BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia merupakan suatu hal yang penting, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa, tergantung bagaimana akhlaknya. Artinya, jika suatu masyarakat berakhlak
baik, maka mereka akan saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Tetapi sebaliknya, jika suatu masyarakat berakhlak buruk, maka yang terjadi
mereka satu sama lain akan saling bermusuhan. Seseorang yang berakhlak baik, selalu melaksanakan kewajiban-
kewajibannya, memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak. Dia melakukan kewajibannya terhadap dirinya sendiri yang menjadi hak dirinya,
terhadap Tuhannya yang menjadi hak Tuhannya, terhadap makhluk yang lain, terhadap sesama manusia yang menjadi hak manusia lainnya, terhadap alam
dan lingkungannya dan terhadap segala yang ada secara harmonis. Dia akan menempati martabat yang mulia dalam pandangan umum. Dia mengisi dirinya
dengan sifat-sifat terpuji dan menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela. Dia menempati kedudukan yang mulia secara objektif walaupun secara materil
keadaannya sangat sederhana. Kejayaan dan kemuliaan manusia di muka bumi ini adalah karena
akhlak mereka dan kerusakan yang timbul di muka bumi ini adalah disebabkan
oleh perbuatan mereka sendiri. Hal tersebut dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 41 sebagai berikut:
⌧ ☺
⌧ ⌧
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”. Keberadaan manusia dengan predikat paling indah dan derajat paling
tinggi itu tidak selamanya membawa manusia menjalani kehidupannya dengan kesenangan dan kebahagiaan. Malapetaka dan kesengsaraan membuntuti
perjalanan hidup manusia dan boleh jadi tidak terelakkan apabila manusia itu tidak awas dan waspada mengelola perjalanan hidupnya. Karena manusia
sudah dikaruniai kemampuan dengan derajat yang paling tinggi itu, maka kesenangan dan malapetaka berada di tangan manusia itu sendiri.
1
Akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat.
Karena bagaimanapun pandainya seorang anak dan tingginya tingkat intelegensi anak tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik atau budi pekerti
yang luhur maka kelak tidak akan mencerminkan kepribadian yang baik. Akhlak buruk menjadi musuh Islam yang utama karena misi Islam
pertama-tama untuk membimbing manusia berakhlak mulia, untuk itu Islam sangat memerangi akhlak yang buruk terutama terhadap orang tuanya sendiri.
1
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, cet. ke-2, h. 12.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi saw di mana beliau diutus menjadi rasul adalah untuk menyempurnakan dan memperbaiki akhlak manusia:
لﺎ و ﷲا ﻰ ا نا ﷲا ﺿر ةﺮ ﺮه ﻰ ا
: ﺜ ﺎ ا
ق ﻷا مرﺎﻜ ﻷ ىرﺎ ا اور
“Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Nabi SAW. berkata: Sesungguhnya aku diutus Allah SWT untuk menyempurnakan keluhuran budi
pekerti”. HR. Al-Bukhari.
Hadits Nabi tersebut menggambarkan tentang pentingnya posisi akhlak dalam agama Islam. Sehingga tidak aneh jika Fazlur Rahman, cendikiawan
muslim Pakistan mengatakan bahwa : “Islam pada dasarnya adalah agama akhlak moral sebelum kemudian menjadi agama fiqih hukum dan agama
lainnya”.
2
Keutamaan-keutamaan mengenai akhlak pada garis besarnya dan secara terperinci merupakan jalan bagi fitrah manusia yang akan ditempuhnya
dalam perjalanan hidupnya dan yang akan menjamin kemajuan manusia secara sempurna generasi demi generasi, terutama kehidupan yang tenteram dan
aman.
3
Untuk memperbaiki masalah akhlak buruk yang selalu berkembang di masyarakat, terlebih terhadap anak-anak, maka dirasa perlu adanya sebuah
bimbingan akhlak. Bimbingan akhlak akan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak secara optimal dengan berbagai macam media dan teknik
2
Ahmad Mahmud Subhi, Filsafat Etika: Tanggapan Kaum Rasionalis dan Intuisionalis Islam
, Jakarta: Serambi, 2001, h. 30.
3
Anshori Umar Sitanggal, Islam Membina Masyarakat Adil Makmur, Jakarta: Pustaka Dian dan Antar Kota, 1987, cet. ke-1, h. 243.
bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian yang dapat bermanfaat, baik bagi dirinya, orang lain, maupun bagi lingkungan
sekitarnya. Akhlak sangat perlu dibina agar membawa hasil berupa terbentuknya
pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat terhadap Allah swt dan Rasulnya, berbakti terhadap orang tua dan sebagainya. Karena jika akhlak tidak
pernah dibina dalam diri anak atau dibiarkan tanpa adanya suatu bimbingan mengenai akhlak, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan menjadi
anak yang nakal bahkan dapat melakukan tindakan kriminal sehingga mengganggu masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa akhlak yang baik
memang sangat perlu dibentuk dan dibina dalam diri anak agar terhindar dari semua perbuatan yang dilarang maupun dibenci oleh Allah swt dan Rasulnya.
Madrasah Diniyah Awwaliyah MDA Baitussalam Kramat Jati Jakarta Timur merupakan salah satu instansi pendidikan Islam yang
mengadakan program bimbingan akhlak untuk para santrinya. Bimbingan akhlak berarti mengadakan pembentukan dan pembinaan akhlak, hal itu dirasa
perlu diberikan sejak dini karena pada usia dini anak akan lebih dapat diberi pengertian tentang mana yang baik dan mana yang buruk daripada jika ia telah
dewasa. Akhlak yang baik dibentuk dan dibina melalui suatu bimbingan. Tetapi
apakah hanya faktor bimbingan akhlak yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan dan pembinaan akhlak yang baik, ataukah ada faktor lain selain
bimbingan akhlak. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti
permasalahan dengan judul “Pengaruh Bimbingan Akhlak Terhadap Akhlak Santri Di Madrasah Diniyah Awwaliyah Baitussalam Yayasan
Baitussalam Kramat Jati Jakarta Timur” dalam bentuk sebuah skripsi.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah