Post operative death rate PODR atau angka kematian pasca beda Panitia Farmasi dan Terapi

Jumlah semua pasien keluar hidup + mati e. Infant death rate IDR atau angka kematian bayi. Standar IDR adalah 20. IDR = Jumlah kematian bayi yang lahir di rumah sakit x 100 Jumlah bayi yang lahir di rumah sakit dalam waktu tertentu

f. Maternal mortality rate MMR atau angka kematian ibu melahirkan.

Standard 0,25 atau antara 0,1-0,2. MMR = Jumlah pasien obstetric yang meninggal x 100 Jumlah pasien obstetric dalam jangka waktu tertentu g. Foetal death rate FDR atau angka bayi lahir mati. Standar FDR adalah 2. FDR = Jumlah kematian bayi dengan umur kandungan 20 minggu x 100 Jumlah semua kelahiran dalam jangka waktu tertentu h. Post operative death rate PODR atau angka kematian pasca bedah. Standar PODR adalah 1. PODR = Jumlah kematian setelah operasi dalam satu periode x 100 Jumlah pasien yang dioperasi dalam periode yang sama 2.6 Struktur Organisasi Rumah Sakit Struktur organisasi rumah sakit umumnya terdiri atas Badan Pengurus Yayasan, Dewan Pembina, Dewan Penyantun, Badan Penasehat, dan Badan Penyelenggara. Badan Penyelenggara terdiri atas direktur, wakil direktur, komite medik, satuan pengawas dan berbagai bagian dari instalasi. Sebuah rumah sakit bisa memiliki lebih dari seorang wakil direktur, tergantung pada besarnya rumah sakit. Wakil direktur pada umumnya terdiri atas wakil direktur pelayanan medik, wakil direktur penunjang medik dan keperawatan, serta wakil direktur keuangan dan administrasi. Staf Medik Fungsional SMF berada di bawah koordinasi Universitas Sumatera Utara komite medik. SMF terdiri atas dokter umum, dokter gigi, dan dokter spesialis dari semua disiplin yang ada di suatu rumah sakit. Komite medik adalah adalah wadah nonstruktural yang keanggotaannya terdiri atas ketua-ketua SMF Siregar dan Amalia, 2004.

2.7 Panitia Farmasi dan Terapi

Menurut Kepmenkes No. 1197MenkesSKX2004, Panitia Farmasi dan Terapi PFT adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara staf medik dan staf farmasi. Anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi- spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dibentuknya Panitia Farmasi dan Terapi yaitu: a. menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat, dan evaluasinya b. melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan Menurut SK Menkes No. 1197MenkesSKX2004 fungsi dan ruang lingkup Panitia Farmasi dan Terapi PFT terkait dengan perannya dalam pelayanan farmasi rumah sakit adalah: a. mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama. Universitas Sumatera Utara b. panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis. c. menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk dalam kategori khusus. d. membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional. e. melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara rasional. f. mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat. g. menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat.

2.8 Sistem Formularium