i. melakukan konseling kepada pasien ii. pencampuran obat suntik secara aseptik
iii. menganalisa efektifitas biaya dengan konsep farmakoekonomi iv. penentuan kadar obat dalam darah
v. penanganan obat sitostatika vi. penyiapan Total Parenteral Nutrisi TPN
vii. pemantauan dan pengkajian penggunaan obat viii. pendidikan dan pelatihan
ix. Monitoring Efek Samping Obat MESO
2.13 Pencampuran Obat Sitotoksik
Dalam tahun-tahun ini jumlah dan penggunaan obat-obat antineoplastik serta obat sitotoksik lain sangat meningkat. Bukti in vitro dan in vivo
menunjukkan bahwa pemaparan jangka panjang terhadap obat-obat itu dapat mengakibatkan efek teratogenik danatau karsinogenik. Beberapa bukti juga ada
yang menunjukkan bahwa kontak langsung dengan inhalasi aerosol yang terjadi selama pembuatan dan pemberian obat-obat antineoplastik dapat mengakibatkan
berbagai efek seperi pusing, mual, sakit kepala dan radang kulit Siregar dan Endang, 2006.
Banyak obat-obat antineoplastik harus dilarutkan, dipindahkan dari satu wadah ke wadah lain, atau sebaliknya dikerjakan secara fisik sebelum obat itu
dapat diberikan kepada seorang pasien. Oleh karena itu, rumah sakit perlu melakukan berbagai tahapan yang perlu untuk meminimalkan pemaparan staf
terhadap obat sitotoksik. Melalui kendali, pakaian pelindung dan kebijakan serta prosedur kemanan yang tepat, rumah sakit dapat mengurangi kesempatan seorang
Universitas Sumatera Utara
pekerja, lokasi kerja atau lingkungan luar, berkontak atau dikontaminasi oleh zat- zat sitotoksik yang mungkin berbahaya Siregar dan Endang, 2006.
Metode penanganan obat-obat berbahaya Siregar dan Endang, 2006 yaitu:
a. melindungi dan menjamin keutuhan kemasan obat-obat berbahaya b. memberi informasi dan edukasi kepada semua personel yang terlibat
dengan obat-obat berbahaya serta melatih mereka tentang prosedur penanganan yang aman dan berkaitan dengan tanggung jawab mereka
c. tidak membiarkan obat-obat terlepas keluar dari wadah, apabila obat-obat itu sedang dikerjakan seperti dilarutkan, diberikan atau dimusnahkan
d. meniadakan kemungkinan tertelannya atau terinhalasi dengan tidak disengaja dan kontak langsung pada kulit atau mata dengan obat-obat
berbahaya
Universitas Sumatera Utara
BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI
KOTA MEDAN
3.1 Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan terletak di Jalan Prof. Haji Mohammad Yamin, SH No. 47, Kelurahan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Medan Timur.
Kepegawaian RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan meliputi tenaga medis, tenaga penunjang medis, dan tenaga non medis. RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah
rumah sakit kelas B Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medis spesialis dasar, spesialis luas, dan beberapa subspesialis.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan pada tanggal 11 Agustus 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama
GEMENTA ZIEKEN HUIS dan semenjak tanggal 27 Desember 2001 telah diserahkan kepemilikannya dari Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara kepada
Pemerintahan Kota Medan. Pada tanggal 6 September 2002, status kelembagaan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi ditetapkan menjadi Badan Pelayanan Kesehatan
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. Sesuai Peraturan Daerah Pemerintahan Kota Medan No. 3 Tahun 2009, sejak tanggal 4 Maret 2009 Badan
Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara