Analisis Yuridis mengenai Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta atas praktik Pembajakan Lagu dan Musik dengan Format Mp3 (Motion Picture Experts Layer III)

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3

(MOTION PICTURE EXPERTS LAYER III) SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh Yuni Manurung

060200297 Hukum Pidana Diketahui/Disetujui oleh :

Abul Khair,SH.M.hum 196107021989031001

Pembimbing I Pembimbing II

Syafruddin,SH.MH.DFM Berlin Nainggolan,SH.M.Hum

131842853 1311572434

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010


(2)

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3

(MOTION PICTURE EXPERTS LAYER III) SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh Yuni Manurung

060200297 Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010


(3)

Pertama dan terutama, segala Puji Syukur Penulis panjatkan atas Karunia dan Rahmat Allah Bapa yang tidak akn pernah berkesudahan. Dan, berkat kehendak-Nyalah skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan rasa penuh bahagia. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Yuridis mengenai Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta atas praktik Pembajakan Lagu dan Musik dengan Format Mp3 (Motion Picture Experts Layer III)”.

Kata Pengantar

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna serta tidak luput dari kekurangan, baik dari materi, tulisan maupun dari tekhnik penulisannya. Hal ini tidak lepas dari pada kemampuan Penulis yang terbatas dalam daya nalar ilmiah yang belum memadai.

Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati penulis membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa terwujudnya tulisan ini bukanlah berdasarkan kemampuan penulis semata-mata, melainkan berkat bimbingan, bantuan dan dorongan berbagai pihak berupa bantuan moril maupun materil yang tidak ternilai harganya.

Sehingga pada kesempatan ini, Penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :


(4)

1. Bapak Prof. Dr.Runtung Sitepu,S.H,M.Hum , selaku Dekan Fakultas Hukum USU.

2. Bapak Prof.Dr.Suhaidi,S.H,M.H,Selaku Pembantiu Dekan I Fakultas Hukum USU

3. Bapak Abul Khair,S.H,M.Hum, Selaku Ketua Departemen Hukum Pidana, atas segala dorongan dan dukungan yang diberikan.

4. Bapak Syafruddin,S.H,M.Hum selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Berlin Nainggolan,S.h,M.Hum, selaku Dosen pembimbing kedua atas segala perhatian, waktu,arahan,bimbingan serta dorongan yang telah diberikan.

6. Bapak dan Ibu selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat memperbaiki penulisan ini menjadi lebih baik.

7. Seluruh Staf pengajar dan pegawai pada Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum USU

8. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai Fakultas Hukum USU

9. Buat orangtua saya terkasih Bapak M. Manurung dan Ibu R.Hasibuan(+) yang tak henti-hentinya selalu mendoakan saya dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.buat Ibu saya,walaupun sudah tiada tetapi saya percaya doamu dan nasehat-nasehatmu selalu ada dalam batin saya.


(5)

10. Buat kakak saya Dewi Manurung, Abang saya Dodo Manurung dan Reynold Manurung yang selalu mendukung saya dalam doa dan memberikan saya semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Buat Kakak Rohani saya Dian Wulandari dan Sahabat terkasih saya Fransiskus Briliantono yang selalu mendukung saya.

12. Buat sahabat-sahabat saya Henny,Jenny,Vanie,Mita,Astria,Vera,Vania,Frista yang selalu sama-sama memberikan semangat dalam menyusun skripsi

13. Semua teman-teman sepelayanan di Gereja maupun di Imperatif yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Medan, 2010

Yuni Manurung


(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAKSI ... vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 5

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tunjauan Kepustakaan ... 7

1. Pengertian hak cipta dan yang berkaitan dengan hak cipta 7 2. Klasifikasi hak cipta ... 11

3.Pengertian tindak pidana hak cipta ... 16

4. Ciptaan yang dilindungi hak cipta ... 22

F. Metodologi Penelitian ... 29


(7)

BAB II: TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (MOTION

PICTURE EXPERTS LAYER III)

A. Pemahaman mengenai MP3 (Motion Picture Experts Layer III)…..33

B. Jenis tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III)…………. 46

C. Sanksi pidana terhadap tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III) ... 52

BAB III : FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK DARI TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK FORMAT MP3 (MOTION PICTURE EXPERTS LAYER III)

A. Faktor penyebab tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan Format MP3(Motion Picture Experts layer III)……… 55

B. Dampak tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) . ……… 59


(8)

BAB IV :PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMEGANG HAK CIPTA SERTA UPAYA HUKUM ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN

LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (MOTION

PICTURE EXPERTS LAYER III) MENURUT

UNDANG-UNDANG NO.19 TAHUN 2002

A. Perlindungan hukum kepada pemegang hak cipta menurut undang-undang No 19 tahun 2002 ... 64

B. Upaya hukum tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) menurut undang-undang No.19 tahun 2002 ... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 74

B. Saran ... 77


(9)

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3

(MOTION PICTURE EXPERTS LAYER III)

Sebagai salah satu bentuk karya intelektual yang dilindungi dalam HKI (Hak Kekayaan Intelektual), hak cipta memiliki peran amat penting dalam rangka mendorong dan melindungi penciptaan,penyebarluasan, hasil karya Ilmu pengetahua, seni dan sastra serta tekhnologi untuk mempercepat upaya pertumbuhan pembangunan dan kecerdasan kehidupan suatu bangsa. Keadaan ini amat disadari oleh Pemerintah Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional tahun 2000-2004. Pada kenyataan pembangunan pendidikan, khususnya program penelitian,peningkatan kapasitas dan pembangunan kemampuan sumber daya ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Skripsi ini dilatarbelakangi bahwa hukum menganggap karya cipta sebagai suatu kekayaan, sehingga keberadaannya dilindungi oleh UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku tanggal 29 Juli 2003. Format MP3 merupakan beberapa hasil aplikasi dari teknologi di dunia musik untuk menghasilkan sebuah format penyimpanan data. Format ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran berkas lagu dalam format digital dengan mengorbankan sedikit kualitas. Format MP3 berkaitan dengan Hak Cipta, oleh karenanya dilindungi oleh UU Hak cipta. Adapun yang menjadi permsalahan adalah Bagaimana tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III),yg menjadi penyebab dan dampak yang timbul dari tindak pidana tersebut dan perlindungan hukum kepada pemegang Hak Cipta serta bagaimana upaya hukumnya menurut undang-undang No.19 Tahun 2002 ? Jenis-jenis penelitian dalam skripsi ini adalah bersifat deskriptis analistis, menelaah dan menganalisa perundang-undangan khususnya Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang hak cipta Sehingga penulis dapat mendapatkan kesimpulan mengenai permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini. Hal yang menjadi pelanggaran hak cipta ini dimana bahwa seharusnya pemegang hak cipta atas ciptaan lagu yang digandakan dengan format MP3 menerima royalty dari pengguna atau penyedia jasa. Pengguna atau penyedia jasa seharusnya meminta ijin terlebih dahulu kepada pencipta atau pemegang hak cipta. Apabila pemegang hak cipta berkeberatan lagu ciptaanya digandakan dengan format MP3 dikarenakan pengguna atau penyedia jasa tidak meminta ijin terlebih dahulu kepada pemegang hak cipta, maka pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan perdata atas dasar perbuatan melawan hukum ke Pengadilan Niaga. Namun hingga hari ini belum ada pelanggaran dimaksud sampai ke Pengadilan Niaga, biasanya hanya diselesaikan di luar lembaga pengadilan atau negoisasi.


(10)

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3

(MOTION PICTURE EXPERTS LAYER III)

Sebagai salah satu bentuk karya intelektual yang dilindungi dalam HKI (Hak Kekayaan Intelektual), hak cipta memiliki peran amat penting dalam rangka mendorong dan melindungi penciptaan,penyebarluasan, hasil karya Ilmu pengetahua, seni dan sastra serta tekhnologi untuk mempercepat upaya pertumbuhan pembangunan dan kecerdasan kehidupan suatu bangsa. Keadaan ini amat disadari oleh Pemerintah Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional tahun 2000-2004. Pada kenyataan pembangunan pendidikan, khususnya program penelitian,peningkatan kapasitas dan pembangunan kemampuan sumber daya ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Skripsi ini dilatarbelakangi bahwa hukum menganggap karya cipta sebagai suatu kekayaan, sehingga keberadaannya dilindungi oleh UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang mulai berlaku tanggal 29 Juli 2003. Format MP3 merupakan beberapa hasil aplikasi dari teknologi di dunia musik untuk menghasilkan sebuah format penyimpanan data. Format ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran berkas lagu dalam format digital dengan mengorbankan sedikit kualitas. Format MP3 berkaitan dengan Hak Cipta, oleh karenanya dilindungi oleh UU Hak cipta. Adapun yang menjadi permsalahan adalah Bagaimana tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III),yg menjadi penyebab dan dampak yang timbul dari tindak pidana tersebut dan perlindungan hukum kepada pemegang Hak Cipta serta bagaimana upaya hukumnya menurut undang-undang No.19 Tahun 2002 ? Jenis-jenis penelitian dalam skripsi ini adalah bersifat deskriptis analistis, menelaah dan menganalisa perundang-undangan khususnya Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang hak cipta Sehingga penulis dapat mendapatkan kesimpulan mengenai permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini. Hal yang menjadi pelanggaran hak cipta ini dimana bahwa seharusnya pemegang hak cipta atas ciptaan lagu yang digandakan dengan format MP3 menerima royalty dari pengguna atau penyedia jasa. Pengguna atau penyedia jasa seharusnya meminta ijin terlebih dahulu kepada pencipta atau pemegang hak cipta. Apabila pemegang hak cipta berkeberatan lagu ciptaanya digandakan dengan format MP3 dikarenakan pengguna atau penyedia jasa tidak meminta ijin terlebih dahulu kepada pemegang hak cipta, maka pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan perdata atas dasar perbuatan melawan hukum ke Pengadilan Niaga. Namun hingga hari ini belum ada pelanggaran dimaksud sampai ke Pengadilan Niaga, biasanya hanya diselesaikan di luar lembaga pengadilan atau negoisasi.


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hak Cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau pemegangnya untuk memperbanyak atau menggandakan hasil karya ciptaannya yang tumbuh bersamaan dengan lahirnya suatu ciptaan. Pencipta berhak pula atas manfaat ekonomi yang lahir dari ciptaannya tersebut, baik dibidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.

Pelanggaran Hak Cipta itu dihukum sebagaimana yang tercantum menurut Pasal 44 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 72 undang-undang No. 19 Tahun 2002, yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau member izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000- (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

3. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 17, yang menyebutkan bahwa pemerintah melarang pengumuman setiap ciptaan


(12)

yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah dibidang pertanahan dan keamanan. Negara, kesusilaan dan ketertiban umum dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

4. Barang siapa dengan sengaja melanggar ketentuan Pasal 19,20, Pasal 49 ayat 3 yang merumuskan bahwa untuk memperbanyak atau mengumumkan potret seseorang harus terlebih dahulu mendapat izin dari orang yang dipotret atau dalam jangka waktu 10 tahun setelah yang dipotret meninggal dunia, harus mendapat izin dari ahli warisnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).

Dengan begitu menurut undang-undang hak cipta undang-undang No.12 Tahun 1997 Junto (J.o) undang-undang No.19 Tahun 2002 bahwa pelanggar hak cipta itu dihukum dengan pidana penjara ataupun denda.

Meskipun telah mempunyai Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta (beberapa kali direvisi) dan pemberlakuannya tentang hak Cipta pun telah diberlakukan efektif sejak 29 Juli 2003, semestinya mampu membuat para pembajak jera, namun pada kenyataannya pelanggaran HKI masih saja terjadi bahkan cenderung kearah yang semakin memprihatinkan. Peringkat Pembajakan di Indonesia, khususnya pembajakan hak cipta, menempati urutan ketiga terbesar didunia. Untuk itu, diperlukan berbagai upaya keras dari pelaku usaha dan pemerintah memerangi pembajakan hak cipta. “Benar atau tidak, menurut hasil


(13)

kajian lembaga Internasional, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar didunia dalam pembajakan Hak Cipta,” kata kepala sub direktorat Hukum Direktorat Hak Cipta Departemen Kehakiman Hak Asasi Manusia Ansari Sinungan di Jakarta, hari Kamis (5/2)1

Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan,mengingat Bangsa Indonesia adalah salah satu penandatanganan perjanjian TRIPs

.

2

Kendala utama yang dihadapi Bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan Hak akan kekayaan Intelektual ini adalah masalah penegakan hukum , disamping masalah-masalah lain seperti kesadaran masyarakat terhadap HKI itu sendiri dan keadaan ekonomi bangsa yang secara tidak langsung turut menyumbang bagi terjadinya pelanggaran itu. Akibat dari maraknya pembajakan atas Hak Cipta ini, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah merupakan suatu kemungkinan yang akan dihadapi oleh Bangsa Indonesia. Adapun persetujuan TRIPs mengidentifikasikan instrumen-instrumen hak dan kekayaan intelektual (HKI) dan mencoba mengharmonisasikannya pada tingkat global menyangkut komponen :

yaitu perjanjian hak-hak milik intelektual berkaitan dengan perdangangan dalam Badan Perdagangan Internasional.

1

(Kompas Cyber Media, 6 Februari 2004)

2

TRIPs adalah hasil persetujuan WTO dalam hal perlindungan hak kekayaan intelektual (Agrrement on trade related aspect of intellectual property rights) yang diatur dalam prinsip minimum standard. Namun perlindungan dalam prsetujuan ini adalah Patent, Copyright, TradeMarks, Industrial Design, Layout Design of Integrated Circuit, Undisclosed Information dan Geographical Indication. Prinsip dasar yang diatur dalam berbagai Konfernsi Nasional. Perstujuan TRIPs memberikan jangka waktu minimum perlindungan berbeda-beda untuk setiap hak kekayaan intelektual, misalnya hak penyiaran diberikan waktu selama 20 tahun dihitung dari akhir tahun kalender dari penyiaran dilakukan dan sebagainya.


(14)

Hak Cipta (Copy rights), Merk dagang (Trade Marks), Paten (Patent), Desain Produk Industri ( Industrial design), Indikasi Geografi (Geographical Indication), Desain Tata Letak (Topography), Sirkuit Terpadu / Layout Desain (Topography of Integrated Sircuits) dan perlindungan informasi yang dirahasiakan (Protection on Un disclosed Information). HKI merupakan bagian hukum yang berkaitan dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi dalam usaha kreatif.

Skripsi ini dilatarbelakangi bahwa hukum menganggap karya cipta sebagai suatu kekayaan, sehingga keberadaannya dilindungi oleh Undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta. Format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III) merupakan beberapa hasil aplikasi dari tekhnologi didunia musik untuk menghasilkan sebuah format penyimpanan data. Format ini ditujukan untuk mengecilkan ukuran berkas lagu dalam format digital dengan mengorbankan sedikit kualitas. Format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III) berkaitan dengan Hak Cipta, oleh karenanya dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta.

B. Perumusan Masalah

Setelah mengetahui latar belakang dari skripsi ini, maka yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah :

- Bagaimana tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III)?


(15)

- Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab dan dampak apakah yang timbul dari tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III ?

- Bagaimana perlindungan hukum kepada pemegang Hak Cipta serta bagaimana upaya hukumnya atas praktik pembajakan dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) menurut undang-undang no.19 tahun 2002 ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III)

b. Untuk mengetahui sebab dan akibat yang timbul dari tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III)

c. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta serta bagaimana upaya hukumnya atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) menurut Undang-undang No.19 Tahun 2002

2. Manfaat Penulisan


(16)

1. Skripsi ini bermanfaat untuk Para Penegak Hukum supaya penanganan perkara tindak pidana hak cipta ini lebih ditingkatkan.

2. Dan bermanfaat juga untuk masyarakat supaya dapat menyadari bahwa tindak pidana atas praktik penggandaan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah tindakan illegal dan merugikan orang lain sehingga masyarakat tidak menggunakan atau melakukan pembajakan lagu dan musik dalam format MP3 (Motion Picture Experts layer III) tersebut.

b. Manfaat Teoritis

1.Skripsi ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang masalah tindak pidana atas praktik penggandaan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III)

2. Skripsi ini bermanfaat untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syaratnya untuk mencapai gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(17)

D. Keaslian Penulisan

Ide dan usaha penulisan skripsi ini adalah berasal dari penulis sendiri. Sepanjang pengamatan penulis, tidak ditemukan tulisan lain, baik skripsi maupun karangan ilmiah lain yang memiliki kesamaan materi dengan skripsi ini. Baik judul yang sama , isi, tata redaksi, format penulisan atau dengan kata lain “Tulisan yang persis sama dengan tulisan” meskipun beberapa karangan ilmiah membahas masalah tindak pidana pelanggaran hak cipta, akan tetapi terdapat perbedaan yang jelas dengan skripsi ini. Dimana dalam proses pembuatan skripsi ini penulis memulainya dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penggandaan lagu dan musik kedalam format MP3 (Motion Picture Experts layer III) kemudian penulis merangkainya sendiri, menjadi suatu karya tulis ilmiah yang disebut dengan skripsi. Oleh karena itu penulis dapat menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis.

E. Tinjauan Kepustakaan

Menurut Undang-undang No. 19 Tahun 2002 pasal 1 angka 1 bahwa Hak Cipta sebagai hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Pengertian Hak Cipta

Hak yang berkaitan dengan hak cipta adalah terjemahan dari “Neighbouring rights”. Neighbouring rights berbeda dengan hak cipta, kalau


(18)

dilihat dari subjek yang mendapat perlindungan. Maksud dan tujuan perlindungannya adalah sama, oleh karena itu diatur didalam Undang-undang Hak Cipta. Terdapat 3 macam “Neighbouring rights” ini meliputi :

a. Hak Pelaku pertunjukkan terhadap penampilannya

Pelaku adalah aktor, penyanyi, pemusik, penari, atau mereka yang menampilakan, memperagakan, mempertunjukkan, menyanyikan, menyampaikan, mendeklamasikan, atau memainkan suatu karya musik, film, tari sastra, karya seni lainya. Hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 8 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 19 Tahun 2002

b. Hak Prosedur rekaman terhadap rekaman yang dihasilkannya

Prosedur rekaman suara adalah orang atau badan yang pertama kali merekam atau memiliki prakarsa untuk membiayai kegiatan perekam suara untuk bunyi, baik dari suatu pertunjukkan maupun suara atau bunyi lainnya. Hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 9 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 1 angka 11 Undang-undang No. 19 Tahun 2002.

c. Hak Organisasi penyiaran terhadap program radio dan televisi

Lembaga penyiaran adalah organisasi penyelenggaraan sistem, baik lembaga penyiaran pemerintah maupun swasta yang berbentuk badan hukum yang melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektromagnetik lainnya. Hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 1 angka 12


(19)

Undang –undang No. 19 Tahun 2002. Pelaku memiliki hak khusus untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan menyiarkan rekaman suara dan atau gambar dari pertunjukannya.Hal ini diatur dalam Pasal 43c ayat 1 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 49 ayat 1 Undang-undang No. 19 Tahun 2002.Prosedur rekaman suara memiliki hak khusus untuk member izin atau melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, menyiarkan pula karya siarannya melalui transmisi atau tanpa kabel atau melalui sistem elektromagnetik lainnya.Hal ini diatur dalam Pasal 43c ayat 3 Undang-undang No. 12 Tahun 1997 Junto (J.o) Pasal 49 ayat 3 Undang-Undang-undang No. 19 Tahun 2002.

Dari ketiga macam hak ini terlihat ada 3 subjek yang menjadi pemegang hak yaitu seniman atau pelaku pertunjukkan, produser rekaman, dan lembaga penyiaran. Mereka ini bukan pencipta yang menghasilkan ciptaan yang dilindungi hak cipta, tetapi pihak yang mengkomunikasikan atau mendistribusikan suatu ciptaan tertentu sehingga dapat dinikmati atau digunakan oleh para pengguna (users) hak cipta.

Kedudukan mereka adalah sebagai perantara yang dengan kemampuan profesionalnya memberikan perantaraan itu, mereka telah memberikan konstribusi tertentu yang bernilai, sehingga layak mendapatkan perlindungan hukum sebagaiman pencipta sendiri. Karya intelektualita mereka berupa penampilan dari para artis, aktor, dan musisi yang dapat diwujudkan dalam materi tertentu yang dapat disimpan dan digunakan berulang-ulang. Demikian juga melalui perekaman


(20)

dan penyiaran radio dan televisi, suatu ciptaan yang dihasilkan pencipta dapat diproduksi dan disimpan dalam berbagai cara dan bentuk sebagai hasil kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sehingga mereka yang terlibat dalam proses pembuatannya yang perlu mendapatkan perlindungan hukum, untuk mencegah terjadinya perbanyakan tanpa izin.

Selain itu hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta juga dikenal maksudnya dengan penggunaan hasil ciptaan oleh pihak lain, yang harus dilakukan dengan persetujuan pemilik hak cipta, diantara hak-hak tersebut adalah:

1. Hak untuk membawa salinan atau membuat reproduksi hasil karya

2. Untuk mendistribusikan hasil karya hak untuk menyewa salinan hasil karya

3. Hak untuk membuat rekaman suara atau gambar 4. Hak untuk mempertunjukkan kepada publik 5. Hak untuk menerjemahkan hasil karya 6. Hak untuk menyadur

7. Hak untuk membuat copy kedalam karya audio visual

Hak Cipta diberikan kepada pencipta suatu karya, meskipun dalam hal tertentu hak cipta dapat diberikan kepada pihak pemberi karya yang timbul segera setelah hasil karya tersebut dibuat, demikian pula perlindungan terhadap hak cipta dimulai setelah hak cipta itu didapat.3

3

Eddy Damlan, Hukum hak cipta menuntut beberapa konvensi internasional, Undang-undang

Hak Cipta 1997 dan perlindungannya terhadap buku serta perjanjian penerbitannya.

(Bandung:alumni, 1999), hal 62


(21)

a. Hak eksklusif 2. Klasifikasi Hak Cipta

Secara umum hak cipta dapat diklasifikasikan berbeda yaitu :

Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah hak untuk :

- Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk pada umumnya salinan elektronik)

- Mengimpor dan mengekspor ciptaan

- Menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan)

- Menampilkan atau memamerkan ciptaan didepan umum

- Menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain

Yang dimaksud dengan “Hak eksklusif” dalam hal ini adalah bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang hak cipta. Konsep tersebut yang berlaku di Indonesia. Di Indonesia, hak eksklusif pemegang hak cipta termasuk “Kegiatan menerjemahkan, megadaptasi, mengaransemenkan, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, dan mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun”. Selain itu dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula “Hak terkait”, yang berkaitan dengan hak cipta dan juga merupakan hak eksklusif, yang dimiliki oleh pelaku karya seni (yaitu pemusik, aktor, penari, dan sebagainya), produser rekaman suara dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil dokumentasi kegiatan


(22)

seni yang dilakukan, direkam atau disiarkan oleh mereka masing-masing (Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Pasal 1 butir 9-12 dan bab VIII). Sebagai contoh seorang penyanyi berhak melarang pihak lain memperbanyak rekaman suara nyanyiannya.

Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat dialihkan, misalnya dengan pewarisan atau perjanjian tertulis (Undang-undang No. 19 Tahun 2002 Pasal 3 dan 4). Pemilik hak cipta dapat pula mengijinkan pihak lain melakukan hak eksklusif tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu (Undang-undang No. 19 Tahun 2002 bab V)

b. Hak Ekonomi

Hak ekonomi adalah hak yang berkaitan dengan pemanfaatan secara komersial suatu ciptaan dan behubungan dengan perlindungan kebutuhan ekonomi pencipta misalnya hak untuk mendapatkan pembayaran royalti atas penggunaan (pengumuman dan perbanyakan) karya cipta yang dilindungi. Suatu ciptaan merupakan hasil karya intelektual yang diperoleh melalui pengorbanan waktu, tenaga, dan dana. Dilihat dari aspek ekonomi pengorbanan tersebut merupakan suatu investasi yang perlu dikelola secara komersial untuk mendapatkan pengembalian modal dan memperoleh keuntungan. Semakin bermutu suatu ciptaan semakin tinggi pula potensi nilai komersialnya.4

4


(23)

Hak ekonomi ini menurut komandan verkade terdiri dari komponen sebagai berikut :5

a. Hak reproduksi (menerbitkan atau memperbanyak) b. Hak eksekusi (memainkan atau mempertunjukkan) c. Hak adaptasi (memindahkan atau mengalihkan)

d. Hak interprestasi (menerjemahkan atau mengalihbahasakan)

Djumhana mengklasifikasikan hak ekonomi itu lebih terinci lagi meliputi dibawah ini:

a. Hak reproduksi atau penggandaan (reproduction right) yaitu hak untuk menggandakan ciptaan

b. Hak adaptasi (adaption right) hak untuk menggandakan adaptasi terhadap hak cipta yang sudah ada, misalnya penerjemahan dari satu bahasa kebahasa lain, isi novel diubah menjadi skenario film.

c. Hak distribusi (distribution right) yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan. d. Hak pertunjukkan (public performance right) yaitu hak untuk

mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukkan atau penampilan oleh pemilik, dramawan, seniman, peragawati.

e. Hak penyiaran (broadcasting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang.

f. Hak program kabel (Cable casting right) yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel misalnya siaran televisi pelanggan yang bersifat komersial. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi melainkan kabel

g. Droit de suitc yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan

h. Hak pinjaman masyarakat (public lending right) yaitu hak pencipta atas pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat.6

5


(24)

Penggunaan hak ekonomi seperti diatas semakin luas dengan diperkenalkannya hak sewa (rental right) dan hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta. Menyangkut karya cipta musik dan lagu, terdapat dua macam hak ekonomi yaitu hak mekanis (mechanical right) yang berhubungan dengan produksi ulang lagu atau musik dalam bentuk kaset, compact disc, laser disc, video compact disc, dan lain-lain; dan hak mengumumkan (performing right) yang berkaitan dengan memperdengarkan sebuah musik atau lagu misalnya menyanyikan, memutar kaset atau compact disc player ditempat umum untuk kepentingan komersial.7

Hak moral itu diberikan semata-mata untuk menjaga nama baik atau reputasi pencipta sebagai wujud dan pengakuan terhadap hasil karya intelektualitas seseorang.

c. Hak Moral

Hak moral ini merupakan manisfestasi dari adanya pengakuan manusia terhadap hasil karya orang lain yang sifatnya non ekonomi. Hak moral berkaitan dengan perlindungan kepentingan nama baik dari pencipta.

8

6

abdulkadir Muhammad, kajian hukum ekonomi intelektual (Bandung; Citra aditya bakti,2001) hal 20-21

Seorang pelukis, misalnya yang melukiskan suatu objek tertentu , belum tentu maksudnya untuk diperjualbelikan atau mendapat keuntungan ekonomi bagi dirinya, tetapi mugkin untuk penyaluran minat, bakat dan kemampuan dibidang seni atau untuk penyampaian isi hati atau pendapat. Kepada pelukis yang bersangkutan hukum memberikan perlindungan hak cipta,

7

Sanusi Bintang, Op cit hal 98

8


(25)

antara lain mengakui hak moralnya lazimnya penghargaan moral diberikan masyarakat kepada seseorang karena orang tersebut telah menghasilkan suatu ciptaan atau karya tertentu yang bermanfaat bagi masyarakat. Penghargaan moral ini tidak dapat dinilai dengan uang, tetapi berwujud pemberian kekuasaan atau wewenang tertentu kepadanya untuk melakukan sesuatu apabila ada orang yang melanggarnya.9

Hak moral diatur dalam undang-undang hak cipta dan Konvensi Berne. Dalam Pasal 24 Undang-undang hak cipta ditentukan bahwa :10

1. Pencipta atau ahli warisnya berhak untuk menuntut kepada pemegang hak cipta supaya nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya

a. Tidak diperbolehkan mengadakan perubahan suatu ciptaan kecuali dengan persetujuan pencipta atau ahli warisnya

b. Dalam hal pencipta telah menyerahkan hak ciptanya kepada orang lain, selama penciptanya masih hidup diperlukan persetujuannya untuk mengadakan perubahan termasuk dan apabila pencipta telah meninggal dunia izin dari ahli warisnya

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, berlaku juga terhadap perubahan judul dan anak judul ciptaan, pencantuman dan perubahan nama atau nama samaran pencipta.

3. Pencipta tetap berlaku mengadakan perubahan pada ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat.

Didalam Konvensi Berne ditentukan bahwa setiap negara peserta wajib memberikan pencipta :

1. Hak untuk menuntuk kepemilikan

2. Hak untuk melawan segala bentuk pemutarbalikkan, atau perubahan lainnya atau tindakan penghinaan dalam hubungannya dengan ciptaan yang dapat merugikan nama baik atau reputasi pencipta.11

9

Ibid hal 8

10


(26)

3. Pengertian Tindak Pidana Hak Cipta

Tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sebuah karya cipta musik atau lagu, terutama sekali musik dan lagu-lagu yang ternyata sangat disenangi dan digemari oleh masyarakat sehingga sangat laku dipasaran, menimbulkan keinginan bagi orang-orang tertentu untuk dapat ikut mengeksploitasi musik atau lagu tersebut dan digandakan dengan menggunakan format MP3(Motion Picture Experts layer III). Hal ini dapat menimbulkan keuntungan bagi karya cipta musik atau lagu tersebut. Namun pada kenyataannya hal tersebut sering kali diwujudkan dengan cara-cara yang melanggar hukum atau dengan cara illegal. Untuk mengerti lebih jauh lagi mengenai tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III), maka akan membahas terlebih dahulu tentang pengertian tindak pidana itu. Ada beberapa pendapat sarjana yang mengemukakan arti dari tindak pidana tersebut itu :

Menurut Wirjiono Projodikora tindak pidana yaitu “suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana”.

Pengertian tindak pidana

12

Menurut Moeljadno tindak pidana adalah “perbuatan yang diancam dengan pidana, barang siapa melanggar larangan tersebut”.13

1. Perbuatan

Tindak pidana ini memiliki unsur-unsur yaitu :

11

Sanusi Bintang, Opcit hal 7 12

Sudarto, Hukum pidana I, (Semarang: Yayasan Sudarto, 1990) hal 4

13


(27)

2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang 3. Bersifat melawan hukum

Menurut Stanley Rubenstein, sekitar tahun 1740 tercatat pertama kali orang yang menggunakan istilah “copyright”. Di Inggris pemakaian istilah hak cipta (copyright) pertama kali berkembang untuk menggambarkan konsep guna melindungi penerbit dari tindakan penggandaan buku oleh pihak lain yang tidak mempunyai hak untuk menerbitkannya. Perlindungan buku tidak diberikan kepada pencipta (auther), melainkan diberikan kepada pihak penerbit. Perlindungan tersebut dimaksudkan untuk memberikan jaminan atau investasi penerbit dalam membiayai cetakan suatu karya. Hal ini sesuai dengan landasan penekanan sistem hak cipta dalam “common law system” yang mengacu pada segi ekonomi.

Pengertian Hak cipta

Pengertian hak cipta asal mulanya menggambarkan hal untuk menggandakan atau memperbanyak suatu karya cipta. Istilah copyright (hak cipta) tidak jelas siapa yang memakainya. Tidak ada satupun perundang-undangan yang secara jelas menggunakannya pertama kali.

14

“Hak cipta adalah hak milik yang melekat pada karya-karya cipta dibidang kesusasteraan, seni, dan ilmu pengetahuan seperti karya tulis, karya musik, lukisan, patung, karya arsitektur, film, dan lain-lain. Pada hakikatnya, hak cipta Menurut David Bainbridge :

14

Muhammad Djumhana dan Djuboedillah, Hak Milik Intelektual (sejarah, teori, dan praktiknya di Indonesia ) (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) hal 47-48


(28)

adalah hak yang dimiliki pencipta untuk mengeksploitasi dengan berbagai cara karya cipta yang dihasilkannya.15

Tindak pidana hak cipta yaitu suatu kegiatan perbuatan, kebanyakan, penyiaran, pengedaran tanpa izin dari pencipta maupun penerima hak dari penjualan barang hasil pelanggaran hak cipta.

Pengertian tindak pidana hak cipta

16

1. Pembajakan karya rekaman musik atau lagu

Didalam masyarakat perwujudan dan pelanggaran terhadap hak-hak pencipta akan timbul dalam berbagai bentuk, sebagaimana dapat dijabarkan berikut ini :

Pembajakan atas rekaman musik atau lagu merupakan perbuatan kejahatan yang timbul seiring dengan adanya industri musik baik nasional maupun internasional.

Dalam industri musik di Indonesia pembajakan yang terjadi tidak hanya atas karya rekaman musik dalam negri tetapi juga meliputi karya rekaman asing. Sehubungan dengan karya rekaman yang beredar di masyarakat, tidak hanya karya rekaman produksi nasional tetapi beredar pula karya rekaman asing. Ada tiga macam bentuk pembajakan atas karya rekaman suara yang dikenal dalam

15

Beinbridge, david, 1999, Intellectual Property, Forth Edition , Financial; Times, Pitmen publishing, England.

16

Leden Marpaung, Tindak pidana terhadap hak atas kekayaan intelektual, (Jakarta; Sinar Gafika, 1995), hal 65


(29)

industry musik internasional yaitu ; Counterfeit, piracy,boat ledging17

a. Counterfeit

,berikut ini akan diuraikan masing-masing bentuk pembajakan tersebut :

Adalah bentuk pembajakan dengan melakukan penggadaan ulang suatu album karya rekaman, dalam bentuk sama sekali mirip dengan aslinya baik dalam kemasan album, ilustri cover maupun susunan lagunya. Kualitas dari album bajakan ini tentu saja tidak terjamin. Counterfeit

lebih dikenal sebagai album rekaman aspal (asli atau palsu).

b. Piracy

Adalah bentuk pembajakan karya rekaman yang dilakukan dengan menggunakan berbagai lagu dari yang sedang populer, dikenal dengan istilah “seleksi” atau ketikan. Bentuk pembajakan ini paling ditakuti dalam industri musik karena dapat mematikan kesempatan penjualan dari beberapa album rekaman secara bersamaan.

c. Boat ledging

Adalah bentuk pembajakan yang dilakukan dengan cara merekam langsung suatu pertunjukkan musik dari seorang penyanyi. Dan album rekaman ini digandakan lalu dijual sebagai album khusus dari penyanyi tersebut.

17


(30)

2. Peniruan karya cipta musik

Perbuatan ini dikaitkan sebagai pelanggaran hak cipta apabila karya cipta yang diciptakan oleh seorang pencipta mempunyai kemiripan yang hampir seratus persen sama dengan hasil karya musik atau lagu pencipta lainnya, baik notasi, melodi dasar, irama, atau warna musiknya.

3. Pengumuman suatu karya cipta secara tidak sah

Pengumuman suatu karya cipta secara tidak sah terjadi apabila pengguna lagu dalam melakukan kegiatan usahanya yang menggunakan karya cipta lagu untuk tujuan komersial dilakukan tanpa adanya izin dari pencipta atau pemegang hak cipta dan pengguna dapat bebas dari kewajiban membayar royalti.

Tindak Pidana atas praktik pembajakan karya musik atau lagu dalam bentuk format MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk mengkompresi file-file musik sehingga didapatkan file musik digital yang mirip kualitas musik asli dengan ukuran file yang kecil tanpa izin dari pencipta maupun penerima hal dari penjualan barang hasil dari pelanggaran hak cipta. Beberapa bentuk pelanggaran hak cipta musik atau lagu dalam praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) termasuk pelanggaran undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang hak cipta. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kemajuan teknologi dapat mempermudah atas suatu karya dalam melaksanakan reproduksi hasil karya musik. Karya musik yang dipasarkan oleh suatu perusahaan rekaman merupakan proses yang resmi yang


(31)

dilindungi undang-undang. Kejahatan yang dihadapi di masyarakat adalah dari berbagai macam hasil karya musik tersebut dapat diperbanyak dengan mudah dan mendapatkan suatu hasil karya musik sehingga dengan biaya murah dapat memperoleh suatu karya musik yang disukainya, dengan modal suatu server atau sebuah komputer dapat memperbanyak suatu ciptaan musik tanpa harus membayar izin kepada yang punya hak.

Dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai suatu penadah hasil dari suatu kejahatan yang berusaha mendapatkan keuntungan yang bersifat komersial dapat dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.

Menurut L.J Taylor, yang dilindungi hak cipta adalah ekspresinya dari sebuah ide, jadi bukan melindungi idenya itu sendiri.

4. Ciptaan yang dilindungi undang-undang hak cipta

18

18

L.J. Taylor, Copyright for Librarians, Cetakan Pertama, East Sussex : Tamarisk Books Hstings, 1980

Konsep dasar hukum hak cipta seperti itu dianut didalam peraturan perundang-undangan hak cipta di Indonesia sebagaimana dapat kita simak dalam penjelasan pasal 12 ayat 3 undang-undang hak cipta No. 19 Tahun 2002.Dengan demikian, yang dilindungi adalah sudah dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan bukan masih merupakan gagasan. Bentuk nyata ciptaan tersebut bisa terwujud khas dalam bidang kesusasteraan, seni maupun ilmu pengetahuan. Konvensi Internasional hak cipta 1952 Universal Copyright Convention (UCC), pada pasal 1, menentukan yang dilindunginya yaitu bidang kesusasteraan, ilmu pengetahuan (Scientific), dan


(32)

pekerjaan seni (artistic work) termasuk karya tulis, musik, drama, sinematographi, lukisan, pahatan, dan patung.

Hukum Indonesia secara jelas mengatur ciptaan yang dilindungi, yang selengkapnya diatur dalam Pasal 12 Undang-undang Hak Cipta No.19 tahun 2002, yaitu :19

a. Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya.

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lainnya yang sejenis dengan itu

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks

e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi,Pewayangan, dan pantonim. f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar,seni ukir, seni

kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan. g. Arsitektur

h. Peta i. Seni batik j. Fotografi

k. Sinematografi,dan

l. Terjemahan, tafsir, bunga rampai dan karya lainnya dari hasil pengalihwujud.

Dalam Undang-undang Hak Cipta juga disertakan pengertian dan penjelasan dari berbagai jenis ciptaan yang telah disebutkan di atas, di antaranya sebagai berikut :

19


(33)

a. Susunan perwajahan karya tulis atau typhographical arrangement yaitu aspek seni atau estetika pada susunan dan bentuk penulisan karya tulis. Hal ini antara lain mencakup format, hiasan, warna dan susunan atau tata letak huruf yang secara keseluruhan menampilkan wujud yang khas.

b. Ciptaan lain yang sejenis, yaitu ciptaan-ciptaan yang belum disebutkan, tetapi dapt disamakan dengan ciptaan seperti ceramah,kuliah dan pidato.

c. Alat peraga adalah ciptaan yang berbenuk dua ataupun tiga dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur,biologi,atau ilmu pengetahuan lain.

d. Lagu atau musik diartikan sebagai karya yang bersifat utuh, sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi; syair atau lirik, dan aransemennya, termasuk notasi.

e. Gambar, antara lain meliputi: motif,diagram, sketsa, logo, dan bentuk huruf indah, dimana gambar tersebut dibuat bukan untuk tujuan desain industri. Kolase diartikan sebagai komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan (misalnya dari kain,kertas dan kayu) yang ditempelkan pada permukaan gambar.

f. Arsitektur, antara lain meliputi: seni gambar bangunan dan seni gambar miniatur, dan seni gambar market bangunan.


(34)

g. Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan/atau buatan manusia yang berada diats ataupun dibawah permukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.

h. Batik yang dibuat secara konvensional dilindungi dalam undang-undang ini sebagai bentuk ciptaan tersendiri.Karya-karya tersebut memperoleh perlindungan karena mempunyai nilai seni, baik pada ciptaan motif,gambar, maupun komposisi warnanya. Pengertian seni batik juga diterapkan pada karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat diberbagai daerah, seperti seni songket,ikat, dan lain-lain yang dewasa ini terus dikembangkan.

i. Karya sinematografi yaitu ciptaan yang merupakan media komunikasi masa gambar bergerak (moving images) antara lain film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita yang dibuat dengan skenario, dan film kartun.Karya ini dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan di bioskop, dilayar lebar, ditayangkan televisi, atau media lainnya.

j. Bunga rampai, meliputi ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kumpulan berbagai karya tulis pilihan, himpunan lagu-lagu pilihan yang direkam dalam satu kaset, cakram optik, atau media lainnya,serta komposisi dari berbagai karya tari pilihan.

k. Database, diartikan sebagai kompilasi data dalam bentuk apapun yang dapat dibaca oleh mesin (komputer) atau dalam bentuk lain, dimana karena


(35)

alasan pemilihan atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi intelektual. Perlindungan terhadap database diberikan dengan tidak mengurangi hak pencipta lain yang ciptaannya dimasukkan dalam database

tersebut.

l. Pengalihwujudan adalah perubahan bentuk, misalnya dari bentuk patung menjadi lukisan, cerita roman menjadi drama, atau film dan lain-lain.

Apabila kita melihat lebih seksama jenis-jenis ciptaan diatas, maka nampak bahwa ciptaan yang dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta terbagi dalam dua jenis yaitu ciptaan yang bersifat asli (orisinal) yang diatur dalam pasal 29 ayat (1) dan ciptaan bersifat derivatif (hasil dari perkembangan tekhnologi) yang diatur dalam pasal 30 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta. Penggelompokkan ini berkaitan erat dengan jangka waktu perlindungan yang diberikan, misalnya pada karya cipta orisinal yang terdiri atas :20

a. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya

b. Drama atau drama musikal, tari dan koreografi

c. Segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, seni patung d. Seni batik

e. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks f. Arsitektur

g. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya h. Alat peraga

i. Peta, dan

j. Terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai

20


(36)

Jangka waktu perlindungan hukum yang diberikan terhadap karya-karya tersebut adalah selama hidup pencipta dan akan terus berlangsung untuk jangka waktu 50 (lima puluh) tahun setekah penciptanya meninggal dunia.

sedangkan ciptaan yang bersifat turunan atau derivatif adalah seperti yang dimuat dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Hak Cipta, yaitu :21

a. Program Komput er

b. Sinematografi c. Fotografi d. Database, dan

e. Karya hasil pengalihwujudan

Perlindungan hukum yang diberikan adalah selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali karya tersebut diterbitkan.

Di Jerman, Amerika serikat, dan Inggris dalam undang-undangnya ditentukan secara jelas bidang karya cipta yang dilindunginya. Sedangkan di Italia hal tersebut tidak ditentukan secara jelas.22

a. Kelompok yang disebut sebagai work yang meliputi kesusasteraan (original literary work), drama (original dramatic work) , dan music (original musical work), pekerjaan artistik (original artistic work)

Di Inggris bidang yang dilindungi, menurut undang-undang hak cipta 1988, dibedakan kedalam 2 (dua) golongan, yaitu :

21

Ibid, Pasal 30 ayat (1)

22


(37)

b. Kelompok yang disebut sebagai subjek matter, yaitu tipografi, rekaman suara, film, penyiaran, serta program kabel (cable program). Perbedaan ini didasarkan atas syarat orisinalitas sebuah ciptaan. Ciptaan yang dikelompokkan sebagai “work” harus memenuhi syarat orisinalitas, sedangkan dalam kelompok kedua tidak disyaratkan memenuhi orisinalitas.

Perbedaan ini didasarkan atas syarat orisinalitas sebuah ciptaan. Ciptaan yang dikelompokkan “Work” harus memenuhi syarat orisinalitas sedangkan kelompok kedua tidak disyaratkan memenuhi orisinalitas. Secara garis besarnya bidang yang dilindungi hak cipta dapat digolonggkan menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Meliputi pekerjaan yang ditentukan dalam Konvensi Berne, yaitu bidang kesusasteraan, literary, pekerjaan artistik (artistic work), termasuk pula drama, musik dan drama musikal .

b. Kategori yang muncul belakangan karena perkembangan tekhnologi yaitu seperti sinematografi, fotografi, rekaman suara, penyiaran (broadcasting) baik radio maupu n televisi.

c. Kelompok yang berhubungan dengan komputer yaitu mengenai program komputer. Di Prancis program komputer ini mulain dilindungi pada tahun 1985, di Inggris diatur didalam Copyright Amandement Computert Software Copyright Act 1980, dan Di Indonesia diatur didalam undang-undang hak cipta tahun 1987.


(38)

Hampir semua hasil karya yang merupakan ciptaan yang dilindungi undang-undang maka sekilas tampak bahwa seluruhnya dilindungi, tetapi sebenarnya ada bidang karya yang tidak termasuk bidang yang dilindungi hak cipta, yaitu diantaranya :23

a. Judul, baik judul buku, film, majalah, lukisan, Koran, lagu, atau yang sejenisnya.

b. Ide dan informasi tidak merupakan bagian yang dilindungi hak cipta karena keduanya belum berwujud dalam bentuk materi

c. Sinopsis, ringkasan tidak merupakan ciptaan yang dilindungi hak cipta dan hal tersebut tidak merupakan pelanggaran atas ciptaan asli.

d. Plot (alur isi cerita) sebab plot disamakan dengan ide e. Slogan iklan karena disamakan dengan judul

f. Nama samaran (fictitious name), hanya nama samaran ini bila ada yang menggunakannya secara tidak sah dapat dilakukan gugatan dibawah aksi

passing off

g. Karakter peran, seperti Mickey Mouse, atau James Bond

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptis analistis, menelaah dan menganalisa perundang-undangan khususnya Undang-undang No. 29 tahun 2002 tentang hak cipta

2. Metode Pengumpulan Data

23

J. M. Cavendish, A Handbook of Copyright in British Publishing in Practise. Cetakan kedua, London, Cassel, 1984 : 82-83


(39)

Penelitian kepustakaan (liberty research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur seperti : buku-buku, undang-undang khususnya undang-undang hak cipta, pendapat sarjana, bahan perkuliahan, arikel dan juga bahan yang diperoleh dari media internet, yang bertujuan untuk memperoleh atau mencari konsepsi, teori-teori, bahan-bahan yang berkenaan dengan tindak pidana hak cipta

3. Analisa Data

Analisa data yang dipergunakan dalam penelitan adalah dengan cara analisis kualitatif. Dalam hal ini pemaparan kembali dengan kalimat yang sistematis yang memberikan gambaran secara jelas, jawaban atas permasalahan dalam skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Mengenai Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta atas Praktik Pembajakan Lagu dan Musik dengan Format MP3 (Motion Picture Experts layer III)” dirasa perlu untuk menguraikan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai gambaran singkat skripsi, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan, penulis terlebih dahulu menguraikan tentang gambaran umum atas keseluruhan skripsi ataupun konsepsi umum dari


(40)

skripsi, baik berupa : latar belakang skripsi; permasalahan; manfaat penulisan; tinjauan kepustakaan; metode penulisan; serta sistematika penulisan

BAB II :TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS

PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (Motion Picture Experts layer III)

Selanjutnya untuk bab II, terdiri dari tiga (3) sub bab. Dimana pada sub bab pertama membahas pemahaman mengenai MP3 (Motion Picture Experts layer III), kedua membahas mengenai jenis tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III), ketiga membahas sanksi pidana terhadap tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III)

BAB III : FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK DARI TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (Motion Picture Experts layer III)

Selanjutnya untuk bab III, terdiri dari 2 (dua) sub bab. Dimana pada sub bab pertama membahas mengenai faktor penyebab tindak pidana atas


(41)

praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3(Motion Picture Experts layer III) , kedua membahas dampak tindak pidana atas praktik pembajakan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III)

BAB IV :PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA

PEMEGANG HAK CIPTA SERTA UPAYA HUKUM ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (Motion Picture Experts layer III)

Selanjutnya untuk bab IV, terdiri dari 2 (dua) sub bab. Dimana sub bab pertama membahas perlindungan hukum kepada pemegang hak cipta menurut undang-undang No. 19 tahun 2002 tentang hak cipta, bab kedua membahas mengenai upaya hukum tindak pidana hak cipta atas praktik penggandaan lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III) menurut undang-undang no. 19 tahun 2002


(42)

BAB II.

TINDAK PIDANA HAK CIPTA ATAS PRAKTIK PEMBAJAKAN LAGU DAN MUSIK DENGAN FORMAT MP3 (MOTION PICTURE EXPERTS

LAYER III)

A. Pemahaman mengenai MP3 (Motion Picture Experts layer III)

Salah satu dampak yang sangat signifikan dari perkembangan tekhnologi komputer adalah semakin banyaknya alat atau objek yang semula bersifat analog berubah menjadi besifat digital. Diantara berbagai fenomena yang terjadi, salah satu hal yang menarik untuk dibahas adalah fenomena musik digital dengan format Motion Picture Experts Group (MPEG). MPEG-1 Layer III(atau MPEG Audio Layer III) yang lebih dikenal sebagai MP3 adalah salah satu bentuk format file kompresi. Format ini menggunakan hitungan-hitungan algoritma yang berfungsi memadatkan file musik untuk mengurangi ukuran secara signifikan, tetapi tetap dapat mempertahankan kualitas yang dihasilkan.

Pemahaman terhadap MP3 terlebih dahulu dimulai dari pemahaman mengenai form atau bentuk dan substance atau isi dari MP3. Dilihat dari bentuknya, MP3 adalah sebuah software atau perangkat lunak. MP3 dapat dikategorikan secara bentuk sebagai software karena memiliki karakteristik sebuah software, yaitu dibangun berdasarkan algoritma tertentu, menggunakan suatu bahasa program (MP3 pertama kali ditulis menggunakan bahasa C), dan


(43)

telah melalui proses coding dan decoding sehingga dapat dikenali oleh suatu

operation system.24

Dengan pemahaman MP3 sebagai software, Thomson Consumer Electronics sebagai pemegang lisensi dari MPEG Layer 1, 2, dan 3, mematenkan

software MP3 di negara yang mengakui adanya “software patent” seperti United Stated of America dan Jepang.

25

Dengan dipatenkanya MP3, tidak banyak pengembang software yang mau mengembangkan software berbasis MP3, sehingga lahir beberapa software

alternatif seperti Ogg, dan WMA. Dengan demikian, MP3 secara form menjadi illegal di negara-negara yang mengakui paten terhadap software, hingga berakhirnya waktu paten pada 2010 dan paten menjadi public domain.

Sesungguhnya MP3 dikatakan sebagai sebuah software karena MP3 menjalankan suatu fungsi komputasi tertentu, yaitu melakukan konversi dan kompresi data audio dengan encoding MP3 hingga dapat didengarkan menggunakan MP3 player seperti WinAmp untuk platform windows da XMMS untuk platform *nix.

26

Dilain sisi, apabila memahami MP3 dari sudut pandang substansinya maka pemahaman ini beranjak dari konten atau isi dari MP3 itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konten atau isi dari MP3 adalah data audio yang

24

Wikipedia Online Encyclopedia, “Overview MP3”,

25

Ibid. 26

Beberapa vendor seperti iTuns (http://www.ituns.com), menggunakan format audio tersendiri yaitu M4P dengan tujuan untuk melindungi konten audio yang didownload tersebut, sehingga audio tersebut hanya bisa diputar menggunakan software yang telah disediakan oleh iTuns. Selain itu iTuns juga menyertakan software disetiap musik yang didownload yang menyebabkan musik tersebut hanya bisa di “copy” ke lima mesin yang telah di “authorized” oleh iTuns.


(44)

umumnya merupakan musik atau lagu. Dengan pemikiran ini, maka secara substantif MP3 adalah sebuah karya cipta yang merupakan bagian dari Hak Cipta. Pemahaman terhadap bentuk dan isi MP3 amat penting untuk menentukan aspek legalitas dari MP3 tersebut, sehingga dapat diketahui kapan suatu MP3 merupakan data legal dan kapan suatu MP3 dikatakan sebagai data illegal.Format MP3 (Motion Picture Experts layer III) mulai masa kepopulerannya dan dicari-cari pengguna internet sejak sepasang mahasiswa bernama Justin Frankel dan Dmitry Bolydrev menawarkan melalui internet secara Cuma-Cuma sebuah aplikasi program komputer yang diberi nama Winamp.27

MP3 (Motion Picture Experts layer III) ini sebenarnya hanya merupakan salah satu dari sekian banyak tekhnologi pengkodean audio digital. Disamping Aplikasi ini merupakan sebuah sarana untuk membuka atau memainkan file yang berjenis MP3 (Motion Picture Experts layer III). Program komputer tersebut menjadi sangat populer di seluruh dunia, yang kemudian mendorong pesatnya pengkonversian konten-konten audio kedalam format MP3 (Motion Picture Experts layer III). Umumnya konten yang dikonversi kedalam format MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah musik dan lagu. Ditunjang oleh berbagai kelebihan internet, dimulailah suatu era pertukaran konten digital berjenis MP3 (Motion Picture Experts layer III) dalam jumlah dan intensitas yang sangat besar.

27

Rizki Harit Maulana, “Karl Heinz Brandeburg Sosok di Balik Kesuksesan MP3,” Suplemen Pikiran Rakyat Khusus Iptek edisi kamis, 10 November 2005 diakses 3 Juli 2006


(45)

format MP3(Motion Picture Experts layer III), dikenal juga format-format musik digital lainnya yang beredar dimasyarakat antara lainnya :28

1. Windows Media Audio (WMA)

Salah satu yang menyebabkan format yang ditawarkan Microsoft, Windows Media Audio (WMA), disukai para vendor musik online adalah dukungannya terhadap Digital Rights Management (DRM). DRM adalah fitur untuk mencegah pembajakan musik, hal yang sangat ditakuti oleh studio musik saat ini. Kelebihan WMA tidak hanya itu saja. Kualitas musik yang ditawarkan format WMA lebih baik daripada MP3. Tes yang dilakukan situs Extremetech.com menunjukkan format ini juga kualitasnya lebih baik daripada AAC. Format ini cukup populer. Peranti lunak dan peranti keras terbaru umumnya mendukung format ini. Namun dukungan belum seluas MP3, kendati hal ini bisa berubah dalam waktu-waktu mendatang.

2. Waveform Audio (WAV)

WAV atau sering disebut juga WAVEform audio merupakan standar suara de-facto di Windows. Hasil ripping dari CD pada awalnya direkam dalam format ini sebelum dikonversi ke format lain. Namun sekarang tahap ini sering dilewati. File dalam format ini biasanya tidak dikompresi dan karenanya berukuran besar.

28


(46)

3. Music Instrument Interface (MIDI)

MIDI sudah ada sejak tahun 1980 an tapi banyak orang masih belum mengerti apa itu MIDI. MP3 lebih banyak mendapatkan perhatian belakangan ini. MIDI singkatan dari Musical Instrument Digital Interface yaitu sebuah "interface" yang menghubungkan sistem komputer dengan keyboard instrumen musik. Untuk membentuk sistem Musik MIDI diperlukan sebuah keyboard instrumen musik yang mempunyai penghubung MIDI sebuah CPU komputer sebuah monitor dan sebuah printer ( sebagai tambahan ). Dengan susunan lengkap seperti ini maka musisi sewaktu-waktu dapat merekam dan main ulang rekaman musiknya . Semua data lagu disimpan dalam format digital seperti ke media disket atau hard disk komputer. Format audio satu ini lebih cocok untuk suara yang dihasilkan oleh synthesizer atau peranti elektronik lainnya, tetapi tidak cocok untuk hasil konversi dari suara analog karena tidak terlalu akurat. File dengan format ini berukuran kecil dan akhir-akhir ini sering digunakan dalam ponsel sebagai ringtone.

3. Advanced Audio Coding (AAC)

AAC adalah singkatan dari Advanced Audio Coding. Format ini merupakan bagian standar Motion Picture Experts Group (MPEG), sejak standar MPEG-2 diberlakukan pada tahun 1997. Sample rate yang ditawarkan sampai 96KHz-dua kali MP3. Format ini digunakan Apple pada toko musik online-nya, iTunes. Kualitas musik dalam format ini


(47)

cukup baik bahkan pada bitrate rendah. iPod, pemutar musik digital portabel dari Apple, adalah peranti terkemuka yang mendukung format ini.

4. Ogg Vorbis

Ogg Vorbis merupakan satu-satunya format file yang terbuka dan gratis. Format lain yang disebutkan di atas umumnya dipatenkan dan pengembang peranti lunak atau pembuat peranti keras harus membayar lisensi untuk produk yang dapat memainkan file dengan format terkait. Dari segi kualitas, kelebihan Ogg Vorbis adalah kualitas yang tinggi pada bitrate rendah dibandingkan format lain. Peranti lunak populer, Winamp dan pelopor pemutar MP3 portabel Rio sudah mendukung format ini dalam model terbarunya. Walaupun demikian dukungan peranti keras terhadap format ini masih jarang.

5. Adaptive Differential Fulse Code Modulation (ADPCM)

juga dikenal sebagai Linear PCM adalah standar untuk format CD Audio. Karena sifatnya yang tidak terkompresi, maka format PCM ini mempunyai ukuran file yang cukup besar bila dibandingkan dengan format MP3

6. Advanced Streaming Format (ASF)

ASF adalah sebuah metode untuk mengalirkan (streaming) data multimedia jenis data, mulai dari audio, video, gambar,


(48)

menggunakan stream ASF yang mengandung audio serta video. Dengan utilitas yang sama pula, pengguna dapat membuat stream ASF yang terlebih dahulu disimpan di dalam media penyimpanan lokal, sebelum akhirnya dialirkan melalui jaringan. Layanan yang dapat mendukung pengaliran stream ASF berupa Microsoft NetShow Server dan Microsoft Windows Media Services. Dua layanan tersebut dapat melakukan transmisi secara unicast (one-to-one) maupun multicast (one-to-many).

7. Vector Quantization Format (VQF)

adalah relatif format data audio baru yang diperkenalkan oleh Nippon Telegraph dan Telephone Corporation (NTT) dan didistribusikan oleh Yamaha di bawah nama SoundVQ. Format ini menggunakan kompresi data audio khusus algoritma yang menjamin kualitas output yang baik. Efisien pemutaran juga mungkin. Dengan bantuan TwinVQ codec audio, Anda dapat kode data audio bitrates ultra rendah (sekitar 8 kbit / s). Format ini dikembangkan untuk pemain lebih kuat daripada MP3, dan proses kompresi memerlukan lebih banyak kekuatan.

Namun saat ini tampaknya yang paling populer adalah format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III). MP3 (Motion Picture Experts layer III) merupakan format kompresi audio yang memiliki sifat “menghilangkan”. Maksudnya,pada saat pengkompresian suatu konten audio kedalam format MP3 (Motion Picture Experts layer III), aspek-aspek yang tidak signifikan pada


(49)

pendengaran manusia dari sebuah konten dihilangkan dengan tujuan untuk mengurangi ukuran dari sebuah file.

MP3 (Motion Picture Experts layer III) merupakan ketiga pengkompresian data29 khususnya musik digital yang menggunakan algoritma-algoritma tertentu.30

Sebagian besar konten MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah sebuah musik atau lagu. Lagu tersebut biasanya berasal dari Compact Disc (CD)

yang orisinil, kemudian setelah melalui proses grabbing, lagu tersebut di kompresi menggunakan encoding software MP3 (Motion Picture Experts layer III) sehingga menjadi data MP3 (Motion Picture Experts layer III) yang biasanya Pengaruh adanya MP3 (Motion Picture Experts layer III) tidak dapat dipungkiri lagi. MP3 (Motion Picture Experts layer III) secara revolusioner mengubah kebiasaan kita dalam memperoleh dan mendengarkan musik. Bagaimana tidak, saat ini kita tidak perlu lagi bersusah payah untuk pergi ketoko kaset untuk membeli kaset atau Compact Disc (CD) yang kita sukai. Akan tetapi, sebagai gantinya kita cukup menghidupkan komputer dan mendowload lagu-lagu yang kita inginkan dari internet. Dengan cara itu keinginan untuk mendengarkan musik terpenuhi.

29

Corey Rayburn After Nepster Virginia Journal of Law & Technology,2001. Menurutnya generasi pertama adlah file dengan format wav. File ini terlalu besar untuk ditransmisikan melalui internet, bahkan untuk disimpan didalam hardsisk, umumnya mono dan kualitas rendah. Generasi kedua adalah hasil pengembangan Sun Microsystems dan dikenal dengan format au. Format ini terdapat peningkatan kualitas suaranya dan mampu mengkompresi suara dengan perbandingan 2.1. Pada waktu yang bersamaan muncul juga format MIDI akan tetapi format ini hanya terbatas untuk merekam alat-alat instrument. Kemudian baru format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III) muncul dengan kompresi yang fenomenal 12.1 dari suara asal.

30

Impact of MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III)on the Music Industry, Analysis and Recommendations 10 Juni 2006


(50)

berekstensi data MP3 (Motion Picture Experts layer III).31

Data tersebut dapat didistribusikan melalui surat elektronik (e-mail) melalui proses upload

Rata-rata sebuah

Compact Disc (CD) memuat sebelas hingga dua belas lagu dengan total 650MB (Megabyte). Setelah melalui proses konversi menjadi MP3 (Motion Picture Experts layer III), besar data masing-masing berkisar lima hingga enam megabyte. Setelah mencapai besaran yang terkompresi, data-data tersebut dapat didistribusikan melalui internet.

32

keserver tertentu kemudian di download, atau dapat juga melalui pertukaran data orang perorang yang biasa disebut dengan peer to peer networking.33

Sebelum format MP3 (Motion Picture Experts layer III) dipublikasikan, para pengguna komputer pribadi yang pada umumnya menggunakan sistem operasi window, sudah terbiasa mendengarkan musik dikomputernya dengan

format wap. File dengan format tersebut umumnya memiliki ukuran besar. Hal itu dikarenakan file tersebut tidak dikompresi atau dipadatkan. Sebagai gambaran,

31

Eric Berger, “The Legel Problems of MP3”, Temple Environmental Law and Technology Journal (Fall,2004);2

32

Download dalam hal ini berarti transmisi sebuah file dari suatu computer kepada lainnya dalam sebuah jaringan computer (internet). Dari sudut pengguna (users) internet, download berarti meminta dari komputer lain sebuah file serta menerima dan menyimpannya dalam komputer pengguna. Sementara uploading kebalikan dari download. Dalam konteks jaringan internet

meng-uploading berarti mengirim sebuah file komputer kepada komputer lainnya yang telah diset untuk menerimanya. Perkembangan internasional cenderung memasukkan downloading sebagai salah satu bentuk baru dari reproduksi yang tunduk kepada aturan-aturan umum mengenai reproduksi yang telah diatur oleh hak cipta. WIPO dalam hal ini Uneso Committee of Govermental Experetrs

menggariskan bahwa reproduksi melalui downloading dan CD (Compact Disc) termasuk hak khusus penciptanya, yang tidak dimiliki orang lain kecuali dengan izin pemegang haknya.

33

Lori A. More, “The Future of Music In a Digital Age: The Ongoing Conflict Between Copyright Law and Peer to Peer Technology”, Campbell Law Review (Spring,2006):195


(51)

sebuah file audio berdurasi tiga menit dengan kualitas Compact Disc (CD) pada file wap ukurannya sebesar 32 megabyte (MB). Dengan ukuran tersebut, pengguna akan sulit untuk memindahkan atau menyimpannya. Sedangkan dengan format MP3 (Motion Picture Experts layer III), konten dari ukuran yang asli atau 3 megabyte saja. MP3 (Motion Picture Experts layer III) decoderslah yang sangat berjasa dalam mengkompresi ukuran file tersebut. Caranya ialah dengan menyaring dan menghilangkan informasi audio yang tidak diperlukan, yaitu informasi audio yang tidak masuk dalam cakupan pendengaran manusia.Tekhnik ini dinamakan lossy compression.34

Dengan pengurangan ukuran yang signifikan, kualitas suara yang dihasilkan tetap dapat dipertahankan.Selain itu ukurannya yang kecil menyebabkan dapat disebarkan melalui internet dalam waktu yang lebih cepat jika dibandingkan dengan menyebarkan konten dengan format lain.

35

34

Pengertian dari Lossy Compression sebagaimana dikutip dari

Tidak hanya itu, tekhnologi digital mempermudah duplikasi materi yang dapat dikemas dalam bentuk digital adalah produk musik, film (video), karya tulis (buku), dan perangkat lunak (software). Tekhnologi digital dapat digunakan untuk menggandakan atau membuat salinan dari materi tersebut dengan kualitas yang sama dengan aslinya tanpa merusak atau mengurangi sumber aslinya. Selanjutnya para pengguna MP3 (Motion Picture Experts layer III) dapat menikmati konten

A class of compression techniques that does not preserve the original information exactly. Lossy compression techbiques includes : Scallar Quantization, Vector Quantization, DiscreteCosine Transforms, Including The JPEG and MPEG standards, Other perceptual encodings, such as MP3 35

Howard Siegel, Digital Distribution of Music: How Current Trends Affect Industry, Multimedia Strategist, Oct 1998. Menurutnya “The Current.mp3 file format is four to five times more efficient than the former.wap files.”


(52)

yang ada dengan bermacam-macam cara. Mereka dapat mendengarkan dengan menggunakan portable MP3 (Motion Picture Experts layer III) player36

Bahkan beberapa kelompok musik dari yang sudah terkenal maupun baru, saling mencoba peruntungan dengan memasarkan lagu mereka secara online dalam bentuk musik digital. Namun disisi lain, sebagian pelaku usaha dibidang bisnis musik justru menyambutnya dengan sikap cemas.

, atau dapat mendengarkan secara langsung dari hard disk mereka, dapat pula dikirimkan melalui email kepada pengemar-pengemar mereka atau di upload di internet agar semua orang dapat menikmatinya.

37

Bahkan dalam beberapa waktu lalu, MP3 (Motion Picture Experts layer III) seperti hilang dalam daftar pencarian situs pencari. Salah satu sebabnya adalah tuntutan dari Recording Industry Association of America (RIAA)38

36

Ragam jenis Portable MP3 player yang beredar dipasaran : misalkan: Apple Ipod, Creative Zen Touch 20GB, Sony NE511, Sony CJ01, Sony NE518CK, Phillips EXP 401, Sony D-CJ501S, Dioneer DCP400 WMA, Phillips EXP 210, Sony D-NE711, Dioneer DCP100 WMA, Waitec Funky, Sony S2D-CS901, Phillips EXP 431, Waitec Jammin, Dioneer DCP200 WMA, Aiwa XP-ZP77, dan masih banyak lagi jenis lainnya.

37

Siddiq Bello, MP3 is #1 in Net Searches, 14 MP3 Impact (April 18,1999). Menurut catatan sebuah situs pencari Searchterms.com MP3 akhirnya mengalahkan kategori “sex” (dimana kategori sex menjadi urutan kedua dalam beberapa bulan) dan menjadi kata kunci pencarian yang tertinggi di internet. See id; Lihat Juga Christopher Jhones & Jennifer Sullivan, More Popular Than Sex, Wired News (diakses 10 Juni 2006).

38

Kasus Recording Industry. Ass’n of America v. Diamond Multimedia Sys., Inc., 29 F. Supp.2d 624, 625 (C.D.Cal. 1998). RIAA adalah asosiasi dalam perdagangan musik yang mewakili klurang lebih 90 persen dari seluruh pencipta, perusahaan rekaman, dan distributor musik yang legal di Amerika Serikat. RIAA juga memberikan jasanya sebagai kepanjangan tangan dari industri perekaman musik yang saat ini dikuasai oleh lima perusahaan besar yaitu BMG Entertainment, Warner Music Group, Universal Music Group, EMI Recorded Music, and Sony Music,. Lihat juga

Heather D. rafter et.al.

terhadap tiga perusahaan yang produk dan jasanya terkait dengan MP3 (Motion Picture Experts layer III) dengan tuduhan bertanggungjawab terhadap pelanggaran hak cipta yang telah dilakukan


(53)

oleh para konsumennya. Recording Industry Association of America (RIAA)

sendiri mendalilkan bahwa banyak perusahaan rekaman yang kehilangan keuntungan ratusan juta dolar Amerika akibat pembajakan yang difasilitasi oleh MP3 (Motion Picture Experts layer III). Salah satu perusahaan tersebut adalah Napster. Cara pendistirbusian file MP3 (Motion Picture Experts layer III) yang dilakukan Napster berbeda dengan perusahaan lainnya. Disamping dia menyimpan dikomputer utama (server), lagu-lagu lainnya tersimpan dikomputer milik penggunanya yang di sharing secara online. Inilah yang dikenal dengan konsep peer to peer sharing (P2P). Dimana pada saat kita ingin mendownload

lagu dengan menggunakan Napster, kita mendownload lagu tersebut bukan dari

harddisk nya Napster, melainkan langsung dari harddisk komputer seseorang yang menyimpan konten yang kita inginkan. Orang itu bisa saja tetangga kita atau seseorang yang jauh dibelahan dunia lain.

MP3 adalah singkatan dari MPEG-1 Layer III (atau MPEG Audio Layer III). MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III) merupakan sistem pengkompresian digital yang menggunakan algoritma khusus.

Perkembangan tekhnologi MP3 (Motion Picture Experts layer III)

39

39

Tekhnologi itu sendiri berawal pada 1970 dimana Prof.Diet Seitzer tertantang untuk memecahkan permasalahan dalam memempatkan atau mengkompresi musik diatas jaringan telepon. Kemudian untuk memecahkan permasalahan tersebut beliau membentuk suatu kelompok yang terdiri dari teknisi dan ilmuwan yang tertarik menakluakan riset persendian audio. Dan tahun 1979 untuk pertama kali tim berhasil mengembangkan pengola isyarat digital yang mampu mengkompresi file audio. Prof. Seitzer, dibantu oleh mahasiswanya Kartheinz Bradenburg, terus mengembangkan beberapa algoritma-algoritma penyandian.

MP3 (Motion Picture Experts layer III) yang merupakan sub dari standar industry MPEG


(54)

(Motion Picture Experts Group-1) yang dikembangkan oleh Industry Standards Organization (ISO).

MP3 (Motion Picture Experts layer III) pada tahun 1992 secara resmi menjadi standar sebagai bagian dari MPEG-1 (Motion Picture Experts Group-1).

Fraunhofer Gesselschaft (FhG), sebuah perusahaan jerman adalah sebuah perusahaan jerman yang terlibat dalam pengembangan MP3 (Motion Picture Experts layer III) dan sekaligus pemegang hak paten dari tekhnologi tersebut. MPEG-1 (Motion Picture Experts Group-1) adalah sebuah video kompresi dengan bandwith rendah, tipe ini digunakan pada internet. Sedangakan MPEG-2 (Motion Picture Experts Group-2) yang merupakan kompresi audio dan video dengan bandwith tinggi. MPEG-2 (Motion Picture Experts Group-2) dijadikan standar dalam penggunaan tekhnologi DVD. MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah pengembangan dari tekhnologi sebelumnya sehingga dengan ukuran yang lebih kecil dapat menghasilkan kualitas Compact Disc (CD).

Pada bulan Januari 1988, MPEG (Motion Picture Experts Group) pertama kali diperkenalkan dengan nama Moving Picture Experts Group, ini bukan sebuah organisasi tersendiri, akan tetapi merupakan sebuah sub komite dari International Standards Organization/International Electrotechnical Commision (ISO/IEC). Pada tahun 1989, Fraunhofer memperoleh paten atas MP3 (Motion Picture Experts layer III) di Jerman. Pada tahun 1992, algoritma yang dikembangkan Fraunhofer di integrasikan pada MPEG-1 (Motion Picture Experts Group-1) yang spesifikasinya dipublikasikan pada tahun 1993. Pada tahun 1995, MPEG-2 (Motion Picture Experts Group-2) dan spesifikasinya dipublikasikan, dan pada


(55)

tanggal 26 Januari 1995, Fraunhofer mendaftarkan paten tekhnologi MP3 (Motion Picture Experts layer III) di Negara Amerika Serikat dan dikabulkan pada 26 November 1996. Pada bulan September 1998, Fraunhofer menghubungi pengembang software independen dari MP3 (Motion Picture Experts layer III)

encoder (ripeer) dan decoder (player) yang menggunakan dasar ISO sebagai

source code. Fraunhofer memberitahukan bahwa ia memiliki hak paten atas algoritma yang mereka gunakan dan kepada para pengembang software yang tertarik mengembangkan software mereka diharuskan untuk mengirimkan pengajuan lisensi kepada Fraunhofer.40

Sudah bukan rahasia umum di sejumlah perguruan tinggi maupun perkantoran ataupun universitas terkemuka yang memiliki jaringan komputer cukup maju, fiber optic misalnya serta terhubung ke internet, para mahasiswanya banyak mendownload lagu-lagu MP3 (Motion Picture Experts layer III) yang tidak jelas status hukumnya. Toh kalau ada yang ingin membuat koleksi pribadi, mahasiswa atau pekerja kantoran dengan mudah dapat membakar lagu-lagu ini kedalam CD (Compact Disc), tentunya menggunakan CD Writer yang harganya relatif terjangkau saat ini. Apalagi saat ini banyak program Encoder MP3 (Motion Picture Experts layer III) yang dapat dengan mudah di download melalui internet, misalnya saja Xing MP3 (Motion Picture Experts layer III) Encoder ataupun

Catwalk MP3 (Motion Picture Experts layer III) Encoder. Bahkan dengan

B. Jenis tindak pidana hak cipta atas praktik pembajakn lagu dan musik dengan format MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III)

40 Ibid


(56)

perangkat lunak seperti Jet-Audio yang terinstall di komputer Pentium III 667 lengkap dengan multimedianya, dapat mengkonversi CD (Compact Disc) audio berisi sepuluh lagu menjadi file MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III) dalam waktu kurang dari enam menit.

Jika dibandingkan dengan VCD (Video Compact Disc), CD (Compact Disc) audio bajakan, ataupun kaset bajakan, file lagu MP3 (Motion Picture Experts layer III) bajakan berpotensi mengakibatkan kerugian yang lebih besar. Pasalnya CD MP3 bajakan telah diproduksi secara massal. Dalam satu keping CD (Compact Disc) saja, bisa memuat sekitar 120 lagu. Bandingkan dengan satu kaset ataupun satu CD (Compact Disc) audio biasa yang biasanya cuma memuat sekitar sepuluh lagu. Dengan demikian satu CD MP3 bajakan menimbulkan kerugian setara dengan 12 keping kaset bajakan. Hal ini semakin diperparah karena adanya indikasi masuknya MP3 (Motion Picture Experts layer III) Player yang mulai membanjiri pasaran. Belum lagi terhitung banyaknya PC (Personal Computer) yang ada di Indonesia. Pengguna PC (Personal Computer) biasanya banyak mengoleksi CD MP3 bajakan. Hal ini semakin diperparah jika kalangan pengganda VCD ( Video Compact Disc) bajakan dan software bajakan turun kebisnis keping CD MP3 bajakan ini. Pasalnya, berdasarkan catatan hukum online, saat ini saja di Indonesia terdapat 250 mesin pengganda CD (Compact Disc) dengan kapasitas produksi 200 ribu keping per harinya. Jika saja Cuma 10 dari mesin pengganda ini diggunakan untuk menggandakan CD MP3 bajakan, setiap harinya diproduksi dua juta keping CD MP3 bajakan ini berarti ada sekitar 240 juta lagu yang dibajak. Tentu saja pasaran sebesar ini masih dalam perkiraan.


(57)

Namun jika menilik peredaraan VCD (Video Campact Disc) bajakan di wilayah Glodok, Jakarta pusat saja yang tahun kemarin saja telah mencapai satu juta keping per harinya41

1. Web, file transfer protocol (ftp) and link sites

, tidak mustahil angka perkiraan CD MP3 bajakan diatas tercapai. Dan hitung saja kerugian pemilik hak cipta dan kalangan bisnis yang berhubungan dengan industri musik serta rekaman.

Bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta yang terkait dengan MP3 (Motion Picture Experts layer III) antara lain :

Ini merupakan bentuk tradisional dari pembanyakan secara online yang popular dibanyak Negara. Secara khas pelaku meletakkan musik digital yang illegal pada web,ftp atau link sebuah situs. Jasa ini tidak mencoba untuk memperoleh lisensi untuk penggunaan dari musik yang direproduksinya. Walaupun mereka tidak memperoleh pendapatan secara langsung dari distribusi konten, akan tetapi mereka sering menghasilkan uang dari pendapatan iklan dan lalu lintas pemakai.

2. Unathorized Services

Mereka hanya memanfaatkan secara tidak langsung dari musik atau karya-karya cipta lain yang dilindungi. Misalnya dengan menciptakan sebuah layanan yang dapat mempertukarkan musik-musik MP3

41


(1)

a. form of expression (bentuk ekspresi) MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah program komputer. Diatur dalam Undang-undang hak cipta No. 19 Tahun 2002.

b. Secara substantif MP3 (Motion Picture Experts layer III) adalah sebuah karya cipta yang merupakan bagian dari hak cipta. Dengan demikian segala tindakan perbanyakan dan/atau pengumuman ciptaan tersebut tanpa izin dari pencipta atau pemegang hak ciptanya adalah suatu pelanggaran.

Upaya hukum dalam penanggulangan kejahatan pembajakan ini dapat menggunakan jalur penal (hukum pidana ) dan jalur non penal (bukan atau diluar hukum pidana) yaitu :

a. Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan menggunakan jalur penal atau dengan menggunakan hukum pidana yang mempermasalahkan apakah perlu kejahatan itu ditanggulangi, dicegah atau dikendalikan dengan menggunakan sanksi pidana.

b. kebijakan melalui jalur non penal

1. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)

2.Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa


(2)

Hak cipta adalah cration of mind yang berarti karya manusia yang lahir dengan curahan tenaga, karsa cipta, waktu, dan biaya. Oleh sebab itu, hak cipta sangatlah layak untuk dihormati dan dihargai.

Saran

Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya pembajakan, diperlukan adanya hukum yang tegas dan harus disosialisasikan. Karena tanpa sosialisasi yang berdampak pada perubahan budaya dan penegakan hukum hak cipta akan tetap sedemikian krusial dan Indonesia pun akan tetap menjadi bahan pengujingan internasional menyangkut pelanggaran hak kekayaan intelektual yang pada akhirnya ditempatkan sebagai bangsa yang bermartabat rendah.dimana sosialisasi itu dapat berupa informasi atau seminar mengenai Undang-undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002 kepada masyarakat,aparat penegak hukum sehingga mereka memahami bahwa pembajakan khususnya lagu dan musik dengan Format MP3 dapat menimbulkan resiko cukup tinggi.

Bahwa sangat penting kiranya semua pihak di Indonesia memberi perhatian yang serius terhadap hak kekayaan intelektual yang bernama hak cipta, setidaknya karena beberapa alasan :

1. hak cipta mengandung budaya berpikir rasional,budaya berpikir kreatif, budaya bekerja atau berkarya, dan budaya menghormati karya atau jerih payah orang lain

2. Bahwa barang-barang ber-HKI umumnya dan ber-hak cipta khususnya sudah menjadi komoditi yang bernilai tinggi secara ekonomi


(3)

3. Hak cipta seharusnya diberi penghargaan, penghormatan, dan apresiasi yang tinggi terhadap peran organisasi kemasyarakatan, tokoh-tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh agama yang mendukung penegakan hukum hak cipta.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, kajian hukum ekonomi intelektual (Bandung; Citra aditya bakti,2001) hal 20-21

I. Buku-buku

Beinbridge, david, 1999, Intellectual Property, Forth Edition , Financial; Times, Pitmen publishing, England.

Corey Rayburn After Nepster Virginia Journal of Law & Technology,2001.

Eddy Damlan, Hukum hak cipta menuntut beberapa konvensi internasional, Undang-undang Hak Cipta 1997 dan perlindungannya terhadap buku serta perjanjian penerbitannya. (Bandung:alumni, 1999), hal 62

Eric Berger, “The Legel Problems of MP3”, Temple Environmental Law and Technology Journal (Fall,2004);2

Hasibuan, Otto, 2008, Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan khusus hak cipta lagu, Neighbouring rights, dan Collecting Society (Bandung;Penerbit P.T. Alumni, 2008) hal 251-252

Insan Budi Maulana, Ridwan khairandy Nurjihad, Kapita Selekta Hak atas Kekayaan Intelektual I (Yogyakarta : Pusat Studi Hukum UI dan Yayasan Klinik HAKI, 2000), hal 189

Leden Marpaung, Tindak pidana terhadap hak atas kekayaan intelektual,

(Jakarta; Sinar Gafika, 1995), hal 65

L.J. Taylor, Copyright for Librarians, Cetakan Pertama, East Sussex : Tamarisk Books Hstings, 1980

Lori A. More, “The Future of Music In a Digital Age: The Ongoing Conflict Between Copyright Law and Peer to Peer Technology”, Campbell Law Review

(Spring,2006):195

Muhammad Djumhana dan Djuboedillah, Hak Milik Intelektual (sejarah, teori, dan praktiknya di Indonesia ) (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003) hal 47-48 Muladi dan Barda nawawi arief,Teori dan kebijakan Hukum Piodana (Bandung : alumni,1984) hal 149

Runtung, Diktat Kuliah HAKI-I (hak Cipta, Paten, Merek) (Fakultas Hukum USU, 2003) hal 28


(5)

Sanusi Bintang, Hukum hak cipta (Bandung;Citra Aditya Bakti, 1998) hal 4-5,hal 28

Scot W Pink, The Internet & E-Commerce Legal Handbook,. Prime Venture, California,2001, hal 153

S.R. Sianturi asas-asas hukum pidana di Indonesia dan penerapannya, (Jakarta, 1982), hal 20

Sudarto, Hukum pidana I, (Semarang: Yayasan Sudarto, 1990) hal 4

Widyapramono, Tindak Pidana Hak Cipta analisis dan penyelesaiannya, (Jakarta : Sinar Grafika, 1989) hal 25

W.R Cornish, Intellectual Property, Cetakan kedua, London:Sweet & Maxwel, 1989:57

II. Makalah,Surat kabar dan majalah

Howard Siegel, Digital Distribution of Music: How Current Trends Affect Industry, Multimedia Strategist, Oct 1998. Menurutnya “The Current.mp3 file format is four to five times more efficient than the former.wap files.”

Impact of MP3 (Motion Picture Experts Group-1 layer III) on the Music Industry, Analysis and Recommendations 10 Juni 2006

Kasus Recording Industry. Ass’n of America v. Diamond Multimedia Sys., Inc., 29 F. Supp.2d 624, 625 (C.D.Cal. 1998).

(Kompas Cyber Media, 6 Februari 2004)

Rizki Harit Maulana, “Karl Heinz Brandeburg Sosok di Balik Kesuksesan MP3,

Siddiq Bello, MP3 is #1 in Net Searches, 14 MP3 Impact (April 18,1999). Suplemen Pikiran Rakyat Khusus Iptek edisi kamis, 10 November 2005

Beberapa vendor seperti iTuns III. Internet


(6)

John Borland, “MP3.com bows to record industry pressure”,

Situs Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia , Selasa 30 Januari 2007

Wikipedia Online Encyclopedia, “Overview MP3”,

WWW.Astaga . Com, pembajakan kian brutal,2 April 2002

www. © 2007 Hak Cipta oleh Republika Online.com

Undang-undang Hak Cipta No. 12 Tahun 1997

IV. Peraturan Perundang-undangan