minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya – gaya geser rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak
2.7.1.1 Pengurangan Luas Akibat Lubang Baut
Untuk keperluan pemasangan baut, maka profil baja perlu dilubangi. Lubang – lubang tersebut bagi profil baja merupakan suatu perlemahan yang harus
diperhitungkan dalam perencanaan. Adapun besarnya luas tampang netto A
n
suatu profil baja yang berlubang, menurut SNI 2002 dapat dihitung dengan rumus berikut :
h
g
g
S
Gambar 2.15. Sambungan Baut Zig – Zag
h
n
= h
g
– dengan d adalah diameter lubang baut, dengan ketentuan :
a d d
b
+ 2 mm, untuk d
b
24 mm b
d d
b
+ 3 mm, untuk d
b
24 mm d
b
adalah diameter nominal baut Untuk penampang seperti siku dengan lubang pada satu kaki, nilai g diambil
sebagai jumlah jarak tepi ke tiap lubang, dikurangi tebal kaki.
Universitas Sumatera Utara
g1 g2
g = g1 + g2 - t t
d1 d2
1,5d
1
3d
1
h
Gambar 2.16 Nilai g pada penampang siku
Luas tampang netto A
n
= h
n
. t, dengan nilai h
n
dipilih dari irisan penampang yang menghasilkan pengurangan luas yang maksimum, h
n
= h – d
1
, d
1
d
2
dan t adalah tebal plat.
Alub ≤ 15 Ag
Yang perlu diperhatikan dalam sambungan baut adalah bahwa dalam suatu potongan, jumlah luas lubang tidak boleh lebih dari 15 dari luas penampang utuh.
2.7.1.2 Tata Letak Baut
Jarak antar pusat lubang baut tidak boleh kurang dari 3 kali diameter nominal baut. Sedangkan jarak minimum dari pusat baut ke tepi pelat atau pelat
sayap profil tidak boleh kurang 1,5 kali diameter nominal baut SNI 2002 Pemasangan baut dilakukan pada sumbu berat profil, sehingga tidak
menimbulkan momen pada struktur. Apabila pemasangan baut tidak terdapat pada satu baris, maka harus diatur sehingga menghasilkan momen yang minimal.
Universitas Sumatera Utara
2.7.1.3 Kekuatan Baut
a Baut dalam geser
→ lihat gambar 2.17 Kuat geser rencana dari satu baut dihitung sebagai berikut :
Tunggal → V
d
= A
b
. τ
b
= A
b
. 0,6 . σ
b
; τ
b
= 0,6 . σ
b
Ganda → V
d
= 2 . A
b
. τ
b
= 1,2 . A
b
. σ
b
dengan A
b
adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir σ
b
adalah tegangan baut.
t1 t2
Tunggal t1
t2
ganda t
Gambar 2.17 Baut dalam geser
b Baut yang memikul gaya tarik
Kuat tarik rencana satu baut dihitung sebagai berikut : T
d
= A
b
. σ
t
dengan A
b
adalah luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir σ
t
= σ
b
adalah tegangan baut.
Universitas Sumatera Utara
t
1
t
2
Tunggal t
1
t
2
t ganda
t
2
t
1
t
1
t
2
t
Gambar 2.18 Baut tumpu
c Kuat Tumpu
Apabila persyaratan tentang tata letak baut terpenuhi, dan ada lebih dari satu baut dalam arah kerja gaya, maka kuat rencana tumpu dapat dihitung sebagai
berikut : R
d
= d .t
p
. σ
ds
; σ
ds
→ 1,2 σ
pr
→1,5d ≤ s 2d antar baut → 1,5 σ
pr
→ s
1
≥ 2d baut ke tepi dengan d adalah diameter nominal baut
t
p
adalah tebal plat ; yang terkecil antara t
i
dan t
2
atau t dan t
i
+ t
2
σ
pr
adalah tegangan profil.
2.7.2 Sambungan Las