Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Rugi – Rugi Daya

13 membuat kinerja dari tap changer lebih dapat diminimalisasi sehingga kehandalan dari tap changer ataupun lifetime-nya menjadi bertambah,sehinga dapat menjadi ekonomis. Dalam hal ini tugas akhir ini, berfokus pada saluran distribusi primer pada PT. PLN PERSERO Rayon Binjai Timur, sehingga secara penelitian, peneliti membahas persoalan ini yang dikarenakan berdasarkan pengamatan dari peneliti secara sementara berhubung peneliti berdomisili di daerah yang dilayani PT. PLN PERSERO Rayon Binjai Timur, tegangan jatuhnya melebihi 5 sehingga harapan kedepannya dapat diaplikasikan oleh PT. PLN PERSERO khususnya Rayon Binjai Timur. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah dengan membuat analisa dan perhitungan rugi – rugi dan tegangan jatuh pada penyulang Feeder yang kemudian disesuaikan dengan perhitungan berdasarkan Voltage Drop Tegangan Jatuh yang sesuai standar PT. PLN Persero, dan upaya untuk mendapatkan hal tersebut adalah diperlukan suatu letak dari saluran yang sesuai dengan penempatan dari transformator distribusi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Berapa tegangan jatuh pada saluran distribusi dari GI Paya Geli sampai pada transformator distribusi Rayon Binjai Timur pada saat beban puncak. 2. Berapa rugi – rugi daya pada saluran saluran distribusi dari GI Paya Geli sampai pada transformator distribusi Rayon Binjai Timur pada saat beban puncak. 3. Dimana penempatan transformator distribusi untuk transformator distribusi yang tegangan jatuh pada sisi primernya lebih besar dari standar PT. PLN PERSERO.

1.3. Batasan Masalah

Universitas Sumatera Utara 14 Agar isi dan pembahasan Tugas Akhir ini menjadi terarah dan dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan masalah yang akan dibahas. Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Hanya membahas tegangan jatuh pada saluran distribusi primer yang dilihat dari panjang saluran distribusi primer dari GI sampai pada transformator distribusi. 2. Tidak membahas tegangan jatuh pada sisi saluran distribusi sekunder. 3. Pembahasan tegangan jatuh hanya pada saluran GI Binjai menuju PT. PLN PERSERO Rayon Binjai Timur. 4. Tidak Membahas faktor ketidakseimbangan beban. 5. Transformator pada hal ini yang digunakan adalah transformator tiga Phase. 6. Tidak membahas tentang sistem proteksi.

1.4. Tujuan

Mengoptimalkan kinerja transformator distribusi dengan cara mengatur agar jatuh tegangan pada saluran distribusi tidak melebihi standar dari PT. PLN PERSERO pada umumnya dan pada saluran distribusi PT. PLN PERSERO Rayon Binjai Timur untuk memberi penyaluran tenaga listrik yang baik bagi konsumen. BAB II Universitas Sumatera Utara 15 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Distribusi

Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar seperti gardu transmisi dengan konsumen tenaga listrik. Secara umum yang termasuk ke dalam sistem distribusi antara lain, : 1. Gardu Induk GI 2. Jaringan Distribusi Primer 3. Gardu Distribusi Transformator 4. Jaringan Distribusi Sekunder Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen diperlukan suatu jaringan tenaga listrik. Sistem jaringan ini terdiri dari jaringan transmisi dan jaringan distribusi. Dalam sistem distribusi pokok permasalahan tegangan muncul karena konsumen memakai peralatan dengan tegangan muncul karena konsumen memakai peralatan listrik yang tegangannya sudah ditentukan besarnya. Apabila tegangan sistem terlalu tinggi atau rendah sehingga melewati batas – batas toleransi maka akan mengganggu dan selanjutnya merusak peralatan konsumen. Jika kita meninjau secara umum,ada empat unsur yang terdapat dalam sistem tenaga listrik, yakni: a adanya unsur pembangkit tenaga listrik yang umumnya tegangan yang dihasilkan berupa Tegangan menengah; Universitas Sumatera Utara 16 b suatu sistem transmisi yang dilengkapi dengan adanya perangkat Gardu Induk, karena jaraknya yang biasa jauh, sehingga kita memerlukan penggunaan tegangan tinggi ataupun tegangan ekstra tinggi; c adanya saluran distribusi, yang biasanya terdiri dari saluran distribusi primer yang dengan tegangan menengah dan saluran distribusi sekunder yang merupakan dengan menggunakan tegangan rendah. d adanya unsur pemakai tenaga listrik atau konsumen tenaga listrik baik skala industri dengan tegangan menengah, maupun rumah tangga dengan tegangan rendah. Untuk proses dari Sistem Tenaga Listrik mulai dari pembangkit sampai ke konsumen dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Proses dari Sistem Tenaga Listrik Mulai dari Pembangkit sampai ke konsumen. Universitas Sumatera Utara 17 Di Indonesia, menurut Abdul Kadir 2006, tegangan yang dihasilkan Pembangkit tenaga listrik berkisar 6KV s.d 20 KV, kemudian karena letak pembangkit tenaga listrik jauh dari konsumen, maka energi listrik harus diangkut melalui saluran transmisi dengan tegangan yang dinaikkan dengan transformator step up menjadi 70 KV, 150 KV, 275 KV dan bahkan untuk tegangan ekstra tinggi 500 KV. Kemudian, setelah mendekat kepada pemakai tenaga listrik, maka tegangan diturunkan dengan tranformator step down menjadi tegangan menengah 20 KV yang dilakukan di GI, ini disebut sebagai saluran distribusi primer, kemudian melalui transformator distribusi diturunkan menjadi tegangan rendah, yakni 220380 Volt yang kemudian disebut sistem distribusi sekunder. Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan konsumen adalah sistem distribusi. Juga sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang paling banyak mengalami gangguan, sehingga masalah utama dalam operasi sistem distribusi adalah mengatasi gangguan. Disamping itu masalah tegangan, bagian – bagian instalasi yang berbeban lebih dan rugi – rugi daya dalam jaringan merupakan masalah yang perlu dicatat dan dianalisa secara terus menerus, untuk dijadikan masukan bagi perencanaan pengembangan sistem dan juga untuk melakukan tindakan – tindakan penyempurnaan pemeliharaan dan penyempurnaan operasi sistem distribusi. Universitas Sumatera Utara 18

2.1.1 Jenis Sistem Distribusi

Sistem distribusi seperti yang diketahui, terdapat dua penggolongan, yaitu distribusi primer yang memakai tegangan menengah, dan distribusi sekunder yang memakai tegangan rendah.

2.1.1.1 Distribusi Primer

Distribusi Primer adalah jenis sistem distribusi yang menggunakan tegangan menengah. Pada sistem distribusi primer terdapat beberapa rangkaian sistem distribusi primer,yaitu: i. Sistem Radial, Sistem distribusi dengan pola radial seperti Gambar 2.2 adalah sistem distribusiyang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial. Gambar 2.2. Konfigurasi Jaringan Radial Universitas Sumatera Utara 19 Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain. Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran. ii. Sistem Loop Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran Loop seperti Gambar 2.3. dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik. Gambar 2.3. Konfigurasi Sistem Loop Universitas Sumatera Utara 20 iii. Sistem Jaringan Spindel Sistem Spindel seperti pada Gambar 2.4. adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang feeder yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung GH. Gambar 2.4. Konfigurasi Sistem Spindel Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan express yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah JTM yang menggunakan kabel tanahsaluran kabel tanah tegangan menengah SKTM. Universitas Sumatera Utara 21 Namun pada pengoperasiannya, sistem spindel berfungsi sebagai sistem radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah TR atau tegangan menengah TM. iv. Sistem Hantaran Penghubung Tie Line Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.5. umumnya digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain-lain. Gambar 2.5. Konfigurasi Sistem Tie Line Hantaran Penghubung Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic Change Over Switch Automatic Transfer Switch , dan setiap penyulang terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang lain.

2.2. Gardu Distribusi

Gardu trafo distribusi berlokasi dekat dengan konsumen. Transformator dipasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan transformator dan sistemnya, gardu dilengkapi dengan unit-unit pengaman. Karena tegangan yang masih tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu beban secara langsung, kecuali pada beban yang didisain khusus, maka digunakan transformator penurun tegangan step down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah 400230Volt. Gardu trafo distribusi ini terdiri dari dua sisi, yaitu : sisi primer Universitas Sumatera Utara 22 dan sisi sekunder. Sisi primer merupakan saluran yang akan mensuplay ke bagian sisi sekunder. Unit peralatan yang termasuk sisi primer adalah : a. Saluran sambungan dari SUTM ke unit transformator primer trafo. b. Fuse cut out. c. Ligthning arrester. Gardu trafo distribusi ditunjukkan pada Gambar 2.10. Gambar 2.10. Gardu Trafo Distribusi 2.3. Sistem Tiga Fasa Kebanyakan dari sistem teanga listrik dibangun dengan tiga fase. Yang menjadi alasana nya didasarkan pada alasan – alasan yang ekonomis dan juga kestabilan aliran daya pada beban. Alasan ekonomis dikarenakan bahwa sistem tiga fasa, penggunaan penghantar untuk transmisi menjadi lebih sedikit, sedangkan untuk kestabilan dikarenakan pada sistem tiga fasa daya yang mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem phasa tunggal, sehingga untuk peralatan dengan catu tiga fasa, daya sistem akan lebih stabil bila dibandingkan dengan peralatan dengan sistem satu fasa. Sistem dari tiga fasa Universitas Sumatera Utara 23 atau lebih , secara umum akan memunculkan sistem yang lebih kompleks, namun secara prinsip untuk analisa, sistem tetap mudah dilaksanakan. Pada sistem tenaga listrik tiga fasa, idealnya daya listrik yang dibangkitkan, disalurkan, dan diserap oleh beban semuanya seimbang. Pada tegangan yang seimbang terdiri dari satu fasa yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama tetapi antara 1 fasa dengan fasa lainnya berbeda 120 listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60 , dan dapat dihubungkan secara bintang Y, wye atau segitiga delta, Δ,D. Gambar 2.11 Sistem Tiga Fasa Gambar tersebut menunjukkan fasor diagram darik tegangan fase. Bila fasor – fasor tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan dengan arah berlawanan jarum jam arah positif, maka nilai maksimum positif dari fase terjadi berturut – turut untuk fase V 1 , V 2, dan V 3. Sistem ini dikenal sevagai sistem yang mempunyai urutan fasa a – b – c. Sistem tiga fasa ini dibangkitkan oleh generator sinkron 3 fasa. Universitas Sumatera Utara 2 satu termi tegan netra tegan fasa y 2.3.2 mem

2.3.1 Hubun

Pada hub dan menjad inal a – b –c ngan tiap al. Tegangan ngan “fasa” Dengan yang seimb

2. Hubunga

Pada hub mbentuk hub ngan Binta bungan bint di titik netra c mempuny n . Gamb adanya salu bang dengan an Segitiga bungan segi bungan segit ang Y,wye tang Y,wye al atau binta yai besar ma bar 2.12. H uran titik n n magnitude I a = itiga delta tiga 3 Fasa. e, ujung – u ang. Tegang agnitude dan Hubungan B netralnya, ju enya akar I line = I fase = I b = I c , Δ,D ketiga ujung tiap f gan antara du n beda fasa Bintang Y uga memben 3 dikali ma e a fasa saling fasa dihubun ua terminal yang berbe termina V a , V b , , wye ntuk sistem gnitude dar g dihubungk ngkan menj dari tiga eda dengan al terhadap t , V c disebut tegangan ti ri tegangan f 1.2 1.3 kan sehingg 24 jadi titik t iga fasa. ga Universitas Sumatera Utara fasa k sama terse 2.4. deng phasa Dengan karena tega a, maka: Tetapi ar ebut dapat d Daya dala Daya Sesa gan frekuens Persamaan a seimbang Gamb tidak adany angan salura rus saluran iperoleh den am Sistem aat pada sua si dua kali d P V I Co n 1. Diatas . Stu – satun ar 2.13. Hu ya titik netr an dan tegan V line = V dan arus fas ngan mengg I line = a Tiga Fasa atu sumber s dari frekuen os ∅ V I C s dapat diter nya perubah ubungan Se ral, maka be ngan fasa m V fasa sa tidak sam gunakan hu akar 3 I fase = sinusoidal s nsi sumbern Cos rapkan pada han yang di egitiga del esarnya tega mempunyai b ma dan hubu ukum kircho =1,73 I fase satu fasa jug ya. Maka : ∅ a setiap pha iperlukan a ta, Δ,D angan salura besar magni ungan antar off, sehingga ga berbentuk Watt asa dalam su adalah adany an dihitung nitude yang 1.4 ra kedua aru a: 1.5 k sinusoida 1.6 uatu sistem ya pergeses 25 antar us al tiga seran Universitas Sumatera Utara 26 fasa 120 diantara fasa – fasanya itu. Sesuai dengan hal tersebut, untuk masing – masing fasa dapat ditulis : P V I Cos ∅ V I Cos ∅ Watt 1.7 P V I Cos ∅ V I Cos ∅ Watt 1.8 P V I Cos ∅ V I Cos ∅ Watt 1.9 Dengan fasa R dipilih sebagai fasa acuan V P dan I p menyatakan nilai – nilai efektif tegangan fasa, dan arus fasanya serta ∅ menyatakan sudut impedansi beban tiga fasa seimbang yang menyerap daya. Jadi daya sesaat keseluruhannya adalah : P = P R + P S + P T Watt 1.10 P = 3 V P I P Cos ∅ - V P I P [ Cos 2 ωt- ∅ + Cos 2ωt - ∅ - 120 + Cos 2 ωt-∅ - 240 ] Watt 1.11 P = 3 V P I P Cos ∅ Watt 1.12 Untuk suatu sistem tiga fasa yang dihubungkan secara Y, maka : V 1 = √ V P Volt 1.13 I 1 = I p Ampere 1.14 Untuk suatu sistem tiga fasa yang dihubungkan secara Δ, maka : V 1 = V p Volt 1.15 I 1 = √ I P Ampere 1.16 Universitas Sumatera Utara 27 Untuk hubungan Y, dengan menggunakan persamaan 1. dan persamaan 1. maka didapatkan : P = 3 √ I 1 Cos ∅ - √ V 1 I 1 Cos ∅ Watt 1.17 Untuk hubungan Δ, dengan menggunakan persamaan 1. dan persamaan 1. maka didapatkan : P = 3 √ I 1 Cos ∅ - √ V 1 I 1 Cos ∅ Watt 1.18 Tampak bahwa kedua pernyataan diatas menunjukkan bahwa daya dalam suatu sistem tiga phasa adalah sama, baik untuk hubungan Y ataupun Δ bila dayanya dinyatakan dalam besaran – besaran saluran tetapi perlu diingat bahwa ∅ menyatakan sudut impedansi beban perfasa dan bukan sudut antara V 1 dengan I 1.

2.5. Rugi – Rugi Daya

Dalam proses transmisi dan distribusi tenaga listrik seringkali dialami rugi-rugi daya yang cukup besar yang diakibatkan oleh rugi – rugi pada saluran dan juga rugi – rugi pada transformator yang digunakan. Kedua jenis rugi – rugi daya tersebut memberikan pengarug yang besar terhadap kualitas daya serta tegangan yang dikirimkan ke sisi konsumen. Nilai tegangan yang melebihi batas toleransi akan dapat menyebabkan tidak optimalnya kerja dari peralatan listrik di sisi konsumen. Selain itu rugi – rugi daya yang besar akan menimbulkan kerugian finansial di sisi perusahaan pengelola listrik. Universitas Sumatera Utara 28 Yang dimaksud dengan rugi – rugi adalah perbedaan antara daya listrik yang disalurkan Ps dengan daya listrik yang terpakai Pp. Losses Rugi – Rugi daya = x 100 1.19 a Rugi – Rugi daya pada penghantar phasa Apabila arus listrik mengalir pada suatu konduktor, maka pada saluran, terjadi rugi – rugi menjadi panas, karena pada saluran tersebut terdapat suatu resistansi. Rugi – Rugi dengan beban terpusat diujung dirumuskan : ∆ I R Cos ∅ X Sin ∅ L 1.20 ∆P I R L 1.21 Akan tetapi jika beban tersebut terdistribusi merata di sepanjang saluran distribusi, maka rugi – rugi daya yang timbul adalah : ∆V R Cos ∅ X Sin ∅ L 1.22 ∆P R L 1.23 dimana : ∆V = Jatuh Tegangan ,V ∆ P = Rugi – Rugi Daya ,Watt I = Arus yang mengalir pada saluran distribusi , A Universitas Sumatera Utara 29 R = Tahanan pada Saluran distribusi , Ωkm X = Reaktansi pada saluran distribusi , Ω km L = Panjang dari saluran distribusi , km Cos ∅ = Faktor daya beban b Rugi – Rugi Daya Akibat beban tidak seimbang Apabila pembebanan pada setiap fasa pada saluran distribusi tidak seimbang, mengakibatkan arus mengalir pada penghantar netral. Pada penghantar netral terdapat resistansi, maka akan dialiri oleh arus listrik. Hal ini menyebabkan penghantar netral bertegangan yang dapat mengakibatkan tegangan pada transformator distribusi tidak seimbang. Oleh karena arus mengalir pada penghantar netral, maka akan menyebabkan rugi – rugi daya disepanjang penghantar netral, yakni : ∆P I R 1.24 dimana : ∆P Rugi Rugi Daya pada penghantar netral , Watt I Arus yang mengalir pada penghantar Netral , A R Tahanan pada penghantar Netral , Ω c Rugi – Rugi Daya pada Sambungan yang Tidak Baik Universitas Sumatera Utara 30 Rugi – Rugi ini terjadi karena disepanjang saluran tegangan rendah terdapat beberapa sambungan, yang diantara lain adalah sebagai berikut : 1. Sambungan Jaringan tegangan rendah dengan kabel NYFGBY 2. Percabangan saluran pada jaringan tegangan rendah 3. Percabangan untuk sambungan pelayanan Besar dari rugi – rugi daya akibat dari sambungan ini adalah : ∆P I R 1.25 dimana : ∆P Rugi Rugi daya akibat sambungan , Watt I = Arus yang mengalir pada sambungan , A R = Besar tahanan pada sambungan , Ω Universitas Sumatera Utara 31

BAB III Metodologi Penelitian

3.1. Peninjauan Letak Ulang Transformator Distribusi pada Saluran Distribusi

Tujuan dari penggunaan transformator distribusi adalah untuk mengurangi tegangan utama dari sistem distribusi listrik untuk tegangan pemanfaatan penggunaan konsumen.Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down 20kV400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380 V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada tegangan rendahnya dibuat diatas 380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V. Sebuah transformator distribusi perangkat statis yang dibangun dengan dua atau lebih gulungan digunakan untuk mentransfer daya listrik arus bolak-balik oleh induksi elektromagnetik dari satu sirkuit ke yang lain pada frekuensi yang sama tetapi dengan nilai-nilai yang berbeda tegangan dan arusnya. Untuk Transformator distribusi yang terpasang pada tiang dapat dikategorikan menjadi :  Conventional transformers  Completely self-protecting CSP transformers  Completely self-protecting for secondary banking CSPB transformers  Conventional transformers tidak memiliki peralatan proteksi terintegrasi terhadap petir,gangguan dan beban lebih sebagai bagian dari trafo. Oleh karena itu dibutuhkan fuse cutout untuk menghubungkan conventional transformers dengan jaringan distribusi primer. Lightning arrester juga perlu ditambahkan untuk trafo jenis ini.  Completely self-protecting CSP transformers memiliki peralatan proteksi terintegrasi terhadap petir, baban lebih, dan hubung singkat. Lightning arrester terpasang langsung pada tangki trafo sebagai proteksi terhadap petir. Untuk Universitas Sumatera Utara