Bahan Hukum Non Hukum

Dasar Hukum Perkawinan menurut : 1.Menurut Fiqh Munakahat a. Dalil Al- Qur’an Allah SWT berfirman dalam surat An - Nisa Ayat 3 sebagai berikut : 20 ” Dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil terhadap anak yatim, maka kawinilah perempuan-perempuan lain yang kamu senangi, dua, tiga atau empat dan jika kamu takut tidak akan berlaku adil, cukup satu orang .” Ayat ini memerintahkan kepada orang laki - laki yang sudah mampu untuk melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil didalam memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain - lain yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan bahwa islam memperbolehkan poligami dengan syarat - syarat tertentu. Menurut Al- Qur’an, Surat Al A’raaf ayat 189 berbunyi : “Dialah yang menciptakan kamu dari suatu zat dan daripadanya Dia menciptakan istrinya agar Dia merasa senang .” Sehingga perkawinan adalah menciptakan kehidupan keluarga anatar suami istri dan anak-anak serta orang tua agar tercapai suatu kehidupan yang aman dan tenteram Sakinah, pergaulan yang saling mencintai Mawaddah dan saling menyantuni Rohmah. 21 b. Dalil As-Sunnah Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dari Rasulullah yang bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa dioantara kalian memiliki kemampuan, maka nikahilah, karena itu dapat lebih baik menahan pandangan dan menjaga kehormatan. Dan siapa yang tidak memiiki kemampuan itu, hendaklah ia selalu berpuasa, sebab puasa itu merupakan kendali baginya. 22 20 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia :Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan , Jakarta : Kencana, 2009. Hlm. 35. 21 Moh. Idris ramulyo, Op. Cit . Hlm. 3-4. 22 Syekh Muhammad Sholeh Al-Utsaiin, Syekh Abdul Aziz Ibn Muhammad Dawud, Pernikahan Islami : Dasar Hidup Beruah Tangga, Surabaya : Risalah Gusti 1991. Hlm. 29. 2. Menurut Undang – Undang No.1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Landasan hukum terdapat dalam Pasal 2 ayat 1 dan Pasal 2 ayat 2 UU Perkawinan yang rumusannya : “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya itu. Tiap –tiap perkawinan dicatat menurut peraturan–peraturan, perundang – undangan yang berlaku.” 3. Menurut Intruksi Presiden, Kompilasi Hukum Islam Dasar perkawinan dalam Pasal 2 dan 3 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa : “Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. ” 23

2.1.2 Tujuan Perkawinan

Pada setiap perkawinan memiliki tujuan. Tujuan dari disyariatkannya perkawinan atas umat Islam, sebagai berikut : a. Untuk mendapatkan anak keturunan yang sah bagi melanjutkan generasi yang akan datang. Hal ini terlihat dari isyarat Surat An-Nisa ayat 1 : “Wahai sekalian manusia bertakwalah kepada Tuhan-mu yang menjadikan kamu dari diri yang satu daripadanya Allah menjadikan istri-istri; dan dari keduanya Allah menjadikan anak keturunan yang banyak, laki-laki dan pere mpuan.” Keinginan untuk melanjutkan keturunan merupakan naluri atau garizah umat manusia bahkan juga garizah bagi makhluk hidup yang diciptakan Allah. Untuk itu Allah menciptakan bagi manusia nafsu syahwat yang dapat mendorongnya untuk mencari pasangan hidupnya untuk menyalurkan nafsu syahwat tersebut. Untuk memberi saluran yang sah dan legal bagi penyaluran nafsu syahwat tersebut adalah melalui lembaga perkawinan. 23 Dikuti dari http:hukum.unsrat.ac.idmakompilasi.pdf . Diakses tanggal 10 maret 2012