Turunan Parsial Analisa Korelasi Uji Durbin Watson

Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 Jika 1 ˆ ρ dan 2 ˆ ρ adalah penaksir tak bias untuk parameter ρ , maka 1 ˆ ρ dinamakan lebih efisien dari 2 ˆ ρ jika Va 1 2 ˆ ˆ var ρ ρ r. Kriteria ini menyatakan bahwa penaksir yang mempunyai penyimpangan terkecil dari rataannya adalah yang paling efisien. 3 Konsistensi Penaksir parameter ρ dikatakan konsiten bila nilai taksiran akan sama dengan parameter yang ditaksir dengan bertambahnya ukuran contoh sampai tak terhingga. Bila ukuran contoh semakin besar, penaksir ρ akan mendekati titik tertentu, bias semakin kecil demikian pula dengan nilai ragamnya. Jadi,penduga ρ adalah penaksir konsisten bagi parameter populasi. Adapun besar kesalahan kuadrat rata –rata penaksir ρ terdiri atas ragam dan bias kuadrat yang dihitung sebagai berikut: [ ] 2 2 2 ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ 2 MSE E E E E E E E E E E ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ ρ = − = − + −     = − + − − + −             Misalnya membuktikan bahwa X adalah µ lim lim 2 2 2 ≅ = + = + = ∞ → ∞ → n X MSE n X bias X ragam X MSE n n σ σ Jadi X adalah penaksir yang konsisten bagi µ

2.5 Turunan Parsial

Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 Misalkan y x f z , = fungsi 2 variabel yang terdefenisi disekitar titik y x, . Turunan parsial dari f terhadap x adalah turunan z terhadap x dan y tetap konstan Turunan parsial y x f z , = terhadap x ditulis: y x f y x f x z x , , = ∂ ∂ = ∂ ∂ didefenisikan sebagai berikut: h y x f y h x f y x f y x f x h x , , lim , , − + = = ∂ ∂ → Turunan parsial y x f z , = terhadap y ditulis: y x f y x f y z y , , = ∂ ∂ = ∂ ∂ didefenisikan sebagai berikut: k y x f k y x f y x f y x f y k y , , lim , , − + = = ∂ ∂ →

2.6 Analisa Korelasi

Analisa korelasi merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antar variabel. Perhitungan derajat keeratan didasarkan pada persamaan regresi. Derajat keeratan di antara dua variabel disebut koreladi sederhana simple correlation, derajat keeratan yang berkaitan dengan tiga atau lebih variabel disebut sebagai korelasi berganda multiple correlation. Analisa regresi dari korelasi sederhana menunjukkan hubungan antara dua variabel, yakni 1 variabel bebas dan 1 variabel tak bebas. Sedangkan analisa regresi berganda dan analisa korelasi berganda menggunakan tiga atau lebih variabel, satu varibel tak bebas dan dua atau lebih variabel bebas. Perlu diingat bahwa tingginya tingkat korelasi tidak menunjukkan hubngan sebab akibat antar variabel, mungkin diperoleh korelasi yang tinggi antar dua variabel namun tidak mempunyai hubungan. Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 Untuk melihat korelasi antara variabel bebas dan tak bebas dapat dilihat melauli formula: { }{ } i i i 2 2 2 2 i i i n X Y X Y r n Y Y n X X ∑ − ∑ ∑ = ∑ − ∑ ∑ − ∑ 2.13 dengan r adalah koefisien korelasi antar variabel.

2.7 Autokorelasi

Salah satu asumsi penting dari beberapa asumsi model linier klasik adalah bentuk gangguan dari pengamatan yang berbeda , i j e e bersifat bebas. Dengan kata lain asumsi ini mengharuskan tidak terdapatnya korelasi diri atau korelasi serial autokorelasi di antara bentuk i e yang ada dalam fungsi regresi populasi. Pada dasarnya autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi di antara nilai-nilai pengamatan yang terurut dalam waktu time series data atau nilai-nilai pengamatan yang terurut dalam ruang cross-sectional data. Autokorelasi berkaitan dengan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Dengan demikian terlihat adanya perbedaan pengertian antara autokorelasi dengan korelasi. Yang mana sama-sama mengukur derajat keeratan hubungan. Korelasi mengukur derajat keeratan hubungan di antara dua buah variable yang berbeda, sedangkan autokorelasi mengukur derajat keeratan hubungan di antara nilai-nilai yang berurutan pada variable yang sama atau pada variable itu sendiri.

2.7.1. Pengaruh Autokorelasi

Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 Autokorelasi merupakan kasus khusus dari korelasi. Dimana autokorelasi berkaitan antara hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama atau variabel itu sendiri. Timbulnya masalah kesalahan yang berkorelasi serial biasanya disebabkan oleh salah satu asumsi yang tidak terpenuhi. Meskipun adanya autokorelasi, koefisien penduga parameter masih bersifat tak bias, dalam pengertian bahwa nilai harapan sama dengan parameter yang sesungguhnya, hanya saja varians dari koefisien penduga itu akan menjadi lebih besar. Dengan demikian apabila bentuk gangguan mempunyai autokorelasi, maka varians dari penduga Metode Kuadrat Terkecil akan menjadi lebih besar dari pada penduga lainnya. Sehingga penaksiran dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil tidak akan menghasilkan parameter seperti yang diinginkan. Apabila bentuk gangguan menunjukkan atau memperlihatkan adanya korelasi serial atau autokorelasi, maka hal ini akan berpengaruh pada nilai galat baku standart error dari parameter dugaan atau galat baku dari koefisien penduga parameter model. Seperti telah dikemukakan dalam pembatasan masalah pada BAB I, bahwa error kesalahan diasumsikan memenuhi hubungan : e t = ρ e t-1 + µ t ……………………………. 2.14 dimana adalah koefisien autokorelasi dengan nilai -1 ρ 1 Persamaan 2.1 dikenal sebagai regresi diri tingkat satu First Order Autoregresif ditulis sebagai AR1, yang menunjukkan bahwa kesalahan pada periode t dituis e t bergantung pada kesalahan pada periode sebelumnya 1 − t ditulis e t-1 . Bentuk lengkap dari AR 1 adalah sebagai berikut : e t = ρ e t-1 + µ t e t-1 = ρ e t-2 + µ t  e t-r = ρ e t-r-1 + µ t-r Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 Selanjutnya substitusikan 1 − t ε pada persamaan 2.14, sehingga diperoleh : e t = e t-2 + µ t-1 + µ t = 2 e t-2 + µ t-r + µ t selanjutnya substitusikan 2 − t ε , sehingga diperoleh : e t e t-3 + µ t-2 + µ t-1 + µ t dan apabila langkah tersebut dilakukan terus menerus untuk periode r besar, maka diperoleh : e t = µ t + µ t-1 + 2 µ t-2 +… maka : 1 1 1 1 t t t-1 t t t-1 1 ˆ Y = Y Y ˆ X X r t t r r t t t t t e Y X X Y X ρ µ β ρ β ρβ ρ ε ρ ρ ∞ − = − − = = − + − + + − = − ∑ sehingga = t E µ

2.7.2 Alasan Terjadinya Autokorelasi

Terjadinya autokorelasi diantara nilai-nilai dari variabel gangguan e dapat diakibatkan karena beberapa hal berikut: 1. Adanya variabel-variabel penjelas yang dihilangkan dari model. Seperti diketahui bahwa kebanyakan variabel-variabel ekonomi cenderung mengandung autokorelasi, dimana Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 nilai-nilai dari periode sekarang akan tergantung pada periode sebelumnya. Jika variabel yang memiliki sifat autokorelasi ini dihilangkan atau dikeluarkan dari model atau dipisahkan dari sekumpulan variabel penjelas yang lain, maka jelas hal ini akan berpengaruh yang direfleksikan dalam variabel gangguan e , sehingga nilai-nilai dari gangguan akan mengandung autokorelasi. Kasus ini sering disebut sebagai “quasi- autocorrelation”, krena merupakan pola autokorelasi dari variabel penjelas X yang dihilangkan yang muncul dalam model regresi itu, bukan menunjukkan pola perilaku dari nilai-nilai e yang sesungguhnya. 2. Adanya kesalahan spesifikasi bentuk matematik dari model. Jika kita merumuskan atau menetapkan bentuk matematik yang berbeda dari bentuk hubungan yang sesungguhnya, maka nilai- nilai gangguan akan menunjukkan autokorelasi. 3. Adanya fenomenal Cobweb, di mana nilai variabel yang sekarang bereaksi atau ditentukan oleh variabel sebelumnya. 4. Di dalam analisis regresi yang melibatkan data deret waktu, jika model regeresi mengikutsertakan tidak hanya nilai-nilai sekarang, tetapi juga nilai-nilai pada waktu yang lalu sebagai variabel penjelas, maka variabel itu disebut sebagai model distribusi “lags”. 5. Adanya manipulasi data. Di dalam análisis empirik, data mentah sering dimanipulasi. Sebelum membahas manipulasi data, maka perlu dikemukakan di sini bahwa kata “manipulasi” tidak berkaitan dengan hal-hal negatif seperti memalsukan data, mengarang data, dan sebagainya, tetapi “manipulasi data” yang dimaksudkan di sini adalah suatu teknik mengubah data yang berkonotasi positif, di mana teknik mengubah data atau memperkirakan data itu dapat dibenarkan tetapi sering menimbulkan masalah yang berkaitan dengan betuk gangguan.

2.8 Uji Durbin Watson

Uji ini dikemukakan oleh statistikawan J. Durbin dan G.S. Watson, sehingga uji ini dikenal dengan nama Uji Durban-Watson. Uji ini hanya cocok untuk pola regresi diri order pertama yang mengambil bentuk : Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 1 t t t e e ρ µ − = + Adapun beberapa asumsi yang melandasi Uji Durban Watson ini antara lain : 1. Uji Durbin Watson diterapkan untuk model regresi yang mencakup parameter β , dengan kata lain dipergunakan untuk model regresi yang mengandung intersep. 2. Variabel – variabel penjelas X , adalah nonstokastik, atau bersifat tetap dalam penarikan contoh yang berulang Repeated Sampling 3. Bentuk gangguan t e dibangkitkan melalui pola regresi diri order pertama dengan mengambil bentuk : 1 t t t e e ρ µ − = + 4. Model regresi tidak mencakup nilai – nilai lag dari variabel tak bebas sebagai suatu variabel penjelas. 5. Tidak ada parameter yang hilang dalam data, dengan demikian uji Durbin Watson dapat digunakan untuk model regresi yang dibangun berdasarkan data yang lengkap, terutama untuk data deret waktu. Uji Durbin Watson ini sendiri dirumuskan sebagai berikut : ∑ ∑ = = − − = n t t n t t t e e e d 1 2 2 2 1 ……………………….. 3.15 Kebaikan dari statistik Uji d Durbin Watson ini sendiri adalah bahwa perhitungannya didasarkan atas i e , perkiraan residual pengganggu i e yang secara rutin dihitung didalam analisis regresi. Karena ∑ 2 t e dan ∑ − 2 1 t e hanya berbeda satu pengamatan, maka keduanya dapat dianggap sama. Sehingga ∑ 2 t e = ∑ − 2 1 t e , maka persamaan 3.1 dapat ditulis kembali sebagai berikut ;         − ∑ ∑ − 2 1 1 2 ~ t t t e e e d ……………………… 2.16 Gkan koefisien korelasi dapat ditentukan dengan formula : Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 ∑ ∑ − ∧ = 2 1 t t t e e e ρ ……………………… 2.17 Sebagai penduga dari koefisien autokorelasi tingkat satu ρ , yang nilainya berada pada 1 1 − ρ , maka dengan menggunakan persamaan 2.17 bentuk persamaan 2.16 dapat dinyatakan sebagai berikut : 1 2 ~ ρ − d ……………………… 2.18 Ini berarti bila ρ mendekati 0 yang menunjukkan tidak adanya autokorelasi, d akan mendekati 2. Demikian pula bila ρ mendekati 1, yang menunjukkan ada autokorelasi serial positif, d akan mendekati 0, dan bila ρ mendekati -1, ini menunjukkan ada korelasi serial negatif, d akan mendekati 4. Dari uraian yang dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa sifat dari uji Durbin Watson antara lain: 1. : = ρ H Tidak ada autokorelasi : 1 ≠ ρ H Ada autokorelasi 2. : = ρ H Tidak ada autokorelasi : 1 ρ H Ada autokorelasi positif 3. : = ρ H Tidak ada autokorelasi : 1 ρ H Ada autokorelasi negatif Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 Dengan demikian statistik d Tidak ada autokorelasi yang dihitung berdasarkan persamaan 3.1 akan dibandingkan atau dilihat hasilnya dari tabel keputusan Durbin-Watson untuk memperoleh kesimpulan apakah perlu menolak atau menerima H . Kaídah keputusan dari Uji Durbin-Watson dapat diikuti dalam tabel 1. Masalah yang mendasar dari Uji Durbin-Watson ini adalah tidak diketahui secara tepat mengenai distribusi dari statistik d ini sendiri. Meski demikian Durbin-Watson telah berhasil menghitung batas atas U d dan batas bawah L d dari nilai – nilai kritis tersebut. Tabel 1 Kaídah Keputusan Durbin-Watson Hipótesis nol H Keputusan Jika Tidak ada Autokorelasi positif Tidak ada Autokorelasi positif Tidak ada Autokorelasi Negatif Tidak ada Autokorelasi Negatif Tidak ada Autokorelasi Positif atau Negatif Tolak H Tidak ada Tolak H Tidak ada Tarima H L d d u L d d d ≤ 4 4 − d d l l u d d d − ≤ ≤ − 4 4 U U d d d − 4 Siti Rahayu : Penggunaan Metode Durbin Watson Dalam Menyelesaikan Model Regresi Yang Mengandung Autokorelasi, 2009. USU Repository © 2009 BAB III PEMBAHASAN

3.2 Mendeteksi Kehadiran Autokorelasi