Tujuan Manfaat Perancangan Batasan Masalah Sistematika Penulisan

artificial drying menggunakan bahan bakar. Prinsip kerjanya adalah pemanasan secara konduksi penghantaran panas atau konveksi pengaliran panas yang bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan pangan, berbentuk solid . Salah satunya adalah cabinet dryer. Pada cabinet dryer, pemanasan dilakukan secara konveksi dan konduksi. Secara konveksi, digunakan aliran udara kering atau uap panas yang mengalir secara alami. Secara konduksi, digunakan sejumlah tray wadah penampung buah secara bertingkat.Pada umumnya sistem pengering ini menggunakan udara pengering sebagai medium pemanas kopra, ditambahkan air untuk memanaskan udara yang masuk ke dalam sistem pengering dan juga menghembuskan udara dari luar. Namun dapat pula menggunakan uap panas sebagai alternatif dengan beberapa pertimbangan. Bahan bakar yang digunakan adalah minyak tanah dan kayu bakar. Komponen-komponen yang menyusun cabinet dryer tersebut, disesuaikan dengan kapasitas kopra yang masuk dan juga diperhitungkan efisiensi dari sistem pengering tersebut. Oleh karena itu, juga diperlukan perhitungan berapa bahan bakar yang diperlukan untuk menyalakan heater.

1.2. Tujuan

1. Untuk merancang alat pengering daging buah kelapa atau kopra yang nantinya dapat digunakan oleh para petani kelapa. 2. Untuk mendapatkan performance alat pengering yang dapat menurunkan kadar air kopra sesuai dengan Standard Nasional Indonesia. 3. Untuk membandingkan hasil dari pengeringan kopra berdasarkan bahan bakar yang digunakan, yaitu antara minyak tanah dengan kayu bakar.

1.3. Manfaat Perancangan

Untuk menghasilkan alat pengering yang dapat memudahkan petani kelapa pada saat proses pengeringan kopra jika perubahan cuaca tidak stabil.

1.4. Batasan Masalah

1. Dimensi dari alat pengering yang dirancang 2. Perbandingan berdasarkan bahan bakar minyak tanah dengan kayu bakar yang meliputi: a. Waktu pengeringan jam Universitas Sumatera Utara b. Distribusi suhu tiap traypada alat pengering c. Kebutuhan Air Ljam d. Kadar air kopra kering setelah dikeringkan berdasarkan Standard Nasional Indonesia e. Kebutuhan energi kJkg f. Kebutuhan bahan bakar Literjam g. Analisa biaya

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami tulisan ini, maka dilakukan pembagian bab berdasarkan isinya. Tulisan ini akan disusun dalam enam bab, BAB 1 PENDAHULUAN, berisi latar belakang, tujuan masalah, manfaat perancangan, dan batasan masalah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA, berisi landasan teori yang diperoleh dari literatur untuk mendukung perancangan dan pengujian. BAB 3PERANCANGAN ALAT PENGERING, berisi perhitungan perancangan alat pengering. BAB 4 PENGUJIAN ALAT PENGERING berisi tata cara pengujian alat pengering, peralatan dan perlengkapan yang digunakan serta prosedur kerja dari pengujian yang dilakukan. BAB 5 DATA DAN ANALISA, berisi data hasil pengujian, perhitungan dan analisa terhadap data hasil pengujian. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dari hasil pengujian dan saran-saran. BAB 2 Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopra Kopra adalah daging buah kelapa endosperm yang sudah dikeringkan. Kelapa yang paling baik yang akan diolah menjadi kopra yakni yang telah berumur sekitar 300 hari dan memiliki berat sekitar 3-4 kg. Proses pembuatan kopra dapat dilakukan dengan beberapa cara: 1. Pengeringan dengan sinar matahari sun drying. 2. Pengeringan dengan pengarangan atau pengasapan di atas api smoke curing or drying. 3. Pengeringan dengan pemanasan tidak langsung indirect drying. 4. Pengeringan menggunakan solar system tenaga panas matahari. Dalam kehidupan sehari-hari, tiga cara pertama tersebut diatas terkadang dikombinasikan sebagaimana yang dilakukan oleh petani kelapa umumnya. Namun pada tingkat petani sering kadar air kopra akhir yang berbeda-beda. Kadar air buah kelapa segar berkisar 50 – 55 dan pada proses pengeringan kopra, kadar air tersebut diturunkan menjadi 5-6. Pengeringan kopra perlu dilakukan secara bertahap untuk mendapatkan kopra bermutu baik, sebagai berikut: 1. Kadar air buah kelapa segar berkisar 50 – 55 pada periode 24 jam pertama diturunkan menjadi 35 2. Pada periode 24 jam ke dua diturunkan dari 35 menjadi 20 3. Pada periode 24 jam berikutnya diturunkan sampai 5 persen Di Indonesia, standar mutu untuk industri dan perdagangan kopra sering menggunakan standar mixed copra Tabel 2.1. Mixed Copra merupakan kopra yang dihasilkan dari buah kelapa dengan kelompok umur yang beragam. Kopra yang dikumpulkan oleh pedagang pengumpul umumnya berasal dari petani dari berbagai wilayah dengan mutu pengolahan kopra yang beragam.

2.2. Proses Pengeringan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Matiti, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan

1 57 72

Kajian Erosi Tanah pada Hutan Rakyat, Lahan Agroforestri, dan Lahan Pertanian Semusim di Desa Bingkawan Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

11 89 85

Kontribusi Pemanfaatan Hasil Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus : Desa Salabulan, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara)

7 94 61

Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Di Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (Studi Kasus: Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal)

4 85 92

Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru

12 89 67

Evaluasi Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Matiti, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan

1 32 72

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT OLEH KELOMPOK PEMILIK HUTAN RAKYAT DI DESA BANDAR DALAM KECAMATAN SIDOMULYO KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 7 76

Dinamika kelompok tani hutan dalam pengelolaan hutan rakyat: kasus pada kelompok tani hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor

3 14 70

Pengelolaan Hutan Rakyat dan Dinamika Kelompok Tani Hutan (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis)

1 5 158

RESPONDENPETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang) PENGENALAN TEMPAT

0 0 27