2.3 Anak
Tujuan mulia dari perkawinan adalah mendapatkan keturunan. Keinginan untuk mempunyai anak adalah cita-cita terbesar dalam setiap perkawinan, karena anak
merupakan generasi penerus orang tuanya. Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat berkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak
merupakan makhluk social seperti orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk membantu mengembangkan kemampuannya. Anak lahir dari segala kelemahan sehingga
tanpa orag lain terutama orang tuanya anak tidak mungkin dapat mencapai taraf
kemanusiaan yang normal. 2.3.1
Pengertian Anak
Terdapat pluralisme mengenai pengertian anak dalam aspek hukum. Hal ini terjadi akibat sebagai akibat tiap peraturan perundang-undangan yang mengatur secara tersendiri
mengenai pengertian anak. Pengertian anak dalam kedudukan hukum meliputi pengertian dalam arti khusus sebagai objek hukum. Kedudukan yang dimaksud meliputi
pengelompokan sebagai berikut : a.
Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Anak dapat dikatakan “Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai
umur genap dua puluh satu tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum mereka genap dua puluh satu tahun, maka
mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa. Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di
ba wah perwalian”.
30
b. Pasal 1 Butir 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak menyatakan bahwa “ Anak adalah seorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun , termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
c. Pasal 1 Butir 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak menyatakan bahwa “Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin”.
30
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata BW
d. Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia menyatakan bahwa “Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun dan belum menikah, termasuk anak yang
masih dalam kandungan apabila hal tersebut demi kepentingannya”. Definisi anak yang ditetapkan perundang-undangan berbeda dengan definisi
menurut Hukum Islam dan Hukum Adat. Menurut Hukum Islam dan Hukum Adat sama-sama menentukan seseorang masih anak-anak atau sudah dewasa bukan dari usia
anak. Hal ini karena masing-masing anak berbeda usia untuk mencapai tingkat kedewasaan. Seseorang dinyatakan sebagai anak apabila anak tersebut belum memiliki
tanda-tanda yang dimiliki oleh orang dewasa sebagaimana ditentukan dalam Hukum Islam.
31
Perkembangan dan pertumbuhan anak melibatkan banyak faktor, bukan hanya sekedar perkembangan dan pertumbuhan mereka secara fisik. Perkembangan dan
pertumbuhan ini melibatkan perubahan yang sangan signifikan pada perilaku, proses berpikir, emosional, dan sikap. Pertumbuhan psikologis ini akan sangat menentukan si
anak akan menjadi manusia seperti apa kelak ketika menjadi orang dewasa sepenuhnya.
Secara umum anak adalah seseorang yang dilahirkan dan merupakan awal akan lahirnya generasi baru sebagai penerus cita-cita keluarga, agama, bangsa dan
Negara. Anak harus dididik agar memiliki pengetahuan dan kepribadian yang baik. Semakin baik kepribadian dan pengetahuan yang dimilkinya, maka akan semakin
bagus pula masa depan bangsa yang akan diciptakan.
2.3.2 Macam-Macam Anak
Terdapat macam-macam anak yang dikemukakan oleh D.Y. Witanto
1. Anak Sah
Anak sah mempunyai kedudukan yang paling tinggi dan paling sempurna dimata hukum dibandingkan dengan anak dalam kelompok-kelompok yang lain. Anak sah
menyandang seluruh hak yang diberikan oleh hukum. Hak tersebut antara lain hak waris dalam peringkat yang paling tinggi diantara golongan-golongan ahli waris yang lain. Hak
31
http:amankpermahimakassar.blogspot.comanak-dan-definisinya-dalam-hukum.html . Diakses tanggal
10 Juli 2012