Rendahnya kemampuan para penegak hukum dan sarana pendukungnya

untukmempertahankan hidup dan mereka menganggap Pemerintahtidak cukup memberi perhatian bagi kebutuhan mereka. Dalamhal ini, ketidakmampuan Pemerintah untuk melaksanakankewajiban-kewajiban melindungi kepentingan umum secarabijaksana akan mendorong sekelompok masyarakat untukmelakukan tindakan untuk kepentingan kelompoknya.

3. Rendahnya kemampuan para penegak hukum dan sarana pendukungnya

Penegakan hukum di bidang maritim terdiri dari penegakanhukum di Laut Lepas, penegakan hukum di kapal dan penegakan hukum di pelabuhan. Semua unsur tersebut seyogyanya saling terkait satu sama lain dan lemahnya salah satu dari unsur penegakan hukum tersebut dapat melemahkan sistem penegakan hukum di laut secara keseluruhan, sehingga berakibat memberi kesempatan atau peluang aksi kejahatan di laut. Untuk itu, segala kelalaian dari petugas pelabuhan, pengusaha kapal, aparat terkait serta tindakan kriminal dari para pelaku kejahatan di laut seyogyanya harus dianggap suatu pelanggaran yang serius.Rendahnya kemampuan para penegak hukum, baik yang bertugas di darat maupun di laut, untuk mengamankan wilayah laut yang sangat luas merupakan peluang bagi para pelaku kejahatan untuk lebih leluasa melakukan tindak kriminal. Selain itu aksi- aksi kejahatan tersebut bukan hanya dilatarbelakangi tidak adanya pengawasan dari aparat terhadap suatu wilayah, tetapi juga karena tidak adanya penegakan hukum law enforcement yang dilakukan secara profesional oleh para penegak hukum tersebut terhadap para pelaku-pelaku aksi pembajakan di Laut Lepas tersebut. Universitas Sumatera Utara Rendahnya kemampuan para aparat hukum ini dapat dilihatdan dinilai dari latar belakang individunya latar belakang pendidikan, moral, komitmen, dll maupun kelengkapan-kelengkapan pendukung. Pada akhirnya, kelemahan kemampuan para penegak hukum ini akan berdampak pada pendekatan yang dilakukan oleh penegak hukum dalam hal tindakan pencegahan, pengawasan maupun penindakan terhadap aksi-aksi kejahatan dilaut yang kadangkala tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4.Lemahnya kerjasama negara-negara kawasan Aksi kejahatan di Laut Lepas dapat dikategorikan sebagaikejahatan lintas negara, khususnya di wilayah-wilayah perairan sempit.Dengan mobilitas pelaku kejahatan yang sangat tinggi, serta target aksi kejahatan di laut juga dapat dengan mudah berpindah dari satu wilayah ke wilayah lainnya, bahkan antar negara.Hal ini menjadikan aksi kejahatan ini tidak lagi dapat ditangani hanya oleh satu negara, tetapi diperlukan suatu kerjasama dengan negara di kawasan. Ada kecenderungan bahwa para perompak memanfaatkanketerbatasan aparat suatu negara dalam melakukan pengawasan dan pengejaran, khususnya apabila pengejaran tersebut sudah mengarah ke wilayah perairan negara lain. Sebagaimana diketahui, pengejaran kapal-kapal patroli terhadap para pelaku kejahatan di laut yang masuk ke dalam wilayah teritori negara lain, justru akan menimbulkan protes dari negara yang bersangkutan, apabila dilakukan tanpa adanya koordinasi. Hal ini menunjukkan bahwa pada pelaksanaannya,kerjasama secara konkrit negara-negara kawasan saat ini selalu terbentur pada isu-isu yang terkait Universitas Sumatera Utara dengan kedaulatan dan isu perbatasan.Dalam kondisi seperti ini, sangat diperlukan suatu kerjasama tidak hanya dalam melakukan suatu pengawasan terhadap aksi- aksi kejahatan Laut Lepas, tetapi juga kerjasama dalam melakukan koordinasi terhadap pengejaran di lapangan dan penegakan hukum. 5.Lemahnya sistem hukum di bidang maritim Selama ini persoalan penegakan hukum dan peraturan di Laut Lepas senantiasa tumpang tindih dan cenderung menciptakankonflik antar institusi dan aparat pemerintah, serta konflik horizontal antar masyarakat.Oleh karenanya dibutuhkan perangkat hukum dan peraturan yang dapat menjamin interaksi antar sektor yang saling menguntungkan dan menciptakan hubungan yang optimal.

C. Pembebasan sandera kapal MV Jahan Moni di Perairan Somalia