Peranan Otoritas Jasa Keuangan Untuk Melindungi Investor Yang

2. investor menginginkan informasi yang tepat waktu, sementara emiten berusaha untuk menahan informasi untuk beberapa waktu dengan alasan pengurangan biaya penyebaran dan penerbitan laporan; 3. investor menginginkan untuk memperoleh data yang rinci dan akurat, sementara emiten hanya bersedia memberikan informasi secara garis besar. Prinsip keterbukaan di dalam pasar modal dituntut agar dapat dijaga oleh para pihak-pihak yang berkecimpung didalam transaksi di pasar modal, agar terjaminnya perlindungan setiap investor yang hendak melakukan transaksi di pasar modal sehingga roh dari pasar modal tersebut dapat terus hidup dan dijaga keberadaannya.

B. Peranan Otoritas Jasa Keuangan Untuk Melindungi Investor Yang

Mengalami Kerugian Pada Transaksi Short Selling Dalam Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga pengawas sektor jasa keuangan setelah diresmikan tidak secara langsung menggantikan Bapepam-LK didalam mengawasi Pasar Modal di Indonesia, hal tersebut karena terdapat masa transisi yang dilalui oleh Bapepam-LK terkait pendirian OJK, yaitu : 129 1. Masalah pendanaan, sesuai Pasal 34 ayat 2 UUOJK menyatakan bahwa anggaran OJK bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara selanjutnya disebut APBN dan pungutan yang akan dikenakan pada industri yang berkegiatan disektor jasa keuangan. Pungutan yang akan dilakukan OJK kepada industri yang berkegiatan di sektor jasa keuangan akan dipertanyakan 129 Gabriela Anastasia Tampubolon, Kewenangan Bapepam-LK Setelah Berlakunya Undang-Undang No 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan OJK Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012, hlm. 89-90. oleh berbagai pihak mengenai independensi OJK karena OJK akan menerima dana dari lembaga yang akan diawasi oleh OJK. Bapepam-LK sebelumnya tidak pernah melakukan pungutan tersebut sehingga dibutuhkan waktu untuk menyesuaikan hal tersebut. 2. Masalah kesiapan infrastruktur, OJK merupakan gabungan dari BI dan Bapepam-LK. Kedua lembaga tersebut memiliki tugas dan perannya masing- masing, BI mengawasi perbankan sedangkan Bapepam-LK mengawasi sektor pasar modal, dana pensiunan, keasuransian, serta lembaga pembiayaan dan penjaminan. Tantangan tersebut timbul dengan melihat bagaiaman menyatukan kedua lembaga tersebut pada waktu yang singkat. Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan baru melebur kepada OJK pada tahun 2013 sehingga segala hal pengawasan dan pengaturan mengenai pasar modal, dana pensiunan, keasuransian, serta lembaga pembiayaan dan penjaminan yang dahulu dipegang oleh Bapepam-LK berada di bawah pengawasan OJK. Tugas dan wewenang dari OJK atas kegiatan pasar modal terdapat didalam Pasal 6 UUOJK huruf b. OJK pada saat ini sebagai lembaga yang mempunyai tugas didalam mengawasi dan mengatur Pasar Modal harus menjaga segala transaksi yang terjadi didalam Pasar Modal. OJK mempunyai peran untuk melindungi setiap investor yang melakukan kegiatan transaksi di Pasar Modal. OJK juga harus mengawasi perkembangan harga-harga saham yang ada di dalam Pasar Modal. Transaksi didalam pasar modal yang dapat merugikan para pelaku pasar di Pasar Modal adalah transaksi short selling dan transaksi marjin, transaksi marjinmerupakan transasksi pembelian efek untuk kepentingan nasabah yang di biayai oleh perusahaan efek 130 Transaksi short selling merupakan transaksi efek dimana pada saat transaksi dilakukan, penjual tidak memiliki saham yang ditransaksikan. Penjual yang melakukan short selling dalam melakukan transaksi berharap terjadi penurunan harga saham pada saat penjual tersebut mencari saham di pasar untuk memenuhi kewajiban penyerahan pada saat penutupan transaksi T+3. sehingga kemampuan investor untuk bertransaksi meningkat dengan disediakannya fasilitas pinjaman oleh perusahaan efek sehingga investor dapat menggunakan uang lebih dari yang investor tersebut miliki. 131 Harapan para pelaku short selling dalam memperkirakan terjadinya penurunan harga pada saham tersebut terjadi kemungkinan terjadinya pelanggaran terhadap UUPM dalam bentuk fraud, insider trading, atau manipulasi pasar yang dapat mengakibatkan kerugian pada investor lain dan emiten. Transaksi short selling juga memiliki resiko yang besar terjadinya gagal serah, hal tersebut dikarenakan pada saat terjadinya transaksi short selling penjual tidak memiliki saham tersebut sehingga apabila penjual tidak mendapatkan kembali saham yang dijual tersebut akan mengakibatkan terjadinya gagal serah yang dapat merugikan pihak yang memiliki saham yang dipinjam tersebut. Menurut Peraturan Nomor II- 130 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan Republik Indonesia. Peraturan V.D.6, Nomor 1 huruf k. 131 T+3 dalam istilah Pasar Modal adalah Transaksi + 3 hari untuk penyelesaian transaksi jual maupun beli, artinya investor akan mendapatkan haknya pada hari keempat setelah transaksi terjadi. Penyelesaian transaksi bursa di Pasar Reguler dan Pasar Tuanai antara anggota bursa jual dan anggota bursa beli dijamin oleh KPEI. Transaksi bursa Pasar Reguler wajib diselesaikan pada hari bursa ketiga T+3. Dalam sahammantab.blogspot.co.id201410apa-sih-t3.html?m=1 diakses pada tanggal 23 September 2015. A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Ketentuan IV. 1.9 anggota bursa serah efek harus menyelesaikan kewajibannya apabila terjadi gagal serah dengan cara sebagai berikut : 132 1. memindahkan efek tersebut ke rekening efek serah yang bersangkutan yang berada pada PT KSEI Perseroan Terbatas Kustodian Sentral Efek Indonesia, selambat-lambatnya pukul 12.15 WIB pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK Netting Daftar Hasil Kliring Netting 133 2. membuat kesepakatan pinjam-meminjam efek dengan KPEI Kliring Penjamin Efek Indonesia dan menginformasikan kepada KPEI bahwa kewajiban anggota bursa efek untuk menyerahkan efek pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK Netting akan diselesaikan dengan menggunakan efek yang dipinjam dari KPEI; ; 3. membeli efek tersebut melalui pasar tunai dimana penyelesaian transaksi bursa jatuh pada tanggal yang sama dengan tanggal penyelesaian kewajiban serah efek tersebut; 4. menyerahkan uang pengganti pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK Netting seusai dengan ketentuan IV.1.1.1; 5. mengkombinasikan sebagian atau seluruh metode dari ketentuan IV.11.9.1 sampai dengan ketentuan IV.1.9.4. Otoritas Jasa Keuangan yang saat ini sebagai lembaga yang mengawasi dan mengatur setiap transaksi di dalam Pasar Modal memiliki peran untuk 132 Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia, Peraturan Nomor II-A. 133 Daftar Hasil Kliring merupakan dokumen elektronik hasil Kliring yang diterbitkan oleh KPEI yang berisikan hak dan kewajiban setiap anggota bursa efek yang timbul dari transaksi bursa. menjaga dan melindungi setiap pihak yang melakukan transaksi di pasar modal. OJK memiliki peran untuk melindungi setiap investor yang melakukan transaksi short selling. Pengaturan mengenai short selling pertama kali diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor V.D.6 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-09PM1997 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek oleh Perusahaan Efek untuk Nasabah. Pada tahun 2008 peraturan tersebut diesmpurnakan dengan keluarnya Lampiran Keputusan Bapepam-LK Nomor Kep-258BL2008 tentang Pembiayaan Penyelesaian Transaksi Efek Oleh Perusahaan Efek Bagi Nasabah dan Transaksi Short Selling Oleh Perusahaan Efek. Transaksi short selling di Indonesia pernah terjadi beberapa kali, transaksi short selling yang paling terkenal pernah terjadi adalah kasus Bank PIKO. 134 134 Jasso Winarto, Pasar Modal Indonesia Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997, hlm. 421. Bank Pikko merupakan bank kecil yang biasa-biasa saja apabila dilihat dari luasnya jaringan dan aspek keuangan, seperti aset, modal, jumlah laba bersih, dan indikator keuangan lainnya. Pada saat Bank Pikko go public pun bank ini hanya memiliki empat kantor cabang, empat kantor cabang pembantu, dan satu kantor kas. Bank Pikko menawarkan sahamnya dibursa pada tanggal 17 sampai 19 Desember 1996, dan mencatatkan sahamnya di BEJ dan BES pada tanggal 8 Januari 1997. Jumlah saham yang ditawarkan pada saat itu berjumlah 28 juta dengan harga penawaran Rp 800 dengan nilai nominal Rp 500 per unit, melalui penawaran ini Bank Pikko dapat menyerap dana masyarakat sekitar Rp 22,4 miliar. PT Trimegah Securindolestari dan PT Usaha Bersama Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksaan emisi. Satu hal yang perlu diamati, dari 22 penjamin pelaksana emisi terdapat PT Putra Saridaya Persada Securities, yakni perusahaan efek yang terbukti pemeran utama kasus corner saham Bank Pikko. Kinerja saham Bank Pikko sejak hari pertama dapat dikatakan biasa-biasa saja. Antara bulan Januari hingga Februari 1997, rata-rata volume perdagangan hariannya sebesar 100 ribu unit saham. Antara tanggal 12 dan 20 Maret 1997 transaksi Bank Pikko merambah diatas satu juta lembar dengan jumlah tertinggi pada 18 Maret 1997, yaitu mencapai 10,48 juta lembar. Harga saham Bank Pikko berada pada kisaran antara Rp 900 dan Rp 1.200 per unit. Besar kemungkinan harga saham yang terbentuk mengacu pada ukuran standar perhitungan harga, yaitu atas dasar EPS 135 dan PER 136 Pada 7 April 1997 harga saham Bank Pikko ditutup agak menguat dari posisi sebelumnya menjadi Rp 1.300, jumlah saham yang ditransaksikan mencapai 5,624 juta lembar. Kurs saham Bank Pikko menguat sekitar 20 dan frekuensi perdagangannya mencapai 378 kali. Gejala tersebut tidak biasa didalam perdagangan saham tersebut, BEJ meminta penjelasan manajemen emiten tentang kenaikan yang tergolong tinggi. Pada 8 April 1997 kurs saham Bank Pikko yang ada. Harga saham tertinggi Bank Pikko sebelum terjadinya kasus hanya Rp 1.275 per unit 17 Maret 1997. 135 EPS merupakan perbandingan antara laba bersih perusahaan setelah dipotong pajakdengan jumlah saham yang diterbitkan. Dalam https:yesalover.wordpress.com20070308istilah-dalam-pasar-modal-idiakses pada tanggal 9 Oktober 2015. 136 PER Price Earning Ratio menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Bagi Investor, semakin kecil PER suatu perusahaan semakin bagus karena saham tersebut termasuk dalam kategori saham murah. Dalam Putu Suryastuti, Analisa Hukum Terhadap Transaksi Short Seliing di Indonesia dan Perlindungan Hukum Bagi Pihak Lawan Transaksi Dalam Transaksi Short Selling Tesis, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009, hlm. 38. langsung dibuka pada posisi Rp 1.325 atau hampir sama dengan posisi tutup sehari sebelumnya. Computer Trading mencatat bahwa enam transaksi pertama yang mengambil posisi beli adalah broker berkode DG dan pada posisi jual adalah broker berinisial II, YR, PL, TU, GR, dan KW. Berdasarkan catatan transaksi hari itu, pada posisi ini hanya terjadi enam kali transaksi pada jam 09.30. Pada menit yang sama harga sudah naik menjadi Rp 1.350 dan satu menit kemudian harga sahamnya naik kembali menjadi Rp 1.375. Trading dari detik ke detik terlihat fluktuatif pada kisaran harga masih dibawah Rp 1.400. Jawaban pihak emiten tiba-tiba diumumkan tepat pukul 10.30 pada tanggal 8 April 1997. BEJ menjelaskan bahwa tidak ada hal-hal material atau tindakan sesuatu yang berarti dari pihak emiten. Penjelasan emiten diumukan ditengah berlangsungnya perdagangan di lantai bursa. Tepat pukul 10.57 harga saham Bank Pikko naik menjadi Rp 1.400 kemudian turun naik beberapa poin dalam kisaran harga terakhir. Harga saham yang terlihat naik ini membuat para pemain bursa mulai tertarik. Ketertarikan pemain bursa tentu dalam bermacam-macam pikiran dan keputusan dalam bermain saham. Pilihan tersebut antara lain dengan cara netting dan short selling, transaksi netting merupakan keputusan beli biasanya pada awal perdagangan dimulai dan langsung dijual pada hari itu juga dalam posisi harga beli lebih rendah daripada harga jual sehingga didapat keuntungan tanpa mengeluarkan modal. 137 137 Ibid,hlm. 425. Secara administratif hal ini dapat terjadi karena nasabah saham pada suatu perusahaan pialang biasanya dibiarkan mengambil keputusan jual atau beli, pialang tidak mengecek apakah sang nasabah memiliki saham atau tidak. 138 Hal tersebut bertentangan dengan aturan dan etika bermain saham. Peraturan V.D.3 melarang perusahaan efek menerima pesanan jual dari nasabah yang tidak mempunyai saham, aturan ini mengharuskan setiap perusahaan efek atau pialang untuk memeriksa setiap pesanan dan proses jual beli saham. 139 Pada harga tersebut, pelaku bursa yang menggemari transaksi short selling praktis masuk ke dalam perangkap maut. Para pelaku transaksi short selling tersebut mulai menjual saham yang tidak dimilikinya namun setiap kali muncul order jual, order tersebut langsung diborong dengan cepat. Harga saham tersebut semakin naik karena setiap pelaku transaksi short selling menjual selalu diborong oleh pialang tertentu. Harga terus membumbung bertahap naik satu poin demi satu poin dengan diiringi fluktuasi yang cenderung menguat. Posisi Rp 1.525 dicapai pertama kalinya pada pukul 11.10, posisi 1.550 juga pada menit yang sama, dan pada pukul 11.59 kurs sudah berada posisi Rp 1.900, lantas sesi pertama ditutup. Hal tersebut menyimpulkan bahwa dalam satu sesi terjadi kenaikan harga saham sebesar 43,4. Para pelaku short selling mulai menghadapi masalah karena harga saham sudah naik terlalu tinggi namun masih berasumsi bahwa pada sesi kedua Harga yang dibuat fluktuatif dari detik ke detik transaksi, kurs Bank Pikko secara mantap dan pasti mencapai posisi Rp 1.450 pada pukul 11.09. Pada menit yang sama saham berkapitalisasi kecil diantara saham bank lain ini dengan berani menikkan harganya menjadi Rp 1.475 kemudian di detik berikutnya lebih tinggi menjadi Rp.1500. 138 Ibid. 139 Ibid. harganya akan turun karena tidak masuk akal harga saham mampu naik setinggi itu. 140 Peristiwa tersebut ternyata tidak ada tindakan yang diambil dari pihak otoritas bursa sehingga perdagangan berlangsung semakin ramai di sesi kedua dan para pelaku short selling semakin banyak sejalan dengan kenaikan harga saham Bank Pikko. Para pelaku short selling terus menjual pada sesi kedua namun hargaya justru naik semakin tinggi yaitu mencapai posisi Rp 2.000 pada pukul 13.46 dan posisi harga Rp 3.000 dicapai pada pukul 14.13 WIB. Perdagangan baru dihentikan oleh otoritas bursa tepat pukul 14.12 WIB ketika harga meroket pada posisi Rp 4.000 per unit. Total frekuensi trading saham Bank Pikko pada hari itu mencapai 550 kali dengan volume 21,659 juta unit dan nilai Rp 40,483 miliar. Pada saat yang bersamaan dengan dihentikannya perdagangan saham Bank Pikko secara tiba-tiba, ratusan investor dan puluhan pialang yang terlibat pada short selling mengalami kerugian yang besar oleh karena belum membeli saham yang sebelumnya dijual dengan harga yang naik. Bapepam dalam rangka melindungi investor segera mengusut berbagai pihak yang terkait dengan Bank Pikko, mulai dari Direksi BEJ, pialang, investor dan sebagainya secara intensif. 141 Pada 14 Mei 1997 Bapepam menemukan fakta bahwa Pendi Tjandra yang menjabat sebagai Direktur PT Multi Prakarsa Investama Securities yang dikendalikan oleh Benny Tjokrosaputro bersama-sama afiliasinya, melakukan transaksi saham secara aktif melalui PT Putra Saridaya Persada Securities PSP Sec.. Atas permintaan Pendi Tjandra, PSP Sec. Memecah order beli dan order 140 Ibid, hlm 426. 141 Ibid, hlm. 427. jual saham Bank Pikko melalui delapan perusahaan efek. Bank Pikko sebelumnya menyatakan bahwa tidak ada hal-hal material, spekulan memperkirakan harga saham Bank Pikko akan turun. Hal tersebut membuat para spekulan untuk menjual saham Bank Pikko walaupun tidak memiliki saham tersebut dengan harapan harga akan turun. Bapepam mengambil langkah tegas sebagai berikut : 142 1. Berdasarkan Pasal 100 ayat 2 huruf UUPM, kepada Benny Tjokrosaputro dan Pendi Tjandra diwajibkan menyerahkan keuntungan yang diperoleh atas transaksi saham Bank Pikko selama kurun waktu Maret sampai dengan April 1997 masing-masing sebesar Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah dan Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah ke kas negara, selambat-lambatnya 14 hari dan Pendi Tjandra diminta mengiundurkan diri sebagai Direktur PT Multi Prakarsa Investama Securities. 2. Berdasarkan Pasal 102 ayat 2 huruf a dan b UUPM juncto Pasal 61 dan Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, PT PSP Sec. dan PT Multi Prakarsa Investama Securities diberikan sanski administratif. Kedua perusahaan tersebut dikenakan sanksi denda masing-masing sebesar Rp 150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah yang harus segera disetorkan ke Kas Negara selambat-lambatnya 14 hari dan diperingatkan agar kedua perusahaan tersebut melakukan perbaikan atas sistem pengendalian intern dan penyelenggaraan pembukuannya sesuai dengan Peraturan V.D.3. 142 Ibid, hlm. 428. 3. Berdasarkan Pasal 102 ayat 2 huruf a UUPM juncto Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, kepada 54 perusahaan efek yang melakukan pelanggaran atas ketentuan Peraturan V.D.3 tentang Pengendalian Intern dan Penyelenggaraan Pembukuan Perusahaan Efek dan atau Peraturan V.E.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan sebagai Perantara Perdagangan Efek diberikan peringatan dan diwajibkan untuk memperbaiki sistem pengendalian intern dan penyelenggaraan pembukuan dan diperiksa oleh akuntan yang terdaftar di Bapepam. Hasil tersebut wajib disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya 90 hari. 4. Berdasarkan ketentuan Pasal 102 ayat 2 huruf a dan b UUPM juncto Pasal 61 dan Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, kepada Direksi BEJ dikenakan sanksi administratif berupa peringatan dalam kaitannya dengan pengawasan pasar dan anggota bursa. Ilustrasi mengenai kasus transaksi short selling di pasar modal Indonesia dahulu dapat menggambarkan tentang peranan Bapepam dalam mengatasi dan melindungi pihak-pihak yang telah dirugikan dalam transaksi short selling. OJK sebagai lembaga yang saat ini mempunyai kewenangan atas pengawasan terhadap pasar modal setelah menggantikan Bapepam sebagaimana diatur dalam Pasal 6 huruf b UUOJK, dapat mengambil peranan didalam melindungi para investor yang mengalami kerugian dari transaksi short selling. Dasar hukum yang dapat diambil OJK untuk melindungi dari transaksi short selling ada di dalam Pasal 100ayat 2 UUPM yang menyatakan dalam rangka pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, Bapepam mempunyai wewenang untuk : 143 1. meminta keterangan dan atau konfirmasi dari Pihak yang diduga melakukan atau terlibatdalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannyaatau Pihak lain apabila dianggap perlu; 2. mewajibkan Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadapUndang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya untuk melakukan atau tidakmelakukan kegiatan tertentu; 3. memeriksa dan atau membuat salinan terhadap catatan, pembukuan, dan atau dokumenlain, baik milik Pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadapUndang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya maupun milik Pihak lain apabila dianggap perlu; dan atau 4. menetapkan syarat dan atau mengizinkan Pihak yang diduga melakukan atau terlibatdalam pelanggaran terhadap Undang-undang ini dan atau peraturan pelaksanaannyauntuk melakukan tindakan tertentu yang diperlukan dalam rangka penyelesaiankerugian yang timbul. Berdirinya OJK menggantikan Bapepam secara langsung melimpahkan semua wewenang yang dimiliki oleh Bapepam dalam mengawasi pasar modal kepada OJK, sehingga OJK berwenang untuk memberikan sanksi yang tegas dalam setiap pelanggaran yang terjadi didalam pasar modal, khususnya transaksi short selling. OJK dalam mengawasi setiap transaksi short selling haruslah terlebih dahulu melihat ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Bapepam V.D.6 dikarenakan di Indonesia belum ada peraturan yang secara khusus membahas tentang transaksi short selling. Sanksi yang dapat diterapkan oleh OJK dalam setiap pelanggaran di dalam pasar modal adalah sanksi administratif sampai sanksi pidana, hal ini diatur di dalam Pasal 102 sampai dengan Pasal 110 UUPM. OJK selain memberikan sanksi terhadap setiap pelanggaran di pasar modal, OJK juga mempunyai fungsi memberikan edukasidan 143 Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Bab XII, Pasal 100 ayat 2. pembinaan dalam rangka perlindungan konsumen dan masyarakat, hal tersebut telah diatur di dalam Bab VI Pasal 28 UUOJK. Hal ini sejalan dengan langkah yang diambil oleh Bapepam didalam mengatasi permasalahan Bank Pikko. Bapepam dalam melakukan pemeriksaan terhadap kasus Bank Pikko menyimpulkan bahwa terdapat kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam Bursa Efek Jakarta antara lain kurangnya pemahaman dari Direksi BEJ tentang konsep dan fungsi BEJ sebagai self regulatory organization selanjutnya disebut SRO sebagaimana diamanatkan Pasal 9 UUPM. 144 144 Jasso Winarto, Pasar Modal Indonesia Retrospeksi Lima Tahun Swastanisasi BEJ, Op.Cit., hlm. 431. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan