Sedangkan untuk produk inti kelapa sawit, terjadi penurunan persentase marjin kotor sebesar 6,29 dari tahun 2002 sampai 2003. Persentase ini
selanjutnya mengalami kenaikan, yakni 29,69 pada tahun 2003 menjadi 40,92 pada tahun 2004. Akan tetapi dari tahun 2004-2005 marjin kotornya mengalami
penurunan yang cukup tajam yakni sebesar 15,23, dan kembali menurun dari tahun 2005 sampai 2006.
Salah satu faktor yang mempengaruhi majin kotor suatu perusahaan adalah harga jual. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam
menetapkan harga jual. Biaya, permintaan pasar, situasi persaingan, jangkauan waktu, dan strategi merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan, dan
semuanya penting. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana pengaruh harga jual kedua produk tersebut terhadap marjin kotornya
dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin pada PT. Perkebunan Nusantara IV Medan”
B. Perumusan Masalah
Untuk memperdalam
penelitian ini,
penulis perlu membatasi permasalahan yang akan diteliti. Penelitian ini difokuskan pada kedua produk utama perusahaan,
yakni minyak sawit dan inti sawit. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
1. Apakah harga jual minyak sawit berpengaruh secara signifikan terhadap
marjin kotor minyak sawit pada PT. Perkebunan Nusantara IV? 2.
Apakah harga jual inti sawit berpengaruh secara signifikan terhadap marjin kotor inti sawit pada PT. Perkebunan Nusantara IV?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara harga jual beberapa produk perusahaan terhadap marjin kotor
produk-produk tersebut. Manfaat penelitian ini adalah:
1. Diharapkan dapat memperdalam pengetahuan penulis tentang cara
menganalisis laporan keuangan dalam kaitannya dengan marjin kotor suatu perusahaan.
2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan,
terutama dalam hal melakukan kebijakan harga. 3.
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian- penelitian selanjutnya yang sejenis, khususnya yang berkaitan dengan
marjin kotor suatu perusahaan.
D. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Konseptual
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Laporan Laba Rugi
Marjin Kotor Minyak Sawit
Marjin Kotor Inti Sawit
Minyak Sawit Inti Sawit
Harga Jual PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban dari permasalahan yang diteliti. Jawaban permasalahan dicapai setelah penelitian selesai atau setelah dilakukan pengolahan
data. Adapun hipotesis yang dirumuskan dari permasalahan di atas adalah: 1
Minyak sawit Ho : bi = 0 harga jual minyak sawit tidak berpengaruh terhadap
marjin kotor minyak sawit Ha : bi
≠ 0 harga jual minyak sawit berpengaruh terhadap marjin kotor minyak sawit
2 Inti sawit
Ho : bi = 0 harga jual inti sawit tidak berpengaruh terhadap marjin kotor inti sawit
Ha : bi ≠ 0 harga jual inti sawit berpengaruh terhadap marjin kotor
inti sawit
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Laba Rugi
1. Pengertian Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan selama satu periode tertentu. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi perusahaan.
Menurut Van Horne dan Wachowicz 2005:193 laporan laba rugi merupakan ringkasan dari pendapatan dan biaya perusahaan selama periode
tertentu, diakhiri dengan laba atau kerugian bersih untuk periode tersebut. Laporan laba rugi terutama menyajikan informasi kinerja. Informasi
kinerja perusahaan diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi kinerja bermanfaat
untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam
perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan 2004:1.14 dinyatakan bahwa laporan laba rugi yang lengkap minimal harus mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. pendapatan;
b. laba rugi usaha;
c. beban pinjaman;
d. bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang
diperlakukan menggunakan metode ekuitas; e.
beban pajak; f.
laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan; g.
pos luar biasa; h.
hak minoritas; dan
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
i. laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 2004:1.15 menyarankan agar perusahaan menyajikan rincian beban di laporan laba rugi atau di catatan atas
laporan keuangan dengan menggunakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi beban di dalam perusahaan.
Pembagian laba pada laporan laba rugi terdiri atas lima bagian laba, yakni: 1.
Laba kotor Laba kotor merupakan suatu pengukuran pendapatan langsung perusahaan
atas penjualan produknya selama satu periode akuntansi. Laba kotor = Pendapatan dari penjualan bersih–Harga pokok penjualan
Laba kotor mengindikasikan secara langsung seberapa jauh perusahaan mampu menutupi biaya produknya.
2. Laba operasi
Laba operasi merupakan selisih antara penjualan dengan seluruh biaya dan beban operasi. Laba operasi dapat digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan perusahaan memperoleh pendapatan dari kegiatan bisnis utamanya.
3. Laba sebelum pajak
Laba sebelum pajak adalah jumlah laba sebelum pajak penghasilan yang ditentukan menurut Standar Akuntansi Keuangan. Laba ini tidak
berpengaruh pada jumlah pajak penghasilan yang sebenarnya bagi pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan.
4. Laba bersih
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Laba bersih mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba bersih adalah kelebihan penjualan bersih terhadap harga pokok penjualan dipotong
beban operasi dan pajak penghasilan. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba bersih perusahaan adalah pendapatan, beban pokok penjualan, beban
operasi, dan tarif pajak penghasilan. 5.
Laba dari operasi berjalan Merupakan laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga
dan pajak. Laba ini juga disebut laba sebelum pos luar biasa dan operasi dalam penghentian.
2. Format Laporan Laba Rugi
Ada dua format laporan laba rugi yang umumnya dipergunakan dalam aktivitas pelaporan keuangan perusahaan, yakni:
a. Single-Step Income Statement
Dalam bentuk single step, semua pendapatan dan keuntungan yang termasuk unsur operasi ditempatkan pada bagian awal laporan laba
rugi, diikuti dengan seluruh beban dan kerugian yang termasuk kategori operasi. Selisih antara total pendapatan dan keuntungan dan
total beban dan kerugian menghasilkan laba operasi. Berikut ini adalah contoh single-step income statement:
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
PT. CAHAYA Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007 Pendapatan
Penjualan Bersih
Rp 775.000.000
Pendapatan Sewa
16.500.000 Total Pendapatan
Rp 791.500.000 Beban
Harga Pokok Penjualan Rp 315.000.000
Beban Penjualan 14.500.000
Beban Administrasi 9.000.000
Beban Bunga 6.500.000
Beban Lain-Lain Bersih 6.000.000
Total Beban Rp 351.000.000
Laba Sebelum Pajak Rp 440.500.000
Pajak Rp 132.000.000
Laba Bersih Rp 308.500.000
Sumber: Data Olahan, 2007
b. Multiple-Step Income Statement
Laporan ini memisahkan transaksi operasi dari transaksi non-operasi, juga menandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang
berhubungan. Pengungkapan laba operasional akan memperlihatkan perbedaan antara aktivitas biasa dengan aktivitas yang tidak biasa atau
insidentil. Berikut ini adalah contoh multiple-step income statement:
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
PT. CAHAYA Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2007 Pendapatan Penjualan
Penjualan Bersih Rp 825.000.000
Dikurangi: Retur Penjualan dan Pengurangan Harga 35.000.000
Diskon Penjualan 15.000.000
Pendapatan Penjualan Bersih Rp 775.000.000
Harga Pokok Penjualan Persediaan
Awal Rp
12.500.000 Pembelian
309.000.000 Beban
Angkut 10.000.000
Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 331.500.000
Dikurangi: Persediaan Akhir 16.500.000
Harga Pokok Penjualan Rp 315.000.000
Laba Kotor Rp 460.000.000
Beban Operasi Beban Penjualan:
Gaji Bagian Penjualan Rp 5.000.000
Beban Iklan 3.000.000
lanjutan Beban Penjualan Lain-Lain
2.000.000 Beban Administrasi dan Umum
Gaji Karyawan dan Bagian Kantor 10.000.000 Beban Asuransi
1.000.000 Beban Penyusutan dan Amortisasi
5.000.000 Beban Piutang Tak Tertagih 3.000.000
Beban Umum Lainnya 2.000.000
Total Beban Operasi Rp 31.000.000
Laba Operasi Rp 429.000.000
Pendapatan dan Keuntungan Lain-Lain Pendapatan Bunga
Rp 15.000.000 Keuntungan Atas Penjualan Investasi
Rp 20.000.000 Beban dan Kerugian Lain-Lain
Beban Bunga Rp 6.500.000
Kerugian Atas Penjualan Peralatan Rp 17.000.000
Laba Sebelum Pajak Penghasilan Rp 440.500.000
Pajak Penghasilan Rp 132.000.000
Laba Bersih Rp 308.500.000
Sumber: Data Olahan, 2007
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
B. Harga Jual Produk
1. Pengertian Harga Jual
Setiap produk yang berhasil, menawarkan beberapa manfaat dan kekuatan untuk memuaskan keinginan konsumen. Pilihan masing-masing individu
menentukan besarnya nilai barang dan jasa tertentu bagi konsumen. Namun untuk memenuhi kebutuhannya, setiap konsumen dihadapkan pada keterbatasan dalam
hal dana. Oleh karena itu, harga yang merupakan nilai tukar sebuah barang atau jasa menjadi faktor utama yang menentukan keputusan konsumen untuk membeli.
Harga jual adalah sejumlah kompensasi uang ataupun barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan
selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan dapat memberikan laba yang maksimal.
Perusahaan biasanya berupaya menentukan harga yang akan memaksimalisasi nilai perusahaan. Harga yang ditentukan untuk sebuah produk
akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya, keuntungannya. Mengingat bahwa pendapatan dari penjualan sebuah produk akan sama dengan
harga dikalikan dengan kuantitas penjualan. Meskipun harga yang lebih rendah akan mengurangi pendapatan per unit yang diterima, biasanya akan menghasilkan
kuantitas penjualan yang lebih tinggi. Harga yang lebih tinggi akan meningkatkan pendapatan per unit yang diterima namun akan menghasilkan kuantitas unit
penjualan yang lebih rendah. Harga jual produk maupun jasa dapat ditentukan dengan beberapa metode,
antara lain:
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
a. Penentuan harga jual normal
Ada dua unsur yang diperhitungkan dalam penentuan harga jual normal, yakni taksiran biaya penuh dan laba yang diharapkan. Dalam penentuan
harga jual normal, harga ditentukan dengan menambah biaya penuh masa yang akan datang dengan suatu persentase tambahan di atas jumlah biaya
mark up. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Harga jual = taksiran biaya penuh + laba yang diharapkan
b. Penentuan harga jual dalam cost type contract
Merupakan penentuan harga jual berdasarkan kontrak pembuatan produk atau jasa di mana pembeli menyetujui harga yang didasarkan pada total
biaya yang sesungguhnya dikeluarkan produsen ditambah dengan laba yang dihitung sebesar persentase tertentu dari seluruh biaya tersebut.
c. Penentuan harga jual pesanan khusus
Pesanan khusus adalah pesanan yang diterima perusahaan di luar pesanan regular perusahaan. Pemesan biasanya memesan dalam jumlah besar
sehingga harga yang diminta berada di bawah harga jual normal, yaitu di bawah biaya penuh yang dikeluarkan perusahaan dalam proses produksi,
namun di atas biaya variabel. Dalam keadaan ini perusahaan mendapatkan laba kontribusi sebab seluruh biaya tetap akan dibebankan pada
perhitungan pesanan regular perusahaan. d.
Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah Pada metode ini harga jual produk didasarkan pada biaya penuh masa
yang akan datang ditambah laba yang diharapkan. Produk dan jasa yang
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
mendapat pengaruh atas Peraturan Pemerintah adalah produk dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat luas,
antara lain bahan bakar, minyak, beras, telepon, listrik, dan sebagainya.
4. Konsep-Konsep Dasar Dalam Penentuan Harga
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam menetapkan harga. Biaya, permintaan pasar, situasi persaingan, jangkauan waktu,
dan strategi merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan, dan semuanya penting. Berikut ini adalah beberapa konsep dasar ekonomi yang mempengaruhi
harga: a.
Permintaan pelanggan Secara umum, para pelanggan menginginkan barang-barang dan jasa yang
berkualitas tinggi dengan harga yang rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kurva permintaan tradisional yang menunjukkan relasi yang
berlawanan antara harga dan kuantitas. Pada tingkat harga yang lebih rendah pelanggan akan membeli lebih banyak barang. Selain itu,
permintaan pelanggan juga dipengaruhi oleh pendapatan pelanggan, kualitas produk yang dijual, ketersediaan barang pengganti, permintaan
untuk barang-barang pelengkap, baik untuk memenuhi kebutuhan maupun untuk kemewahan, dan lain sebagainya.
b. Elastisitas harga permintaan
Suatu faktor penting yang menentukan di mana perubahan harga akan menghasilkan perubahan kuantitas, atau suatu tingkat penentuan di mana
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
jumlah barang yang diminta berubah sesuai dengan perubahan harga disebut sebagai elastisitas harga permintaan. Elastisitas harga permintaan
dapat bervariasi dari yang elastis sampai tidak elastis. Ketika permintaan tidak elastis, suatu perubahan harga memiliki pengaruh yang relatif kecil
terhadap jumlah permintaan. Hal yang sebaliknya terjadi pada permintaan elastis.
c. Struktur pasar
Struktur pasar mempengaruhi tingkat kebebasan perusahaan untuk mengubah harga. Perusahaan-perusahaan harus awas terhadap struktur
pasar di mana mereka beroperasi, agar mereka memahami pilihan-pilihan harga mereka.
5. Strategi Penentuan Harga
Perusahaan menentukan harga produk mereka dengan pertimbangan biaya produksi, suplai persediaan, dan harga persaingan.
a. Penentuan harga berdasarkan biaya produksi
Dalam strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut
dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan juga harus mencatat semua biaya produksi yang melengkapi produksi
sebuah produk. Penentuan harga berdasarkan biaya berupaya untuk memastikan bahwa biaya produksi dapat tertutupi.
b. Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus mengurangi persediaan.
c. Penentuan harga berdasarkan harga pesaing
Perusahaan umumnya akan mempertimbangkan harga pesaing ketika menentukan harga produk mereka. Selain itu, perusahaan juga dapat
menggunakan berbagai strategi penentuan harga untuk bersaing melawan produk-produk lain, antara lain:
1 Penentuan harga penetrasi
Jika sebuah perusahaan ingin memastikan bahwa ia dapat menjual produknya, maka perusahaan tersebut akan menentukan harga yang
lebih rendah dibanding produk-produk pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan dari penentuan harga penetrasi ini tergantung pada
seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga. Permintaan akan produk dengan harga elastis akan sangat responsif
terhadap perubahan harga. Namun perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini jika produk mereka tidak elastis terhadap
harga, karena kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang lebih rendah.
2 Penentuan harga defensif
Jika perusahaan menyadari bahwa harga sebuah produk kompetitif telah diturunkan, maka perusahaan akan menggunakan strategi
penentuan harga defensif, yakni tindakan menurunkan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya.
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
3 Penentuan harga prestise
Perusahan akan menggunakan strategi ini jika produk mereka dimaksudkan untuk meraih kesan lini yang terbaik.
C. Gross Margin Marjin Kotor
Gross margin is ratio of gross profit to sales revenue. The gross margin is not an exact estimate of the company’s pricing strategy, but it does give a good
indication of financial health. www.investopedia.com Menurut Martin Fridson dan Fernando Alfarez 2002 : 282 gross margin,
which is particularly important in analyzing retailers, measures management’s skill in buying and selling at advantages prices.
Marjin kotor berbeda dengan laba kotor. Laba kotor merupakan hasil pengurangan dari total penjualan dengan harga pokok penjualan, sedangkan
marjin kotor merupakan rasio dari laba kotor dan penjualan. Adapun elemen-elemen yang menentukan besarnya laba kotor adalah:
1. Elemen pendapatan penjualan, elemen ini ditentukan oleh besarnya:
a. Harga jual satuan
b. Kuantitas atau volume penjualan
2. Elemen harga pokok penjualan, elemen ini ditentukan oleh besarnya:
a. Harga pokok penjualan setiap produk
b. Kuantitas atau volume penjualan
Perhitungan laba kotor disajikan seperti contoh berikut:
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
Pendapatan Penjualan Penjualan Bersih
Rp 25.000.000 Dikurangi: Retur Penjualan dan Pengurangan Harga
1.000.000 Diskon Penjualan
800.000 Pendapatan Penjualan Bersih
Rp 23.200.000 Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal Rp 2.000.000
Pembelian 4.000.000
Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 6.000.000
Dikurangi: Persediaan Akhir 800.000
Harga Pokok Penjualan Rp 5.200.000
Laba Kotor Rp 18.000.000
Sumber: Data Olahan, 2007 Marjin kotor digunakan untuk mengukur perbandingan antara laba kotor
dengan tingkat penjualan bersih, di mana laba kotor diperoleh dengan cara mengurangkan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Semakin
besar rasio ini, semakin baik keadaan perusahaan, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi dan ini menunjukkan bahwa
harga pokok penjualan relatif lebih rendah bila dibanding dengan penjualan. Sebaliknya, semakin kecil rasio marjin kotornya, maka semakin kurang baik pula
operasional perusahaan. Marjin kotor merupakan variabel yang sangat penting dalam memahami
kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Adalah sangat penting untuk mengetahui faktor apa saja yang mengendalikan rasio ini.
Rasio marjin kotor dipengaruhi oleh penjualan dan harga pokok penjualan ataupun biaya produksi. Rasio yang rendah bisa disebabkan oleh penjualan turun
lebih besar dari turunnya biaya-biaya, dan sebaliknya. Atau lebih jelasnya, apabila rasio ini bertambah tinggi antara satu periode dengan periode selanjutnya, berarti
hal ini mengindikasikan perusahaan berhasil menekan biaya produksi seefisien
Dian Meylina Sihaloho : Pengaruh Harga Jual Produk Terhadap Marjin Kotor Gross Margin Pada..., 2007 USU Repository © 2009
mungkin. Sebaliknya, semakin rendah angka rasio marjin kotor, maka hal ini menunjukkan bertambahnya biaya produksi.
Analisis marjin kotor sering digunakan dalam perencanaan keuangan atau penganggaran, namun teknik ini juga bisa digunakan dalam analisis laporan
keuangan. Analisis menggunakan data penjualan, harga pokok penjualan, dan laba kotor. Dengan menggunakan ketiga data tersebut, kita dapat menghitung marjin
kotor dengan rumus: Marjin kotor = Penjualan bersih – Harga pokok penjualan
x 100 Penjualan bersih
Untuk lebih memahami rumus tersebut, kita dapat memperhatikan contoh berikut. Misalkan pendapatan penjualan PT.Y sebesar Rp25.000.000, harga pokok
penjualannya Rp10.000.000, sehingga laba kotornya adalah Rp15.000.000. maka berdasarkan rumus di atas dapat dihitung marjin kotornya adalah sebesar 60.
Rasio ini memberitahukan laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan setelah dikurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual. Rasio
tersebut merupakan pengukur efisiensi operasi perusahaan, serta merupakan indikasi dari cara produk ditetapkan harganya.
D. Hubungan dan Pengaruh Harga Jual Terhadap Gross Margin