BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rasa ingin tahu menyebabkan manusia berusaha untuk menemukan hal-hal yang baru, proses penemuan tersebut dilakukannya didalam suatu pola tertentu
dengan harapan dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasarnya baik material maupun spiritual.
Berdasarkan pola prilaku tertentu yang berlaku dalam masyarakat itu, manusia menghasilkan kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya itu. Rasa dan cipta masyarakat menghasilkan norma-norma dan ilmu pengetahuan, yang merupakan kebudayaan immaterial, sedang karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabadikan untuk keperluan masyarakat. Semua karya, rasa dan cipta ini dikuasai dari orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan sebagian
besar atau seluruh warga di dalam masyarakat. Teknologi yang dihasilkan itu, yang merupakan salah satu unsur pokok dari kebudayaan suatu masyarakat, selalu
berkembang terus mengejar perkembangan aneka kebutuhan para warganya. Kemajuan teknologi yang dicapai memberi pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap aspek-aspek kehidupan manusia, antara lain di bidang industri yang menghasilkan barang-barang kebutuhan primer seperti makanan, minuman,
maupun barang-barang kebutuhan sekunder seperti mobil, televisi, Video Compact
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008
Disc VCD. Dengan meningkatkan jenis maupun jumlah sirkulasi barang di dalam masyarakat menyebabkan permasalahan Hak Cipta pada akhir-akhir ini semakin
banyak mendapat sorotan, khususnya dari kalangan pengusaha-pengusaha industri maupun masyarakat konsumen. Hal ini mengingat semakin banyaknya praktek-
praktek persaingan dagang yang tidak sehat berupa pemalsuan, maupun pelanggaran Hak Cipta, padahal manusia itu berkepentingan agar benda atau hak yang dimilikinya
itu tidak terganggu. Kesemuanya itu dirasakan sangat merugikan dan mempunyai sifat melawan hukum. Sedangkan Hak Cipta ini berperan sebagai motivasi untuk
kegairahan dan kesinambungan mencipta pada khususnya dan juga memberikan iklim kondusif demi perkembangan kebudayaan manusia pada umumnya.
Pada dasarnya, pelanggaran hak cipta terjadi apabila materi hak cipta tersebut digunakan tanpa izin dan harus ada kesamaan antara dua karya yang ada.
3
Dalam kehidupan sehari-hari dapat di lihat bahwa pelanggaran Hak Cipta telah merembes kesegala bidang kehidupan seperti pelanggaran Hak Cipta karya arsitektur,
pelanggaran Hak Cipta buku, pelanggaran Hak Cipta segala bentuk seni, pelanggaran Hak Cipta ceramah, kuliah, pidato, pelanggaran Hak Cipta program komputer,
pelanggaran Hak Cipta lagu atau musik, dan lain sebagainya. Mengenai pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik juga terjadi banyak sekali pelanggaran –
pelanggaran media atau alat, yang digunakannya pun banyak sekali bentuknya. Alat atau media yang digunakan pada dasarnya bisa berbentuk kaset maupun Cakram
3
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2005, hal. 6.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008
Optik seperti : Compact Disc CD , Video Compact Disc VCD, ataupun Digital Video Disc DVD.
Permasalahan ini terus saja banyak terjadi, hingga saat ini belum juga ditemukan bagaimana cara untuk menanggulangi terhadap banyaknya kasus-kasus
pelanggaran Hak Cipta, khususnya pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik, terutama media atau alat yang digunakan yang berbentuk kaset, Compact Disc,
Digital Video Disc, Video Compact Disc. Motivasi didalam melakukan pelanggaran Hak Cipta dibidang lagu atau musik ini, terutama untuk kepentingan dagang berupa
keuntungan finansial, yang membawa akibat sebagai berikut :
4
1. Secara Immateril
Moral right pengusaha rekaman sebagai pemegang hak cipta seolah-oleh diambil alih, karena para pelanggar hak cipta lagu atau musik tersebut memalsukan nama
si pengusaha pada Video Compact Disc bajakannya, menggandakannya dan kemudian mengedarkannya.
2. Secara Material
Mengurangi penghasilan dari si pengusaha, karena daya beli masyarakat menjadi menurun, hal ini dikarenakan adanya Video Compact Disc bajakan tersebut, yang
harganya jauh lebih murah. Ini dikarenakan para pelanggar hak cipta tidak mengeluarkan biaya perusahaan, honorarium, pajak dan sebagainya. Mereka
semata-mata hanya harus mengeluarkan ongkos produksi. Di sini terlihat bahwa bukan hanya pengusaha rekaman saja yang merasa drugikan, melainkan juga
merugikan negara, karena paja yang seharusnya masuk ke dalam kas negara, maka dengan hal ini mereka tidak membayar pajak. Yang mana uangnya
mengendap di kantong para pelaku pelanggar hak cipta lagu atau musik.
Dampak dari pelanggaran Hak Cipta ini disamping akan merusak tatanan masyarakat pada umumnya, juga akan mengakibatkan lesunya gairah untuk berkarya di bidang
ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Dampak lainnya yang ditimbulkan adalah
4
Aksi Pembajakan Makin Menjadi”, Kompas, 22 Februari 2002, http:www.kompas.co.id,file:D:Kompas20Onlinekompashttp--www_kompas-co-id.htm
, diakses pada tanggal 3 Maret 2007
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008
berkurangnya penghasilan negara berupa pajak penghasilan yang seharusnya di bayar oleh pemegang Hak Cipta.
5
Permasalahan pelanggaran Hak Cipta di bidang lagu atau musik ini, di mulai tahun 1990 an yang terlihat dari banyaknya beredar kaset, Compact Disc ataupun
Video Compact Disc yang berisi penyanyi dari dalam dan luar negeri yang di jual sebagai hasil kopi bajakan. Kemudian persoalan ini memudar karena para penyanyi,
pencipta lagu dan para produser ramai-ramai melakukan protes dan mengancam menggugat secara hukum bagi siapapun yang memperbanyak kaset, Compact Disc,
ataupun Video Compact Disc lagu atau musik secara ilegal. Namun, langkah para seniman musik untuk memberantas kegiatan ilegal itu hanya menghentikan sesaat
masalah pembajakan. Buktinya, akhir-akhir ini kembali beredar kaset, Compact Disc, Video Compact Disc lagu atau musik bajakan. Bahkan, tidak sulit menemukan
pedagang kaki lima di pinggir jalan yang menawarkan kaset-kaset, Compact Disc. Video Compact Disc lagu atau musik bajakan yang sudah pasti harganya jauh lebih
murah dibandingkan dengan harga toko. Bukan hanya itu, pembajakan juga bertambah banyak dengan munculnya, Compact Disc, Video Compact Disc, maupun
Digital Video Disc lagu atau musik bajakan. Diperkirakan, sekitar 98 Video Compact Disc dan Compact Disc lagu atau musik yang beredar di Indonesia adalah
produk bajakan.
6
5
Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual I, Yogyakarta-jakarta, Pusat Studi Hukum VII Yogyakarta bekerja sama dengan Yayasan
Klinik HAKI Jakarta, 2 000, hal. 189.
6
“Pembajakan Pekerjaan Rumah Yang Belum Tuntas”, Tempo, 18 Mei 2002, http:www.Tempo.co.id, file:Tempo20
Online2020http--www_tempo_co_id.htm, diakses pada tanggal 3 Maret 2007
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008
Barang-barang dengan kategori bajakan saat ini memang ada dimana-mana, harganya murah, dan kualitasnya tidak kalah dengan produk aslinya. Hanya 15
responden yang mempertimbangkan soal keaslian produk ketika membeli barang.
7
Tindakan memperbanyak produk atau karya seseorang tanpa izin dari pemegang hak ciptanya atau pembajakan sudah bukan rahasia umum lagi. Hampir
semua responden tahu bahwa berbagai perangkat lunak dari rekaman musik yang beredar di Indonesia mayoritas adalah bajakan.
Banyaknya barang bajakan yang beredar juga memberikan keuntungan bagi masyarakat. Harus diakui, berkat pembajakan, produk atau karya-karya baru yang
berkualitas bisa dinikmati oleh hampir semua kalangan masyarakat. Karena harga yang ditawarkan sangat miring sehingga mampu di jangkau oleh kalangan
berpenghasilan rendah sekalipun. Bayangkan, harga satu keping Compact Disc atau Video Compact Disc yang
berkisar Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah hingga Rp, 100.000,- seratus ribu rupiah, misalnya versi bajaknnya di banderol hanya Rp. 10.000,- sepuluh ribu
rupiah. Begitu juga dengan Digital Video Disc yang versi originalnya berkisar Rp. 150.000,- seratus lima puluh ribu rupiah di kalangan pembajak dihargai hanya Rp.
6.000,- enam ribu rupiah.
8
Melihat pada besarnya keuntungan yang akan di peroleh rekaman kaset, Compact Disc, Video Compact Disc lagu atau musik, maka banyak orang yang
7
“Barang Bajakan, Dilarang tetapi Dirindukan”, Kompas 2 Juli 2005, http:www.Kompas.co.id,fileD:Barang20Bajakan,20Dilarang20tetapiDirindukan
, diakses pada tanggal 3 Maret 2007.
8
Ibid.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008
kemudian terjun didalamnya. Akan tetapi tidak semua dari mereka itu yang menjalankan usahanya berdasarkan prosedur hukum yang berlaku. Banyak diantara
mereka ini yang menjalankan usaha mereka secara melawan hukum, dengan cara menggandakan rekaman kaset, Video Compact Disc maupun Compact Disc lagu atau
musik yang telah di peroleh para pengusaha rekaman melalui prosedur yang berlaku dan kemudian para pembajak menggandakannya kembali dengan cara yang ilegal.
Disini berarti, bahwa pihak Produser Rekaman Suara telah memperoleh Surat Izin Produksi berupa izin untuk setiap pembuatan rekaman. Yang mana surat izin
tersebutlah yang bersangkutan sebagai pemegang hak cipta atas Video Compact Disc maupun Compact Disc lagu atau musik tersebut. Kemudian para pembajak
menggunakannya dengan cara yang ilegal atau melanggar hukum. Melalui gambaran tersebut, wajar jika produk-produk bajakan menjadi laris di
pasaran karena peminatnya banyak. Dari jajak pendapat ini banyak juga responden yang mengaku pernah membeli perangkat lunak rekaman musik dan film, seperti
Compact Dics, Video Compact Disc, atau Digital Video Disc. Pencurian hak cipta yang terjadi melalui pembajakan tidak saja merugikan
para pencipta atau pemegang hak cipta, tetapi juga negara karena pemasukan dari pajak menjadi berkurang. Wajar saja kalau para pemegang hak cipta terutama untuk
produk-produk berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi gerah lantaran produk mereka diperbanyak tanpa lisensi atau izin dari mereka. Indonesia ditengarai
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008
merupakan negara pembajak terbesar ketiga di Asia Pasifik setelah China dan Vietnam.
9
Menyangkut Hak Kekayaan Intelektual HKI, khususnya mengenai masalah pembajakan hak cipta lagu dalam bentuk kaset, Compact Disc, maupun Video
Compact Disc sebenarnya menjadi tugas pemerintah untuk diselesaikan. Meskipun demikian, masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, karena saat ini
pekerjaan rumah pemerintah sudah terlampau banyak. Paling tidak usaha menyelesaikan masalah ini juga harus di bantu oleh para pemegang Hak Cipta lagu
atau musik itu sendiri termasuk dari masyarakat, berupa sosialisasi mengenai pentingnya penghargaan atas Hak Kekayaan Intelektual, tetapi jika kredibilitas
pemerintah sudah kurang, maka diharapkan para pemegang Hak Cipta yang menyelesaikannya.
Upaya memberantas pembajakan atau setidaknya mengurangi tingkat keparahan, bukan tidak pernah dilakukan pemerintah. Beberapa bulan terakhir ini,
pemerintah yang bekerja sama dengan aparat penegak hukum melakukan tindakan hukum berupa penyitaan Video Compact Disc lagu atau musik bajakan dari para
pengedar maupun penggandaannya.
10
Di negara manapun, kasus-kasus pembajakan selalu ada dan tidak bisa di berantas sampai habis. Pemerintah paling hanya bisa
meminimalkan agar pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual bisa dikurangi. Di Indonesia sendiri, upaya menegakkan hukum atas kasus pelanggaran Hak
Atas Kekayaan Intelektual masih lemah, hal ini dapat di lihat dengan adanya
9
Ibid.
10
Tempo, Op.cit.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008
pembajakan-pembajakan Compact Disc maupun Video Compact Disc yang masih marak terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyaknya kasus pelanggaran
Hak Atas Kekayaan Intelektual di Indonesia, jika tidak ditangani dengan segera, dikhawatirkan selain dapat mengancam reputasi Indonesia di mata Internasional, juga
akan menghambat masuknya investasi. Sebaliknya, juga akan menyulitkan ekspor produk-produk buatan Indonesia.
Semakin banyaknya pelanggaran Hak kekayaan Inetelektual di berbagai bidang dapat menghambat pengembangan-pengembangan dan penelitian-penelitian
terhadap sesuatu yang baru. Bisa saja, orang enggan melakukan penelitian – penelitian untuk bisa menghasilkan suatu penemuan karya baru, karena merasa karya
atau penemuan mereka tidak dihargai. Sebagaimana diketahui, sebagian besar hak cipta perangkat teknologi keras
dan lunak yang beredar di Indonesia saat ini di pegang oleh negara-negara asing, terutama Amerika Serikat AS.
11
Produk-produk tersebut tidak saja beredar di Indonesia, tetapi juga menjalar ke seluruh dunia sebagai konsekunesi dari sistem
pasar bebas. Keberadaan hak cipta di balik sebuah produk yang dijual sebenarnya sudah
banyak disadari publik. Mayoritas responden 85 delapan puluh lima persen dalam jajak pendpat ini juga mengetahui bahwa produk-produk perangkat lunak yang
mereka beli selama ini sesungguhnya memiliki hak cipta.
12
Sayangnya dalam praktik, ketika hendak membeli atau mengkonsumsi barang, konsumen sering kali tidak
11
“Barang Bajakan, Dilarang tetapi Dirindukan”, Kompas, Op.Cit.
12
Ibid.
Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008
meperdulikannya. Persoalan harga menjadi pertimbangan penting meskipun kualitas barang adalah yang paling utama.
Pada saaat sekarang ini, banyak anggota masyarakat tidak mau tahu soal pelik rumitnya kegiatan penelitian pengembangan suatu produk. Dan masyrakat cenderung
kurang peduli terhadap jerih payah seseorang dalam menemukan suatu karya, entah itu karya teknologi maupun karya seni. Sikap kurang peduli macam ini, menunjukkan
betapa rendahnya penghormatan terhadap hasil jerih payah orang lain. Oleh karena itu, untuk memberantas palanggaran Hak Cipta diperlukan suatu kesungguhan di
negara kita ini, khususnya di jajaran kabinet, aparat penegak hukum, tokoh dunia usaha, tokoh pendidikan dan tokoh masyarakat lainnya, dimana dalam hal ini kita
semua harus konsern terhadap masalah pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual yang sangat merugikan bangsa.
Dari beberapa masalah yang terjadi dan telah penulis paparkan di atas, maka penulis tertarik menulis tesis ini dengan judul “Perlindungan Hukum Pemegang Hak
Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik”
B. Pokok Permasalahan