Latar Belakang Meningkatnya Kegiatan Pembajakan Hak Cipta Lagu atau

BAB II BENTUK – BENTUK PEMBAJAKAN HAK CIPTA LAGU ATAU MUSIK

A. Latar Belakang Meningkatnya Kegiatan Pembajakan Hak Cipta Lagu atau

Musik Fenomena kegiatan pembajakan di bidang hak cipta lagu atau musik , maka ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya kegiatan pembajakan tersebut, antara lain : 1. Sejauh mana pemahanan masyarakat akan pentingnya hak cipta dan peranan hak cipta serta perlindungan hukumnya. Peranan hak cipta yang dalam pelaksanaannya tidak hanya dikaitkan dengan masalah hukum, namun juga dikaitkan dengan perdagangan Internasional. Bagi negara-negara maju hak cipta selalu dikaitkan dengan isu-isu ekonomis dan politik. Sosialisasi akan pentingnya dan peranan hak cipta bagi masyarakat sangat penting untuk mencegah rusaknya perdagangan Internasional Indonesia dengan negara asing. Hal itu semakin penting terutama setelah Indonesia menandatangani perjanjian TRIP’s Trade Related Aspect Of Intellectual Property Rights. Di Indonesia sendiri, sejauh ini kita harus berlapang dada menerima kenyataan bahwa pengetahuan masyarakat secara umum terhadap perlindungan hak atas kekayaan intelektual, khususnya mengenai hak cipta lagu atau musik masih sangat rendah. 61 Hal ini terkait juga dengan faktor ekonomi masyarakat Indonesia 61 Arnel Affandi, Penegakan Hukum Hak Cipta Dari Sudut Pandang Pelaku Industri Rekaman Suara, Makalah disajikan pada Seminar Sosialisasi Undang-Undang tentang Hak Cipta Arti Penting Perlindungan Hak Cipta bagi Karya Film, Musik dan Program Komputer, yang Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008 sendiri. Mereka cendrung lebih memilih menggunakan barang bajakan yang harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan aslinya. Sikap masyarakat yang cendrung memilih produk bajakan lebih murah dibandingkan dengan aslinya seperti itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh para pelaku pembajakan hak cipta khususnya di bidang hak cipta lagu atau musik. Para pelaku pembajakan hak cipta lagu atau musik memilih untuk melakukan pembajakan hak cipta, karena mereka mempunyai keinginan untuk memperoleh keuntungan dagang dengan mudah. Mereka dapat meraup keuntungan yang sangat banyak, hanya dengan membajak karya cipta orang lain, tanpa harus bersusah payah memikirkan nasib para pencipta itu sendiri, yang sudah bersusah payah untuk mencipta suatu karya. Para pelaku pembajakan karya cipta lagu atau musik menjual hasil bajakan karya cipta orang lain tersebut dengan harga yang sangat murah. 62 Dalam penulisan tesis ini, penulis cendrung mengkonsentrasikan alat atau media yang digunakan untuk membajak hak cipta lagu atau musik. Misalnya harga satu keping compact disc CD atau video compact disc VCD yang berkisar Rp. 50.000 hingga Rp. 100.000, versi bajakannya dihargai hanya dengan Rp. 10.000. Begitu juga dengan digital versatile disc DVD yang versi orisinalnya berkisar Rp. 150.000 di kalangan pembajak dihargai hanya Rp. 6.000. 63 Sungguh perbedaan yang sangat jauh sekali. diselenggarakan oleh Perhimpunan Masyarakat HAKI Indonesia bekerjasama dengan Kejaksaan Agung RI di Medan pada tanggal 26 Oktober 2002, hal.8. 62 Pudja Rukmana, “Pelanggaran HAKI”, Suara Karya, 06 Maret 2002,terdapat di situs http:www.suarakarya.co.id,file:D:Suara20Karya.htm , diakses pada tanggal 9 Maret 2007 63 Kompas, Op.cit. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008 Harga jual yang sangat rendah tersebut, dikarenakan para pelaku pembajak karya cipta lagu atau musik tersebut tidak mengeluarkan biaya-biaya produksi. Biaya- biaya yang dikeluarkan oleh para pelaku pembajak hak cipta lagu atau musik tersebut sangat minim. Mereka tidak membayar royalti antara pencipta dan penyanyinya, tidak membayar pajak PPN Pajak Pertambahan Nilai kepada negara. Dengan demikian ongkos produksi yang mereka keluarkan sangat minim sekali. Sehingga apabila mereka melakukan produksi pembajakan hak cipta lagu atau musik cukup banyak, maka keuntungan yang cukup besar pun dapat mereka peroleh dengan mudah. Oleh karena itu Indonesia, Indonesia sebagai negara hukum, tidak ada pilihan lain untuk menjadikan hukum sebagai instrumen dalam merendam pembajakan hak cipta lagu atau musik yang tumbuh subur di negeri ini. 2. Sikap masyarakat yang cenderung apriori Masyarakat kita cenderung apriori terhadap penegakan hukum hak cipta, sehingga lahirlah semacam ketidak pedulian terhadap akibat-akibat pelanggaran secara langsung maupun tidak langsung. Walaupun pelanggaran tersebut berlangsung di depan mata. 3. Penegakan hukum yang tidak maksimal Sampai sejauh ini kita boleh berbangga hati bahwa pengaturan hukum perlindungan hak cipta sudah sangat memadai. Dalam dunia Internasional pun Indonesia tidak lagi membatasi perlindungan hak cipta pada perjanjian-perjanjian bilateral saja, tetapi sejak tahun 1997 kita telah menetapkan perlindungan yang Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008 lebih luas dengan menandatangani Bern Cinvention yang merupakan perjanjian multilateral. 64 Persoalannya sekarang adalah bagaimana melaksanakan penegakan hukum sebagai pemenuhan atas aturan-aturan perlindungan tersebut. 4. Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi ternyata merupakan pedang bermata dua dalam penegakan hukum hak cipta. Karena seiring dengan kemajuan teknologi pembajakan atas karya rekaman suara juga semakin mudah dilakukan. Pada masa sekarang ini hampir-hampir tidak dibutuhkan keahlian khusus untuk melakukan pembajakan karya rekaman suara. Kondisi ini diperburuk dengan fasilitas yang diberikan era digital dimana setiap media penghantar suara digital dapat menjadi master rekaman untuk digandakan dengan tingkat posisi yang tinggi. 65 5 Pembajakan Hak Cipta akibat Daya Beli Rendah Menurut Abdul Bari, Dirjen HKI Departemen Hukum dan Ham, banyaknya pembajakan terhadap hasil karya seseorang karena daya beli masyarakat masih rendah. Dia mencontohkan peredaran Video Compact Disc bajakan di Indonesia sangat marak. Hal itu karena daya beli masyarakat rendah. 66 Jika harus beli Video Compact Disc orisinil yang harganya puluhan ribu rupiah, masyarakat tidak mampu. Akibatnya, mereka memllih barang bajakan yang harganya sangat murah. 64 Arnel Affandi, Op.Cit., hal. 9. 65 Ibid., hal. 10. 66 Suara Merdeka, Pembajakan Hak Cipta Akibat Daya Beli Rendah, 27 Juli 2006, http:www.SuaraMerdekaSemarang.co.id.file:D:suara20merdeka202020Semarang. htm ., diakses pada tanggal 3 Maret 2007 Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008 6 Dalam bidang sosial budaya 67 Di bidang sosial budaya, dampak yang timbul, dari semakin meluasnya pembajakan tersebut begitu ragam. Bagi para pelaku tindak pidana atau para pembajak, keadaan yang berlarut-larut tanpa ada tindakan, akan semakin menimbulkan sikap bahwa pembajakan sudah merupakan hal yang biasa dan tidak lagi merupakan tindakan melanggar undang-undang. Pertama-tama kita akan menyadari bahwa dari ke lima celah di atas kondisi kedua dan ketiga akan menciptakan pasar yang subur dan solid. Masyarakat yang tidak peduli dan tidak memahami perlindungan hukum hak cipta akan menjadi pembeli potensial bagi unligitimate product sementara di sisi lain penegakan hukum yang tidak maksimal mengakibatkan munculnya efek jera di masyarakat sebagaimana yang seharusnya diharapkan. Sehingga oknum masyarakat yang melakukan pembajakan lebih tergiur kepada keuntungan yang bakal di dapat secara instan daripada ancaman hukuman yang digariskan undang-undang. Penegakan hukum yang diharapkan sesungguhnya adalah satu proses yang dijalankan secara terus-menerus dan komprehensif. Karena bagaimanapun persoalan penegakan hukum Hak Cipta di Indonesia adalah persoalan setiap orang. Menilik dari celah-celah kecenderungan masyarakat untuk melakukan pembajakan karya rekaman suara, proses dia atas harus dimulai dengan memberi pemahaman yang cukup kepada masyarakat oleh anggota masyarakat yang mempunyai pengetahuan yang memadai untuk itu. Baik dalam ruang lingkup 67 Widyopramono, Op.Cit, hal. 19. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008 tanggung jawab pekerjaan seperti aparat penegak hukum, pendidik, wartawan maupun para pelaku industri ini sendiri termasuk didalamnya artis rekaman suara. Penegakan hukum secara faktual yang terjadi dari waktu ke waktu mutlak memerlukan perhatian yang maksimal serta daya tahan endurance dari aparat penegak hukum untuk melaksanakannya secara berkesinambungan. Khusus mengenai peran lembaga kejaksaan dalam hal tersebut di atas, pertama-tama yang diharapkan adalah kesamaan cara pendang dari jajaran kejaksaan khususnya jaksa penuntut umum tentang pentingnya penegakan hukum hak cipta. Ketika dimulainya upaya represif penegakkan hukum Hak Cipta, seharusnya mereka yang terlibat dalam proses penegakkan sudah mempunyai gambaran atau semacam pola fikir yang mendasar mengenai tujuan dan hasil akhir yang hendak di capai dari keseluruhan penegakkan hukum Hak Cipta. Sebagai contoh penyidik yang melakukan penyidikan serta penyelidikan terhadap suatu kasus pelanggaran Hak Cipta sudah seharusnya melengkapi berita acara, barang bukti dan saksi-saksi untuk diajukan secepatnya kepada penuntut umum sebelum tenggang waktu yang ditentukan oleh hukum acara pidana berakhir. Selanjutnya penuntut umum dapat lebih efisien mengajukan tuntutan ke Pengadilan jika mempunyai susdut pandang yang sama dalam menangani kasus tersebut. Seorang produser atau pimpinan perusahaan rekaman tentunya sangat berharap setiap kasus pembajakan yang berhasil di ungkap penyidik dapat segera di ajukan ke Pengadilan dengan mendapat hukuman yang maksimal sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu tentunya sangat diharapkan Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008 adanya upaya pemusnahan barang bukti yang terbukti digunakan dalam suatu pelanggaran hukum hak cipta mulai dari bukti-bukti media penghantar suara sampai dengan masin yang digunakan sebagai alat pengganda produk bajakan. Pemusnahan barang bukti sangat besar pengarunya secara langsung kepada pelaku kejahatan maupun masyarakat. Persoalan pokok di sini adalah bagaimana kesungguhan aparat penegak hukum untuk melakukan upaya pemutusan rantai ekosistem dunia pembajakan di Indonesia. Jika saja setiap mesin pengganda high speed maupun low speed serta CD plant yang terbukti digunakan sebagai pengganda produk bajakan dimusnahkan, maka dalam tahap awal sudah merupakan pukulan yang amat berat bagi pelaku pembajakan. 68 Penyitaan yang dilakukan terhadap produk bajakan seharusnya langsung dimusnahkan sehingga muara penyaluran barang-barang haram tersebut terganggu dan semakin sempit. Akan tetapi permasalahannya sekarang adalah sampai sejauh ini belum ada jaksa penuntut umum yang memasukkan pemusnahan barang bukti tuntutannya. Sehingga cerita tentang penegakan hukum Hak Cipta dalam industri rekaman suara masih berkisar kepada hukuman percobaan tiga bulan sampai satu tahun dengan barang bukti dikembalikan terutama masin-mesin yang digunakan sebagai pengganda. Dengan demikian tentu saja menjadi mustahil untuk memperkecil peluang pelaku pembajakan melakukan kegiatannya. 68 Arnel Affandi, Op.Cit., hal. 8. Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008 Pengajuan tuntutan hukuman yang maksimal sebagaimana di maksud dalam undang-undang Hak Cipta, merupakan salah satu tiang utama dalam penegakan hukum Hak Cipta. Secara psikologis efek jera yang diharapkan dari penerapan hukum pidana akan jelas terlihat jika ancaman hukuman di dalam aturan perundang-undangan dapat diterjemahkan secara lugas oleh penuntut umum dalam pengajuan tuntutan di Pengadilan. Selain kesamaan pandangan diantara para penegak hukum, perlu dipikirkan dengan sangat mendalam mengenai upaya penegak hukum hak cipta secara khusus maupun penegakkan hukum Hak Kekayaan Intelektual secara umum yang dilaksanakan untuk periode tertentu secara serentak dalam skala nasional. Pada periode dimaksud dapat di tata upaya-upaya preventif, seperti kampanye yang dilakukan melalui berbagai media, seminar dan pembekalan pada masyarakat, secara berkesinambungan. Secara bersamaan dapat dilakukan upaya represif berupa operasi anti pembajakan serta pemusnahan barang bukti, sampai dengan hukuman yang dijatuhkan pada pelaku yang harus terinfomasikan dengan baik kepada masyarakat. Menurut Parlugutan Lubis, Pejabat dari Direktorat Jenderal Hak kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk tidak mematuhi hukum di bidang Hak Kekayaan Intelektual antara lain : Dwi Astuti : Perlindungan Hukum Pemegang Hak Cipta Terhadap Pembajakan Hak Cipta Lagu Atau Musik, 2008 USU e-Repository © 2008 a. Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual umumnya dilakukan untuk mengambil jalan pintas guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari pelanggaran tersebut. b. Masyarakat pelanggar menganggap hukum yang dijatuhkan oleh pengadilan selama ini terlalu ringan bahkan tidak ada tindakan preventif maupun represif yang dilakukan oleh penegak hukum. c. Ada sebagian masyarakat yang masih bangga apabila hasil karyanya di tiru orang lain, namun kebiasaan tersebut sudah mulai hilang berkat adanya peningkatan kesadaran hukum masyarakat. d. Dengan melakukan pelanggaran, pajak atas produk hasil pelanggaran tersebut tidak perlu di bayar kepada pemerintah. e. Masyarakat tidak memperhatikan apakah barang yang di beli tersebut asli atau palsu, yang penting bagi mereka harganya murah dan terjangkau. 69

B. Bentuk-Bentuk Pembajakan Hak Cipta Lagu atau Musik