Kebutuhan bahan bakar kayu bakarselama proses pengeringan kopra adalah Kebutuhan bahan bakar minyak tanahselama proses pengeringan kopraadalah

NKB = Nilai Kalor Bakar Bahan Bakar Q t = Kebutuhan energi total per jam kJjam t= Lama waktu pengeringan dalam satu siklus jam

4.5.1. Kebutuhan bahan bakar kayu bakarselama proses pengeringan kopra adalah

Kebutuhan energi per jam selama proses pengeringan dihitung sebagai berikut, Kebutuhan bahan bakar kayu bakar dalam 1 jam pengeringan dihitung dengan persamaan berikut : Dimana : NKB kb = Nilai Kalor Bakar kayu bakar = 4000 kkalkg = 16747,2 kJkg maka kebutuhan bahan bakar kayu bakar dalam 1 jam pengeringan kopra adalah : = 0,59 kgjam ≈0,6 kgjam Kebutuhan bahan bakar untuk satu siklus pengeringan dengan bahan bakar kayu bakar adalah : Jadi total kebutuhan bahan bakar kayu bakar selama proses pengeringan kopra adalah 6 kg.

4.5.2. Kebutuhan bahan bakar minyak tanahselama proses pengeringan kopraadalah

Kebutuhan energi per jam selama proses pengeringan dihitung sebagai berikut, Universitas Sumatera Utara Kebutuhan bahan bakar kayu bakar dalam 1 jam pengeringan dihitung dengan persamaan Dimana : NKB m = Nilai Kalor Bahan Bakar minyak tanah = 9900 kkalkg atau sama dengan 41421,60 kJkg, dan 1 kg = 1,224 liter maka kebutuhan bahan bakar minyak tanah selama pengeringan kopra adalah = 0,24 kgjam = 0,29 literjam ≈ 0,3 literjam Kebutuhan bahan bakar untuk satu siklus pengeringan dengan bahan bakar kayu bakar Jadi kebutuhan minyak tanahtiap siklus adalah 2,4 liter. 5.5. Analisa Biaya Penggunaan Alat Pengering Per Siklus 5.5.1 Analisa Biaya Penggunaan Alat pengering Dengan Bahan Bakar Minyak tanah Analisa biaya penggunaan alat pengering ini adalah analisa biaya selama pengeringan per siklus. Untuk menghitung analisa biaya yang terjadi selama 1 siklus, perlu dilihat data – data sebagai berikut: 1 siklus = Waktu yang diperlukan untuk 1 kali proses pengeringan Waktu untuk 1 siklus t = 8 jam Universitas Sumatera Utara 1. Biaya Produksi a Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Komponen-komponen biaya yang termasuk di dalam biaya tetap adalah biaya pembuatan alat pengering. Besar biaya pembuatan alat pengering ini adalah Rp. 3.600.000,-. b Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Komponen-komponen biaya yang termasuk ke dalam biaya variabel dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku kopra dan biaya bahan bakar minyak tanah. - Biaya bahan baku kopra per siklus Rp Harga 1 kg kopra = Rp. 800,- Kapasitas kopra untuk 1 kali pengeringan = 6 kg maka biaya yang dikeluarkan untuk 1 kali pengeringan adalah 6 x Rp. 800,- = Rp. 4.800,- Jadi biaya bahan baku kopra per siklus adalah Rp. 4.800,-. - Biaya bahan bakar minyak tanahper siklus Rp Harga 1 liter minyak tanah = Rp. 7.000,- per Februari 2010 Kebutuhan bahan bakar minyak tanah per siklus liter = 2,4 liter maka biaya bahan bakar minyak tanahper siklus adalah Rp Rp. 7.000,- x 2,4 = Rp. 16.800,- Jadi biaya bahan bakar minyak tanah per siklus adalah Rp. 16.800,-. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Total biaya produksi untuk pengeringan kopra per siklus No Uraian Satuan Jumlah Harga satuan Rp Jumlah Rp I Biaya Tetap 1 Alat pengering unit 1 - 3.600.000,- Total Biaya Tetap 3.600.000,- II Biaya Variabel 1 Kopra kg 6 800,- 4.800,- 2 Bahan bakar minyak tanah liter 2,4 7.000,- 16.800,- Total Biaya Variabel 21.600,- Total Biaya Produksi I + II 3.621.600,- 2. Biaya Penerimaan Biaya penerimaan adalah biaya yang diterima melalui proses penjualan kopra yang telah dikeringkan. Biaya penerimaan ini dihitung untuk satu kali produksi pengeringan kopra. Biaya penerimaan adalah biaya yang diterima melalui proses penjualan kopra yang telah dikeringkan. Biaya penerimaan ini dihitung untuk satu kali produksi pengeringan kopra. Biaya penerimaan untuk 1 kali pengeringan kopra adalah sebagai berikut. Harga 1 kg kopra kering = Rp. 3.500,- per Januari 2010 1 kali pengeringan menghasilkan 2,81 kg kopra kering maka biaya penerimaan per siklus adalah Rp 2,81 x Rp. 3.500,- = Rp. 9.835,- Jadi biaya penerimaan untuk 1 kali pengeringan adalah Rp. 9.835,-. Universitas Sumatera Utara 3. Analisis Titik Impas Break Even Point Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara volumeproduksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi, serta laba dan rugi. Dengan kata lain analisis titik impas merupakan teknik untuk mengetahui besarnya volume pendapatandari pengeringan kopra sehingga produksi kopra kering tidak mengalami kerugian. Nilai BEP dalam jumlah pengeringan dapat dihitung dengan persamaan 2.19. BEP variabel Biaya - penerimaan Biaya tetap Biaya = BEP 21600 9835 3600000 − = = -262,6 ≈ -262 kali pengeringan Dari hasil perhitungan di atas, nilai BEP untuk pengeringan kopra dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah adalah – 262 kali pengeringan. ini artinya bahwa pengeringan menggunakan bahan bakar minyak tanah untuk saat ini mengalami kerugian, hal ini dikarenakan biaya pengeluaran untuk tiap kali pengeringan saat ini lebih besar daripada biaya penerimaan. Jadi dari segi biaya, pengeringan dengan menggunakan bahan bakar minyak tanah mengalami kerugian.

5.5.2 Analisa Biaya Penggunaan Alat pengering Dengan Bahan Bakar Kayu Bakar

Dokumen yang terkait

Evaluasi Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Matiti, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan

1 57 72

Kajian Erosi Tanah pada Hutan Rakyat, Lahan Agroforestri, dan Lahan Pertanian Semusim di Desa Bingkawan Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

11 89 85

Kontribusi Pemanfaatan Hasil Hutan Rakyat terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi Kasus : Desa Salabulan, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara)

7 94 61

Manfaat Ekonomi Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat Di Sekitar Taman Nasional Batang Gadis (Studi Kasus: Desa Hutarimbaru dan Desa Tolang, Kecamatan Ulu Pungkut, Kabupaten Mandailing Natal)

4 85 92

Identifikasi Dan Inventarisasi Pengelolaan Hutan Rakyat Di Kecamatan Biru-Biru

12 89 67

Evaluasi Pengelolaan Hutan Rakyat di Desa Matiti, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan

1 32 72

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT OLEH KELOMPOK PEMILIK HUTAN RAKYAT DI DESA BANDAR DALAM KECAMATAN SIDOMULYO KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 7 76

Dinamika kelompok tani hutan dalam pengelolaan hutan rakyat: kasus pada kelompok tani hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor

3 14 70

Pengelolaan Hutan Rakyat dan Dinamika Kelompok Tani Hutan (Kasus pada Kelompok Tani Hutan di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis)

1 5 158

RESPONDENPETANI HUTAN RAKYAT ANALISIS FINANSIAL PERBANDINGAN USAHA HUTAN RAKYAT MONOKULTUR DENGAN USAHA HUTAN RAKYAT CAMPURAN (Studi Kasus di Desa Jaharun, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang) PENGENALAN TEMPAT

0 0 27