Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Papaya (Carica papaya (L). Var Kalina) dengan Perlakuan Tanah Lempung.

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN PEPAYA
(Carica papaya (L). Var Kalina) DENGAN
PERLAKUAN TANAH LEMPUNG

DESI AMALIAWATI

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya (L). Var Kalina) dengan Perlakuan Tanah
Lempung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Desi Amaliawati
NIM G84110037

4

ABSTRAK
DESI AMALIAWATI. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Papaya
(Carica papaya (L). Var Kalina) dengan Perlakuan Tanah Lempung. Dibimbing
oleh WARAS NURCHOLIS dan INDA SETYAWATI.
Penambahan tanah lempung pada proses perebusan daun pepaya bertujuan
mengurangi rasa pahit, namun belum diketahui dapat mempengaruhi aktivitasnya
sebagai antioksidan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menguji aktivitas

antioksidan dan komponen bioaktif daun papaya berdasarkan cara pengolahan.
Aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode DPPH dan diukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 517 nm. Hasil penelitian menunjukkan
ekstrak air dan etanol daun papaya yang telah diberi perlakuan tergolong memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat lemah, aktivitas antioksidan yang paling tinggi
terdapat pada perebusan selama tiga menit dinyatakan dalam bentuk IC 50, yaitu
528.495 ppm ekstrak etanol. Aktivitas antioksidan ini ditimbulkan oleh
kandungan metabolit sekunder pada daun papaya, yaitu flavonoid dan fenolik.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh aktivitas antioksidan,
fenolik, dan flavonoid total daun papaya yang direbus dengan penambahan tanah
lempung (P>0.05).
Kata kunci: Antioksidan, daun papaya, fenolik, flavonoid, tanah lempung,

ABSTRACT
DESI AMALIAWATI. Antioxidant activity Papaya Leaf Extract (Carica
papaya (L). Var Kalina) with treatment Clays. Supervised by WARAS
NURCHOLIS and INDA SETYAWATI.
The addition of clay in the boiling process aims to reducing the papaya
leaves bitter taste, but has been known to affect the activity as an antioxidant.
Therefore, the purpose of this research to test the antioxidant activity of papaya

leaves and bioactive components based of boiling process. The antioxidant
activity was determined by DPPH method and measured with a spectrophotometer
at a wavelength of 517 nm. The results showed the water and ethanol extracts of
papaya leaves that had been treated classified as weak antioxidant, antioxidant
activity is highest at boiling for three minutes express as IC50, specifically 528.495
ppm ethanol extract with boiled for three minutes. This antioxidant activity caused
by the content of secondary metabolites in leaves of papaya, such as flavonoids
and phenolic. The analysis showed that there was no effect of antioxidant activity,
phenolic and flavonoid total papaya leaves boiled with the addition of clay
(P0.05).

Gambar 1 Rendemen ekstrak air dan etanol daun pepaya yang telah direbus

5

Kadar Fenolik Total
Berdasarkan hasil pengukuran kadar fenolik total pada Gambar 2,
menunjukkan ekstrak etanol dari daun yang direbus selama lima menit dengan
tanah lempung memiliki jumlah senyawa fenolik paling tinggi dibandingkan
dengan sampel lainnya yaitu sebesar 16.83 mg GAE/g ekstrak baik pada ekstrak

air maupun etanol. Kadar fenolik total yang paling rendah yaitu pada sampel daun
papaya yang direbus selama tiga menit dengan penambahan tanah lempung pada
ekstrak a’ir yaitu sebesar 3.16 mg GAE/g ekstrak. Berdasarkan uji statistik
penambahan tanah lempung pada proses perebusan tidak memberikan perubahan
pengaruh terhadap fenolik total (P>0.05).

Gambar 2 Kadar fenolik total ekstrak air dan etanol daun pepaya yang direbus
dengan tanah lempung
Kadar Flavonoid Total
Berdasarkan hasil pengukuran kadar flavonoid total pada Gambar 3,
menunjukkan sampel ekstrak etanol daun yang direbus selama tiga menit tanpa
penambahan tanah lempung mengandung flavonoid total yang paling tinggi
dibandingkan dengan sampel lainnya yaitu sebesar 2.456 mg KE/ g ekstrak dan
kadar flavonoid paling rendah terkandung dalam ekstrak air daun yang direbus
selama lima menit dengan penambahan tanah yaitu sebesar 0.878 mg KE/g
ekstrak. Berdasarkan uji statistik penambahan tanah lempung pada proses
perebusan tidak memberikan pengaruh terhadap kadar flavonoid total (P>0.05).

Gambar 3 Kadar flavoid total ekstrak air dan etanol daun pepaya yang direbus
dengan tanah lempung


6

Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dari daun papaya yang diberi perlakuan memiliki
nilai IC50 dari ekstrak dengan pelarut air, dan etanol 70% dapat dikatakan sangat
lemah, karena nilai IC50 yang diatas 200 ppm (Molyneux 2004). Semakin kecil
nilai IC50 menunjukkan kemampuan antioksidasi yang lebih baik dalam
menangkal radikal bebas. Hasil menunjukkan bahwa nilai IC50 yang terbaik
terdapat pada sampel ekstrak dengan perebusan tiga menit pada pelarut etanol
70% sebesar 528.495 ppm (Gambar 4). Berdasarkan uji statistik penambahan
tanah lempung pada proses perebusan tidak memberikan pengaruh terhadap
aktivitas antioksidan (P>0.05).

Gambar 4 IC50 ekstrak air dan etanol daun pepaya yang direbus dengan tanah
lempung
PEMBAHASAN
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak Daun Pepaya
Pengukuran kadar air daun pepaya dilakukan dengan metode gravimetri,
yaitu melalui proses pengeringan. Pengeringan merupakan proses menghilangkan

air dari suatu bahan sehingga bahan tahan lama selama penyimpanan. Selain itu
pengeringan akan meminimalkan senyawa kimia yang terurai oleh enzim.
Penentuan kadar air daun pepaya segar bertujuan mengetahui kadar air yang
umumnya digunakan oleh masyarakat untuk dikonsumsi dan untuk mengetahui
kadar air daun pepaya yang digunakan dalam penelitian ini. Rata-rata kadar air
yang diperoleh sebesar 74.50 % lebih rendah dibandingkan data kadar air daun
pepaya segar menurut persatuan para ahli gizi Indonesia (2009) sebesar 75.40 %.
Ekstraksi bahan dilakukan dengan dua cara, yaitu maserasi dan infudasi.
Pemilihan kedua metode ini didasarkan karena proses selama ekstraksi
menggunakan peralatan yang sederhana dan relatif lebih mudah dibandingkan

7

dengan metode ekstraksi lainnya (Astuti 2009). Metode ekstraksi secara infudasi
menggunakan pelarut air (polar), dapat melarutkan senyawa alkaloid, triterpenoid,
steroid, flavonoid, saponin, dan tannin (A’yun dan Laily 2015). Pelarut etanol
(semipolar) digunakan untuk mengekstraksi secara maserasi, etanol 70 % dapat
melarutkan flavonoid, saponin, dan alkaloid (Astuti 2009). Kedua metode ini
menghasilkan rendemen yang berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan
kemampuan pelarut dalam mengekstraksi/ menarik metabolit sekunder (Fardhani

2014).
Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang dapat menarik sebagian besar
metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia (Depkes RI 2008). Etanol
memiliki rumus molekul C2H5OH, dimana C2H5OH merupakan gugus yang
bersifat non polar dan OH merupakan gugus yang bersifat polar, sehingga pelarut
etanol dapat menarik kandungan kimia yang yang bersifat polar maupun non
polar. Pemilihan pelarut air didasarkan pemanfaatan daun pepaya oleh masyarakat
pada umumnya menggunakan air. Pelarut air memiliki kepolaran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan etanol, sehingga pelarut ini hanya dapat menarik senyawa
aktif yang bersifat polar.
Hasil rendemen yang diperoleh, yaitu ekstrak air lebih tinggi dibandingkan
dengan ekstrak etanol. Persentase rendemen menunjukkan banyaknya metabolit
sekunder yang terekstrak dalam pelarut. Hasil tersebut membuktikan bahwa
senyawa-senyawa aktif dalam daun pepaya lebih banyak terekstrak dalam air
dibandingkan dengan etanol. Diduga kandungan metabolit yang ada pada daun
papaya setelah direbus menggunakan tanah lempung cendrung bersifat polar.
Kemungkinan lainnya pada ekstrak air memiliki pengotor yang lebih banyak
dibandingkan dengan ekstrak etanol. Uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan
yang diberikan tidak berpengaruh terhadap rendemen yang dihasilkan pada taraf 5
%. Perbedaan rendemen yang diperoleh dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu ketebalan dinding sel, membran sel, dan pengaruh faktor genetik (Nurcholis
2008). Hasil penelitian Bustan et al. (2008) menunjukkan jumlah rendemen
ekstrak dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, jenis pelarut, perbandingan jumlah
pelarut dengan bahan, suhu ekstraksi, dan ukuran partikel sampel.
Kadar Senyawa Fenolik Total
Penentuan kadar fenolik total bertujuan mengetahui jumlah keseluruhan
senyawa golongan fenolik dalam sampel. Daun pepaya mengandung enzim
papain, alkaloid karpain, pseudokarpain, glikosida, karposid, saponin, dan
polifenol. Rasa pahit pada daun pepaya disebabkan oleh kandungan senyawa
alkaloid karpain (C14H25NO2). Zat ini ampuh digunakan untuk menurunkan
demam, menurunkan tekanan darah, dan membunuh mikroba. Senyawa yang
berpotensi sebagai antioksidan dalam tanaman adalah golongan fenolik seperti
flavonoid, asam fenolik, lignin, asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan tanin
(Kahkonen et al. 1999). Polifenol dan flavonoid merupakan golongan fenol yang
telah diketahui memiliki aktivitas antiseptik.
Salah satu antioksidan alami yaitu asam galat (3,4,5-trhydroxybenzoic
acid). Asam galat termasuk dalam senyawa fenolik dan memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat (Walker 2002). Asam galat merupakan turunan asam
hidroksibenzoat dan termasuk golongan asam fenolat sederhana yang digunakan


8

sebagai standar karena memiliki substansi yang stabil dan murni serta murah
dibanding senyawa standar lainnya (Rahmawati 2009). Penentuan kandungan
fenolik dapat dilakukan dengan menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu (Dass et
al. 2012). Metode ini berdasarkan pada kekuatan mereduksi dari gugus hidroksi
fenolik. Semua senyawa fenolik termasuk fenol sederhana dapat bereaksi dengan
reagen Folin-Ciocalteu (Huang et al. 2005). Adanya senyawa aromatis fenol dapat
mereduksi fosfomolibdat fosfotungstat menjadi molibdenum yang berwarna biru
yang dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis (Sudjadi dan Rohman 2004).
Kandungan fenolik total dalam tumbuhan dinyatakan dalam GAE (galiic acid
equivalent) yaitu jumlah kesetaraan miligram asam galat dalam 1 gram sampel
(Gheldof dan Engeseth 2002).
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak perebusan selama lima menit
dengan penambahan tanah lempung mengandung fenolik total lebih tinggi
dibandingkan tanpa tanah baik pada ekstrak etanol maupun air. Kadar fenolik
daun pepaya yang direbus selama tiga menit dengan penambahan tanah lebih
rendah dibandingkan perebusan selama lima menit. Hasil ini memperlihatkan
bahwa lamanya waktu perebusan dengan penambahan tanah menghasilkan kadar
fenolik total yang lebih besar dibandingkan tanpa penambahan tanah.

Berdasarkan uji statistik, perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap kadar fenolik total pada taraf 5 %. Kadar fenolik total pada
penelitian lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Addai et al. (2013) yang menggunakan buah pepaya segar varietas Hongkong dan
Eksotika, yaitu sebesar 16.35-46.64 mg asam galat/100 g daun segar pada ekstrak
metanol 50 % dan 67.50-63.38 mg asam galat/100 g daun segar pada ekstrak
aseton 50 %.
Menurut Armin dan Ardila (2013), tanah lempung mengandung komponen
anorganik seperti Al, Fe, Si, Ca, Na, K dan Mg serta oksigen. Pelarut polar akan
melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik. Menurut Baset et al. (1994), adanya
elektrolit dapat menurunkan kelarutan zat terlarut. Pengaruh penambahan tanah
pada proses perebusan hanya mempengaruhi rasa dari daun papaya namun tidak
mempengaruhi kadar fenolik totalnya. Kadar fenolik total pada ekstrak etanol
lebih besar dibandingkan dengan ekstrak air. Hal ini dikarenakan senyawa fenolik
yang lebih bersifat polar telah terbuang pada air rebusan dan saat proses ekstraksi
menggunakan pelarut air akan lebih rendah kadar fenoliknya dibanding etanol,
karena etanol bersifat semi polar. Air merupakan pelarut universal, namun air
memiliki polaritas yang paling besar dibandingkan dengan pelarut lainnya (Tiwari
et al. 2011). Ekstrak etanol lebih efektif pada tumbuhan yang mengandung
polifenol, karena ekstrak etanol memiliki polaritas yang hampir sama dengan

polifenol dibandingkan dengan ekstrak air. Selain itu, ekstrak etanol lebih efisien
dalam mendegradasi dinding sel tumbuhan yang bersifat non-polar dan
menyebabkan polifenol keluar dari sel. Sedangkan pada ekstrak air terjadi
degradasi polifenol akibat aktivitas enzim polifenol oksidase, polifenol oksidase
pada ekstrak etanol tidak aktif (Padmapriya et al. 2012).
Kadar Senyawa Flavonoid Total
Penentuan kandungan flavonoid total dilakukan secara kolorimetri dan
diekspresikan dengan % (b/b) ekivalen katekin. Tujuan penentuan kadar flavonoid

9

adalah mengetahui hubungan antara aktivitas antioksidan dengan kandungan
flavonoidnya. Dasar penentuan kandungan flavonoid secara spektrofotometri ini
adalah adanya kemampuan flavonoid untuk membentuk kompleks dengan AlCl3
berwarna kuning, yang kemudian bereaksi dengan basa kuat (NaOH) membentuk
warna merah muda yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 510 nm.
Metode AlCl3 merupakan metode yang tepat untuk menentukan kadar flavonoid
golongan flavon dan flavonol (Chang et al. 2002).
Flavonoid merupakan salah satu dari kelompok senyawa fenolik yang
dapat ditemukan di buah dan sayur (Farkas et al. 2004). Beberapa tahun belakang
ini, flavonoid telah diteliti memiliki potensi yang besar untuk melawan penyakit
yang disebabkan oleh penangkapan radikal (Amic et al. 2003). Berdasarkan
perhitungan, total flavonoid lebih tinggi pada ekstrak daun yang direbus selama
tiga menit tanpa penambahan tanah lempung dibandingkan dengan ekstrak daun
papaya yang direbus lima menit pada ekstrak air maupun etanol. Flavonoid total
pada percobaan menurun sedikit pada sampel yang direbus selama tiga menit
menggunakan tanah dengan sampel yang direbus selama tiga menit tanpa tanah
pada ekstrak air maupun etanol. Namun kadar flavonoid sampel menurun drastis
pada ekstrak sampel perebusan dengan tanah lempung selama lima menit. Hal
tersebut dapat diduga bahwa penurunan kadar flavonoid total disebabkan waktu
perebusan. Semua perlakuan pada ekstrak etanol lebih besar dibandingkan ekstrak
air. Berdasarkan uji statistik tidak terdapat pengaruh perlakuan terhadap kadar
flavonoid pada taraf 5 %.
Kadar flavonoid total ekstrak etanol lebih banyak dibandingkan dengan
ekstrak air disebabkan etanol mampu mengekstrak senyawa flavonoid yang
bersifat polar maupun nonpolar dibandingkan dengan air yang hanya
mengekstraksi senyawa flavonoid yang bersifat polar. Golongan flavonoid pada
daun pepaya cenderung bersifat semipolar. Menurut penelitian Miean dan
Mohamed (2001), golongan flavonoid yang dominan pada tanaman tropis, yaitu
mirisetin, kuersetin, kaempferol, luteolin, dan apigenin. Senyawa flavonoid yang
merupakan golongan dari polifenol tidak stabil terhadap perubahan pengaruh
oksidasi, cahaya, dan perubahan kimia, sehingga apabila teroksidasi strukturnya
akan berubah dan fungsinya sebagai bahan aktif akan menurun atau bahkan hilang
(Handayani dan Sulistyo 2008).
Flavonoid total daun pepaya yang diperoleh lebih rendah jika
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Miean dan Mohamed
(2001), yaitu sebesar 1264 mg/kg berat kering pada tunas pepaya. Penelitian
tentang total flavonoid pada dua jenis buah pepaya yaitu varietas Hongkong dan
Eksotika oleh Addai et al. (2013) yang menyatakan bahwa ekstrak metanol 50 %
antara 19.40-36.17 mg kuersetin/ 100 g daun segar dan 39.81-21.04 mg
kuersetin/100 g daun segar pada ekstrak aseton 50 %. Berdasarkan hasil penelitian
tentang pengaruh perebusan serta penambahan tanah terhadap daun pepaya, jika
dibandingkan dengan kadar flavonoid total tanpa perlakuan maka dapat dikatakan
bahwa daun pepaya yang telah diolah akan berkurang senyawa flavonoidnya.
Aktivitas Antioksidan
Uji aktivitas antioksidan dilakukan untuk mengetahui kapasitas senyawa
aktif dalam ekstrak untuk menangkap radikal bebas. Aktivitas antioksidan ekstrak

10

daun pepaya diukur menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil).
DPPH merupakan senyawa radikal bebas yang stabil dan tidak membentuk dimer
akibat delokalisasi dari elektron bebas pada seluruh molekul. Uji aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode ini didasarkan pada hilangnya warna
ungu akibat tereduksinya DPPH oleh senyawa antioksidan dalam sampel,
sehingga menghasilkan senyawa DPP Hidrazin (DPPHH) berwarna kuning.
Metode ini tidak memerlukan substrat sehingga lebih sederhana dengan waktu
analisis yang lebih cepat (Molyneux 2004). Metode DPPH telah banyak
digunakan dalam analisis antioksidan seperti pada penelitian Anwariyah (2011)
yang mengaji aktivitas antioksidan lamun Cymodocea rotundata dengan metode
DPPH, selain itu Irianti et al. (2011) menguji aktivitas antioksidan DPPH oleh
ekstrak etanolik batang brotowali dan fraksi-fraksinya.
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak air dan ekstrak etanol daun pepaya
pada penelitian ini akan dibandingkan dengan aktivitas antioksidan yang
dihasilkan oleh asam askorbat. Asam askorbat (vitamin C) dikenal sebagai
antioksidan yang kuat karena dapat mendonorkan atom hidrogen dan membentuk
radikal bebas askorbil yang relatif stabil seperti anion askorbat yang dapat
menerima atom hidrogen lain dan membentuk asam dehidroaskorbat. Asam
askorbat merupakan senyawa larut air yang memiliki cincin lakton tidak jenuh
dengan dua gugus hidroksil melekat pada karbon berikatan rangkap. Struktur ini
menyebabkan asam askorbat mudah dioksidasi menjadi asam dehidroaskorbat
(Hart et al. 2003).
Aktivitas antioksidan hasil penelitian dinyatakan dalam IC50, yaitu
konsentrasi zat antioksidan yang menghasilkan persen penghambatan DPPH
sebesar 50 %. Nilai IC50 diperoleh melalui persamaan linier antara persen inhibisi
dengan konsentrasi sampel. Semakin rendah nilai IC50 maka daya hambat ekstrak
terhadap radikal bebas semakin tinggi. Molyneux (2004) menggolongkan aktivitas
antioksidan berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh, yaitu sangat kuat (IC50100ppm), sedang (100 ppm150 ppm), lemah
(150 ppm200 ppm), dan sangat lemah (IC50>200ppm).
Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh, daun yang direbus tiga menit tanpa
tanah pada ekstrak etanol memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai
IC50 sebesar 525.495 ppm dan tergolong antioksidan sangat lemah. Berdasarkan
uji statistik, ekstrak etanol dan air ketiga sampel menunjukan tidak berpengaruh
nyata terhadap penghambatan aktivitas radikal bebas DPPH. Hal ini ditunjukkan
oleh nilai IC50 yang tidak terlalu berbeda antara ekstrak etanol dan ekstrak air
daun pepaya. Daun pepaya yang diberi perlakuan semuanya tergolong memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat lemah.
Menurut Widyawati et al. (2010), perbedaan aktivitas antioksidan dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perbedaan kemampuan dalam
mentransfer atom hidrogen ke radikal bebas, struktur kimia senyawa antioksidan,
dan pH campuran reaksi. Aktivitas antioksidan juga dipengaruhi oleh jumlah serta
posisi gugus hidroksil dan metil pada cincin. Molekul yang lebih banyak memiliki
gugus hidroksil akan semakin kuat dalam menangkap radikal bebas karena
kemampuannya dalam mendonorkan atom hidrogen semakin besar. Hal ini sesuai
dengan Andayani (2008) yang menyatakan senyawa-senyawa yang memiliki
aktivitas antioksidan umumnya memiliki gugus hidroksil yang tersubstitusi pada
posisi orto dan para terhadap gugus –OH dan –OR.

11

Aktivitas antioksidan ekstrak daun pepaya ini diduga karena kandungan
senyawa flavonoid di dalamnya. Hal tersebut dikuatkan oleh hasil analisis
komponen flavonoid ekstrak air dan etanol yang berbanding lurus dengan
aktivitas antioksidan. Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas antioksidan memiliki
kolerasi positif terhadap kadar flavonoid, namun memiliki korelasi negatif dengan
kadar fenolik.
Senyawa fenolik merupakan golongan yang besar, diduga senyawa fenolik
yang masih tersisa dalam daun setelah perlakuan salah satunya adalah golongan
flavonoid. Dapat dikatakan perlakuan menyebabkan penurunan fungsi dari daun
pepaya sebagai sumber antioksidan alami terkait dengan menurunnya kadar
flavonoid akibat perlakuan. Dewi (2006) menyatakan bahwa stabilitas komponen
fenol terhadap panas mempengaruhi aktivitas antioksidannya. Aktivitas
antioksidan cendrung menurun, hal ini disebabkan karena proses pemanasan
menyebabkan beberapa perubahan kualitas baik secara fisik, biokimia, maupun
komponen gizinya (Salunkhe dan Kadam 1990). Pemanasan meningkatkan laju
oksidasi dan menyebabkan terjadinya degradasi yang membutuhkan panas.
Perlakuan pemanasan dapat mempercepat oksidasi terhadap antioksidan yang
terkandung dalam sistem bahan alam (Dewi 2006). Hal ini sesuai dengan
pendapat Gazani et al. (1998) dalam Dewi (2006) yang menjelaskan bahwa pada
pemanasan suhu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan komponen tidak tahan
panas termasuk didalamnya senyawa flavonoid. Sampai saat ini belum diketahui
komponen yang bertindak sebagai antioksidan daun papaya yang labil terhadap
pemanasan ataupun sebaliknya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Analisis kuantitatif yang dilakukan pada ekstrak air dan etanol daun
papaya yang diberi perlakuan perebusan dan penambahan tanah lempung
menunjukkan bahwa senyawa fenolik GAE dan flavonoid KE paling tinggi pada
ekstrak etanol. IC50 yang terbaik pada perlakuan terdapat pada ekstrak etanol daun
yang direbus tanpa penambahan tanah selama tiga menit yang mempunyai nilai
IC50 sebesar 528.495 ppm dan semua perlakuan tergolong memiliki aktivitas
antioksidan sangat lemah. Penambahan tanah lempung hanya mempengaruhi dari
segi rasa, namun tidak mempengaruhi kadar fenolik, flavonoid total, dan aktivitas
antioksidannya jika dibadingkan dengan daun yang direbus tanpa penambahan
tanah lempung
Saran
Perlu dilakukan pengukuran kadar fenolik total, flavonoid total, dan
aktivitas antioksidan pada daun yang direbus selama lima menit tanpa
penambahan tanah dan daun yang tidak direbus sebagai kontrol.

12

DAFTAR PUSTAKA

Addai ZR, Abdullah A, Mutalib SA. 2013. Effect of extraction solvent on the
phenolic content and antioxidant properties of two papaya cultivars. J Med
Plant Research. 7(47):3353-3359.
Amic D, Amic DD, Beslo D, Trinasjtic N. 2003. Stucture-radical scavenging
activity relationship of flavonoid. Croatica Chemica Acta. 76(1):55-61.
Amrin, Ardila D. 2013. Analisis besi (Fe) dan aluminium (Al) dalam tanah
lempung secara spektrofotometri serapan atom. Prosiding semirata FMIPA
Universitas Lampung [internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak
diketahui]. Lampung (ID): Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negri
Padang. hlm 17 – 22; [diunduh 2015 Apr 4]. Tersedia pada:
http://jurnal.fmipa.unila.ac.id/index.php/semirata/article/view/785.
Andayani R. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat total likopen
pada buah tomat (Solanum lycopersicum L). J Sci and Tech Pharm. 13(1).
Anwariyah S. 2011. Kandungan fenol, komponen fitokimia, dan aktivitas
antioksidan dalam lamun Cymodocea rotundata [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Astuti SD. 2009. Efek ekstrak etanol 70 % daun pepaya (Carica papaya, Linn.)
terhadap aktivitas AST % ALT pada tikus galur wistar setelah pemberian
obat tuberkulosis (isoniazid % rifampisin) [skripsi]. Surakarta (ID):
Universitas Setia Budi.
A’yun Q, Laily AN. 2015. Analisis fitokimia daun pepaya (Carica papaya, L.) di
balai penelitian tanaman aneka kacang dan umbi, Kendalpayak, Malang.
Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam
[internet]. [Waktu dan tempat tidak diketahui]. Malang (ID): Universitas
Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. Hlm 134 – 137; [diunduh
2015
Mei
11].
Tersedia
pada:
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kpsda/article/view/5362/3778.
Ayoola GA, Coker HAB, Adesegun SA, Adepoju-bello AA, Obaweya K, Ezennia
EC, Atangbayila TO. 2008. Phytochemical screening and antioxidant
activities of some selected medicine plant used for malaria therapy in
Southwestern Nigeria. Trop J Pharm Res. 7(3): 1019-1024.
Baset J, Pudjaatmaka AH, Setiono L. 1994. Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Ed-4. Jakarta (ID): Erlangga.
Blois MS. 1958. Antioxidant determinations by the use of stable free radical.
Nature. 181:1199-1200.
BPOM. 2005. Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salahsatu
Tahapan Penting dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia Volume Enam
Edisi Keempat. Jakarta (ID): BPOMRI.

13

BPOM. 2010. Acuan Sediaan Herbal Volume Kelima Edisi Pertama. Jakarta (ID):
BPOMRI.
Bustan MD, Febriyani R, Papkhan H. 2008. Pengaruh waktu ekstraksi dan ukuran
partikel terhadap oleoresin jahe yang diperoleh dalam berbagai jumlah
pelarut. Journal Teknik Kimia. 15:16-26.
Chang CC, Yang MH, Wen HM, Chern JC. 2002. Estimation of total flavonoid
content in propolis by two complementary colorimetric methode. Journal of
Food and Drug Analysis. 10(2):178-182.
Dass AK, Rajkumar V, Verma AK, Swarup D. 2012. Moringa oleifera leaves
extract: a natural antioxidant for retarding lipid peroxidation in cooced goat
meat paties. International Journal Food Science Technology. 47:585-591.
Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta (ID): Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dewi K. 2006. Identifikasi dan karakterisasi antioksidan dari jus Aloe chinensis
dan evaluasi potensi Aloe-Emodin sebagai antifotooksidan dalam sistem
asam linoleat [disertasi]. Jogjakarta (ID): Universitas Gajah Mada.
Fardhani HL. 2014. Pengaruh metode ekstraksi secara infudasi dan maserasi daun
asam jawa (Tamarindus indica L.) terhadap kadar flavonoid total [skripsi].
Jogjakarta (ID): Universitas Gajah Mada.
Farkas O, Jakus J, Herberger K. 2004. Quantitative structure antioxidant activity
relationships of flavonoid compound. Molecules. 9:1079-1088.
Figueroa LA, Navarro LB, Vera MP, Petricevich VL. 2014. Antioxidant activity,
total phenolic and flavonoid contents, and citotocixity evaluation of
Bougaanvillea xbutianna. In J Pharm Sci. 6(5):497-502.
Gamulle A, Ratnasoorya WD, Jayakody JRAC, Fernando C, Kanatiwela C,
Udagama PV. 2012. Trombocytosis and anti-inflamatory properties, and
toxicological evaluation of Carica papaya mature leaf concentrate in a
murine model. Online Int J Med Plant Res. 1(2): 1-30.
Gheldof N, Engeseth NJ. 2002. Antioxidant capacity of honey form various floral
source based on determination of oxygen radical absorbance capacity and
inhibition of in vitro lopoprotein oxidant in human serum sampel. J Agr and
Food Chem. 50(10):3050-3055.
Handayani R, Sulistyo J. 2008. Sintesis senyawa flavonoid-α-glikosida secara
reaksi transglikosilasi enzimatik dan aktivitasnya sebagai antioksidan. J
Biodiversitas. 9(1):1-4.
Hart H, Craine LE, Hart DJ. 2003. Kimia Organik: suatu Kuliah Singkat Edisi
Kesebelas. Achmadi SS, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan
dari: Organic Chemistry: A Short Course Elevent Edition.
Huang D, Ou D, Prior RL. 2005. The chemistry behind antioxidant capacity
assay. J Agr Food. 53:1841-1856.

14

Irianti T, Puspita A, Suryani E. 2011. Aktivitas penangkapan radikal 2,2diphenyl-pikrilhidrazil oleh ekstrak etanolik batang brotowali (Tinospora
crispa (L.) Miers) dan fraksi-fraksinya. Majalah Obat Tradisional.
16(3):138-144.
Javanmardi J, Stushnoff C, LockeE, Vivanco JM. 2003. Antioxidant activity and
total phenolic content of Iranian Ocimum accessions. Food Chemistry.
83:547-550.
Jiang G, Prasad KN, Yang B, Dong X, Zhang H, Xie H, Jiang Y. 2009. Flavonoid
content and antioxidant activities from Cinnamomum species. Innov Food
Sci. Emerg. 10:627-632.
Kahkonen MP, Hopia AI, Furella HC. 1999. Antioxidant activity of extract
containing phenolic compound. J Agr Food Chem. 47:3854-3962.
Krishna JL, Paridhavi M, Patel A. 2008. Review on nutritional, medical, and
pharmacological properties of papaya (Carica papaya Linn.). Natural
Product Radiance. 7(4):364-373.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SASS dan Minitab. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Miean KH, Mohamed S. 2001. Flavonoid (myricetin, quercetin, kaemferol,
luteolin, dan apigenin) content of edible tropical plants. J Agr Food Chem.
49(6):3106-3112.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical (DPPH) for estimating
antioxidant activity. J Sci and Tech. 26:211-219.
Nurcholish W. 2008. Profil senyawa penciri dan bioaktivitas tanaman temulawak
pada agrobiofisik berbeda [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, IPB.
Padmapriya K, Abishek D, Dutta D. 2012. Nicrowave assisted extraction of
mangiferin from Curcuma amada. Biotech. 2(1):27-30.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta
(ID): PT. Alex Media Komputindo.
Rahmat A, Rosli R, Zain WNIWM, Endrini S, Sani HA. 2002. Antiproliferative
activity of pure lycopene compared to both extracted lycopene and juice
from watermelon (Citrullus vulgaris) and papaya (Carica papaya) on
human breast and liver cancer cell line. J Med Sci. 2(2):55-58.
Rahmawati A. 2009. Kandungan fenol total ekstrak buah mengkudu (Morinda
citrifolia) [skripsi]. Jakarta (ID): Universits Indonesia.
Rohdiana D. 2001. Radical scavanger activity of tea pholyphenol. Majalah
Farmasi Indonesia. 12(1):53-58.
Salunkhe DK, Kadam SS. 1990. Handbook of World Legumes: Nutritional
Chemistry, Procssing Technology, and Utilization. Florida (US): CRC
Press.

15

Sudjadi, Rohman A. 2004. Analisa Obat dan Makanan. Yogyakarta (ID): Pustaka
Pelajar.
Subeki. 1998. Pengaruh cara pemasakan terhadap kandungan β-karoten beberapa
macam sayuran serta daya serap dan retensinya pada tikus percobaan [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suresh K, Deepa P, Harisaranraj R, Vaira AV. 2008. Antimicrobial and
phytochemical investigation of the leaf of Carica papaya L., Cynodon
dactylon (L.) Pres., Euporbhia hirta L., Melia azedarach L. dan Psidium
guajava L. Etnhobotanical Leaflets. 12:1184-1191.
Tiwari P, Kumar B, Kaur M, Kaur G, Kaur H. 2011. Phytochemical screening and
extraction. Int Pharmaceutica Science. 1(1): 98-106.
Walker J. 2012. The Protein Protocol Handbook. Totowa (US): Humana Press
Inc.
WHO. 1998. Quality Control Method for Medical Plant Material. Geneva (CH):
Healath Organitation.
Widyawati PS, Wijaya CH, Harjosworo PS, Sajuthi D. 2010. Pengaruh ekstraksi
dan fraksinasi terhadap kemampuan menangkap radikal bebas DPPH (1,1difenil-2-pikrilhidrazil) ekstrak dan fraksi daun beluntas (Pluchea indica
Less). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses [internet]. [waktu dan tempat
pertemuan tidak diketahui]. Semarang (ID): Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro. hlm 1 – 7; [diuduh 2015 Apr 4]. Tersedia
pada: http://eprints.undip.ac.id/28032/1/C-18.pdf

16

LAMPIRAN

17

Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Daun pepaya segar

Direbus 3’

Daun pepaya rebus
3’

Direbus 3’
dengan tanah

Penentuan
kadar air
Direbus 5’
dengan tanah

Daun pepaya rebus
3’ dengan tanah

Daun pepaya rebus
5’ dengan tanah

Diekstraksi dengan
air dan etanol

Ekstrak air rebus
3’ dan ekstrak
etanol rebus 3’

Ekstrak air rebus 3’
dengan tanah dan
ekstrak etanol rebus
3’dengan tanah

Ekstrak air rebus 5’
dengan tanah dan
ekstrak etanol rebus
5’dengan tanah

Diuji fenolik total,
flavonoid total, dan
aktivitas antioksidan

Kadar fenolik total

Kadar flavonoid
total

Aktivitas
antioksidan

18

Lampiran 2 Kadar air dan rendemen ekstrak
Data kadar air daun pepaya
Ulangan
1
2
3

Bobot sampel
Sebelum dikeringkan
Setelah dikeringkan
0.9699
0.2766
0.9959
0.2372
0.9876
0.2385
Rata-rata

% Kadar air
71.48
76.18
76.85
74.50

Contoh perhitungan:
Kadar air (%) =

=
= 71.48 %
Data hasil rendemen ekstrak air dan etanol
Pelarut

Air

Perlauan

Ulangan

Direbus 3’

1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2

Direbus 3’ + tanah
Direbus 5’ + tanah
Direbus 3’

Etanol

Direbus 3’ + tanah
Direbus 5’ + tanah

Bobot
sampel
awal (g)
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50

Bobot
ekstrak (g)

Rendemen
(%)

0.6634
1.0881
0.8995
0.5317
1.0417
1.8999
0.7783
0.9032
0.6244
0.5000
0.6456
0.6200

5.20
8.53
7.05
4.17
8.17
14.90
6.10
7.08
4.89
3.92
5.06
4.86

Contoh perhitungan:
Rendemen (%) =
a. Ekstrak air
Rendemen (%)

=

Rata-rata rendemen (%)

=

= 5.20 %
= 6.87 %

b. Ekstrak etanol 70 %
Rendemen (%)

=
= 6.10 %

Rata-rata rendemen (%)

=

= 6.59 %

Rata-rata
(%)
6.87 ± 2.35
5.61 ± 2.04
11.53 ± 4.76
6.59 ± 0.69
4.41 ± 0.68
4.96 ± 0.14

19

Lampiran 3 Perhitungan inhibisi dan IC50 ekstrak daun pepaya
I.

Persen inhibisi dan IC50 vitamin C

Data absorban, persen inhibisi, dan IC50 vitamin C
Konsentrasi
(ppm)
20
10
5
2.5
1.25
Blanko

Absorban (λ 517 nm)
Inhibisi (%)
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 1
Ulangan 2
0.095
0.060
71.21
81.82
0.187
0.095
43.33
71.21
0.228
0.199
30.91
39.69
0.263
0.255
20.30
22.73
0.317
0.317
3.94
3.94
0.330
0.330
Rataan IC50 = 4.316 ppm

Rata-rata
inhibisi (%)
76.51
57.27
35.30
21.51
3.94
-

Contoh perhitungan:
a. Persen inhibisi
Ulangan 1
% Inhibisi 20 ppm

=1
=1–
= 71.21 %

Ulangan 2
% Inhibisi 20 ppm

=1
=1–
= 81.82 %

Rata-rata inhibisi

=

= 76.51 %

b. IC50
Persamaan linier : y = 11.225 + 3.572 x
IC50 (x):
y
= 11.225 + 3.572 x
50
= 11.225 + 3.572 x
x
= 4.136 ppm
II.
Persen inhibisi dan IC50 ekstrak air dan etanol daun pepaya
Perhitungan persen inhibisi dan IC50
Sampel

Ekstra air
daun rebus
3’

Konsentr
asi
(mg/L)
50
100
200
300
400

Rata-rata
inhibisi
(%)
7.15
11.63
18.92
25.67
34.36

Persamaan garis

Nilai
R2

IC50 (ppm)

Y = 3.6027 + 0.0759 X

0.998

611.295

20

Lampiran 3. (Lanjutan)
Perhitungan persen inhibisi dan IC50 (lanjutan)
Sampel
Ekstrak air
daun rebus
3’ + tanah

Ekstrak air
daun rebus
5’ + tanah
Ekstrak
etanol
daun rebus
3’
Ekstrak
etanol
daun rebus
3’ + tanah
Ekstrak
etanol
daun rebus
5’ + tanah

Konsentrasi
(mg/L)
50
100
200
300
400
50
100
200
300
400
50
100
200
300
400
50
100
200
300
400
50
100
200
300
400

Rata-rata
inhibisi (%)
13.37
15.77
19.65
28.41
35.29
8.89
10.03
15.57
20.12
24.93
12.12
19.77
25.83
38.18
36.74
11.21
14.77
18.79
27.12
35.07
13.56
16.36
18.71
22.95
31.82

Persamaan garis

Nilai
R2

IC50 (ppm)

Y = 3.6027 + 0.0759 X

0.998

611.295

Y = 6.0079 + 0.0471 X

0.996

934.015

Y = 11.0499 + 0.0737 X

0.902

528.495

Y = 7.3124 + 0.0670 X

0.985

637.128

Y = 10.5543 + 0.0482 X

0.942

818.375

Contoh perhitungan:
Ekstrak air daun rebus 3’ 50 ppm
a. Rata-rata inhibisi (%)

=
=
= 7.15 %

b. IC50
IC50 ekstrak air daun rebus 3’
Persamaan linier:
Y
= 3.6027 + 0.0759 X
50
= 3.6027 + 0.0759 X
X
= 611.295 ppm

21

Lampiran 4 Uji kadar fenolik total daun pepaya
Absorbansi standar asam galat pada kandungan total fenolik
Absorban (λ 765 nm)
0.058
0.107
0.202
0.288
0.370
0.427

Jenis larutan
Standar 10 ppm
Standar 20 ppm
Standar 40 ppm
Standar 60 ppm
Standar 80 ppm
Standar 100 ppm

Absorban sampel dan kandungan total fenolik ekstrak
Pelarut

Air

Kandungan total
fenolik (mg
TAE/g eks)
2.971
2.971
3.209
3.543
3.638
4.209
8.495
8.400
10.209
7.114
12.733

0.214

44.619

8.924

Ulangan

Absorban

Direbus 3’

1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2

Direbus 3’ + tanah
Direbus 5’ + tanah
Direbus 3’

Etanol

0.089
0.089
0.094
0.101
0.103
0.115
0.205
0.203
0.241
0.176
0.294

Kandungan
fenolik awal
(mg/L)
14.857
14.857
16.048
17.714
18.190
21.048
42.476
42.000
51.048
35.571
63.667

Perlakuan

Direbus 3’ + tanah
Direbus 5’ + tanah

Keterangan:

Bobot contoh
= 0.005 mg
Faktor pengenceran
=5
Vcontoh
= 0.0002 L
Contoh perhitungan :
a. Kandungan fenolik awal (X)
Persamaan linier standar:
Y
= 0.0042 X + 0.0266
2
R
= 0.9936
Air
y
= 0.0042 X + 0.0266
0.089
= 0.0042 X + 0.0266
X
= 14.857 mg/L
Etanol
Y
0.205
X

= 0.0042 X + 0.0266
= 0.0042 X + 0.0266
= 42.476 mg/L

b. Kandungan total fenolik

Total fenolik =

Rata-rata
kandungan total
fenolik
2.971 ± 0.000
3.376 ± 0.236
3.923 ± 0.404
8.447 ± 0.067
8.661 ± 2.188
10.828 ± 2.693

22

Lampiran 4, (Lanjutan)
Keterangan:
X
FP
Bobot awal sampel

= Kandungan fenolik awal
= Faktor pengenceran
= 0.005 g

Contoh perhitungan ekstrak air
Direbus 3’ ulangan 1
Total fenolik =
Contoh perhitungan ekstrak etanol
Direbus 3’ ulangan 1
Total fenolik =
= 8.495

= 2.971

23

Lampiran 5 Uji kadar flavonoid total daun pepaya
Absorban standar katekin pada kandungan total flavonoid
Absorban (λ 510 nm)
0.012
0.036
0.059
0.097
0.128
0.156

J