ruko yang mewakili era pembangunan ruko pada zaman sebelum kemerdekaan, orde baru dan ruko sekarang. Dalam memilih ruko kolonial atau periode sebelum kemerdekaan, dipilihlah ruko-ruko yang memiliki cirri-ciri arsitektur kolonial dan dilihat dari segi fasadnya tidak mengalami perubahan yang signifikan yang terdapat dikawasan Kesawan. Sedangkan untuk bangunan ruko pada zaman orde


(36)

baru (tahun 90-an) dipilih berdasarkan fungsinya, yaitu rumah tinggal sekaligus tempat usaha dan bangunan ruko yang disewakan oleh orang lain sebagai kantor yang terdapat dikawasan jalan Brigjend Katamso. Kemudian untuk ruko periode setelah reformasi dipilihlah ruko yang memiliki cirri-ciri arsitektur modern yang terdapat dikawasan jalan Setiabudi.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pada metode ini, metode pengumpulan data terbagai atas 2 macam yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari langsung di lapangan dan narasumber. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain sehingga tidak perlu mencari sendiri oleh peneliti. Berdasarkan 2 jenis penelitian tersebut, data-data yang ingin dikumpulkan adalah sebagai berikut :

a. Data Fisik

Pada data fisik, variabel-variabel yang ingin diperoleh mengenai tipologi pada rumah toko di kota Medan yaitu :

1. Data tipologi ruko, berupa bentuk, ruang, dan fasad

2. Data fungsi dan aktifitas ruko, berupa denah dan wawancara

3. Data kepemilikan, berupa social background pemilik, usia bangunan dan perubahan yang terjadi.

b. Data Fungsi dan Aktifitas

Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data ini adalah dengan cara mencatat, mengambil data-data visual, foto aktifitas-aktifitas yang terjadi di


(37)

ruko dan melakukan wawancara langsung oleh narasumber. Adapun tujuan dari metode pengumpulan data ini yaitu untuk mengambil gambaran umum mengenai fungsi dan aktifitas masyarakat terhadap tipologi ruko di lokasi penelitian. Data-data tersebut dapat diperoleh disaat terjadinya aktifitas di lingkungan maupun di dalam ruko itu sendiri.

c. Latar Belakang Sosial

Pada data ini, yang diambil yaitu berupa data-data latar belakang sosial pelaku, seperti jenis kelamin, usia, alamat dan sebagainya. Data ini dapat dilakukan dengan cara mewawancarai langsung responden atau mengisi kuisioner yang diberikan yang menjadi sampel pada saat pemetaan perilaku berdasarkan pelaku.

3.5. Kriteria Kawasan Penelitian

Kriteria kawasan penelitian yang akan diteliti merupakan kawasan rumah toko yang berada di kota Medan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Bangunan ruko dari usia sebelum kemerdekaan 2. Bangunan ruko dari jaman orde baru atau tahun 90-an 3. Bangunan ruko setelah reformasi atau sekitar tahun 2000-an


(38)

3.6. Kawasan Penel

Berdasarkan kri ruko yang dipilih adal 1. Rumah toko Ke Kesawan, Medan.

Jl. Setiabudi

Kesawan

Jl. B. Katamso nelitian

Gambar 3.1Peta Kecamatan Kota Medan

kriteria kawasan penelitian tersebut, maka bebe dalah :

Kesawan yang berada di kawasan Pasar La dan.

Jl. Setiabudi

Kesawan

Jl. B. Katamso

dan

beberapa kawasan

Lama, Kelurahan Jl. Setiabudi

Kesawan


(39)

2. Rumah toko Katamso, yang berada di Jl. Brigjend Katamso. 3. Rumah toko Setiabudi yang berada di Jl. Setiabudi.

Alasan mengapa peneliti memilih ketiga kawasan ini karena bangunan ruko itu sendiri memiliki nilai-nilai yang berbeda bila dilihat dari segi fasad, periodesasi, gaya arsitektur dan fungsinya, sehinggga berpengaruh pada tipologi rumah tokonya.

3.7. Metode Analisis Data

Adapun tahapan-tahapan menganalisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan penelitian data-data sekunder adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi tipologi rumah toko :

- Pola ruang, organisasi ruang dan sistem sirkulasi - Kualitas ruang

- Bentuk / pola fasad

2. Mengidentifikasi fungsi dan aktifitas pada ruko

Pada tahap pelaksanaan dilakukannya observasi di lokasi penelitian yang di perkuat dengan foto untuk validasi data, pembuatan sketsa atau diagram pemetaan perilaku pada sampel terhadap setting, melakukan gambaran mengenai ruko lama dan ruko baru dan melakukan wawancara kepada sampel penelitian. Jika seluruh data yang telah diteliti sudah terkumpul, selanjutnya adalah melakukan pengelompokan data untuk di analisa.


(40)

BAB IV

GAMBARAN UMUM KAWASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan kawasan yang menjadi lokasi dalam penelitian ini. Adapaun yang menjadi bahasan dalam penelitian ini antara lain: deskripsi kawasan Kesawan, Jl. Brigjend Katamso dan Jl. Setiabudi yang menjadi objek dalam penelitian ini.

4.1. Deskripsi Kawasan Penelitian

Studi kasus yang akan diteliti dalam penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki usia bangunan ruko yang berbeda di Kota Medan. Berdasarkan kriteria pemilihan kawasan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka tipologi rumah toko yang akan diteliti adalah tipologi rumah toko di kawasan Kesawan, Jalan Brigjend Katamso dan Jalan Setiabudi.


(41)

Gambar 4.2Peta Lokasi Penelitian(Sumber: google maps)

4.1.1. Pasar Lama Kesawan

Pasar Lama, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Sumatera Utara. Kecamatan Medan Barat luas wilayahnya sebesar 5,40 km2. Kecamatan Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah 70.771 Jiwa (2012). Wilayah penelitian ini dibatasi pada koridor Jalan Mayjend Sutoyo saja dimana pada jalan ini dapat kita temukan ruko kolonial yang mulai dibangun pada zaman sebelum kemerdekaan.


(42)

Gambar 4.3Peta Lokasi dan Batasan Wilayah Penelitian(Sumber: google earth)

Pasar Lama atau dalam bahasa Belanda disebut dengan Oude Markt

merupakan pasar pertama yang berada di Kelurahan Kesawan, Medan yang mulai berdiri sejak tahun 1886. Pasar ini mewadahi kebutuhan masyarakat di sekitarnya sebelum kemunculan Pasar Ikan Lama di Jalan Stasiun dan di Jalan Perniagaan (1906). Hingga saat ini, etnis Tionghoa masih menyebut pasar tersebut sebagai 老巴杀 (Hanyu Pinyin: Lǎ o Bāshā, Hokkian Peh-ōe-jī: Lāu Pa-sat). Hal ini terjadi karena etnis Tionghoa generasi 1900-an biasanya menyebut nama suatu kawasan dengan sebutan yang dipakai sejak zaman kolonial Belanda (Sumber: Pradityo, 2013).


(43)

Gambar 4.4

Berdasarkan pe Markt (Mayjend Suto ini batasnya hanya me Markt belum dibang Jalan Imam Bonjol da tahun 1913 telah diba (Mayjend Sutoyo) den pada tahun 1925 mula satu bangunannya ya lenyap dan di eks laha

4.4Peta Oude Markt Tahun 1895(Sumber : KI

peta tahun 1895 di atas dapat diketahui bahw utoyo) belum sepanjang seperti saat ini, Pada t

mencapai persimpangan Jalan Hindu. Selain it ngun jembatan yang dapat menghubungkan j ol dan Jalan Kejaksaan (Kawasan Lapangan

dibangun jembatan yang menghubungkan Jala dengan Jalan Imam Bonjol. Seiring dengan ber

ulailah berdirinya blok massa bangunan di kaw yaitu Deli Bioscoop, namun bangunan itu ahannya berdiri deretan ruko.

KITLV)

bahwa Jalan Oude da tahun 1895 jalan n itu di Jalan Oude n jalan ini dengan n Benteng). Pada Jalan Oude Markt erjalannya waktu, kawasan ini. Salah u sekarang sudah


(44)

Gambar 4.5Pet

Kini pada kawa pasar ini tidak terletak terletak di Jalan Hindu. O

Koridor jalan dibangun pada zama beberapa tipe ruko y periodenya, maka ruko kriteria bangunan ruko

4.1.2.Jalan Brigjend K Jalan Brigjend Selatan Kota Medan

Peta Jalan Mayjend Sutoyo(Sumber: CAD Kot

wasan Oude Markt ini masih terdapat suatu tak di sepanjang Jalan Mayjend Sutoyo seperti ndu. Oleh karena itu pasar ini disebut sebagai Pa n Mayjend Sutoyo didominasi oleh banguna

man kolonial. Berdasarkan observasi lapanga uko yang dibangun dalam periode yang berbeda

uko-ruko dikoridor Jalan Brigjend Katamso ini uko yang dibangun sejak zaman sebelum kemer

nd Katamso

nd Katamso, Kecamatan Medan Maimun terle an merupakan kawasan yang cukup terkenal de

ota Medan)

tu pasar. Namun, perti dulu. Pasar ini

i Pasar Hindu. gunan ruko yang pangan, ditemukan eda. Berdasarkan ini diambil dengan

erdekaan.

erletak di wilayah l dengan beberapa


(45)

bangunan bersejarahn 1980-an. Kawasan ini Koridor jalan terdapat bangunan Ist ditemukan beberapa Berdasarkan perioden diambil dengan krite sampai dengan tahun 90

Gambar 4.6P

4.1.2. Jalan Setiabud Jalan Setiabudi Kawasan ini didomina efisien dan dekat deng sangat ramai dilalui.

hnya seperti Istana Maimoon dan bangunan r n ini mulai berkembang pesat sejak tahun 1891.

n Brigjend Katamso didominasi oleh banguna n Istana Maimoon Medan. Berdasarkan obse

pa tipe ruko yang dibangun dalam periode odenya, maka ruko-ruko dikoridor Jalan Brigje

iteria bangunan ruko yang dibangun sejak za hun 90-an.

Peta Jalan Brigjend Katamso(Sumber: Googl

udi

budi, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Me inasi oleh bangunan-bangunan ruko sebagai la dengan area kampus universitas sumatera, sehingg

ui. Dilihat dari segi desain, gaya arsitektur ma

n ruko lama tahun hun 1891.

ngunan ruko dan observasi lapangan, ode yang berbeda. gjend Katamso ini zaman orde baru

oogle Earth)

Medan Selayang. i lahan bisnis yang hingga kawasan ini maupun fasadnya,


(46)

bangunan-bangunan ruko dikawasan ini pun cukup beragam. Namun, bangunan ruko dikawasan ini banyak yang lebih memilih dengan fasad atau wajah bangunan minimalis mengikuti perkembangan zaman.


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil dan pembahasan terkait dengan studi kasus pada penelitian ini. Kemudian akan dilakukan analisa perkembangan tipologi ruko dengan cara menarpkan variable pada objek penelitian. Dengan demikian akan ditemukan hal-hal yang melatarbelakangi perkembangan tipologi ruko berdasarkan 3 periode, yaitu ruko periode sebelum kemerdekaan, ruko periode orde baru dan ruko periode setelah reformasi.

5.1. Analisis Perkembangan Tipologi

Berikut ini adalah analisis perkembangan tipologi ruko pada perwakilan ruko di 3 kawasan penelitian dengan kriteria ruko periode sebelum kemerdekaan, ruko periode orde baru dan ruko periode setelah reformasi.

Sebelum Kemerdekaan Orde Baru Setelah Reformasi Gambar 5.1Perwakilan Bentuk Ruko Berdasarkan Periode


(48)

5.1.1. Analisis Perkembangan Bentuk

5.1.1.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1910-an)

Pada bangunan ruko tipe 1 ini (Gambar 5.2), di desain dengan menggunakan tekstur yang merupakan tekstur yang mendominasi pada bangunan jaman koloni Inggris di Asia Tenggara (Strait Settlement). Ciri-cirinya antara lain, terdapat ukiran atau ornamen yang bergaya eropa pada tiang, dinding dan ukiran diatas jendela. Pewarnaan yang digunakan pun hanyalah warna putih, tidak ada perpaduan dengan warna yang lain. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penghuni ruko ini kerap sekali mengubah warna bangunan sesuai keinginannya (Gambar 5.2).


(49)

Kemudian, material yang digunakan juga masih menggunakan bahan bangunan koloni asli peninggalan jaman penjajahan di kota Medan. Adapun material yang digunakan pada bangunan ruko ini, yaitu :

Gambar 5.3Detail Bentuk Ruko Tahun 1910-an

a. Pintu

Elemen pintu pada ruko ini mendominasi fasad lantai 1 ruko. Model pintu panel lipat berbahan kayu (Gambar 5.4).

Gambar 5.4Pintu Panel Lipat berbahan kayu

Pintu Fanlight

Kisi-kisi kaca Nako Ornamen

Lengkungan Atap


(50)

b. Jendela

Ruko ini mengg kaca nako dan

fanlight ini seda abad ke-20. Ruko masih menggun pada bukaan r pun harus diim

c. Dinding Untuk dinding polos bertekstur

Kisi-kisi ka Nako

enggunakan jendela bermodel 1 daun jendela de dan pada atas jendela terdapat fanlight. Model

sedang menjadi tren dan dapat ditemui pada ruko 20. Ruko yang dihuni oleh etnis Tionghoa pada sa

nggunakan jendela berbahan kayu. Penggunaan n ruko masih sangat minim. Material banguna us diimpor untuk memenuhi permintaan mereka (Ga

Gambar 5.5Detail Jendela dan Fanlight

nding pada ruko ini digunakan dinding bata de kstur halus (Gambar 5.6).

Dinding Bata Plaste Gambar 5.6Detail Dinding Bata Plasteran

si kaca ko

la dengan kisi-kisi Model jendela dengan ruko-ruko di awal saat itu umumnya unaan material kaca unan seperti kaca (Gambar 5.5).

ght

dengan plasteran

asteran

ran


(51)

d. Ornamen

Ornamen dalam arsitektur berperan sebagai dekorasi yang berfungsi untuk memperindah suatu bangunan. Gaya ornamen biasanya ditentukan oleh suatu budaya. Setiap kelompok budaya biasanya memiliki ornamen yang mencerminkan mereka. Pada ruko ini ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen lengkungan yang berada pada sekeliling jendela, ornament tersebut merupakan ornament bergaya eropa. Umumnya ornamen bergaya eropa ini lazim digunakan pada ruko yang saat itu ditempati oleh etnis Cina (Gambar 5.7).

Ornamen Lengkungan Gambar 5.7Detail Ornamen Lengkungan

e. Atap

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini bukanlah atap asli pada ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng yang terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan atap


(52)

2. Ruko Tipe 2 (Tahun 1940-an)

Pada bangunan ruko tipe 2 ini (Gambar 5.9), tidak jauh beda dengan desain bangunan ruko pada tipe 1 diatas (Gambar 5.2), karena ruko ini juga di desain dengan menggunakan tekstur yang merupakan tekstur yang mendominasi pada bangunan jaman koloni Inggris di Asia Tenggara (Strait Settlement). Cirri-cirinya antara lain, terdapat ukiran atau ornamen yang bergaya eropa pada tiang, dinding dan ukiran diatas jendela. Pewarnaan yang digunakan pun hanyalah warna putih, tidak ada perpaduan dengan warna yang lain dan perubahan warna bangunan ini.


(53)

Untuk material yang digunakan juga masih menggunakan bahan bangunan koloni asli peninggalan jaman penjajahan di kota Medan. Adapun material yang digunakan pada bangunan ruko ini, yaitu :

Gambar 5.10Detail Bentuk Ruko Tahun 1940-an

a. Pintu

Elemen pintu pada ruko ini mendominasi fasad lantai 1 ruko. Model pintu buka 2 atau ganda berbahan kayu yang merupakan peninggalan jaman belanda di Medan (Gambar 5.11).

Pintu fanlight

Kisi-kisi kaca Nako Ornamen

Lengkungan Atap


(54)

b. Jendela

Ruko ini menggunakan jendela bermodel 1 daun jendela dengan kisi-kisi kaca nako dan pada atas jendela terdapat fanlight (Gambar 5.12).

Gambar 5.12Detail Jendela dan Fanlight

c. Dinding

Untuk dinding pada ruko ini menggunakan jenis material dinding beton dengan plasteran polos bertekstur halus.

d. Ornamen

Ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen lengkungan juga yang berada pada sekeliling jendela (Gambar 5.13).

Ornamen Lengkungan Gambar 5.13Detail Ornamen Lengkungan

Fanlight Kisi-kisi kaca


(55)

e. Atap

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini bukanlah atap asli pada ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng yang terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan atap

Ngang Shanseperti atap pada ruko tipe 1 diatas (Gambar 5.8).

5.1.1.2. Ruko Periode Orde Baru 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1980-an)

Pada bangunan ruko tipe 1 ini (Gambar 5.14), masih memperlihatkan desain bangunan dengan menggunakan tekstur yang merupakan tekstur yang mendominasi pada bangunan jaman koloni Belanda, namun jika diperhatikan ada sedikit perpaduan dengan tekstur bangunan Hindia. Cirri-cirinya antara lain, terdapat tekstur dinding yang kasar dan motif yang digunakan. Pewarnaan yang digunakan merupakan warna yang tidak cerah seperti bangunan-bangunan Hindia.


(56)

Gambar 5.14Bentuk Ruko Tahun 1980-an

Material bangunan yang digunakan pada bangunan ruko ini bisa dilihat dibawah ini, yaitu :

Gambar 5.15Detail Bentuk Ruko Tahun 1980-an

Ornamen Silang

Pintu Lipat Besi fanlight

2 daun jendela / jendela gendong


(57)

a. Pintu

Element pintu panel lipat be (Gambar 5.16)

b. Jendela

Ruko ini meng dengan daun pi bawah menggun c. Dinding

Untuk dinding polos bertekstur

Gamba

ntu pada ruko ini mendominasi fasad lantai 1 ruko. berbahan kayu dan dilengkapi dengan pintu 5.16).

Gambar 5.16Detail Pintu Lipat Besi

enggunakan jendela bermodel 2 daun jendela un pintu dan terdapat fanlight diatasnya. Untuk

ggunakan model jendela mati.

nding pada ruko ini digunakan dinding bata de kstur kasar (Gambar 5.17).

Dinding bertekstur K bar 5.17Detail Dinding Bata Plasteran Kasar

Pint

1 ruko. Model pintu ntu atau jeruji besi

ndela yang menyatu ntuk bagian depan

dengan plasteran

ur Kasar

asar


(58)

d. Ornamen

Ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen silang yang biasa digunakan sebagai sirkulasi udara diatas jendela Gambar 5.18).

Gambar 5.18Detail Ornamen Silang

e. Atap

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini juga bukanlah atap asli pada ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng yang terbuat dari tanah liat.

2. Ruko Tipe 2 (Tahun 1990-an)

Pada bangunan ruko tipe 2 ini (Gambar 5.19) menggambarkan desain bangunan yang biasa saja, tidak ada tekstur khusus yang digunakan. Namun desain ruko seperti ini banyak dijumpai pada bangunan ruko yang berdiri pada tahun 90-an. Pada era tahun 90-an tersebut, desain bangunan seperti ini adalah khasnya dengan cirri-ciri bangunan berlantai 3, fasad lantai 2 condong ke depan dan terdapat deretan jendela dan terkadang pada fasad bangunan terdapat dinding yang dilapisi dengan keramik putih. Biasanya, warna yang


(59)

digunakan adalah warna putih menyerupai warna bangunan ruko di sebelahnya.

Gambar 5.19Bentuk Ruko Tahun 1990-an

Material pintu berbahan alumunium pada bangunan ruko tahun 90-an ini adalah material yang banyak digunakan hingga bangunan ruko zaman sekarang ini. Material yang digunakan tersebut, antara lain :

Gambar 5.20Detail Bentuk Ruko Tahun 1990-an

Fanlight Atap

Kisi-kisi

kaca Nako Ornamen


(60)

a. Pintu

Pada ruko ini, elemen pintu pada ruko ini mendominasi fasad lantai 1 ruko. Model pintu panel lipat berbahan besi, namun pada bagian dalam pintu terdapat pintu lipat berbahan alumunium (Gambar 5.21).

Gambar 5.21Detail Pintu Lipat Alumunium

b. Jendela

Ruko ini menggunakan jendela bermodel 2 sampai 5 daun jendela dengan kisi-kisi kaca nako dan pada atas jendela terdapat fanlight (Gambar 5.22).

Gambar 5.22Detail Jendela dan Fanlight

c. Dinding

Untuk dinding pada ruko ini menggunakan jenis material dinding bata dengan plasteran polos bertekstur halus.

Pintu Lipat Alumunium

Fanlight

Kisi-kisi kaca Nako


(61)

d. Ornamen

Ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen susunan bata yang tidak di plester. Namun, ornamen disini tidaklah memiliki makna budaya atau gaya dalam arsitekur (Gambar 5.23).

Gambar 5.23Detail Ornamen Bata

e. Atap

Bentuk atap pada ruko ini juga merupakan atap pelana menyamping dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap yang digunakan pada ruko ini adalah atap pelana. Atap ini masih memiliki keaslian beberapa saja, selebihnya masih baru atau sebagai pengganti atap yang sudah tidak layak pakai.

5.1.1.3. Ruko Periode Setelah Reformasi 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 2000-an)

Pada bangunan ruko tipe 1 ini (Gambar 5.24), merupakan desain dengan tekstur minimalis dan batu alam yang pada saat ini telah menjadi tren bangunan-bangunan di Indonesia untuk memperindah bangunan tersebut. Tekstur minimalis seperti tidak hanya terdapat pada bangunan ruko atau rumah saja, tetapi telah menjamur pada bangunan kantor, sekolah dan


(62)

lainnya. Warna yang digunakan pun adalah warna-warna yang cerah dengan paduan warna gelap seperti warna merah, abu-abu, hitam, kuning, putih dan sebagainya.

Gambar 5.24Bentuk Ruko Tahun 2000-an

Material yang digunakan pada bangunan ruko ini merupakan jenis material modern yang saat ini telah berkembang sesuai dengan konsep minimalisnya. Adapun material yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 5.25Deatail Bentuk Ruko Tahun 2000-an

Pintu Lipat Kayu

Atap Seng Ornamen

Modern Atap Beton

Pintu Lipat Besi

Fanlight Pintu & Jendela


(63)

a. Pintu

Model pintu pada lantai 1 ruko ini menggunakan pintu panel lipat berbahan kayu dan jarak 2.5 m dari pintu ruko dipasang pintu panel lipat berbahan besi. Kemudian pada lantai 2 terdapat pintu kaca berbahan alumunium yang menyatu dengan jendela (Gambar 5.26).

Gambar 5.26Detail Pintu Lipat Kayu

b. Jendela

Pada lantai 1 ruko ini, tidak terdapat jendela tapi terdapat beberapa lubang angin atau fanlight saja. Dan pada lantai 2 barulah ditemukan jendela kaca yang menyatu dengan pintu kaca berbahan alumunium (Gambar 5.27).


(64)

c. Dinding

Untuk dinding pada ruko ini digunakan dinding bata dengan plasteran polos bertekstur halus. Namun beberapa bagian dinding yang di lapisi dengan tekstur batu alam (Gambar 5.28).

Gambar 5.28Detail Dinding

d. Ornamen :

Ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen modern yang biasa digunakan sebagai sirkulasi udara diatas jendela, tidak ada ornamen khusus yg lain (Gambar 5.29).

Gambar 5.29Detail Ornamen

e. Atap :

Ruko ini menggunakan atap beton atau digunakan sebagai rooftop. Kemudian pada lantai satu terdapat atap berbahan seng (Gambar 5.30).

Gambar 5.30Detail Atap Beton

Dinding bertekstur

dan lapis Batu Alam


(65)

Temuan

Berdasarkan hasil penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat corak atau tekstur yang bervariasi pada bangunan ruko seiring dengan perkembangan zaman. Begitu juga dengan material maupun warna yang digunakan. Bentuk dasar ruko rata-rata material yang digunakan adalah dinding dari bata, atapnya terbuat dari genting atau seng. Satu deret ruko biasanya terdiri dari belasan unit yang digandeng menjadi satu. Namun dengan demikian, perubahan tekstur, material maupun warna yang bervariasi, tidaklah berpengaruh terhadap bentuk dasar ruko tersebut (Lombard dalam Kurniawan, 2010).

5.1.2. Analisis Perkembangan Ruang

5.1.2.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1910-an)


(66)

Ruko tipe ini dibangun pada tahun 1910-an yang berlantai 2 dan dihuni oleh 4 orang bahkan lebih. Ruko ini tidaklah digunakan oleh pemiliknya lagi, tetapi ruko ini di sewakan kepada orang lain dan pemilik ruko tersebut lebih memilih untuk tinggal di tempat tinggal yang lain yang jauh dari ruko tersebut. Fungsi ruko ini pun beragam di setiap lantainya, diantaranya pada lantai satu digunakan sebagai ruang konsultasi/percetakan dan pada lantai duanya digunakan sebagai ruang kontraktor (Gambar 5.33).

Gambar 5.32Aktifitas di Ruang Konsultasi dan Ruang Kontraktor


(67)

Keterangan (Gambar 5.33): a. Lantai 1 :

- Ruang Konsultasi - Ruang Kerja - Dapur - KM / WC - Mushollah

b. Lantai 2 :

- Ruang Kontraktor - Ruang Istirahat - Ruang Kantor - KM / WC - Dapur

Gambar 5.34Detail Lantai di Ruang Kerja Ruko

Bidang alas atau lantai yang digunakan pada ruko ini merupakan lantai keramik bertekstur kasar dan merupakan tipe keramik keluaran lama dengan pewarnaan yang tidak begitu cerah ( Gambar 5.34).


(68)

Gambar 5.35Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1

Berdasarkan gambar 5.35, setiap pembatas ruangan tidak menggunakan dinding bata seperti layaknya rumah biasa, tetapi menggunakan dinding partisi yang terbuat dari kayu dan papan. Hanya pada beberapa bagian ruangan saja yang menggunakan pembatas dinding bata. Keaslian dari bangunan ruko yang dibangun sebelum kemerdekaan ini masih terbilang diatas 50%, karena tidak banyak perubahan atau renovasi yang dilakukan. Renovasi yang dilakukan tersebut adalah renovasi pada dinding-dinding praktisi dengan waktu 1 tahun sekali renovasi, penambahan ruang belakang untuk mushollah, tangga beton dan perubahan warna bangunan.

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini bukanlah atap


(69)

asli pada ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng yang terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan atapNgang Shan(Gambar 5.36).

Gambar 5.36Detail Atap Ngang Shan

2. Ruko Tipe 2 (Tahun 1940-an)

Gambar 5.37Skema Ruang Ruko Tahun 1940-an

Ruko ini dibangun pada tahun 1940-an dan terdiri dari 2 lantai. Ada hal yang unik pada ruko ini, yaitu pada fungsinya yang hanya digunakan 1 lantai saja (lantai bawah) tidak ada ruangan lain lagi dan pada lantai 2 ruko tersebut tidaklah lagi digunakan karena sudah tidak layak. Fungsi ruko tersebut digunakan sebagai tempat percetakan bon, faktur dan lain-lain.


(70)

Penghuni ruko ini ada 4 orang. Status kepemilikan ruko ini sama dengan ruko diatas yaitu dengan menyewa ruko tersebut sebagai tempat usaha.

Gambar 5.38Aktifitas di dalam ruko

Bidang alas atau lantai yang digunakan pada ruko ini tidak menggunakan lantai keramik, tetapi menggunakan lantai semen bertekstur kasar.


(71)

Keterangan (Gambar 5.39) a. Lantai 1 :

- Digunakan sebagai tempat percetakan bon, faktur, dan lain-lain b. Lantai 2 :

Tidak difungsikan lagi

Gambar 5.40Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 2

Berdasarkan gambar 5.40, dinding yang digunakan adalah dinding bata bertekstur halus dan dilapisi dinding partisi berbahan tripleks. Tidak banyak renovasi yang dilakukan terhadap ruko ini, hanya saja ada penambahan plafon yang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang atau disebut dengan mezanine dan tangga yang digunakan menuju ke plafon tersebut terpasang merekat pada dinding ruko yang terbuat dari kayu.

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini bukanlah atap


(72)

yang terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan atapNgang Shanseperti atap pada ruko tipe 1 diatas (Gambar 5.36).

5.1.2.2. Ruko Periode Orde Baru 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1980-an)

Gambar 5.41Skema Ruang Ruko Tahun 1980-an

Ruko ini merupakan ruko yang dibangun pada tahun 1980-an dan memiliki 3 lantai. Ruko ini tidak lagi dihuni pemilik aslinya, melainkan disewakan oleh orang lain sebagai cafe yang terdapat pada lantai 1 dan pada lantai 2 digunakan sebagai kantor notaris.


(73)

Gambar 5.43Cafe (Lantai 1)


(74)

Keterangan (Gambar 5.44) : a. Lantai 1 :

- Cafe - Dapur - KM / WC b. Lantai 2 :

- Ruang Kerja

- Ruang Konsultasi - Ruang Pengacara - KM / WC

- Dapur c. Lantai 3 :

Tidak difungsikan

Gambar 5.45Detail Lantai di Koridor Ruko Tipe 1

Bidang alas atau lantai yang digunakan pada ruko ini juga merupakan lantai keramik bertekstur kasar dan merupakan tipe keramik keluaran lama dengan pewarnaan yang tidak begitu cerah seperti yang terdapat pada ruko tipe 1 periode sebelum kemerdekaan diatas (Gambar 5.45).


(75)

Gambar 5.46Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1

Berdasarkan gambar 5.46, bangunan ruko ini hanya memiliki 1 ruangan tertutup saja, selebihnya adalah ruangan yang tergabung menjadi satu atau ruangan terbuka yang saling berhubungan dengan ruangan lain. Setiap pembatas ruangan tidak menggunakan dinding bata seperti layaknya rumah biasa, tetapi menggunakan dinding partisi yang terbuat dari kayu dan papan, kecuali kamar mandi yang menggunakan pembatas dinding bata. Untuk renovasi terhadap ruko ini pun tidaklah banyak dilakukan sama halnya


(76)

dengan ruko tua dikawasan Kesawan tersebut, hanya melakukan perawatan dinding partisi maupun perubahan warna bangunannya.

Gambar 5.47Detail Atap Ruko Tipe 1

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana memanjang ke belakang dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini juga bukanlah atap asli pada ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng yang terbuat dari tanah liat (Gambar 5.47).

2. Ruko Tipe 2 (Tahun 1990-an)

Gambar 5.48Skema Ruang Ruko Tahun 1990-an

Ruko tipe ini dibangun pada tahun 1990-an yang berlantai 3 dan dihuni oleh 8 orang. Ruko ini digunakan oleh pemiliknya sendiri sebagai


(77)

tempat usaha yang terdapat pada lantai 1 dan tempat tinggal terdapat pada lantai atasnya (Gambar 5.49 dan 5.50).

Gambar 5.49Suasana Ruang di Lantai 1


(78)

Keterangan (Gambar 5.51): a. Lantai 1 :

- Tempat Usaha - 1 Tempat Tidur - Dapur

- KM / WC b. Lantai 2 :

- Ruang Keluarga - Ruang Tidur

- Utama

- Ruang Tidur 1 - KM / WC c. Lantai 3 :

- Ruang Tidur 2 - Ruang Santai - Balkon & area - Jemur

Gambar 5.52Detail Lantai di Koridor Dapur Ruko Tipe 2


(79)

Berdasarkan gambar 5.52 dan 5.53, bidang alas atau lantai yang digunakan pada ruko ini merupakan lantai keramik bertekstur halus tapi masih mrnggunakan tipe keramik keluaran lama dengan pewarnaan berwarna putih. Pada lantai 3, lantai yang digunakan adalah lantai kayu dan penggabungan dengan lantai semen halus yang tidak di keramik.

Gambar 5.54Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1

Pembatas ruang yang terdapat pada ruko ini juga rata-rata menggunakan dinding praktisi daripada dinding bata. Pada tahun 1994 ruko ini mengalami renovasi yaitu dengan penambahan lantai atas yang awalnya hanya 2 lantai, kini mendjadi 3 lantai. Namun, lantai yang terdapat di lantai 3 bukanlah lantai seperti biasanya yang menggunakan beton, tetapi menggunakan lantai kayu atau papan (Gambar 5.54).


(80)

Gambar 5.55Detail Atap Ruko Tipe 2

Bentuk atap pada ruko ini juga merupakan atap pelana memanjang ke belakang dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini masih memiliki keaslian beberapa saja, selebihnya masih baru atau sebagai pengganti atap yang sudah tidak layak pakai (Gambar 5.55).

5.1.2.3. Ruko Periode Setelah Reformasi 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 2000-an)

Gambar 5.56Skema Ruang Ruko Tahun 2000-an

Ruko tipe ini dibangun pada tahun 2010 tapi hanya dihuni sebentar saja sekitar 1 tahunan dibiarkan kosong tanpa penghuni dikarenakan alasan


(81)

tertentu. Kemudian pada akhir tahun 2013 bangunan ruko ini kembali dihuni oleh 2 orang pasangan suami istri (anak pemilik ruko). Ruko ini difungsikan sebagai tempat usaha penjualan meubel jepara yang digunakan pada lantai bawah dan tempat tinggal digunakan pada lantai atasnya.

Gambar 5.57Suasana Ruang di Lantai 1 dan Mezanine


(82)

(83)

Keterangan (Gambar 5.59): a. Lantai 1 :

- Kasir

- Tempat usaha penjualan meubel jepara

b. Mezanine :

- Tempat meubel c. Lantai 2 :

- Ruang Tidur

- Ruang Tamu & Ruang Keluarga - Dapur dan Ruang

Makan - KM / WC d. Lantai 3 :

- Roof Top atau area jemur

Gambar 5.60Detail Lantai di Koridor Ruko Tipe 1

Berdasarkan gambar 5.60, bidang alas atau lantai yang digunakan pada ruko ini merupakan lantai keramik bertekstur halus ukuran 40 x 40 cm dan mrnggunakan tipe keramik keluaran baru dengan pewarnaan yang sesuai dengan konsep minimalisnya.


(84)

Awalnya ruko ini berukuran 8 x 8 meter saja, setelah berjalan beberapa tahun kemudian dilakukan renovasi atau penambahan lantai pada bagian depannya berukuran 2.5 meter. Pembatas setiap ruangan merupakan dinding bata dengan plasteran halus. Dilihat dari segi desain, ruang maupun tampilan fasadnya, ruko ini bergaya minimalis atau gaya arsitektur yang sekarang banyak didesain pada bangunan rumah, kantor dan lainnya (Gambar 5.61).


(85)

Ruko ini menggunakan atap beton atau digunakan sebagai rooftop. Kemudian pada lantai satu terdapat atap berbahan seng (Gambar 5.62).

Gambar 5.62Detail Atap Ruko Tipe 1

Temuan

Berdasarkan hasil penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa dimensi ruang ruko tidak mengalami perubahan yang signifikan. Tipikal ruko merupakan modul hunian 2 sampai 5 lantai yang dibangun diatas tanah berukuran panjang 14 hingga 40 meter dan lebar 3 hingga 5 meter (Widodo, 2009). Pembatas ruang yang terlihat rata-rata adalah menggunakan dinding partisi, sedangkan dinding bata hanya terdapat pada ruko setelah reformasi (Gambar 5.61). Sedangkan fungsi yang ditampung didalam ruko yaitu berupa tempat usaha yang terdapat pada lantai bawah dan tempat tinggal yang terdapat pada lantai atasnya. Pada bagian alas atau lantai ruko, perkembangan yang terjadi hanyalah terdapat pada tekstur dan warna saja bila dilihat perbedaannya pada lantai ruko tahun 1940-an (Gambar 5.38). Kemudian pada bidang atap, perkembangan yang terjadi terlihat berdasarkan bahan materialnya yang pada awalnya atap yang digunakan terbuat dari tanah liat atau genting, sedangkan atap yang digunakan sekarang adalah berbahan seng dengan bentuk atap pelana. Untuk ruko periode setelah reformasi sudah mulai banyak yang menggunakan atap beton.


(86)

5.1.3. Analisis Perkembangan Sirkulasi 5.1.3.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan

1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1910-an)

Gambar 5.63Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1910-an

Berdasarkan gambar 5.63, alur sirkulasi yang terjadi pada lantai 1 ruko periode sebelum kemerdekaan ini merupakan alur sirkulasi yang melewati ruang atau di sebut juga dengan jalur linear. Sedangkan pada lantai 2 terdapat jalur sirkulasi gabungan antara melewati ruang dan menghilang di dalam ruang.


(87)

2. Ruko Tipe 2 (1940-an)

Gambar 5.64Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1940-an

Berdasarkan gambar 5.64, alur sirkulasi terhadap ruko ini yaitu merupakan alur sirkulasi menghilang di dalam ruang.

5.1.3.2. Ruko Periode Orde Baru 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1980-an)


(1)

80 Indonesia tentunya tidak lepas dari sejarah masyarakat Tionghoa di Indonesia. Ruko menjadi salah satu tipe hunian bagi masyarakat Tionghoa yang berfungsi untuk menampung fungsi hunian serta fungsi komersial atau toko. Pada awalnya ruko dibangun dengan menggunakan konstruksi kayu dengan gaya arsitektur Cina, kemudian setelah itu dibangun dengan dinding bata dan tetap mempertahankan gaya Cinanya. Pada awal abad ke-20 ruko tampil dengan gaya arsitektur yang merupakan campuran antara gaya Cina dan Eropa. Selanjutnya, Tipologi ruko terus berubah sampai akhirnya menjadi seperti sekarang ini. Perubahan ini diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar itu sendiri, serta disebabkan oleh perkembangan teknologi dan perubahan tren arsitektur.

6.2. Saran

Adapun penelitian “Perkembangan Tipologi Ruko” ini diharapkan dapat

menjadi referensi khususnya mengenai perkembangan ruko yang dapat dilakukan dilokasi lain. Penelitian ini hanya membahas perkembangan ruko berdasarkan 3 periode yaitu periode sebelum kemerdekaan (tahun 1910-an), periode orde baru (tahun 1990-an) dan periode setelah reformasi (tahun 2000-an).

Dalam bidang praktek arsitektur, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan khusunya mengenai perancangan tipologi bangunan. Dari penelitian ini telah dibuktikan bahwa seiring dengan perkembangan waktu, tipologi ruko juga mengalami perubahan akibat berubahnya nilai-nilai, teknologi, situasi ekonomi dan budaya permukiman penghuninya. Selain itu, fasad ruko mencerminkan


(2)

fenomena bangunan ruko awal pada saat ruko tersebut dibangun. Setiap kelompok masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda dan unik dengan caranya tersendiri. Dengan demikian tentunya perlu mempertimbangkan kebudayaan penghuni atau pemilik ruko dan tipikal ruko berdasarkan lingkungan sekitarnya dalam hal perancangan tipologi serta gaya arsitektur yang digunakan pada ruko. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa terjadi perubahan fungsi dan fasad pada ruko kolonial. Untuk mengatasinya tentunya perlu dilakukan konservasi pada bangunan kolonial serta peraturan yang ketat maupun guidelines mengenai pelestarian bangunan kolonial.


(3)

82 DAFTAR PUSTAKA

Ching, D,K, Francis, 2008. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan, edisi ketiga, Penerbit Erlangga

Defriza, Devin, dan Lubis, Dolok, M., 2004. Identitas Fungsi Ruko Kesawan, Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara

Erdiono, Deddy., Karongkong, Hendrick, H., Sirega, Frits, O.P., Studi Pengamatan Terjadinya Pola Pergeseran Fungsi Ruang Pada Bangunan Rumah-Toko Di Manado, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi.

Krier, R, 2001.Komposisi Arsitektur, Jakarta, Penerbit Erlangga

Kurniawan, Stefanus, (2010). Pemahaman Ruko Sebagai Hunian Bagi Masyarakat Tionghoa di Indonesia. Depok, Departemen Arsitektur, Fakulat Teknik, Universitas Indonesia

Loebis, Nawawiy, 2002. Architecture in Trasnformation The Case of Batak Toba, University Sains Malaysia

Mc Loughlin, J. Brian, (1969).Urban and Regional Planning

Moleong, 2005.Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Rosda

Sinar, T, 1996.Sejarah Medan Tempoe Doeloe, Medan Penerbit Perwira

Sinulingga, S, 2011.Metode Penelitian, Medan, Penerbit Usupress


(4)

Sopakoly, Egen, 2011.Keterkaitan Bentuk, Fungsi dan Konstruksi

Surasetja, Irawan, R., 2007., Bahan ajar TA 110 Pengantar Arsitektur, jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, UPI, Fungsi, Ruang, Bentuk dan Ekspresi dalam Arsitektur.

Tambunan, M. 2013. Pertanggungjawaban Penyewa Ruko Apabila Terjadi Kerusakan Pada Saat Perjanjian Sewa Menyewa Berakhir, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Urban Redevelopment Authority, 2013.Your Shophouse: DoIit Right, Our Shared Heritage: A quick guide for owners and tenants

Wahyuasih, Christine. 2007. Masalah dan Dilema Perkembangan Ruko dalam Arsitektur Lingkungan Perkotaan dan Permukiman (Di Kawasan Jakarta dan Sekitarnya).

Wicaksono, Andie, A. 2007. Ragam Desain Ruko (Rumah Toko), Penerbit Swadaya, Jakarta


(5)

84 LAMPIRAN

Pertanyaan Wawancara

1. Sudah berapa lamakah Anda tinggal di ruko ini? Sebutkan tanggal berdirinya Ruko ini!

2. Apakah alasan Anda sehingga memilih tinggal di ruko daripada di bangunan rumah biasanya?

3. Mengapa Anda memilih tipe ruko ini?

4. Sebagai penghuni ruko, aktifitas apa sajakah yang Anda lakukan? 5. Jenis usaha apakah yang Anda kembangkan di ruko ini?

6. Ada ruko bergaya bangunan Kolonial, tradisional Cina dan Modern. Jika Anda akan membangun ruko, ruko dalam gaya apakah yang akan Anda bangun? Mengapa?

7. Bagaimanakah sejarah atau perkembangan ruang dan bentuk yang terjadi terhadap ruko yang Anda huni? Apakah ada renovasi-renovasi yang dilakukan?

Daftar Narasumber

Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan (Kesawan)

1. Nama : Ardi

Umur : >50 Tahun Alamat : Jl. Binjai KM 10 Pekerjaan : Wiraswasta Status Pemilik Ruko : Sewa

2. Nama : H. M. Yunus Batubara Umur : >50 Tahun

Alamat : Jl. Letda Sujono Pekerjaan : Wiraswasta Status Pemilik Ruko : Sewa


(6)

Ruko Periode Orde Baru (Jl. Brigjend Katamso) 1. Nama : M. Simanjuntak, S.H.

Umur : >50 Tahun

Alamat : Jl. Brigjend Katamso Pekerjaan : Notaris

Status Pemilik Ruko : Sewa

2. Nama : Hadi

Umur : >50 Tahun Alamat : Jl. Eka Warni Pekerjaan : Pedagang Status Pemilik Ruko : Ruko Sendiri

Ruko Periode Setelah Reformasi (Jl. Setiabudi)

1. Nama : Dewi

Umur : 26-50 Tahun

Alamat : Jl. Setiabudi Pekerjaan : Wiraswasta