Error Rate TINJAUAN PUSTAKA

2.2.2 Standar Error rate Menurut Depkes RI 2002, jika Error rate ≤ 5 maka mutu pemeriksaan dahak di kabupaten atau kota tersebut dinilai baik. Dengan dilaksanakannya cross check spesimen maka dapat diketahui kualitas hasil pemeriksaan sediaan dahak pada puskesmas yang bersangkutan. Akurasi pemeriksaan spesimen ini sangat penting karena menyangkut ketepatan diagnosis pada tersangka penderita. Apabila angka kesalahan laboratorium error rate dari hasil cross check diketahui 5 maka dapat berdampak pada hasil pembacaan spesimen yang pada akhirnya terjadi kesalahan pengobatan pada penderita sehingga dapat mengganggu program penganggulangan TB paru. Selain itu, apabila angka kesalahan tersebut melampaui batas maka akan diadakan tindak lanjut kepada petugas laboratorium puskesmas yang bersangkutan, seperti mendapatkan bimbingan atau petugasnya perlu magang di BLK. Error rate menjadi kurang berarti bila jumlah slide yang diuji silang relatif sedikit. Pada dasarnya error rate dihitung pada masing-masing laboratorium pemeriksa, ditingkat kabupaten kota. Kabupaten kota harus menganalisa berapa persen laboratorium pemeriksa yang ada diwilayahnya melaksanakan cross check, disamping menganalisis error rate per PRM PPM RS BP4, supaya dapat mengetahui kualitas pemeriksaan slide dahak secara mikroskopis langsung Kemenkes RI, 2011.

2.3 Puskesmas Rujukan Mikroskopis PRM dan Puskesmas Pelaksana

Mandiri PPM 2.3.1 Definisi PRM dan PPM Puskesmas Rujukan Mikroskopis TB PRM adalah laboratorium yang mampu membuat sediaan, pewarnaan dan pemeriksaan mikroskopis dahak, menerima rujukan dan melakukan pembinaan teknis kepada Puskesmas Satelit PS. PRM harus mengikuti pemantapan mutu eksternal melalui uji silang berkala dengan laboratorium RUS-1 Rujukan Uji Silang-1 di wilayahnya atau lintas kabupaten kota. Kebutuhan minimal tenaga pelaksana terlatih PRM terdiri dari 1 dokter, I perawat petugas TB, dan 1 tenaga laboratorium Kemenkes RI, 2011. PRM adalah puskesmas yang berfungsi sebagai laboratorium rujukan atau pelaksana pemeriksaan mikroskopis dahak untuk tuberkulosis. PRM ini berperan dalam memastikan semua tersangka pasien dan pasien TB dalam pengobatan mulai dari pemeriksaan dahak sampai diperoleh hasil Depkes RI, 2007a. Puskesmas Pelaksana Mandiri PPM adalah laboratorium yang memiliki laboratorium mikroskopis TB yang berfungsi melakukan pelayanan mikroskopis TB. PPM harus mengikuti pemantapan mutu eksternal melalui uji silang berkala dengan laboratirum RUS-1 di wilayahnya atau lintas kabupaten kota Kemenkes RI, 2011. PRM bertugas menerima rujukan pemeriksaan sediaan dahak dari Puskesmas Satelit PS. PRM juga bertugas untuk mengambil dahak tersangka pasien TB yang berasal dari PRM setempat untuk keperluan diagnosis dan follow up sampai diperoleh hasil Depkes RI, 2007a. Tanggung jawab PRM dalam program penanggulangan tuberkulosis adalah untuk memastikan semua kegiatan laboratorium TB berjalan sesuai dengan prosedur tetap termasuk mutu kegiatan dan kelangsungan sarana yang diperlukan Depkes RI, 2007a. 2.3.2 Laboratorium Mikroskopis Tuberkulosis Laboratorium tuberkulosis merupakan bagian dari pelayanan laboratorium kesehatan mempunyai peran penting dalam penanggulangan tuberkulosis yang berkaitan dengan kegiatan deteksi pasien tuberkulosis, pemantauan keberhasilan pengobatan serta menetapkan hasil akhir pengobatan Depkes RI, 2007b. Laboratorium TB yang ideal mempunyai sarana laboratorium yang sesuai dengan standar antara lain ketersediaan reagen Ziehl Neelsen ZN yang cukup dan tidak kadaluarsa. Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop medan terang tipe binokuler, ose, slide, dan sputum pot Gerdunas TBC, 2005.