Strategi Pengembangan Agroindustri Pepaya Gunung (Carica pubescens) Studi Kasus di UKM X, Kabupaten Wonosobo

i

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PEPAYA
GUNUNG (Carica pubescens) STUDI KASUS DI UKM X
KABUPATEN WONOSOBO

RINA NGUMRIANA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan

Agroindustri Pepaya Gunung (Carica pubescens) Studi Kasus di UKM X
Kabupaten Wonosobo adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor

Bogor, Februari 2015

Rina Ngumriana
NIM F34100094

iv

v

ABSTRAK
RINA NGUMRIANA. Strategi Pengembangan Agroindustri Pepaya Gunung

(Carica pubescens) Studi Kasus di UKM X, Kabupaten Wonosobo. Dibimbing
oleh SUKARDI.
Carica merupakan buah khas Dataran Tinggi Dieng yang tidak ditemukan di
daerah lain. Salah satu unit usaha yang mengolah buah carica adalah UKM X.
Produk yang dihasilkan dikenal sebagai oleh – oleh khas Wonosobo. Usaha
pengolahan carica berpotensi dikembangkan menjadi industri skala besar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktor – faktor
internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman
bagi UKM. Selain itu juga merumuskan alternatif strategi bagi UKM dalam
pengembangan usaha. Metode pengolahan dan analisis data terdiri dari analisis
deskriptif, dan analisis lingkungan perusahaan yang terdiri dari tahap input, tahap
pencocokan, serta tahap keputusan. Alat bantu analisis yang digunakan untuk
merumuskan strategi adalah matriks IFE dan EFE pada tahap input, matriks IE
dan SWOT pada tahap pencocokan, serta matriks QSP pada tahap keputusan.
Matriks IFE dan EFE menunjukkan total bobot skor rata – rata sebesar
2.7279 dan 3.3110. Hasil pencocokan pada matriks IE menempatkan posisi UKM
X pada sel ke – II yaitu tahap tumbuh dan berkembang (grow and build).
Kemudian dari matriks SWOT diperoleh tujuh alternatif strategi dan dari hasil
matriks QSP diperoleh prioritas strategi secara berturut – turut, yaitu (1)
melakukan kerjasama dengan lembaga penelitian di Wonosobo maupun institusi

pendidikan (STAS = 6.0362); (2) meningkatkan kapasitas produksi olahan carica
untuk memperluas jangkauan pemasaran (STAS = 5.9296); (3) meningkatkan
jumlah variasi produk dari hasil samping produk utama (STAS = 5.8350); (4)
mengoptimalkan kegiatan promosi dan pemasaran yang lebih efektif dan intensif
(STAS = 5.5680); (5) meningkatkan penjualan dan loyalitas konsumen dengan
memberikan pelayanan terbaik, serta perbaikan mutu berkelanjutan (STAS =
5.3119); (6) melakukan kontrak kerja sama dengan pemasok buah carica dan
membantu petani dalam usaha pengembangan budidaya carica (STAS = 5.2316);
(7) memperbaiki sistem manajerial terutama di bidang keuangan dan operasional
yang sesuai dengan lingkungan eksternal maupun internal perusahaan (STAS =
4.5985).
Kata kunci : carica, manajemen strategi, pengembangan usaha, UKM

vi

vii

ABSTRACT

RINA NGUMRIANA. Strategy of the Agro-Industry Development of Processed

Mountain Papaya (Carica pubescens) Based on a Case Study of SMEs X in
Wonosobo Regency. Supervised by SUKARDI.
Carica is a typical fruit of Dieng Plateau, which cannot be found in other
areas. One of the business units that process carica fruit is SME X, The products
are known as typical food of Wonosobo. Carica processing business is potential to
be developed into a large-scale industry. The objective of this study was to
analyze and identify internal as well as external factors that posed as the strengths,
weaknesses, opportunities and threats of SMEs. In addition, it also tried to
formulate an alternative strategy for SMEs in business development. The methods
of data processing and analysis consisted of descriptive analysis and the analysis
of enterprise environment, comprising the input stage, the matching stage, and the
decision stage. The analysis tools used to formulate the strategy were IFE and
EFE matrices at the input stage, IE and SWOT matrix at the matching stage, and
QSP matrix at the decision stage.
IFE and EFE matrices showed the total weight of average scores of 2.7279
and 3.3110. The result of the matching with IE matrix put SMEs X at the position
of cell two, namely the growing and developing stage. Based on the SWOT
matrix, there were seven alternative strategies obtained, and Based on the result of
QSP matrix, there were seven strategic priorities obtained: (1) cooperating with
not only a research and development center in Wonosobo but also educational

institutions (STAS = 6.0362); (2) increasing the production capacity of processed
carica to extend the marketing reach (STAS = 5.9296); (3) increasing the number
of product variations and the byproduct of the main product (STAS = 5.8350); (4)
optimizing promotional and marketing activities to be more effective and
intensive (STAS = 5.5680); (5) increasing sales and customer loyalty by providing
the best service and continuous quality improvement (STAS = 5.3119); (6)
conducting contracts with the suppliers of carica fruit and assisting farmers in the
development of carica farming (STAS = 5.2316); (7) improving the managerial
system, especially in finance and operations in accordance with the company's
internal and external environment (STAS = 4.5985).
Keywords: carica, management strategy, business development, SME

viii

ix

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PEPAYA
GUNUNG (Carica pubescens) STUDI KASUS DI UKM X
KABUPATEN WONOSOBO


RINA NGUMRIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

x

xi

Judul Skripsi
Nama

NIM

: Strategi Pengembangan Agroindustri Pepaya Gunung (Carica
pubescens) Studi Kasus di UKM X, Kabupaten Wonosobo
: Rina Ngumriana
: F34100094

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sukardi, MM
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

i


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil terselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 hingga Agustus 2014 ini ialah
strategi pengembangan bisnis agroindustri, dengan judul Strategi Pengembangan
Agroindustri Pepaya Gunung (Carica pubescens) Studi Kasus di UKM X,
Kabupaten Wonosobo.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan sekaligus penyusunan laporan Tugas Akhir ini
kepada:
1. Suami tercinta Danu Oktoriadi, Ayah, Ibu dan Adik yang senantiasa
memberikan doa, nasehat, kasih sayang, dan motivasinya untuk penulis.
2. Bapat Prof. Dr. Sukardi, MM selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan dan pengarahannya.
3. Bapak Faqihudin dan Bapak Arif Darmawan selaku dosen penguji di ujian
skripsi.
4. Bapak Trisila selaku pemilik UKM X serta seluruh karyawan yang sudah
bayak membantu penulis selama penelitian.
5. Mbah Lek yang sudah bersedia direpotkan, menyediakan bekal dan antar

jemput selama penelitian.
6. Teman-teman terdekat, teman kosan, dan organisasi yang telah menemani harihari penulis selama menuntut ilmu S1 di IPB.
7. Ibu Nurmar Aisyah selaku Kepala Bidang Pemberdayaan UMKM Dinas
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Wonosobo yang telah
bersedia meluangkan waktunya sebagai responden pihak eksternal.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Allah SWT berkenaan membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu dengan balasan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik
yang membangun sangat diharapkan oleh penulis, agar laporan ini lebih
bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca.

Bogor, Februari 2015

Rina Ngumriana

vi

vii


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

vii

DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

3

METODOLOGI

3

Lokasi dan Waktu Penelitian

3

Metode Penentuan Responden

3

Data dan Instrumentasi Penelitian

4

Metode Pengolahan dan Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

11

Gambaran Umum Perusahaan

11

Analisis Lingkungan Internal

15

Analisis Lingkungan Eksternal

21

Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan

29

Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman

32

Tahap Pencocokan

35

Tahap Keputusan(Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix – QSPM ) 43
SIMPULAN DAN SARAN

44

Simpulan

44

Saran

45

DAFTAR PUSTAKA

46

LAMPIRAN

47

RIWAYAT HIDUP

70

viii

DAFTAR TABEL

1 Penilaian bobot faktor strategi internal
2 Penilaian bobot faktor strategi Eksternal
3 Matriks evaluasi faktor internal (Matrik IFE)
4 Matriks evaluasi faktor eksternal (Matriks EFE)
5 Format Matriks SWOT
6 Matriks QSP (QSPM)
7 PDRB harga berlaku Kabupaten Wonosobo tahun 2011 – 2013
8 PDRB harga konstan Kabupaten Wonosobo tahun 2011 - 2013
9 Perkembangan harga gula nasional tahun 2010 - 2013
10 Jumlah wisatawan Kabupaten Wonosobo tahun 2009 – 2013
11 Variasi produk olahan carica di Kabupaten Wonosobo
12 Faktor kekuatan dan kelemahan UKM X
13 Analisis matriks IFE UKM X
14 Faktor peluang dan ancaman UKM X
15 Analisis matriks EFE UKM X
16 Hasil analisis SWOT UKM X
17 Hasil analisis QSPM UKM X

5
6
7
7
9
10
21
22
22
23
28
30
31
33
34
37
43

DAFTAR GAMBAR
1 Matriks internal eksternal (IE)
2 Struktur organisasi UKM X
3 Matriks IE UKM X

8
13
35

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Proses produksi manisan carica
Dokumentasi proses pembuatan manisan carica
Penentuan bobot terhadap faktor - faktor strategis internal
Nilai bobot dan rangking faktor strategi internal rata – rata
Penentuan peringkat faktor internal strategis
Penentuan bobot terhadap faktor - faktor strategis eksternal
Nilai bobot dan rangking faktor strategi eksternal rata – rata
Penentuan peringkat faktor strategi eksternal
Analisis matriks QSP UKM X

48
49
51
54
55
58
61
62
64

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Industri olahan carica merupakan salah satu industri pengolahan buah yang
cukup berkembang dan menjadi unggulan di Kabupaten Wonosobo. Buah carica
sebagai bahan baku utama merupakan salah satu komoditas buah – buahan yang
tidak mudah ditemukan di daerah lain, namun tumbuh subur di Dataran Tinggi
Dieng, Kabupaten Wonosobo (Hidayat 2000). Buah carica memiliki citarasa unik,
bau harum yang khas, dan daging buah yang kenyal. Buah ini juga mengandung
kalsium, gula, vitamin A, C, dan E (Dorothy dan Hargreaves 1964, diacu dalam
Hidayat 2000) sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan. Namun, karakteristik
buah carica membuat buah ini hanya enak dimakan setelah diolah lebih lanjut. Hal
ini disebabkan jika dikonsumsi secara langsung buah terasa asam dan sedikit
pahit, meskipun buah sudah matang. Selain itu daging buah juga mengandung
banyak getah yang menyebabkan gatal apabila mengenai bibir, mulut, dan kulit
(Distan Kabupaten Wonosobo 2008). Buah carica juga termasuk dalam komoditi
pertanian yang tidak tahan lama atau sangat cepat mengalami kerusakan bila
disimpan dalam keadaan segar. Oleh karena itu, adanya upaya pengolahan lebih
lanjut sangat membantu memperpanjang masa simpan buah sehingga dapat
dikonsumsi kapan saja, lebih praktis, dan memberi nilai tambah terhadap buah.
Keberadaan industri olahan carica telah lama ada di Kabupaten Wonosobo
dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Salah satu UKM yang
mengolah buah carica yaitu UKM X. Produk yang dihasilkan oleh industri ini
dikenal sebagai makanan khas unggulan daerah Wonosobo. Saat ini
perkembangan industri olahan carica di Kabupaten Wonosobo didukung oleh
potensi tanaman carica yang semakin meningkat. Berdasarkan data Dinas
Pertanian Kabupaten Wonosobo (2011), jumlah tanaman carica di Dataran Tinggi
Dieng meningkat yaitu mencapai 30 000 batang pohon dengan luas lahan tanam
115.77 ha dan total produksi sebanyak 362.28 ton. Potensi pengembangan dapat
mencapai 120 000 batang dengan cara monokultur, tanaman sela/ tumpang sari
dan terasering.
Pengembangan industri kecil olahan carica di Kabupaten Wonosobo
mempunyai prospek yang sangat baik karena didukung oleh beberapa faktor, yaitu
1) tanaman carica berpotensi untuk dikembangkan menjadi industri skala besar
karena banyak varian produk yang dapat dihasilkan, 2) peluang pasar yang
menjanjikan yaitu produk terkenal sebagai makanan khas daerah semakin banyak
diminati masyarakat terutama para wisatawan yang berkunjung ke daerah
Wonosobo, 3) dukungan dari masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan
jumlah tanaman carica karena selain mempunyai nilai ekonomis yang tinggi juga
dapat dijadikan tanaman konservasi lahan, 4) manfaat kesehatan dari kandungan
buah carica yang dapat dijadikan alternatif minuman/ makanan kesehatan yang
enak dan menyehatkan.

2

Perumusan Masalah
UKM pengolah carica berpotensi untuk dikembangkan menjadi industri
dengan skala yang lebih besar. Perancangan strategi pengembangan usaha
dibutuhkan agar dapat mengambil strategi yang sesuai dengan lingkungan internal
dan eksternal perusahaan. Berdasarkan wawancara dengan pihak internal UKM
X, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam usaha pengolahan carica. Akses
industri terhadap bahan baku berupa buah carica kurang terjamin yang
diakibatkan oleh sifat tanaman carica yang merupakan tanaman musiman
sehingga ketersediaannya seringkali langka pada musim – musim tertentu.
Meskipun saat ini sebenarnya jumlah pohon maupun luas lahan budidaya tanaman
carica telah meningkat di Dataran Tinggi Dieng. Kualitas buah carica dari petani
juga tidak seragam sehingga untuk membuat produk yang berkualitas proses
sortasi harus teliti dan lebih banyak limbah yang dihasilkan. Kendala lain yaitu
adanya limbah dari hasil olahan pepaya gunung yang belum sepenuhnya
dimanfaatkan oleh pihak UKM sehingga nilai tambah dari limbah yang dihasilkan
masih kecil. Selain itu, UKM X juga menghadapi persaingan dengan industri
sejenis lainnya yang semakin kompetitif mengingat jumlah UKM pengolah carica
yang terdapat di Kabupaten Wonosobo semakin meningkat.
Perumusan strategi membutuhkan serangkaian proses analisis internal dan
eksternal untuk mengidentifikasi faktor – faktor yang berkaitan erat dengan
pengembangan usaha olahan carica di UKM X. Berdasarkan uraian di atas maka
permasalahan yang dapat dirumuskan adalah:
1) Apa sajakah faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan bagi
industri kecil olahan carica di UKM X?
2) Apa sajakah faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman bagi
industri kecil olahan carica di UKM X?
3) Bagaimanakah alternatif strategi dan prioritas strategi dalam pengembangan
usaha industri kecil olahan carica di UKM X?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Menganalisis dan mengidentifikasi faktor – faktor internal yang menjadi
kekuatan dan kelemahan UKM X.
2. Menganalisis dan mengidentifikasi faktor – faktor eksternal yang menjadi
peluang dan ancaman yang dihadapi UKM X.
3. Merumuskan alternatif dan prioritas strategi pengembangan usaha pengolahan
pepaya gunung di UKM X.

3

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencakup analisis faktor internal dan eksternal yang menjadi
kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi perusahan. Selanjutnya
dilakukan formulasi strategi pengembangan usaha pada UKM X dengan matriks
IE dan SWOT. Tahap alternatif pengambilan keputusan dirumuskan dengan
matriks QSPM. Sedangkan tahap implementasi strategi diserahkan sepenuhnya
kepada pengambil keputusan, yaitu pihak internal UKM.

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada UKM X yang beralamat di Jalan Dieng Km 35,
Desa Krasak Kecamatan Mojo Tengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa UKM X merupakan usaha yang memiliki potensi untuk berkembang dalam
bidang pengolahan carica. Waktu penelitian akan dilaksanakan selama 2 bulan,
yaitu pada bulan Juli sampai Agustus 2014.

Metode Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Menurut
David (2006), dalam analisis ini untuk menentukan responden tidak ada jumlah
minimal yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan seorang
yang ahli dalam bidangnya. Responden adalah orang – orang yang mengenal betul
dinamika bisnis yang dijalani. Responden internal meliputi pemilik UKM X,
kepala bagian pemasaran dan kepala bagian produksi. Pemilihan responden
internal dilakukan dengan alasan bahwa responden tersebut mengetahui secara
baik mengenai kondisi perusahaan maupun perkembangan industri, strategi yang
diterapkan dan memiliki wewenang mengenai data – data yang dibutuhkan dalam
penelitian. Responden pihak eksternal yaitu Kepala Bidang Pemberdayaan
UMKM Dinas KUKM Kabupaten Wonosobo. Adanya keterlibatan pihak
eksternal dalam penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi
yang lebih objektif.

4

Data dan Instrumentasi Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi langsung, pengisian kuisioner,
wawancara mendalam, dan diskusi dengan pihak internal dan eksternal. Data
primer yang diperlukan yaitu data manajemen, pemasaran, keuangan dan
akuntansi, produksi, dan sumber daya manusia di UKM X. Selain itu juga
dibutuhkan data primer dari sumber eksternal UKM yang dilakukan dengan cara
observasi langsung di lapangan. Data tersebut meliputi lingkungan eksternal
UKM yaitu sosial, ekonomi, budaya, teknologi, kekuatan pesaing, serta politik
dan hukum. Informan dalam pengambilan informasi tentang faktor – faktor
internal ditentukan oleh pihak perusahaan. Tujuan dari pemilihan responden
tersebut adalah adanya anggapan bahwa pihak perusahaan akan lebih mengetahui
faktor – faktor internal dan eksternal apa saja yang dapat mempengaruhi
perusahaan. Wawancara juga dilakukan dengan distributor produk olahan carica
untuk mengetahui faktor – faktor eksternal dengan harapan informasi yang
didapatkan lebih bersifat objektif. Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari
studi pustaka mengenai tanaman carica, permintaan pasar produk carica, UKM
pengolah carica. Data tersebut dapat diperoleh dari instansi yang terkait seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), Perdagangan dan Koperasi yang berkaitan dengan
bidang penelitian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan
analisis lingkungan perusahaan. Tujuan dari metode deskriptif adalah untuk
memberikan gambaran secara sistematis, aktual, dan akurat menganai fakta –
fakta, sifat – sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Analisis dan
pengolahan data dilakukan secara kualitatif melalui pendekatan konsep
manajemen strategi. Alat bantu analisis yang digunakan untuk merumuskan
strategi adalah matriks IFE dan EFE pada tahap input, matriks IE dan SWOT pada
tahap pencocokan, serta matriks QSP pada tahap keputusan. Analisis kualitatif
yang dilakukan di penelitian ini yaitu dengan merumuskan faktor internal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dan faktor eksternal yang menjadi
peluang dan ancaman perusahaan. Setelah itu dilakukan perumusan strategi yang
memungkinkan dengan menggunakan analisis SWOT. Tahap keputusan alternatif
strategi terbaik ditentukan dengan perhitungan menggunakan matriks QSPM.
Sedangkan tahap implementasi strategi merupakan wewenang manajemen
perusahaan.
Tahap Input
Tahap input bertugas menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan dalam
perumusan strategi. Alat bantu yang digunakan pada tahap input yaitu matriks IFE

5

dan matriks EFE. Pada tahap input, faktor kunci hasil analisis internal dan
eksternal dituangkan ke dalam matriks IFE untuk faktor internal dan matriks EFE
untuk faktor eksternal. Terdapat lima tahapan kerja yang dilakukan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam matriks IFE dan EFE sebagai berikut:
1) Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Industri
Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal unit yang
dianalisis dengan melakukan pendaftaran semua kekuatan dan kelemahan.
Daftar harus spesifik dengan menggunakan angka perbandingan. Identifikasi
faktor eksternal yaitu mendaftar semua peluang dan ancaman yang merupakan
faktor eksternal yang dimiliki unit yang dianalisis. Hasil kedua identifikasi
faktor-faktor diatas menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang
selanjutnya akan diberi bobot.
2) Penentukan Bobot Setiap Variabel
Penentuan bobot berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi
strategis unit yang dianalisis dalam suatu daerah tertentu. Penentuan bobot
akan dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor strategis internal
dan eksternal tersebut kepada responden terpilih dengan menggunakan metode
paired comparison. Metode paired comparison adalah suatu metode untuk
membandingkan secara bersamaan dua variabel yang terdapat dalam
seperangkat variabel dan memilih salah satu variabel yang dinilai responden
lebih penting melalui skala penilaian. Metode tersebut digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan
eksternal, yaitu dengan cara membandingkan variabel horizontal terhadap
variabel vertikal. Skala yang digunakan untuk menentukan bobot setiap
variabel yang digunakan dalam pengisian kolom adalah:
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal.
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal.
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dan eksternal dapat dilihat
pada Tabel 1 dan Tabel 2. Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel
horizontal dibandingkankan dengan variabel vertikal (konsisten).
Tabel 1 Penilaian bobot faktor strategi internal
Faktor Strategi Internal
A

A

B

C

D

.....

Total
Xi

B
C
D
..........
Total



Sumber: Kinnear dan Taylor (2001) diacu dalam Budi (2008)

Bobot


1.00

6

Tabel 2 Penilaian bobot faktor strategi Eksternal
Faktor Strategi Eksternal
A

A

B

C

D

.....

Total
Xi

B
C
D
..........
Total



Bobot


1.00

Sumber: Kinnear dan Taylor (2001) diacu dalam Budi (2008)

Bobot setiap variabel diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap variabel
terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus:

Keterangan:
αi
= Bobot variabel ke – i
Xi
= Nilai variabel ke – i
i
= 1, 2, 3, …, n
n
= Jumlah variabel
Σ Xi = Total nilai variabel

αi = ∑

Bobot yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan
tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam
industri. Tanpa memandang apakah faktor kunci itu adalah kekuatan dan
kelemahan atau peluang dan ancaman. Jumlah seluruh bobot yang diberikan harus
sama dengan 1.00.
3) Penentuan Peringkat
Penentuan peringkat oleh responden terpilih dilakukan terhadap variabelvariabel dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur pengaruh dari
masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat
terhadap masing-masing faktor strategis. Penentuan rating pada matriks IFE
untuk faktor kekuatan dan kelemahan menggunakan skala nilai rating sebagai
berikut:
1 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan mayor perusahaan.
2 = jika faktor tersebut merupakan kelemahan minor perusahaan.
3 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan minor perusahaan.
4 = jika faktor tersebut merupakan kekuatan mayor perusahaan.
Sedangkan penentuan rating pada matriks EFE untuk faktor peluang dan ancaman
menggunakan skala nilai rating sebagai berikut:
1 = jika respon perusahaan buruk atau kurang berpengaruh.
2 = jika respon perusahaan cukup atau berpengaruh sedang.
3 = jika respon perusahaan baik atau berpengaruh baik.

7

4

= jika respon perusahaan sangat baik atau berpengaruh sangat baik

4) Tahap selanjutnya adalah mengalikan setiap bobot dengan peringkat pada
setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk
mendapatkan total skor pembobotan. Matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada
Tabel 3 dan Tabel 4. Total skor pembobotan pada matriks IFE akan berkisar
antara 1.0 – 4.0 dengan rata – rata 2.5. Jika total skor pembobotan IFE bernilai
dibawah 2.5 menunjukkan bahwa industri tersebut memiliki posisi internal
yang lemah. Sedangkan jika jumlah skor pembobotan IFE bernilai diatas 2.5
menunjukkan bahwa industri tersebut memiliki posisi internal yang kuat. Jika
total skor 1.0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menutupi
kelemahan yang ada dengan kekuatan yang dimiliki. Jumlah skor 4.0
menunjukkan bahwa industri memanfaatkan kekuatan maupun kelemahan yang
dihadapinya dengan sangat baik.
Tabel 3 Matriks evaluasi faktor internal (Matrik IFE)
Faktor Strategi Internal
Kekuatan
............
............
Kelemahan
............
............
Total
Sumber: David (2006)

Bobot

Rating

Bobot x Skor

Total skor pembobotan pada matriks EFE, jumlah skor bobot faktor
eksternal berkisar antara 1.0 – 4.0 dengan rata – rata 2.5. Jika jumlah skor
pembobotan EFE bernilai dibawah 2.5 menunjukkan bahwa industri tersebut
memiliki posisi eksternal yang lemah. Sebaliknya jika jumlah skor pembobotan
EFE bernilai diatas 2.5 menunjukkan bahwa industri tersebut memiliki posisi
eksternal yang kuat. Jumlah skor pembobotan EFE 1.0 menunjukkan bahwa
industri tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada.
Tabel 4 Matriks evaluasi faktor eksternal (Matriks EFE)
Faktor Strategi Eksternal
Peluang
............
............
Ancaman
............
............
Total

Bobot

Rating

Bobot x Skor

8

Tahap Pencocokan
Tahap pencocokan dilakukan berdasarkan pada informasi yang diturunkan
dari tahap input untuk mencocokkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Pada penelitian ini, tahap pencocokan menggunakan matriks internal dan
eksternal (IE) kemudian dilanjutkan dengan matriks SWOT.
1) Matriks IE menempatkan berbagai divisi organisasi dalam diagram sembilan
sel secara skematis. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu total
rata – rata tertimbang IFE pada sumbu x dan total rata – rata tertimbang EFE
pada sumbu y. Total rata – rata tertimbang yang diturunkan dari masing –
masing divisi memungkinkan pembuatan matriks IE. Pada sumbu x matriks IE
menggambarkan posisi internal dimana total rata-rata tertimbang IFE yang
diberi bobot 1.0 sampai 1.99 menunjukkan posisi internal yang lemah, nilai
2.00 sampai 2.99 dianggap rata – rata, dan nilai 3.0 sampai 4,0 dianggap kuat.
Demikian pula pada sumbu y, untuk total nilai EFE memiliki perhitungan yang
sama. Ilustrasi mengenai matriks IE dapat dilihat pada Gambar 1.
EVALUASI FAKTOR INTERNAL
Rata – rata
2.0– 2.99

Kuat
3.0 – 4.0
EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL

4.0

3.0

Lemah
1.0 – 1.99
2.0

1.0

Tinggi
3.0 – 4.0
3.0

I

II

III

Sedang
2.0 – 2.99
2.0

IV

V

VI

VII

VIII

IX

Rendah
1.0 – 1.99
1.0

Gambar 1 Matriks internal eksternal (IE)
2) Matriks Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT)
Matriks SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi, dengan memaksimalkan kekuatan (Sthrengths) dan
peluang (Opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Jadi, analisis SWOT
membandingkan antara faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan dengan
faktor eksternal berupa peluang dan ancaman (Rangkuti 2006). Format matriks
SWOT dapat dilihat pada Tabel 5.

9

Matriks SWOT didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif akan
memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Analisis matriks SWOT akan menghasilkan beberapa alternatif strategi
yang dapat dipilih perusahan dalam mengembangkan usahanya. Terdapat delapan
langkah dalam membuat matriks SWOT yaitu:
1. Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
2. Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
3. Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
4. Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil
strategi SO dalam sel yang ditentukan.
6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil
strategi WO dalam sel yang ditentukan.
7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil
strategi ST dalam sel yang ditentukan.
8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil
strategi WT dalam sel yang ditentukan.
Tabel 5 Format Matriks SWOT
Kekuatan
(Strength – S)
Kekuatan – kekuatan
internal perusahaan
Peluang
(Opportunities – O)
Peluang – peluang
eksternal perusahaan

Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk
mamanfaatkan peluang

Ancaman
(Threats – T)
Ancaman – ancaman
eksternal perusahaan
Sumber : David (2006)

Strategi ST
Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman

Kelemahan
(Weakness – W)
Kelemahan –
kelemahan internal
perusahaan
Strategi WO
Atasi kelemahan
dengan memanfaatkan
peluang
Strategi WT
Minimalkan
kelemahan dan hidari
ancaman

Tahap Keputusan
Menurut David (2006), terdapat satu teknik yang dapat digunakan untuk
merumuskan alternatif strategi mana yang terbaik, yaitu matriks perencanaan
strategi kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix–QSPM). QSPM
menggunakan input dari analisis tahap satu dan hasil tahap pencocokan dari untuk
menentukan secara objektif di antara alternatif strategi. QSPM memungkinkan
penyusun strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi secara objektif,
berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang telah
diidentifikasi sebelumnya untuk memilih alternatif strategi terbaik. Menurut
David (2006), terdapat enam langkah untuk mengembangkan QSPM, yaitu:

10

1) Membuat daftar kekuatan atau kelemahan dan peluang atau ancaman kunci
perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini diambil secara
langsung dari matriks IFE dan EFE.
2) Memberikan bobot untuk masing – masing faktor eksternal dan internal. Bobot
ini identik dengan yang dipakai dalam matriks IFE dan EFE.
3) Evaluasi matriks tahap pencocokan dan identifikasi alternatif strategi yang
harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan.
4) Menentukan nilai daya tarik (Attractiveness Scores – AS). Nilai daya tarik
ditentukan dengan mengevaluasi masing – masing faktor internal atau eksternal
kunci. Secara spesifik nilai daya tarik harus diberikan untuk masing-masing
strategi untuk mengindikasikan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi
lainnya, dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Jangkauan untuk nilai
daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, 4 =
sangat menarik.
5) Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Scores – TAS). Total nilai
daya tarik didefinisikan sebagai produk dari pengalian bobot (langkah 2) dengan
nilai daya tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Total nilai daya tarik
mengindikasikan daya tarik relatif dari masing – masing alternatif strategi dengan
hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci internal atau
eksternal yang terdekat. Semakin tinggi total nilai daya tarik, maka semakin
menarik alternatif strategi tersebut.
6) Menghitung jumlah total nilai daya tarik (STAS) pada masing-masing kolom.
Penjumlahan ini mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set
alternatif.
Secara spesifik, format dasar dari QSPM terdiri dari baris atas yang
merupakan alternatif strategi yang diturunkan dari matriks IE dan SWOT. Bagian
kolom kiri yang merupakan kolom faktor kunci terdiri dari faktor internal dan
eksternal berdasarkan atas informasi yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE,
kemudian kolom selanjutnya berisi bobot yang diterima oleh setiap faktor dalam
matriks IFE dan EFE. Format dasar dari QSPM ditunjukkan oleh Tabel 6.
Tabel 6 Matriks QSP (QSPM)
Faktor Kunci
Faktor Internal kunci
Kekuatan
.........
Kelemahan
.........
Faktor Eksternal Kunci
Peluang
.........
Ancaman
.........
Jumlah Total Nilai Daya Tarik
Sumber: David (2006)

Bobot

Alternatif Strategi
Strategi 1 Strategi 2
Strategi 3
AS TAS AS
TAS AS
TAS

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Perusahaan
UKM X didirikan oleh Bapak Trisila pada 21 Juni 2001. Sebelum
meresmikan berdirinya usaha pengolahan manisan carica, berbagai percobaan
telah dilakukan untuk memperoleh formulasi produk yang aman dikonsumsi dan
disukai oleh konsumen. Pada awalnya industri pengolahan carica ini mengalami
kendala dalam memperoleh buah carica sebagai bahan baku utama karena hanya
beberapa orang saja yang menanam tanaman carica di daerah Dataran Tinggi
Dieng. Pimpinan industri tersebut berinisiatif memotivasi petani untuk menanam
tanaman carica lebih banyak lagi. Seiring berjalannya waktu setelah petani
mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan penanaman tanaman carica maka
banyak juga penduduk yang sebelumnya menanam sayur – sayuran kini beralih
menanam tanaman carica.
Produk olahan buah carica milik UKM X memiliki nama dagang Indo
Buavica. Kapasitas produksi UKM X mencapai 20 – 30 ton setiap bulannya
dengan omzet sekitar 200 juta rupiah dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 60
orang. UKM X masuk dalam kategori usaha kecil karena omzet pertahun berada
pada kisaran 300 juta sampai 2.5 milyar. Sedangkan bila dilihat dari jumlah
tenaga kerja maka UKM X masuk dalam kategori menengah karena jumlah
karyawan lebih dari 20 orang. Awalnya produk yang dihasilkan adalah manisan
basah carica dengan kemasan kaleng tetapi karena biaya produksi yang
dikeluarkan terlalu besar serta konsumen juga mengeluhkan kendala dalam
mengkonsumsi, maka kemasan diganti dengan bahan plastik serta kaca dengan
berbagai macam bentuk yaitu cup mangkok, pouch, gelas air mineral, serta gelas
kaca. Selain mengganti bahan pengemasnya dilakukan juga inovasi pada produk
yang dihasilkan antara lain selai carica, sirup carica, keripik carica, dodol carica,
serta sari buah carica. Pengolahan manisan tersebut sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP) pembuatan manisan serta Standar Nasional Indonesia
(SNI) koktail buah dalam kaleng (SNI 01-3834-2004). Manisan carica tersebut
telah memiliki sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Sertifikasi
Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P.IRT), dan Hazard Analysis Control
Point (HACCP).
Sertifikasi halal dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan
suatu produk sehingga dapat memberikan ketenangan konsumen yang
mengkonsumsinya, terutama konsumen muslim. Konsumen mendapat kepastian
dan jaminan bahwa produk tersebut tidak mengandung sesuatu yang tidak halal
dan juga diproduksi dengan cara yang halal. Olahan carica sendiri menggunakan
bahan – bahan dari sumber nabati yang jelas kehalalannya. Meskipun begitu
adanya sertifikat halal akan memperkuat posisi produk di mata konsumen.
Jaminan kualitas dan mutu akan berjalan beriringan untuk melindungi
kepentingan konsumen dan dalam usaha mewujudkan ketenangan berproduksi
bagi produsen.
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem
jaminan mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau perhatian bahwa hazard

12

(bahaya) akan timbul pada berbagai titik atau tahap produksi. Pengendalian dapat
dilakukan untuk mengontrol bahaya – bahaya tersebut. HACCP merupakan salah
satu bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan
pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat
memberikan jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen.
Kunci utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan
yang mengutamakan tindakan pencegahan dibanding pengujian produk akhir.
Proses produksi manisan carica di UKM X mengikuti prosedur dan prinsip –
prinsip HACCP sehigga kualitas produk terjamin.
Lokasi Perusahaan
Usaha Kecil Menengah X berlokasi di Jl. Dieng Km 3,5 Sibunderan,
Krasak, Rt. 05, Rw. 04, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Jawa
Tengah. Lokasi perusahaan ini dapat dikatakan strategis karena lokasi tersebut
memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
a. Dekat dengan bahan baku utama. Bahan baku utama berupa buah carica
berasal dari Dataran Tinggi Dieng.
b. Dekat dengan pemasaran produk, yaitu toko-toko makanan, rumah makan,
outlet pusat makanan khas, dan tempat pariwisata pemandian air panas
alami Kalianget.
c. Ketersediaan tenaga kerja terampil dan berpengalaman dalam pengolahan
buah carica.
d. Dekat dengan jalan raya dengan kondisi yang baik sehingga
menguntungkan karena mudah dijangkau dan mudah dilalui alat
transportasi. Hal ini sangat memudahkan transportasi dalam memperoleh
bahan baku dan distribusi produk sehingga mendukung kelancaran usaha.
e. Sumber daya air yang melimpah.
Visi dan Misi Perusahaan
Pernyataan visi dan misi memberikan arah untuk semua aktivitas
perencanaan. Visi menggambarkan keadaan di masa depan yang mungkin dan
yang ingin dicapai terkait dengan pilihan mendasar kemana arah organisasi di
masa yang akan datang yang mencakup tujuan spesifik. Oleh karenanya,
pernyataan visi sering dianggap sebagai tahap pertama dalam perencanaan
strategis, bahkan lebih diutamakan dan mendahului pembuatan pernyataan misi
(David 2006). Misi sendiri adalah pernyataan tujuan jangka panjang yang
membedakan satu perusahaan dengan perusahaan sejenis lainnya (David 2006).
Misi lebih diasosiasikan dengan perilaku dan kondisi saat ini. Pernyataan misi
yang jelas adalah penting untuk perumusan tujuan dan formulasi strategi yang
baik. Identifikasi visi, misi, dan tujuan perusahaan merupakan langkah awal
sebelum dilakukannya perumusan strategi pengembangan usaha.
Visi UKM X yaitu menjadi produsen olahan buah carica yang bermutu,
sehat, dan berdaya simpan cukup, menjadi produsen olahan carica skala besar
dengan berbagai varian produk, jangkauan pemasaran yang luas dan pangsa pasar
yang besar.

13

Misi UKM X yaitu 1) menyajikan produk olahan buah carica yang bercita rasa
enak, alami berkualitas, dan sehat, 2) meningkatkan kapasitas produksi serta
memperluas jangkauan pemasaran 3) menjadi UKM pengolah carica dengan
pangsa pasar yang lebih besar, 4) menghasilkan varian produk olahan carica yang
beraneka ragam, 5) menarik konsumen potensial untuk mencoba dan membeli
produk carica khas Wonosobo, 6) menyediakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat di sekitar UKM X.
Struktur Organisasi
Struktur organisasi UKM X meliputi beberapa bagian, diantaranya:
pimpinan perusahaan, sekretaris, bagian keuangan, kepala produksi, kepala
gudang, kepala Quality Control (QC), kepala pengadaan dan umum, kepala sales
marketing, dan pelaksana. Struktur organisasi UKM X dapat dilihat pada Gambar
2.

Pimpinan

Sekretaris

Bagian persiapan
produksi (20 orang)

Bagian Keuangan

Bagian produksi
(35 orang)

Bagian pengiriman
produk (5 orang)

Gambar 2 Struktur organisasi UKM X
Sumber: Data hasil pengamatan di UKM X
Proses Produksi
Proses produksi yang aman dan higienis akan menghasilkan produk yang
berkualitas yang mampu bersaing di pasar domestik maupun ekspor. Pepaya
gunung yang digunakan sebagai bahan baku dipilih yang sudah matang. Proses
penyortiran penting pada tahap awal proses produksi. Buah yang belum matang
memiliki rasa yang pahit, aroma tidak harum, dan berwarna hijau. Sedangkan
buah terlalu matang akan bertekstur lunak dan rasa tidak enak. Produk olahan
carica dari UKM X yaitu sirup/ manisan pepaya gunung. Diagram alir proses
pembuatan carica dalam sirup dapat dilihat pada Lampiran 1.

14

Pepaya gunung yang sudah disortir kemudian dikupas. Pengupasan masih
dilakukan secara manual karena belum ada mesin pengupas yang dapat digunakan
untuk mengupas pepaya gunung yang bentuknya menyerupai belimbing. Buah
yang sudah dikupas selanjutnya mengalami pencucian tahap pertama. Wadah
yang digunakan untuk menampung buah yang sudah dikupas dan dicuci dipilih
wadah berbahan plastik karena getah pepaya gunung bersifat korosif. Air yang
digunakan pada pencucian pertama menggunakan air bersih dan ditambah garam.
Buah yang sudah bersih kemudian dipotong menjadi dua bagian yang sama besar.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan pemisahan buah dari bijinya. Biji yang
terbungkus sarkotesta dipisahkan dari daging buah dengan cara dikeruk kemudian
ditampung pada wadah yang berbeda. Buah yang sudah terpisah dari bijinya
kemudian dipotong dengan bentuk segitiga agar bentuknya menarik dan
memudahkan dalam pengemasan dalam botol. Setelah itu buah dicuci kembali
sampai bersih.
Biji yang terbungkus sarkotesta diperas sampai keluar cairan kental yang
beraroma khas pepaya gunung. Proses pemerasan dapat dilakukan berkali – kali
hingga aromanya hilang. Air hasil perasan kemudian direbus dengan air dan gula
pasir secukupnya hingga mendidih. Sirup yang sudah jadi kemudian disaring
sampai bersih. Botol yang digunakan untuk pengemasan adalah botol dengan
mulut lebar. Sebelum digunakan, botol terlebih dahulu dicuci dengan air bersih
dan disabun agar lebih steril. Buah yang sudah dipotong dimasukkan ke dalam
botol yang sudah bersih dan kering. Botol yang sudah terisi buah kemudian
ditimbang terlebih dahulu agar bobotnya seragam. Botol yang sudah terisi buah
diisi dengan sirup yang masih panas dan dimasukkan dalam dandang untuk proses
pengukusan selama 15 – 20 menit. Setelah proses pengukusan selesai, botol
kembali diisi sirup hingga penuh kemudian ditutup rapat. Botol yang sudah
tertutup rapat kemudian disterilisasi dengan direbus dalam air bersuhu 85 – 87 oC
kurang lebih 20 – 30 menit. Proses sterilisasi bertujuan untuk membunuh bakteri
pembusuk dan patogen sehingga sirup pepaya gunung dapat bertahan kurang lebih
1 tahun tanpa tambahan bahan pengawet. Pelabelan botol dilakukan dengan
pemasangan etiket printing.
Sirup pepaya gunung juga dikemas dalam kemasan cup plastik. Proses
produksi tahap awal sama namun sebelum proses pengukusan buah terlebih
dahulu direbus selama 15 – 20 menit. Perebusan buah bertujuan untuk inaktifasi
enzim dan mematikan mikroba. Setelah direbus buah dimasukkan dalam kemasan
cup plastik, ditimbang, ditambah sirup, kemudian ditutup dengan siller. Produk
dalam kemasan yang sudah rapat lalu disterilisasi. Setelah dingin dilakukan proses
pelabelan kemudian dikemas kembali dalam kardus berisi 12 atau 24 botol/ cup
plastik.
Karakteristik Tanaman Carica
Karakteristik tanaman carica pada umumnya semakin tinggi tanaman,
ukuran batang akan semakin kecil, daun lebih sedikit, dan buah juga mempunyai
ukuran yang lebih kecil serta jumlahnya sedikit (Neal 1965, diacu dalam Hidayat
2000). Berikut ciri – ciri morfologi tanaman carica, yaitu:
1) Buah

15
Letak buah carica berdompol – dompol pada cabang batang bagian ujung.
Buah carica memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan buah pepaya. Buah
yang matang berbentuk bulat telur dengan berat rata – rata 100 – 150 gram,
panjang 6 – 10 cm, dan diameter 3 – 5 cm dengan lima sudut memanjang dari
pangkal ke ujung sehingga menyerupai bentuk belimbing. Kulit buah carica yang
belum matang berwarna hijau gelap dengan tekstur permukaan kulit yang licin
dan akan berubah menjadi berwarna kuning ketika buah sudah matang. Kulit buah
carica tebal dan memiliki getah yang banyak. Daging buahnya keras, berwarna
kuning sampai jingga dengan rasa yang sedikit asam tetapi tetap berbau harum
dan khas. Dalam daging buah terdapat rongga yang dipenuhi biji yang terbungkus
oleh sarkotesta berwarna putih, bening, dan berair. Biji berwarna merah ketika
carica masih mentah dan akan berubah menjadi hitam ketika carica matang. Biji
carica berjumlah banyak dan padat.
2) Daun
Berdasarkan bentuk daunnya, tanaman carica termasuk ke dalam golongan
tanaman tidak berdaun lengkap, yaitu hanya terdiri dari tangkai dan helaiannya
saja. Sedangkan berdasarkan susunan tulang daunnya termasuk ke dalam tipe
menjari. Dibandingkan dengan tanaman pepaya biasa, tanaman carica memiliki
daun lebih banyak dan tebal.
3) Batang
Tanaman carica merupakan pohon kecil dengan permukaan batang yang
kasar, basah, lebih bertekstur kayu. Berbeda dengan tanaman pepaya biasa,
tanaman carica cenderung bercabang banyak dengan tinggi rata – rata 3 – 5 m dan
berbatang lebih tebal. Satu pohon carica memiliki belasan cabang, dimana
semakin banyak cabang maka semakin banyak buahnya. Diameter lingkar batang
dapat dua kali lebih besar daripada batang pepaya biasa.

Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam organisasi
tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung pada perusahaan. Analisis
faktor internal merupakan proses identifikasi terhadap faktor kelemahan dan
kekuatan dari dalam perusahaan (Robbins dan Coulter 2004). Faktor-faktor
internal yang dimiliki, meliputi aspek manajemen, pemasaran, keuangan atau
akuntansi, produksi atau operasi, serta penelitian dan pengembangan.
Manajemen Sumber daya Manusia
Menurut David (2006) manajemen merupakan suatu tingkatan sistem
pengaturan organisasi yang mencakup sistem produksi, pemasaran, pengelolaan
sumberdaya manusia, dan keuangan. Manajemen perusahaan merupakan pihak
yang menerapkan fungsi – fungsi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pemotivasian, pengelolaan staf dan pengendalian. UKM X memiliki visi dan misi
usaha. Hal ini menunjukkan bahwa UKM X memiliki perencanaan jangka panjang
sebagai bagian dari cita – cita dan tujuan usaha di masa yang akan datang. Secara

16

umum UKM X telah melakukan fungsi perencanaan dengan cukup baik. Hal ini
terlihat dari adanya perencanaan usaha yang tersusun jelas dan tertulis, baik untuk
perencanaan jangka pendek maupun jangka menengah. Namun perencanaan
masih tergantung kepada keputusan pemilik perusahaan. Usaha Kecil Menengah
X memiliki karyawan sebanyak 60 orang. Karyawan – karyawan tersebut
merupakan penduduk yang tinggal di sekitar lokasi industri tersebut. Sebagian
besar karyawan tersebut telah memiliki pengalaman bekerja pada pengolahan
buah carica.
a. Sistem Perekrutan Karyawan
Sistem perekrutan karyawan menggunakan sistem kekeluargaan, yaitu
dengan menggunakan tenaga kerja yang masih mempunyai hubungan kekerabatan
dengan karyawan yang sudah bekerja di perusahaan tersebut dan berasal dari
daerah di sekitar perusahaan. Hal yang diperhatikan dalam perekrutan karyawan
ini adalah skill yang dimiliki oleh masing – masing orang. Mereka harus
mempunyai kemampuan yang sesuai dengan bidangnya.
b. Sistem Pengembangan Karyawan
Sistem pengembangan karyawan dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas serta kuantitas kerja dari karyawan. Cara untuk
meningkatkan kualitas kerja karyawan adalah dengan mengadakan evaluasi atau
pertemuan setiap satu bulan sekali untuk membicarakan tentang keluhan atau
kendala yang dialami oleh karyawan selama proses produksi berlangsung yang
kemudian akan dicari solusinya secara bersama – sama atas kendala yang
dihadapi. Sedangkan untuk meningkatkan kuantitas kerja karyawan dilakukan
dengan cara mengadakan presensi setiap harinya. Karyawan yang sering tidak
masuk, maka akan diberikan sanksi berupa peringatan sebelum pemberian sanksi
yang lebih tegas yaitu pemecatan.
Pemasaran
Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi, menciptakan,
dan memenuhi kebutuhan pelanggan akan produk dan jasa. Pemasaran menjadi
aspek yang sangat penting setelah proses produksi. Sumber pendapatan dari
perusahaan diperoleh dari kegiatan pemasaran. Aspek pemasaran dikaji melalui
pendekatan bauran pemasaran. Menurut Kotler (2007) bauran pemasaran adalah
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan
pemasarannya yaitu empat unsur bauran pemasaran yang terdiri produk, harga,
tempat dan promosi. Bauran pemasaran yang ada di UKM X adalah:
a. Produk
Produk olahan pepaya gunung dari UKM X yaitu pepaya gunung dalam
sirup atau biasa disebut manisan carica. Carica merupakan salah satu produk
unggulan khas yang tumbuh di dataran tinggi Dieng. Carica telah mendapatkan
Hak Paten dari Kementrian Hukum dan HAM RI. Sertifikat hak paten tersebut
diberikan kepada Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Carica
sebagai tanaman dan buah asli Dieng. Perlindungan hukum terhadap produk
indikasi geografis itu akan terhindar dari barang palsu jika pada kemasan produk
itu tidak terdapat label produk indikasi geografis.

17

Produk sirup carica memiliki daya tahan yang cukup lama, yaitu sekitar 1
tahun. Berdasarkan hasil penelitian Prof. Dr. Sasmito, Guru Besar Fakultas
Farmasi UGM Yogyakarta didapatkan kandungan gizi per 100 gram produk carica
dalam sirup (Distan 2008), yaitu kalori 46 cal, Vitamin B1 0.04 mg, Vitamin A
365 mg, Vitamin C 78 mg, hidrat arang 12.2 gr, besi 1.7 mg, air 86.7 gr, kalsium
23 mg, fosfor 12 mg, protein 0.5 gr. Produk olahan pepaya gunung dapat
dijadikan alternatif bagi konsumen dalam memilih makanan yang sehat dan
memberikan banyak manfaat kesehatan. UKM X merupakan satu – satunya
industri berbasis UKM yang telah memiliki sertifikat HACCP atau Hazard
Analysis Control Point. Proses pengolahan buah carica menjadi manisan carica
dilakukan secara manual, sehingga pedoman GMP sangat tepat untuk diterapkan.
Good Manfacturing Practices (GMP) merupakan acuan dasar yang harus
dilaksanakan oleh suatu produsen penghasil produk. Proses produksi olahan carica
di UKM X sudah menerapkan prinsip – prinsip GMP. Prosedur GMP di UKM X
sudah dilaksanakan secara konsisten mulai dari pengkondisian karyawan terutama
bagian produksi agar selalu rapi dan higienis, perawatan peralatan produksi,
karyawan yang cakap dan terlatih, serta pemeriksaan mutu secara teratur.
Kemasan produk yang digunakan beraneka ragam dengan d