Pengamanan atau penangkapan terhadap pembajakan kapal di laut lepas

BAB IV UPAYA-UPAYA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN

PEMBAJAKAN DI LAUT LEPAS PADA KASUS KAPAL MV JAHAN MONI

D. Pengamanan atau penangkapan terhadap pembajakan kapal di laut lepas

Pembajakan di Laut Lepas sejak dahulu telah diatur berdasarkan hukum kebiasaan internasional karena dianggap mengganggu kelancaran pelayaran dan perdagangan antar bangsa.Pengaturan oleh hukum kebiasaan internasional tersebut terbukti dari praktek yang terus menerus dilakukan oleh sebagian besar negara-negara di dunia.Pembakuan norma kebiasaan tersebut telah dirintis secara sistematis dan teratur, melalui usaha kodifikasi yaitu dengan diadakannya Konperensi Kodifikasi Den Haag l930 oleh Liga Bangsa-Bangsa. Pengaturan mengenai pembajakan di laut lepas dimasukkan dalam pengaturan tentang hak pengejaran segera the right of hot pursuit.Dalam kenyataannya usaha untuk mengkodifikasikanpengaturan tersebut gagal karena konperensi tidak menghasilkan suatu Konvensi.Meskipun demikian usaha ini sudah dapat dikatakan merupakan langkah awal terhadap praktek pengaturan pembajakan di laut lepas. Tindak kekerasan di laut, khususnya tindak pembajakan di Laut Lepas dapat menjadi ancaman yang serius bagi keamanan dan kelancaran pelayaran internasional. Demikian pula akan berpengaruh pada kredibilitas perdagangan dimata Internasional, serta mengandung potensi konflik bilateral bahkan internasional. Hal itu dapat disimpulkan dengan adanya keinginan dari negara lain Universitas Sumatera Utara seperti Jepang untuk terjun secara langsung dalam pengamanan di laut karena seringnya terjadi pembajakan dan perompakan di Selat Malaka. 96 Penebusan para sandera antara pihak perusahaan dengan pihak pembajak akan ditanggung oleh pihak asuransi. Persoalan tidak selesai pada saat itu.Hal yang harus dilakukan adalah upaya untuk menimbulkan efek jera bagi pelaku pembajakan tersebut.Misalnya dengan dilakukannya penyerangan sistematis kepada para pembajak. Jika pembajakan ini dibiarkan diselesaikan perkasus dengan cara pembayaran uang tebusan, maka dampak ganda akan terlihat. Pertama, para pembajak akan tergoda untuk mencoba lagi karena yakin bahwa pasti akan dibayar. Kedua, setiap kapal akan berlomba-lomba memakai asuransi Persoalan pembajakan Laut Lepas yang berlangsung sejak berabad-abad khususnya di wilayah yang kerap dilewati oleh pelayaran internasional bisa dilihat dari beberapa sudut pandang, pembajakan di Laut Lepas tidak dapat dibenarkan dari segi pertimbangan apapun, baik dilakukan karena alasan ekonomis ataupun alasan politik. Kejahatan ini telah berlangsung sejak laut menjadi jalur transportasi bagi masyarakat dunia.Hukum Laut Internasional memang kemudian membagi kewenangan untuk menumpasnya dengan melihat dimana pembajakan laut itu terjadi. Jika di laut bebas maka sudah pasti kewenangan itu dimiliki oleh Negara manapun yang ingin menumpasnya, bahkan Negara-negara diwajibkan untuk bekerjasama menumpas pembajakan tersebut, akan tetapi jika di wilayah satu Negara khususnya Laut Lepas maka sudah pasti kewenangan itu dimiliki oleh Negara pantainya. 96 Leo Dumais, Pembajakan dan Perompakan di Laut, Laporan Pelaksanaan Temu Wicara Kerjasama ASEAN Dalam Menanggulangi Kejahatan Lintas Negara, Deparlu, Jakarta, 2001,hlm. 50. Universitas Sumatera Utara dan pihak asuransi akan menerapkan biaya asuransi yang cukup mahal mengingat resiko yang akan ditanggungnya. Hal ini berarti secara tidak langsung membiarkan pembajakan tetap terjadi dan akan semakin menaikkan biaya pengiriman barang yang akibatnya akan mempengaruhi harga jual barang sehingga perdagangan internasional terganggu, karena tidak lagi efisien dan berbiaya tinggi.Setiap Negara memiliki yurisdiksi dalam hukum internasional, termasuk yurisdiksi terhadap warga negaranya dimanapun dia berada, baik yurisdiksi nasionalitas aktif dimana warga negaranya menjadi korban kejahatan maupun yurisdiksi nasionalitas pasif dimana warga negaranya menjadi korban dari kejahatan.Setiap Negara berbeda-beda dalam “melatih” yurisdiksinya tersebut. 97 Pengakuan dunia dalam hukum internasional tersebut mengesahkan “wilayah tertentu” sehingga Negara-negara memiliki legalitas hukum terhadap wilayah Internasionalnya yang meliputi wilayah darat, laut dan udara di atasnya. Demikian pula negara mempunyai kedaulatan dan kewenangan untuk menjaga dan mempertahankan integritas wilayah lautnya, termasuk mengelola dan mengatur orang dan barang yang ada di dalam wilayah kelautan tersebut, namun hal ini tidak berarti meniadakan hak negara lain sesuai dengan ketentuan dalam konvensi tersebut. Secara legal formal negara terikat dengan ketentuan-ketentuan dalam hukum internasional tersebut, termasuk kewajiban untuk menjamin keamanan wilayah kelautan, khususnya di Sea Lines Of Communication. Bila kewajiban ini diabaikan, dalam arti bahwa kapal-kapal negara pengguna terancam 97 http:lelemp07.blogspot.com di akses 30 Maret 2013 Universitas Sumatera Utara keamanannya bila melintas di perairan Somalia, maka hal itu dapat menjadi alasan untuk menghadirkan kekuatan angkatan lautnya. Berkaitan dengan hal ini diperlukan kesamaan persepsi tentang keamanan laut, khususnya bagi komponen negara yang memiliki tugas, fungsi dan wewenang di laut, agar “rencana aksi” yang akan dilaksanakan dapat tepat pada sasaran, terarah dan terpadu. Perlu dipahami bahwa keamanan Laut Lepas bukan hanya penegakan hukum di Laut Lepas, lebih tegasnya lagi keamanan laut tidak sama dengan penegakan hukum di Laut Lepas. Keamanan laut lepas mengandung pengertian bahwa laut aman digunakan oleh pengguna, dan bebas dari ancaman atau gangguan terhadap aktifitas penggunaan atau pemanfaatan Laut Lepas, yaitu : 98 1 Laut Lepas dari ancaman kekerasan, yaitu ancaman dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisir dan memiliki kemampuan untuk mengganggu dan membahayakan personel atau negara. Ancaman tersebut dapat berupa pembajakan, perompakan, sabotase obyek vital, peranjauan, dan aksi teror bersenjata. 2 Laut Lepas dari ancaman navigasi, yaitu ancaman yang ditimbulkan oleh kondisi geografi dan hidrografi serta kurang memadainya sarana bantu navigasi, sehingga dapat membahayakan keselamatan pelayaran. 3 Laut Lepas dari ancaman terhadap lingkungan dan sumber daya laut, berupa pencemaran dan perusakan ekosistem laut, eksploitasi yang berlebihan serta konflik pengelolaan sumber daya laut. Fakta menunjukkan bahwa konflik 98 http:www.asriltanjung.com201110perspektif-keamanan-laut_9858.html diakses 6 Juni2013 Universitas Sumatera Utara pengelolaan sumber daya laut memiliki kecenderungan mudah dipolitisasi dan selanjutnya akan diikuti dengan penggelaran kekuatan militer. 4 Laut lepas dari ancaman pelanggaran hukum, yaitu tidak dipatuhinya hukum internasional yang berlaku di perairan, seperti illegal fishing, illegal logging, illegal migrant , penyelundupan dan lain-lain. Untuk menumpas pembajakan di Laut Lepas, maka setiap negara yang dirugikan menurunkan pasukannya untuk mengejar dan menangkap pembajak tersebut.Bahkan membawanya kepada Pengadilan Internasional untuk mengadilinya, karena negara yang dirugikan itu memiliki yurisdiksi terhadapnya apalagi diperkuat dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB.Selain upaya yang dilakukan oleh negara. Pemberantasan perompak juga dilakukan oleh Organisasi Bahari Internasional antara lainInternational Maritime Organization IMO dan International Maritime Bureau IMB. IMO merupakan badan khusus PBB yang menangani bidang kelautan, juga menggunakan ketentuan UNCLOS III 1982 tentang Pembajakan. Sedangkan IMB didirikan oleh ICC International Chamber of Commerce pada tahun 1981, bertugas meningkatkan kesadaran anggotanya mengenai keselamatan dan kejahatan yang terjadi di Laut Lepas. Namun yang menjadi kendala bagi langkah-langkah internasional tersebut adalah bahwa pembajakan Somalia ketika telah melakukan pembajakan dilaut bebas, mereka dengan cepat kembali masuk keperairan negara Somalia.Sehingga langkah-langkah yang diambil beberapa negara tersebut terhambat oleh kedaulatan negara Somalia seperti yang diatur dalam UNCLOS 1982. Apabila kedaulatan suatu negara dicampuri oleh negara lain, maka negara yang Universitas Sumatera Utara bersangkutan dibolehkan untuk memberikan sikap tegas kepada negara yang mencampuri urusan kedaulatannya, tetapi yurisdiksi itu tidak berlaku bagi kapal perang dan kapal pemerintah asing yang menikmati kekebalan. Sebenarnya dalam hukum internasional terdapat beberapa prinsip yang sering dianut oleh suatu negara. Negara yang memasuki kedaulatan negara lain kedaulatan negara atas wilayah laut juga telah melanggar UNCLOS 1982.Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai sebuah organisasi yang menaungi Somalia dan negara-negara di dunia jelas tidak ambil diam. Dalam tujuan Piagam PBB dikatakan bahwa Tujuan PBB adalah menjaga perdamaian dan keamanan internasional dengan cara mengambil tindakan secara bersama-sama dengan tujuan mencegah dan menghindari ancaman keamanan serta menekan seluruh aksi penyerangan atau pemutusan terhadap keamanan, dan mengadakan, secara damai, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional, penyesuaian atau menyelesaikan perbedaan atau situasi, yang bersifat internasional, yang dapat diubah ke arah terciptanya perdamaian. Berdasarkan piagam ini, sangat jelas diatur bahwa sebagai anggota PBB berhak menuntut kepada PBB agar segera menciptakan keamanan di wilayah Teluk Aden. Wilayah wilayah tersebut adalah laut teritorial Somalia, namun dikarenakan lemahnya Penegakan hukum di Somalia serta berbagai krisis yang melanda negara tersebut, maka Pemerintah Somalia tidak dapat berbuat banyak dalam rangka mengamankan wilayah tersebut. Salah satu jalan yang dapat dilakukan oleh PBB adalah dengan meningkatkan keamanan di wilayah tersebut, Universitas Sumatera Utara melalui organ keamanannya dan bekerjasama dengan negara-negara tetangga atau negara yang memiliki kepentingan melewati jalur tersebut. 99 Resolusi Dewan Keamanan PBB setidaknya memicu dan menstimulus dunia internasional dalam upaya memerangi Perompak Somalia. Melihat sifat gangguan keamanan berupa perompakan oleh sebagian kecil warga negara Somalia, PBB dalam rangka meningkatkan keamanan di wilayah Teluk Aden harus bekerjasama dengan subjek Hukum Internasional lainnya, yaitu dengan organisasi internasional yang memiliki tujuan yang sama dan dengan negara- negara yang memiliki kemampuan untuk mengirimkan bantuan ke wilayah tersebut dan memiliki kepentingan terhadap keamanan diwilayah itu. Tindakan ini Untuk menanggapi kendala yang timbul dalam proses penangkapan pembajakan somalia, Dewan Keamanan PBB dalam konferensinya yang membahas mengenai perompakan dan keamanan di perairan Somalia mengeluarkan sebuah Resolusi No. 1816 pada tanggal 2 Juni 2008. Resolusi tersebut mendorong negara-negara yang khususnya memiliki kepentingan dengan jalur maritim komersial di lepas pantai Somalia, untuk meningkatkan dan mengkoordinasikan upaya-upaya untuk penanganan perompak dan pembajakan bersenjata yang dimana didalamnya dilakukan kerjasama dengan Pemerintah Transisi Federal Somalia. Resolusi No. 1816 yang disponsori oleh Perancis ikut diperkuat dengan Resolusi No. 1838 pada tanggal 7 Oktober tahun 2008 yang meminta kepada negara-negara yang memiliki kepentingan di perairan Somalia untuk menindas pembajakan di perairan Somalia. 99 Wirjono Prodjodikoro, R., Hukum Laut Bagi Internasional, Penerbit Sumur, Bandung, 1983, hlm 49 Universitas Sumatera Utara merupakan tindakan yang paling cepat dan efektif sebelum kejahatan tersebut membesar dan semakin membahayakan kewasan lainnya. Hal ini berdasarkan Pasal 107 “Penangkapan lantaran perampokan hanya boleh dilakukan oleh kapal-kapal perang atau pesawat terbang militer atau kapal atau pesawat terbang lain yang sedang menjalankan tugas pemerintahan dengan tugas untuk maksud itu ”. Pelaku pembajakan akan segera diadili menurut hukum negara yang memungkinkan mengadili kejahatan tersebut. Jika Somalia tidak memiliki kemampuan dalam meneggakkan hukumnya, maka Negara tatangga yang memiliki kepentingan dalam rangka meningkatkan keamanan dan memiliki peraturan mengenai kejahatan perompakan berhak untuk mengadili para perompak. Hal ini seperti apa yang telah dilakukan oleh angkatan laut Inggris, yang menyerahkan tindak pelaku kejahatan perompak kepada pengadilan Kenya. E. Kerjasama pesisir Indian Ocean Region IOR atau Wilayah Samudera India dalam penanganan Pembajakan kapal laut lepas Pembajakan telah mengganggu wilayah Asia Pasifik selama berabad-abad bila tidak ribuan tahun. Selama manusia melayari Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan perairan kepulauan Indonesia, muatan berharga mereka telah menarik perhatian para kelompok bajak laut pemangsa yang berusaha untuk memperkaya diri mereka dan merugikan korban-korban mereka. Selama beberapa tahun terakhir, perhatian dunia terpusat kepada kegiatan bajak laut di lepas pantai Tanduk Afrika, di mana para nelayan Somalia yang miskin mengambil alih kapal-kapal di perairan internasional dan menahan para awak kapal untuk minta tebusan jutaan dolar. Serangan-serangan yang menduduki Universitas Sumatera Utara pokok berita mengeruhkan kesuksesan di tahun-tahun terakhir upaya kerja sama untuk mengurangi pembajakan di wilayah Asia Pasifik. Insiden-insiden seperti yang ditemui di lepas pantai Tanduk Afrika jarang terjadi di wilayah Asia Pasifik karena kerja sama di antara para pihak berwenang dari negara-negara pesisir, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Terjadinyapembajakan di wilayah Asia Pasifik tidak dapat dibandingkan dengan apa yang terjadi di Teluk Aden, di mana para bajak laut terus menerus mengusik pelayaran internasional dengan maksud menyandera awak kapal dan menahan mereka untuk meminta tebusan. Di Selat Malaka menghadapi insiden- insiden yang relatif kecil yang melibatkan perampok menaiki kapal dan mencuri uang tunai, barang berharga awak kapal, dan mungkin mengambil peralatan kapal seperti radio dan sistem GPS dan kemudian melarikan diri.Namun demikian, jenis pembajakan lainnya dan perampokan laut bertahan di seluruh Asia Pasifik dan merangsang industri gelap yang menurut perkiraan para ahli berkisar jutaan dollar. Menetapkan demarkasi yang jelas atas perairan yang dipenuhi bajak laut dan menciptakan prosedur operasi standar untuk mendorong pengertian bersama di antara angkatan-angkatan laut aktif di Samudera India muncul sebagai prioritas utama bagi para petinggi militer India yang menghadiri Simposium Angkatan Laut Samudera India baru-baru ini di Afrika Selatan. Indian Ocean Naval Symposium IONS atau Simposium Angkatan Laut Samudera India dimulai tahun 2008 sebagai inisiatif keamanan maritim wilayah dalam pengakuan akan kebutuhan keterlibatan sentral untuk mencapai dan menjamin perlindungan, stabilitas, keamanan, dan kemakmuran maritim bersama Universitas Sumatera Utara yang saling bermanfaat bagi semua negara pesisir Indian Ocean Region IOR atau Wilayah Samudera India. Simposium ini memberi forum kepada kepala Angkatan Laut wilayah itu untuk bertemu secara berkala untuk saling menjalin hubungan yang membangun. 100 IOR-ARC Indian Ocean Rim-Association for Regional Cooperation didirikan pada tahun 1997 yang mana organisasi ini berusaha untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan melalui pendekatan berbasis konsensus, evolusi dan non-intrusif.IOR-ARC merupakan satu-satunya forum regional yang menghubungkan sebagian besar negara di bagian pasifik Samudera Hindia melalui pertemuan dengan Menteri Luar Negeri masing-masing negara setiap tahunnya. 101 Dalam perkembangannya, istilah piracy yang diterjemahkansebagai perompakanpembajakan di Laut Lepas mulai didefinisikan dalamkonteks hukum yang lebih jelas dan dibedakan pengertiannyadengan tindakan armed robbery IOR-ARC didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan pertumbuhan dan pembangunan yang seimbang secara keseluruhan, dengan penekanan khusus pada kerjasama ekonomi yang akan menghilangkan hambatan perdagangan regional mengenai arus barang dan jasa antara negara-negara di sepanjang pesisir Samudera Hindia. Wilayah inikaya akan kandungan mineral, logam, dan sumber daya alam lainnya. Laut sangat berharga sebagai sumber daya energi untuk perindustrian. Dan sebagian besar manusia sadar akan kehadiran globalisasi sebagai alat untuk memajukan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. 100 http:apdforum.comidarticlermiaparticlesprintfeatures20121001feature-pr-9 di akses 30 Maret 2013 101 http:www.dfat.gov.augeoindian_oceanregional_orgsior-arc.html diakses di akses 30 Maret 2013 Universitas Sumatera Utara perampokan bersenjata terhadapkapal di laut, dimana perbedaan dari kedua aksi kejahatan di lauttersebut berdampak pada cara dan tanggungjawabpenanganannya. Permasalahan kemudian timbul pada saat dihubungkannyapenggunaan istilah antara aksi perompakan “piracy” istilah yangbanyak digunakan akhir- akhir ini - dan pembajakan bersenjataterhadap kapal-kapal “armed robbery against ships ” denganpembahasan tentang aksi kejahatan di laut yang terjadi di Wilayah Samudera India dalam penanganan Pembajakan kapal laut lepas.Selain melakukan penanganan di internasional, upaya-upayainternasional dalam rangka melawan aksi kejahatan di laut juga perludikembangkan.Upaya-upaya tersebut dapat dilaksananakan dalamdua perspektif yaitu dalam kerangka hukumkonvensi internasionaldan dalam rangka kerjasama internasional.Dalam penanganannya,terutama dalam melawan aksi kejahatandi Asia Pasifik dan Samudera India,implementasi dari kedua perspektiftersebut memerlukan suatu inisiatifpolitik dari negara-negara pantai. Inisiatif politik ini sangat diperlukan untukmemberikan dukungan terhadap pelaksanaan ketentuan-ketentuanhukum internasional, baik yang telahada maupun yang akan dibentuk.Sementara itu, respon hukum internasionaldarisemua pihak juga sangat diharapkanuntuk mengikat komitmen-komitmenpolitik dari negara- negara tersebut padatahap implementasi.Kerjasama internasional dalam hal ini dapatdilakukan antar negara, badanorganisasi internasional, danperusahaan pribadi yang terkait.

F. Solusi Pembajakan Kapal MV Jahan Moni