STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010

(1)

commit to user

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK

MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

HARSI PUSPITA RINI K7406086

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010

Oleh :

HARSI PUSPITA RINI K7406086

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

HALAMAN PERSETUJUAN


(3)

commit to user

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Januari 2011

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sunarto, M.M Dra. Dewi Kusuma W, M.Si

NIP:1954 08 06 1980 03 1 002 NIP:1970 03 26 1998 02.2.001

PENGESAHAN


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 5 Januari 2011

Tim Penguji Skripsi: Tanda Tangan

Ketua : Sudarno, S.Pd, M.Pd 1……

Sekertaris : Dra. Mintasih, I, M.Pd 2…….

Anggota I : Drs. Sunarto, MM 3……..

Anggota II : Dra. Dewi Kusuma W, M.Si 4…….

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 1960 07 27 1987 02 1 001

ABSTRACT


(5)

commit to user

Harsi Puspitarini. STRATEGY OF DEVELOPING CARICA HOME INDUSTRY TO INCREASE INCOME IN WONOSOBO REGENCY 2010.

Thesis Surakarta : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Januari 2011.

The aim of this research is :(1) To know the application strategy of developing Carica home industry in Wonosobo regency in 2010. (2) To know the constraint that faced by Carica home industry to increase the development home industry in Wonosobo regency in 2010. (3) To know the influence of the development strategy of Carica home industry to the producens’ income in Wonosobo regency.

The Research used qualitative descriptive method. The technique of getting the sample was purposive sampling with snowball sampling. The techniques of collecting the data were used interview, observation, and documentation technique. The technique of analyzing the data was analysis SWOT which is applicated by interactive method. The validity of the data that is used source triangulation technique and triangulation method.

Based on the result of research can be concluded that : (1) By doing the strategy of developing in Carica home industry, can give the advantages the developing and increasing income Carica producen in Wonosobo regency. the factors that can be developed, such as: capital, technology, management, market, organization, business, miter business. (2) The contraints that’s faced by Carica home industry as same as with the other home industries in general, such as lack of capital, the use of traditional technology, less regulafior of management process, and material problem. (3) The efforts that can done by producen, such as using combination of strengths, weaknesses, opportunites and threats. That is combination of strengths and opportunites, strengths and threats, weaknesses and opportunites, weaknesses and threats.

ABSTRAK


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Harsi Puspitarini. STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL

CARICA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI

KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010

Skripsi Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Januari 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk :. (1) Untuk mengetahui penerapan strategi pengembangan industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo tahun 2010. (2) Untuk mengetahui Kendala-kendala apa yang dihadapi industri kecil Carica dalam meningkatkan pengembangan industri Kabupaten Wonosobo tahun 2010. (3) Untuk mengetahui pengaruh strategi pengembangan industri kecil Carica terhadap pendapatan pelaku industri carica (pengrajin) di Kabupaten Wonosobo tahun 2010.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode diskriptif kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan cara snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan analisis SWOT yang diaplikasikan dalam metode interaktif. Validitas data yang digunakan adalah dengan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Dengan melakukan strategi pengembangan pada sentra industri kecil Carica, dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan pendapatan para pengrajin Carica di Kabupaten Wonosobo. Faktor-faktor yang dapat dikembangkan antara lain ialah modal, teknologi, manajemen, pasar, kelembagaan, kewirausahaan dan kemitraan usaha. (2) Kendala-kendala yang dialami oleh sentra industri kecil Carica sama halnya dengan industri kecil pada umumnya, antara lain kekurangan modal, penggunaan teknologi sederhana, proses manajemen yang kurang teratur, dan masalah bahan baku.(3)Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pengrajin antara lain yaitu dengan memanfaatkan kombinasi


(7)

commit to user

dari kekuatan (strength) kelemahan (Weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats), yaitu kombinasi kekuatan dengan peluang, kekuatan dengan ancaman, kelemahan dengan peluang dan kelemahan dengan ancaman.

MOTTO


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya.”

( Q. S. Al Baqoroh : 286 )  “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

( Q.S. Al Insyirah : 6 )

PERSEMBAHAN


(9)

commit to user

Karya ini ku persembahkan teruntuk

Bapak Ibu tercinta (Suharto dan Titik Wulandari) atas do’a, semangat dan kasih sayangnya

Keluarga kecil Kakak ku yang selalu mendukung (mbak.sari, mas.andi, dedek faris)

Adi ku yang selalu menyayangiku (Puput Adi Irawan)

Andre Bastian Ariyadi yang selalu membantuku dan menyemangatiku

Sahabat-sahabat terhebat ku (, Deny, Eka, Restuti, Dian , Dyah, Kemi, Nia, Septi, Lya, Inung, Nita, Riris, Hery, Handoko, Gozali) terimakasih untuk persahabatan

ini.

Kos Putri Agung ( Teteh, Ani, Mpeb, Ari, Tika, Defi, Yaya, Kisna, Isna, afa, nela, ana, sita, ita, windi, nanda, anis, dan Tria,yanti) terimakasih untuk bantuan,

semangat dan kecerian kalian

Teman-teman seperjuangan nunggu dosen (Iwon, pak pik,,riky,ardi,ari s, mbak ratna, nida, parwa,yani) tetap semangat ya

Teman-teman seperjuangan PTN”06, Kawan kita ukir kenangan terindah bersama

Almamater

KATA PENGANTAR


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Pendidikan Ekonomi bidang Keahlian Pendidikan Tata Niaga pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010

ini penulis mendapatkan bimbingan , petunjuk , dan dukungan yang berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang baik dan dari lubuk hati yang terdalam secara tulus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. DR. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam rangka mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketau Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Sutaryadi, M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin dalam penytusunan skripsi ini.

4. Sudarno, S.Pd selaku Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Program Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin penyusunan skripsi

5. Drs. Sunarto, M.M selaku pembimbing I yang telah memberikan


(11)

commit to user

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.

6. Dra. Dewi Kusuma W, M.Si selaku pembimbimg II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 7. Tim penguji skripsi, yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk

menguji penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna menyelesaikan bangku kuliah.

8. Dosen Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Tata Niaga yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat menunjang terselesaikannya skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan serta memperlancar penyusunan skripsi ini.

Kritik dan saran yang bersifat membangun, yang sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat membuka khasanah ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, Desember 2010

Penulis


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN ABSTRAK... v

HALAMAN MOTTO... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A. Tinjauan Pustaka... 9

B. Kerangka Berpikir... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 29

B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 29


(13)

commit to user

C. Sumber Data... 31

D. Teknik Sampling... 32

E. Teknik Pengumpulan Data... 33

F. Validitas Data... 36

G. Analisis Data... 38

H. Prosedur Penelitian... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN... 45

A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 45

B. Deskripsi Permasalahan Penelitian... 48

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori... 56

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 72

A. Simpulan... 72

B. Implikasi ... 73

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA... 75

LAMPIRAN... 78


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pemikiran... 28

2. Model Analisis Interaktif... 40

3. Prosedur Penelitian... 43

4. Gambar Matrik SWOT... 67


(15)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo 2005-2008 ... 3

1.2 Data UKM Pengolah Carica ... 5

3 Matrik SWOT ... 42

4.1 Komposisi Penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2008... 46

4.2 Tingkat Pendidikan penduduk Kabupaten Wonosobo tahun 2008... 46


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Jadwal Penelitian dan Penyusunan Skripsi... 78

2. Pedoman Wawancara... 79

3. Daftar Nama Informan... 85

4. Field Note... 87

5. Triangilasi Sumber... 152

6. Triangulasi Metode ... 163

7. Dokumentasi... 166

8. Peta Produksi Carica... 173

9. Lembar Observasi... 174

10 . Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi... 175

11. Surat Permohonan Ijin Penelitian... 176

12 : Surat Ijin Menyusun Skripsi... 178

13: Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian…………... 179


(17)

commit to user


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk salah satu negara Agraris yang sebagian penduduknya bertempat tinggal di pedesaan, dan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Namun akibat dari pertumbuhan penduduk yang pesat dan penyebarannya yang tidak merata menyebabkan lahan pertanian semakin menyempit. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan kesempatan di luar sektor pertanian yang dapat menopang kelangsungan hidup mereka.

Bekerja pada sektor industri kecil, merupakan salah satu alternatif dalam usaha mengembangkan kesempatan kerja dan menambah penghasilan bagi masyarakat sekitar. Melalui sektor industri kecil dan menengah diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat.

Salah satu tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan pengembangan ekonomi yang sudah dilaksanakan adalah dengan melihat nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dengan adanya data tersebut dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan juga tingkat kemakmuran penduduk. Berikut laju pertumbuhan tiap sektor di kabupaten Wonosobo dari tahun 2005 – 2008.

Tabel : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo 2005-2008

No Sektor / tahun 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 3.14 3.34 3.31 3.36

2. Pertambangan dan Penggalian 3.14 3.34 3.31 3.36

3. Industri Pengolahan 1.89 2.77 2.70 2.55

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 3.97 0.32 2.59 3.07

5. Bangunan 3.38 3.06 4.34 4.39

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.62 4.03 4.56 4.09

7. Angkutan dan Komunikasi 2.39 2.75 5.89 5.88

8. Bank, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3.14 2.68 3.98 4.17

9. Jasa-Jasa 3.22 3.14 2.89 3.18

PDRB / GRDP 3.19 3.24 3.58 3.69

Sumber: BPS kabupaten Wonosobo tahun 2008

Berdasarkan data di atas PDRB kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan. Tahun 2005 sebesar 3.19 kemudian meningkat menjadi 3.24 di tahun


(19)

commit to user

2006 ,dan 3.58 pada tahun 2007 serta 3.69 pada tahun 2008. Meskipun tidak semua sektor selalu mengalami kenaikan sebagai contoh sektor pertanian dari tahun 2005 yaitu 3.14 meningkat 3.34 dan turun menjadi 3.32 dan pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 3.36, namun secara garis besar hal tersebut tidak mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDRB kabupaten Wonosobo.

Dilihat dari komposisi PDRB kabupaten Wonosobo merupakan daerah Agraris, hampir setengah dari PDRB daerah ini disumbang oleh sektor pertanian. Selain sektor pertanian masih ada sektor lain antara lain peternakan dan perdagangan, dimana terdapat beberapa komoditi yang telah berhasil menembus pasar dunia antara lain kayu olahan, teh hitam, nata de coco dan makanan olahan seperti Carica, keripik jamur, purwaceng, dan lain-lain.

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja (Kompas, 14/12/2001). Walaupun krisis ekonomi telah memporakporandakan kehidupan bidang usaha besar dan menengah, ternyata usaha kecil tetap tegar dan berjalan marak dikawasan kehidupan ekonomi tingkat bawah. Menurut tim bisnis UKM (2001) ada beberapa alasan kenapa usaha kecil masih bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis antara lain:

1. Sebagian besar usaha kecil memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan. 2. Sebagian besar industri kecil tidak mendapatkan modal dari bank.

Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dampaknya usaha kecil mempunyai spesialisasi produk yang ketat. Hal ini memungkinkan usaha kecil mudah untuk berpindah dari usaha yang satu ke usaha yang lain.

4. Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya. Para penganggur tersebut memasuki sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil, akibatnya jumlah usaha kecil meningkat. Pada masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, usaha kecil dapat bertahan dan mempunyai potensi untuk berkembang. Dengan demikian, usaha kecil dapat dijadikan andalan untuk masa yang akan datang dan harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta persoalan-persoalan yang menghambat usaha-usaha pemberdayaan usaha kecil yang harus dihilangkan.

Dalam Aloysius Gunadi Brata (2003) Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan UKM. Alasan pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar (Berry, dkk, 2001). Kuncoro (2000) juga menyebutkan bahwa industri kecilt di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga.

Dihampir setiap daerah banyak tumbuh sentra-sentra industri rumah tangga yang menjadi andalannya masing-masing. Seperti di kabupaten Wonosobo yang mempunyai potensi alam yang tinggi mempunyai hasil bumi yang beranekaragam. Salah satunya adalah buah pepaya merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sekarang ini ditemukan satu spesies buah pepaya yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan diperkirakan akan menjadi buah yang penting dalam perekonomian Indonesia. Buah tersebut dikenal dengan nama pepaya Gunung atau pepaya kecil dan biasa disebut Carica (Carica pubescens) (Hidayat, 2001). Nama latin buah Carica ini adalah Carica Pubescens


(21)

commit to user

atau Carica Candamarcensis, atau kadang dikenal sebagai Mountain Papaya, atau di antara penduduk setempat dikenal sebagai gandul Dieng. Bedanya, jika pepaya biasa lebih dikenal sebagai tumbuhan tropis yang memerlukan banyak panas dan matahari, maka Carica termasuk keluarga pepaya yang hanya bisa tumbuh di tempat tinggi basah, 1.500-3.000 di atas permukaan laut, memerlukan temperatur yang cukup dingin, dan banyak hujan. Kondisi tersebut sangat cocok dengan iklim Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tinggi pohon Carica dapat mencapai 5 m dengan 4-7 cabang. Buahnya berbentuk seperti granat dengan panjang 6-15 cm dan lebar diameter 3-8 cm, dengan lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung, sewaktu muda berwarna hijau dan menjadi kuning atau jingga di saat masak.

Tanaman tersebut sebenarnya sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat di dataran tinggi Dieng dan sudah diolah menjadi produk manisan dalam sirup, akan tetapi keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan dana membuat budidaya maupun usaha pengolahannya masih dalam skala kecil dan hanya dipasarkan di pasar lokal serta dengan pengolahan yang sederhana. Pengkajian lebih mendalam tentang prospek buah tersebut sangat diperlukan terutama usaha pengolahan dan budidaya buah tersebut.

Sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo ini awalnya hanya membuat produk berupa manisan Carica, tetapi lambat laun produk yang dihasilkan semakin beragam. Contoh produk yang diproduksi antara lain adalah manisan Carica, sirup Carica , selai Carica,dan jus Carica.

Strategi pengembangan industri berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat di sekitar sentra industri. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut disajikan data UKM Pengolah Carica yang dapat dijadikan referensi.

Tabel 1.2 Data UKM Pengolah Carica NAMA

PRODUSEN (UKM)

KAP.PRODUKSI / BULAN NILAI RUPIAH/ BLN

NILAI RUPIAH / THN

SDM LANGSUNG


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BUAH

Yuasafood 16 40.0000 3.333 283.333.333 3.400.000.000 25 Podang Mas 15 37.500 3.125 265.625.000 3.187.500.000 25 Selera 12 30.000 2.500 212.500.000 2.550.000.000 12 Marina 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4 Tiara 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4 Dian rasa 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4 Telaga Mas 10 25.000 2.083 177.083.333 2.125.000.000 16 Panorama 1 2.500 208 17.708.333 212.500.000 3 Cendawan

Mas

15 37.500 3.125 265.625.000 3.187.500.000 26 Candi Dieng 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6 AA 8 20.000 1.667 141.666.667 1.700.000.000 6 Golden 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4

Sun Rise - - - -

-Sukses 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 4 Maju Makmur 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4 Dianeka 3 7.500 625 537.500.000 637.500.000 4

Baried - - - -

-Adelweis - - - -

-Adib Putra - - - -

-Trisakti 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6 Amin 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6

Dieng Plateau - -

-Ciptoroso 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6 Mandiri 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6 Tiga Daun 5 12.500 1.042 88.541.667 1.062.500.000 6

130 325.000 27.083 2.802.083.33 3

27.625.000.00 0

179 Sumber: Data Asosiasi Pengrajin Carica Tahun 2009

Berdasarkan data UKM Pengolah Carica di atas dapat dilihat bahwa terdapat 25 UKM Carica di Wonosobo. Dimana setiap bulannya antara UKM yang satu dengan UKM yang lainnya memiliki kebutuhan buah Carica yang berbeda-beda, sebagai contoh Yuasafood tiap bulan membutuhkan 16 ton buah Carica untuk produksi, sedangkan sunrise tidak memberikan data yang pasti berapa ia membutuhkan buah Carica tiap bulan karena produksinya tidak menentu. Dilihat dari data diatas petani tiap bulan minimal harus menyetok 130 ton Carica untuk 25 UKM.

Wilayah pemasaran Carica sendiri untuk lokal dan nasional baru digarap sebesar 35% selain itu berpeluang juga untuk pasar ekspor. Sampai saat ini permintaan dari konsumen belum dapat dipenuhi hal tersebut dikarenakan beberapa sebab selain masalah kekurangan pasokan bahan baku terdapat permasalahan faktor teknologi dan permodalan yang menjadi permasalahan para pengrajin Carica. Kekurangan pasokan bahan baku dikarenakan selama ini


(23)

commit to user

pembudayaan Carica masih belum maksimal. Selain itu sebagian besar para pengrajin Carica masih banyak yang menggunakan teknologi sederhana dalam proses produksi.

Melihat tingginya permintaan dan peluang pasar terhadap produk Carica, dapat di katakan bahwa sentra industri kecil Carica bisa bertahan dan dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat sekitarnya dan hal itu tidak lepas dari faktor strategi pengembangan industri kecil Carica yang benar. Melihat begitu pentingnya strategi pengembangan bagi sentra industri kecil Carica, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul STRATEGI

PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL CARICA UNTUK

MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan strategi pengembangan industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo tahun 2010?

2. Kendala-kendala apa yang dihadapi industri kecil Carica dalam meningkatkan pengembangan industri Kabupaten Wonosobo tahun 2010? 3. Bagaimana pengaruh strategi pengembangan industri kecil Carica

terhadap pendapatan pengrajin industri Carica?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan strategi pengembangan industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo tahun 2010.

2. Untuk mengetahui Kendala-kendala apa yang dihadapi industri kecil Carica dalam meningkatkan pengembangan industri Kabupaten Wonosobo tahun 2010.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Untuk mengetahui pengaruh strategi pengembangan industri kecil Carica terhadap pendapatan pengrajin industri carica di Kabupaten Wonosobo tahun 2010.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Untuk Penulis

1) Memperluas wawasan dan pengetahuan di bidang stategi usaha serta menerapkan teori-teori strategi pengembangan dalam kondisi rill di lapangan khususnya pada sentra industri Carica di kabupaten Wonosobo.

2) Mengetahui secara lebih jelas bagaimana implikasi teori-teori yang diperoleh dari bangku kuliah terhadap realita yang terjadi di lapangan khususnya sentra industri Carica di kabupaten Wonosobo.

b. Untuk Pengrajin

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pemasaran mengenai strategi pengembangan industri kecil.

2. Manfaat Praktis a. Untuk Penulis

1) Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan berupa teori-teori terutama berkaitan dengan strategi pengembangan industri kecil.

2) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sarana untuk membandingkan antara teori dengan praktek dan keadaan yang sesungguhnya di lapangan.

b. Untuk Pengrajin


(25)

commit to user

1) Untuk memberikan sumbangsih pemikiran bagi para pengrajin Carica di Kabupaten Wonosobo guna kelangsungan usahanya terkait dengan strategi pengembangan yang digunakan.

2) Dapat menjadi masukan dan evaluasi bagi pengrajin dan calon pengrajin dalam mengembangkan dan melestarikan usaha kecil Carica.

c. Untuk Pembaca

Menambah referensi bagi para pembaca agar dapat mengetahui tentang strategi pengembangan sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo.


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Industri Kecil a. Pengertian Industri Kecil

Istilah industri sering diidentikan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegitan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Definisi industri kecil sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Industri kecil dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp 50.000.000,00.

Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa industri kecil skala usahanya tergolong begitu besar dan masih memerlukan bantuan serta pembinaan yang berkelanjutan

Biro Pusat Statistik mendefinisikan industri kecil sebagai berikut: Usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah bahan dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi, atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang menjadi lebih nilainya dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja lebih sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk pengusaha.


(27)

commit to user

Badan Pusat Statistik (1999:250) mengklasifikasikan industri menjadi empat lapisan berdasarkan jumlah tenaga kerja per unit usaha yaitu:

1) Industri rumah tangga dengan pekerja sebanyak 1-4 orang 2) Industri kecil dengan pekerja sebanyak 5-19 orang

3) Industri kecil menengah dengan pekerja sebanyak 20-99 orang 4) Industri besar dengan pekerja sebanyak 100 orang

Menurut pembagian ini, yang dimaksud industri kecil adalah perusahaan atau industri yang dapat mempekerjakan antara 5 sampai 19 orang.

b. Kategori Industri Kecil

Berdasarkan eksistensi dinamikanya industri kecil dan kerajinan rumah tangga Indonesia dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu:

1) Industri Lokal

Yaitu kelompok jenis industri yang menggantungkan kelangsungan hidup kepada pasar setempat yang terbatas serta relatif terbesar dari segi lokasinya. Skala usaha kategori ini umumnya sangat kecil dan mencerminkan suatu pola pengusahaan yang bersifat subsistem dimana pemasaran produksinya ditangani sendiri, jasa pedagang perantara boleh dikata kurang menonjol.

2) Industri Sentral

Yaitu kategori industri yang segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk pengelompokan atau kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Ditinjau dari target pemasarannya umumnya menjangkau pasar yang lebih luas dari pada yang pertama, sehingga jasa pedagang perantara menjadi lebih menonjol.

3) Industri Mandiri

Yaitu kategori industri yang mempunyai sifat-sifat industri kecil namun telah berkemampuan beradaptasi teknologi yang cukup canggih. Pemasaran hasil produksi relatif tidak tergantung pada peranan pedagang


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user perantara.

c. Ciri-ciri Industri Kecil

Sedangkan ciri-ciri industri kecil menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 ialah:

1) Jenis barang / komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti.

2) Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat.

3) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha. 4) Sumber daya manusianya belum memiliki jiwa wirausaha yang

memadai.

5) Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah.

6) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses lembaga keuangan non bank

7) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Sedangkan Menurut Tulus TH. Tambunan (2009) ciri-ciri industri kecil ialah:

1) Biasanya beroperasi di sektor informal;usahanya tidak terdaftar 2) Dijalankan oleh pemilik; tidak menerapkan pembagian

tenaga kerja internal, manajemen dan struktur organisasi formal, sistem pembukuan formal.

3) Kebanyakan menggunakan anggota-anggota keluarga tidak dibayar.

4) Derajat mekanisme sangat rendah / umumnya manual; tingkat teknologi sangat rendah

5) Umumnya menjual ke pasar lokal untuk kelompok berpendapatan rendah


(29)

commit to user

6) Pendidikan rendah dan dari rumah tangga miskin;motivasi utama (survival)

7) Kebanyakan pakai bahan baku lokal dan uang sendiri

8) Kebanyakan tidak punya akses ke program-program pemerintah dan tidak punya hubungan-hubungan bisnis dengan Industri besar.

9) Rasio dari wanita terhadap pria sebagai pengusaha sangat tinggi.

Secaragaris besar dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri industri kecil yaitu:

1) Jenis barang atau komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;

2) Lokasi atau tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

5) Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;

6) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning.

d. Peranan Industri Kecil

Menurut Tulus TH. Tambunan (2009) Industri Kecil memiliki beberapa peranan penting antara lain membuka kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan, dan juga sebagai pembangunan ekonomi pedesaan. Sedangkan


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menurut (Tiktik Sartika Parmoto dan Abd Rochman Soejoedono 2002) industri kecil memiliki beberapa peranan yaitu:

1) Merupakan subjek diskusi dan menjadi perhatian pemerintah karena industri kecil tersebut menyebar dimana-mana, dan dapat memberi kesempatan kerja yang potensial.

2) Industri kecil menyumbang pembangunan dengan berbagai jalan, menciptakan kesempatan kerja, untuk perluasan angkatan kerja lagi urbanisasi, dan menyediakan fleksibilitas kebutuhan serta inovasi dalam perekonomian secara keseluruhan.

Pentingnya peranan dan kedudukan sektor industri memang tidak bisa dibantah, tidak hanya oleh masyarakat pedesaan saja tetapi juga pemerintah. Industri kecil telah memegang peranan penting dalam mendukung program-program pembangunan ekonomi, khususnya di dalam membantu menyerap kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Mudrajat Kuncoro, 2000: 311) sebagai berikut:

Industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKRT) memiliki peranan yang cukup besar dalam industri manufaktur ditinjau dari sisi jumlah usaha dan daya serap tenaga kerja. Dari total unit usaha manufaktur di Indonesia sebanyak 1524 juta; ternyata 99,2 % merupakan unit usaha IKRT. IKRT dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 20 orang mampu menyediakan kesempatan kerja sebesar 67,3 % dari kesempatan kerja total. Banyaknya jumlah orang yang bekerja pada IKRT memperlihatkan betapa pentingnya peranan IKRT dalam membantu memecahkan masalah pengangguran dan pemerataan distribusi pendapatan.

Berdasarkan uraian tersebut nampak bahwa industri kecil mempunyai kedudukan yang penting baik dalam perekonomian negara maupun manfaat (social benefits). Manfaat sosial industri kecil adalah bahwasanya industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan dari pengusaha pada umumnya masih rendah. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik. Hal ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil


(31)

commit to user

cenderung memperoleh modal dari tabungan pengusaha sendiri, atau tabungan keluarga dan kerabatnya. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana, yang biasanya tidak dihasilkan oleh industri besar dan sedang. Lokasi industri kecil yang tersebar pada gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim, sehingga memungkinkan barang-barang hasil produksi dapat sampai ketangan konsumen secara cepat, mudah dan murah.

Peningkatan kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi lemah merupakan jawaban terhadap ketidak selarasan dan berbagai kesenjangan dalam struktur perekonomian. Butir-butir trilogi pembangunan Indonesia yakni pemerataan, pertumbuhan dan stabilisasi yang secara tersirat telah memberikan penekanan tersendiri mengenai peranan pengusaha kecil dan golongan ekonomi lemah. Makna pemerataan tentu saja bukanlah sekedar memperluas kesempatan kerja, namun lebih jauh lagi menyangkut juga pemerataan kesempatan berusaha, distribusi pendapatan, serta keselarasan pembangunan antar wilayah dan lingkungan.

2. Strategi Pengembangan Industri Kecil Dengan memilih strategi pengembangan yang tepat dalam pengelolaan industri kecil akan memperkuat struktur ekonomi baik nasional maupun internasional. Atmadji dan Djoseno Ranupandoyo dalam Studi Perkembangan Usaha dan Investasi Pengaruhnya pada Pendapatan Usaha Kecil Menengah Indonesia menyatakan bahwa Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah melakukan beberapa upaya dalam menghadapi persaingan pasar bebas yaitu dengan menggembangkan Usaha Kecil Menengah yang mengacu pada beberapa hal antara lain:

a. Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan menyediakan lingkungan yang mampu mendorong pengembangan


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

UKM secara sistematik, mandiri dan berkelanjutan.

b. Mempermudah perijinan pajak, dan retribusi lainnya.

c. Mempermudah akses pada bahan baku, teknologi, informasi.

d. Menyediakan bantuan teknis (pelatihan penelitian) dan manajemen melalui BDSP (Business Development Service Program)

e. Mendorong BDSP untuk masing-masing memiliki keahlian.

f. Menciptakan sistem penjamin kredit (financial guarantee System) yang terutama disponsori oleh pemerintah pusat dan daerah.

Menurut Ginanjar Kartasasmita (1996) ada beberapa aspek yang perlu di tingkatkan untuk mengembangkan strategi yaitu antara lain:

a. Modal

Pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar. Perbedaan fungsional antara modal kerja dan modal tetap menurut (Bambang Riyanto 1995) adalah:

1) Jumlah modal kerja adalah lebih fleksibel. Jumlah modal kerja dapat lebih mudah diperbesar atau diperkecil, disesuaikan dengan kebutuhannya. Sedangkan modal tetap, sekali diberi tidak mudah dikurangi atau diperkecil.

2) Susunan modal kerja adalah relatif variabel. Elemen-elemen modal kerja akan berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, sedangkan modal tetap adalah relatif permanen dalam jangka waktu tertentu, karena elemen-elemen dari modal tetap tidak


(33)

commit to user segera mengalami perubahan.

3) Modal kerja mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang pendek, sedangkan modal tetap mengalami proses perputaran dalam jangka waktu yang panjang.

Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya sehari–hari, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu yang pendek melalui hasil penjualan produksinya. Menurut (Bambang Riyanto, 1995: 57) “Beberapa konsep pengertian modal kerja dibedakan menjadi tiga, yaitu konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional”. Dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Konsep Kuantitatif

Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

2) Konsep Kualitatif

Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar–benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar (net working capital).

3) Konsep Fungsional

Dalam konsep ini berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.

b. Teknologi

Perkembangan teknologi sekarang ini memperlihatkan perkembangan ke berbagai arah. Penggunaan teknologi dapat diterapkan di berbagai bidang. Selain itu, perkembangan tidak selalu teratur. Adakalanya perkembangan menemui jalan buntu dan gagal. Apabila terdapat


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perkembangan baru tidak jarang teknologi yang lama terhenti.

Perkembangan teknologi juga mempengaruhi kegiatan pemasaran karena dapat memberikan suatu akibat pada kehidupan konsumen, terutama cara hidup dan pola konsumsinya. Misalnya, dengan diketemukannya alat hitung menghitung berawal dari abacus ( cipoa ), diperbaiki yang langsung dan tak langsung akan mempengaruhi kegiatan usaha yang ditekuninya. Perkembangan teknologi menyebabkan tambahan produksi dengan sumber-sumber yang sama ataupun jumlah output yang sama tetapi dengan input yang lebih sedikit, atau mungkin pula berupa barang-barang yang baru yang punya kegunaan yang lebih banyak.

Menurut Irawan dan M.Suparmoko (2002) teknologi dalam kehidupan sehari-hari ialah ” suatu perubahan dalam fungsi yang tampak dalam teknik produksi yang ada”.

c. Manajeman Dalam melaksanakan kegiatan produksi diperlukan manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya dalam proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi.

Pengertian manajemen menurut James AF Stoner, yang dialihbahasakan oleh (T. Hani Handoko, 2003:8) sebagai berikut:

“Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengunaan sumber daya - sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.

Fungsi Manajemen antara lain:

1) Forecasting: Kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi apabila sesuatu dikerjakan.

2) Planning: Penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan.

3) Organizing: Pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, termasuk dalam hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.


(35)

commit to user

4) Staffing: Penyusunan personalia sejak dari penarikan tenaga kerja baru, latihan dan pengembangan sampai dengan usaha agar setiap petugas memberi daya guna maksimal pada organisasi.

5) Directing:Usaha memberikan bimbingan saran-saran dan perintah dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan untuk dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

6) Leading: Pekerjaan manager untuk meminta orang lain agar bertindak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

7) Coordinating: Menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi kekacauan dan saling lempar tanggung jawab dengan jalan menghubungkan, menyatu-padukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan.

8) Motivating: Pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara sukarela.

9) Controling: Penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.

10)Reporting: Penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan. d. Pasar

Pada saat sekarang peranan pasar masa kini sangatlah penting. Untuk menekan harga pokok, perusahaan industri menghasilkan barang secara massal karena dalam proses produksinya menggunakan mesin- mesin sehingga dapat menghasilkan barang dalam jumlah banyak yang mungkin lebih banyak dari yang dibutuhkan dengan waktu yang relatif singkat. Adanya pasar bagi barang-barang hasil produksinya sangatlah berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Pada pasar tersebut produsen dan konsumen bertemu dan berkomunikasi. Melalui mekanisme pasar produsen mengajukan penawaran (supply) atas produknya dan melalui mekanisme pasar pula konsumen mengajukan permintaan (demand). Adanya tindakan penawaran dan permintaan akan dapat menimbulkan harga dan kesesuaian harga akan menimbulkan jual beli. Transaksi jual beli akan menimbulkan


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

keuntungan yang akan dapat menutupi biaya produksi serta menambah modal perusahaan.

Pasar adalah salah satu dari berbagai system, institusi, prosedur, hubungan social dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. (Suyadi Prawirosentono 2002: 21) menyatakan bahwa “secara umum pasar merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli dalam rangka pemindahan hak atas barang atau jasa yang dijadikan objek jual beli, pasar demikian disebut pasar dalam arti sempit. Pasar dalam arti yang luas, yakni merupakan tempat konsumen potensial berada”.

Dalam dunia usaha tanpa adanya persaingan maka tidak akan mengalami perkembangan sampai sejauh yang kita terima saat ini. Persaingan merupakan gejala sosial yang terjadi masyarakat yang selalu menimbulkan segala kontroversi. Sehingga persaingan menjadi suatu hal yang wajib terjadi di dalam dunia usaha. Dalam berdagang atau menjalankan usaha, juga terjadi persaingan antara para pedagang di dalam pasar. Seperti Pasar persaingan sempurna yang merupakan pasar yang terdapat banyak penjual dan pembeli yang menjual barang yang sama, sehingga tidak ada pihak yang bisa mempengaruhi harga pasar. Akibatnya, penjual tidak bisa seenaknya menentukan harga. Karena ketidak mampuan menentukan harga pasar, kedua belah pihak disebut sebagai penerima harga (price taker).

Pasar memiliki beberapa fungsi antara lain: 1) Fungsi Pokok

Sebagai sarana pelayanan dan penyediaan kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat, juga sebagi sumber pendapatan daerah yang diperoleh dari jasa pelayanan dan perpasaran serta merupakan sarana distribusi perekonomian yang dapat menciptakan tambahan tempat usaha bidang jasa dan pencipta kesempatan kerja.

2) Fungsi pada skala kecil

Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling memenuhi 19


(37)

commit to user

kebutuhannya masing-masing baik kebutuhan yang bersifat konsumtif maupun untuk bidang jasa.

e. Kewirausahaan Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).

Menurut Robert D. Hisrich, Michael P.Peters dan Dean A. Shepherd (10: 2008) menyatakan bahwa Kewirausahaan adalah “Proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko social yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi”. Masih menurut Robert D. Hisrich, Michael P.Peters dan Dean A. Shepherd tindakan kewirausahaan mengacu pada perilaku sebagai bentuk tanggapan atas keputusan yang didasarkan pada pertimbangan ketidakpastian mengenai peluang yang mungkin untuk mendapatkan keuntungan.

Ciri-ciri wirausaha yang berhasil yaitu:

1) Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak kemana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.

2) Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.

3) Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

5) Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

6) Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak. 7) Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang

teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.

8) Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas. (Kasmir,2007)

f. Kelembagaan Menurut Sudaryanto dalam Hermanto R (2010) kelembagaan adalah sebagai pranata dapat dikenali melalui unsure-unsurnya seperti aturan main, hak dan kewajiban, batas yuridiksi atau ikatan dan sangsi, dan juga terdapat struktur organisasi, tujuan yang jelas, mempunyai partisipan dan mempunyai teknologi serta sumber daya.

Unsur-unsur kelembagaan

1) Institusi merupakan landasan untuk membangun tingkah laku sosial masyarakat.

2) Norma tingkah laku yang mengakar dalam masyarakat dan diterima 21


(39)

commit to user

secara luas untuk melayani tujuan bersama yang mengandung nilai tertentu dan menghasilkan interaksi antar manusia yang terstruktur. 3) Peraturan dan penegakan aturan/hukum.

4) Aturan dalam masyarakat yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama dengan dukungan tingkah laku, hak dan kewajiban anggota.

5) Kode etik. 6) Kontrak. 7) Pasar.

8) Hak milik (property rights) 9) Organisasi.

10) Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan.

g. Kemitraan usaha Pola kemitraan di Indonesia hingga detik ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu: pola keterkaitan langsung dan keterkaitan tidak langsung. Pola keterkaitan langsung meliputi: Pertama, Pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat), di mana Bapak Angkat (baca:usaha besar) sebagai inti sedang petani kecil sebagai plasma. Kedua, pola dagang, dimana bapak angkat bertindak sebagai pemasar produk yang dihasilkan oleh mitra usahanya. Ketiga, pola vendor, di mana produk yang dihasilkan oleh anak angkat tidak memiliki hubungan kaitan ke depan maupun ke belakang dengan produk yang dihasilkan oleh bapak angkatnya. Pola keterkaitan tidak langsung merupakan pola pembinaan murni. Dalam pola ini tidak ada hubungan bisnis langsung antara "Pak Bina" dengan mitra usaha.

Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat.

Kemitraan menurut Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan ialah kerjasama antara perusahaan di Indonesia, dalam hal ini antara UKM dan UB (Usaha Besar) yang memperhatikan prinsip


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, mulai membangun strategi, melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi sampai target tercapai. Pola kemitraan antara UKM dan UB di Indonesia yang telah dibakukan, menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP No. 44 Tahun 1997 tentang kemitraan, terdiri atas 5 (lima) pola, yaitu :

1) Inti Plasma,

Adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti.

2) Subkontrak,

Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra; dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

3) Dagang Umum,

Adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra.

4) Keagenan,

Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha pengusaha mitra.

5) Pola Kerjasama Operasional Agribisnis

Adalah hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra,dimana kelompok mitra menyediakan modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau budidaya pertanian.

Manfaat yang dapat diperoleh bagi UKM dan UB yang melakukan kemitraan diantaranya adalah:


(41)

commit to user 1) meningkatkatnya produktivitas,

2) efisiensi,

3) jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, 4) menurunkan resiko kerugian,

5) memberikan social benefit yang cukup tinggi, dan 6) meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.

3. Bahan Baku

Menurut Freddy Rangkuti (1997) menyatakan bahwa Setiap industri pasti memerlukan persediaan tanpa adanya persedian, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaanya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan. Masih menurut Freddy Rangkuti persediaan adalah ”sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu”.

Persediaan memiliki beberapa manfaat antara lain:

1) Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2) Menghilangkan resiko barang yang rusak.

3) Untuk mengantisipasi bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.

4) Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan. 5) Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6) Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya.

Setiap pengusaha harus menjaga persediaan yang cukup agar kegiatan operasi produksinya dapat lancar dan efisien, yang perlu


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diperhatikan adalah agar bahan baku yang dibutuhkan hendaknya cukup tersedia sehingga dapat menjamin kelancaran produksi. Hendaknya jumlah persediaan itu jangan terlalu besar, sehingga modal yang tertanam dan biaya-biaya yang ditimbulkan dengan adanya persediaan juga tidak besar.

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:60) “persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambah fleksibilitas operasi perusahaan”. Adapu empat fungsi persediaan adalah:

1) untuk Men-“decouple” atau memisahkan beragam bagian proses produksi.

2) untuk Men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.

3) Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.

4) Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

Masih menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:61) terdapat empat jenis persediaan yaitu:

1) Persediaan Bahan baku

Persediaan yang hanya untuk dibeli namun tidak diproses. 2) Persediaan barang setengah jadi

Ialah bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai.

3) Persediaan pemeliharaan/perbaikan / operasi

Ialah persediaan yang diperlukan untuk menjaga agar permesinan dan proses produkasi tetap produktif.

4) Persediaan barang jadi

Ialah proses yang sudah selesai dan menunggu pengiriman.

4. Pendapatan

Setiap pengusaha pasti mengharapkan reward atau timbal balik dari 25


(43)

commit to user

kegiatan usaha yang telah dilakukannya berupa pendapatan. Timbal balik yang diperoleh berupa pendapatan atau penghasilan dalam bentuk uang maupun barang. Tingkat pendapatan seseorang akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas kebutuhan.

Pendapatan adalah tingkat hidup seseorang individu atau keluarga yang didasarkan atas penghasilan mereka dari sumber-sumber pendapatan lainnya. Pendapatan menurut UU RI no.10 tahun 1994 pasal 14 ayat (1) adalah sebagai berikut:

Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan atau penghasilan yang diterima dapat berupa uang dan dapat pula berupa barang atau jasa yang ditaksir atau dinilai dengan uang.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1999:233) dalam buku standart Akuntansi Keuangan menyebutkan bahwa pendapatan adalah “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.

Dalam buku Teori Akuntansi yang berjudul Accounting Principle Board yang dikutip oleh (Theodorus Tuanakotta,1984:153) pengertian pendapatan adalah” Pendapatan sebagai inflow of asset kedalam perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa”.

Patton dan Littleton mengemukakan bahwa pengertian pendapatan dapat ditinjau dari aspek fisik dan moneter. Hal ini juga dikemukakan Suwardjono (1984:167) dalam buku teori Akuntansi Perekayasaan Akuntansi Keuangan bahwa dari aspek fisik pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa pendapatan dihubungkan dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.

Pendapatan tersebut dapat diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan yang diterima pada waktu tertentu, misalnya satu bulan sekali, penerimaan ini tergantung dari jenis dan macam sumber yang mendatangkan


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user pendapatan tersebut.

Menurut Sadono Sukirno (2005:132) menyatakan bahwa ” dalam kegiatan pertanian perubahan permintaan lebih mempengaruhi pendapatan daripada kesempatan kerja”. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan para petani maupun pengolah akan meningkat.

Keputusan output yang relevan bagi perusahaan yang ingin memaksimumkan labanya adalah penerimaan yang diperoleh dari penjualan 1 unit terakhir barang yang dihasilkan. Bila perusahaan dapat menjual semua barang yang dihasilkan sesuka hati tanpa menyebabkan terjadinya efek dalam harga pasar, maka harga dianggap sebagai pendapatan marginal. (Walter Nicholson, 2002).

B. Kerangka Berfikir

Secara garis besar masalah-masalah yang akan diteliti, dituangkan dalam bentuk suatu kerangka pemikiran untuk memperjelas dan mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Kerangka pemikiran ini menggambarkan bahwa suatu perusahaan dalam hal ini adalah industri Carica, harus mempunyai strategi pengembangan agar dalam pencapaian tujuan dapat tercapai secara maksimal. Strategi pengembangan usaha meliputi modal, teknologi, manajemen, pasar, kewirausahaan, kelembagaan, dan kemitraan usaha

Sentra industri Carica di Kabupaten Wonosobo memulai usahanya karena ada kesempatan pasar yang baik. Bagi seorang pemasar, kesempatan pemasaran merupakan kebutuhan pasar yang masih ada dan pemasar bertugas mengubah sumber-sumber menjadi produk yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Tidak lepas dari adanya kesempatan pasar yang baik masih ada kelemahan, ancaman maupun peluang yang muncul maka dari itu perlu dilakukan suatu analisis yaitu analisis SWOT dimana didalamnya dapat diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada dalam sentra industri Carica tersebut.

Dengan melakukan analisis SWOT ditemukan beberapa kendala yang dihadapi oleh sentra industri kecil Carica sehingga diperlukan solusi untuk memecahkan kendala yang dihadapi. Solusi pemecahan masalah itu dapat


(45)

commit to user

dilakukan dengan menggunakan strategi pengembangan usaha yang telah ditemukan.

Diharapkan dengan menerapkan strategi pengambangan usaha dapat menimbulkan keberhasilan pengrajin Carica di kabupaten Wonosobo dalam hal peningkatan pendapatan pengrajin.


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2.1: Kerangka Berfikir


(47)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa sentra industri kecil Carica yang

berada di daerah Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini dikarenakan mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan selain itu

pengarajin sentra industri kecil Carica hanya bisa ditemukan di kabupaten

Wonosobo.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Penelitian ini di mulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan terselesaikannya laporan ini.

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Untuk mengkaji suatu permasalahan secara utuh dan lengkap diperlukan suatu pendekatan permasalahan melalui bentuk penelitian yang tepat. Bentuk penelitian yang tepat akan mencerminkan kedalaman materi permasalahan yang disajikan. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif menurut (Moleong, 2006:9) adalah sebagai berikut:

a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila dihadapkan pada kenyataan jamak.

b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden.

c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang dihadapi.

Lebih lanjut Moleong (2004:34) mengemukakan bahwa ” Penelitian kualitatif itu cenderung untuk mencari, menemukan dan menyimpulkan hipotesis; hipotesis dilihat sebagai sesuatu yang tentatif, berkembang dan didasarkan pada sesuatu studi tertentu”.


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan ciri-ciri penelitian kualitatif di atas, maka bentuk kualitatif dipilih karena berasumsi bahwa dengan pendekatan penelitian ini maka permasalahan yang akan diteliti dapat diungkapkan secara detail dan mendalam, selain itu juga karena dalam penelitian ini tidak menguji hipotesis.

Hadari Nawari (1996:73) mendefinisikan bahwa ”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”. Metode deskriptif memusatkan

perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan

sebenarnya. Data yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek penelitian dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan sebagaimana mestinya.

Penelitian kualitatif juga menghendaki ditetapkannya batasan dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, batas menentukan kenyataan ganda yang kemudian mempertajam fokus. Kedua, penetapan fokus dapat lebih dekat dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus. Dengan kata lain, bagaimanapun penetapan fokus sebagai masalah penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian.

2. Strategi Penelitian

Dalam metode deskriptif kualitatif ini, data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, yang merupakan gambaran dari keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini kegiatan mengumpulkan data bersifat tunggal terpancang. Pengumpulan data tertarah pada tujuan yang ingin dicapai

sehingga sering disebut studi kasus atau riset terpancang (embedded reseach).

Hal ini sesuai dengan pendapat (H.B Sutopo, 2002:112) ”Bahwa pada penelitian terpancang, peneliti di dalam proposalnya sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan”. Tunggal dalam arti hanya satu ruang lingkup lokasi penelitian yaitu sentra industri kecil

Carica. Sedangkan terpancang pada tujuan penelitian maksudnya bahwa apa yang harus diteliti dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum melaksanakan


(49)

commit to user

penelitian lapangan. Dalam penelitian ini terpancang pada tujuan untuk

mengetahui bagaimana strategi pengembangan sentra industri kecil Carica dan

pengaruhnya terhadap peningkatan pendapatan pelaku industri Carica di

Kabupaten Wonosobo.

C. Sumber Data

Sumber data merupakan sumber dimana data dapat diperoleh. Data tidak akan dapat diperoleh tanpa adanya sumber data. Data memiliki sumber data, peneliti harus benar-benar berfikir mengenai kemungkinan kelengkapan informasi yang akan dikumpulkan dan juga validitasnya. Menurut (H.B Sutopo, 2002:49) ”Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian yang sangat penting bagi peneliti karena ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang diperoleh”. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan

Informan adalah seseorang yang dipandang mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti yang berupa kata-kata yang nantinya dianalisis dan ditarik kesimpulan yang kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Agar mendapatkan data yang lebih valid dilakukan pengecekan antarinforman yang satu dengan informan yang lain.

Berdasarkan sumber data di atas, maka dalam penelitian ini peneliti

memilih beberapa pengrajin Carica.

2. Tempat Penelitian

Tempat dan lokasi penelitian merupakan salah satu jenis sumber data yang harus dimanfaatkan oleh peneliti. Tempat penelitian yang digunakan untuk

penelitian ini adalah beberapa sentra industri Carica di Kabupaten Wonosobo.

3. Arsip dan Dokumen

Menurut HB. Sutopo (2002:54) menyatakan bahwa ”Dokumen adalah bahan tertulis dan benda yang bergayut dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu, sedangkan arsip merupakan catatan rekaman yang sifatnya lebih formal


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terencana”. Dalam penelitian ini dokumen dan arsip yang digunakan adalah segala bentuk arsip dan dokumen yang mempunyai hubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian.

Dokumen yang digunkan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi internal dan dokumen lain yang mendukung seperti jurnal dan artikel. Dokumen

resmi berupa berapa jumlah sentra industri kecil Carica yang ada di Kabupaten

Wonosobo, data jumlah pekerja, data tingkat pendidikan serta data penjualan

Carica. Serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini maupun buku-buku literatur.

D. Teknik Sampling

Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik cuplikan atau sampling yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan. Dengan kata lain teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau menfokuskan permasalahan agar pemilihan sample lebih mengarah pada tujuan penelitian. Penelitian tidak menentukan jumlah sample, tetapi peneliti menentukan sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang permasalahan yang sedang di teliti. Peneliti berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber.

Menurut Suharsimi Arikunto (2005:95) terdapat beberapa teknik pengambilan sample yaitu sebagai berikut:

Pengambilan sample (sampling techniques) yang biasa dikenal antara lain

adalah: sampling acak (random sampling), sampling kelompok (cluster

sampling), sampling berstrata (stratified sampling), sampling bertujuan

(purposive sampling), sampling daerah atau sampling wilayah (area sampling), sampling kembar (double sampling), dan sampling berimbang

(proposional sampling).

Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini yaitu menggunakan

teknik Purposive Sampling (sampling bertujuan). Sample dipilih berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini populasi adalah jumlah

keseluruhan industri Carica di Kabupaten Wonosobo adalah 25 sentra industri,


(51)

commit to user

yang tersebar di beberapa kecamatan. Sebagai sample diambil perajin yang memiliki informasi lengkap sesuai dengan topik penelitian.

Jumlah sample akan berkembang (Snow Ball) yaitu dari satu informan ke

informan lain sampai informasi yang dibutuhkan mencukupi. Hal ini dikarenakan agar data yang diperoleh bisa mendalam, sehingga diperlukan informasi yang benar-benar mengetahui dan memahami permasalahan yang sedang diteliti. Pada dasarnya teknik bola salju tidak melakukan seleksi dalam menentukan sample, sehingga peneliti tidak membatasi jumlah informan. Peneliti memiliki informan kemudian informan tersebut dimintai menunjuk informan berikutnya yang dianggap lebih mengetahui dan memahami permasalahan yang diteliti. Dengan begitu data yang diperoleh akan mendalam dan benar-benar mendukung hasil penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk mendapat data yang diperlukan dengan menggunakan alat tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga macam teknik yaitu: metode observasi, metode interview, dan metode dokumentasi.

1. Metode Observasi

Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2002 : 128) ” Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan penyerap”. Sehingga dapat dikatakan bahwa observasi merupakan hal yang dapat dilakukan secara langsung terhadap obyek penelitian, mencatat fenomena yang diselidiki melalui penglihatan dan pendengaran.

Teknik observasi dalam penelitian ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung seperti ungkapan Spardley yang dikutip (H.B Sutopo, 2002:65) menjelaskan “Peran dalam observasi dapat dibagi menjadi (1) tidak berperan sama sekali (2) berperan yang terdiri dari berperan pasif dan berperan aktif dan (3) berperan penuh”.


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penjelasan dari uraian diatas dapat dilihat sebagai berikut:

a. Tidak berperan sama sekali, peneliti sama sekali kehadirannya untuk melakukan observasi tidak diketahui oleh subyek yang diamati

b. Berperan pasif, peneliti hanya mendatangi lokasi, tetapi sama sekali tidak berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat pasif.

c. Berperan aktif, merupakan cara khusus dan peneliti tidak berperan pasif sebagai pengamat, tetapi memainkan peran dalam penelitian, tidak mempertimbangkan akses yang bisa diperolehnya dan bisa dimanfaatkan bagi pengumpulan data.

d. Observasi berperan penuh, bahwa peneliti memang memiliki peran dalam lokasi studinya sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang ditelitinya.

Dalam penelitian ini peneliti tergolong dalam kategori ketiga yaitu observasi dengan berperan aktif dalam pengamatan dilokasi penelitian.

2. Metode Interview

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk percakapan. Menurut (Moleong, 2006:186) menyatakan bahwa “Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Adapun jenis wawancara menurut Plato, seperti yang dikutip oleh (Moleong, 2005 : 187) adalah sebagai berikut:

a. Wawancara Pembicaraan Informal

Pada jenis ini pertanyaan yang diajukan sangat tergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi tergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada yang diwawancarai.

b. Pendekatan Menggunakan Petunjuk

Umum Wawancara

Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara.


(53)

commit to user

c. Wawancara Baku Terbuka

Adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan penyajianpun sama untuk semua informan.

Jenis wawancara yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan wawancara diperlukan hal-hal sebagai berikut:

1) Perencanaan Wawancara

Dalam perencanaan ini tahap pertama adalah menentukan orang yang akan diwawancarai. Langkah kedua mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan mereka, langkah ketiga mengadakan persiapan yang matang seperti memperkenalkan diri dan memberikan ikhtisar singkat tentang penelitian.

2) Pelaksanaan Wawancara

Pelaksanaan menyangkut pewawancara dengan yang diwawancarai yang meliputi mengatur strategi dan teknik berwawancara serta melakukan pencatatan data wawancara.

3) Kegiatan Sesudah Wawancara

Sesudah kegiatan wawancara berakhir hendaknya menggunakan waktu untuk mengecek kualitas datanya dan membuat catatan lapangan serta mengorganisasikan kualitas datanya agar siap dijadikan bahan analisis.

Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari sumbernya sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya. Data yang dikumpulkan dengan wawancara merupakan data penguat bagi penemuan data yang dikumpulkan untuk mendukung penjelasan tentang permasalahan penelitian.

Dalam penelitian ini wawancara yang digunakan adalah wawancara pembicaraan informal karena peneliti ingin mendapatkan informasi yang rinci sejujurnya, dan lebih mendalam dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan sehari-hari.


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Metode Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana sampai yang lebih lengkap, dan bahkan bisa berupa benda-benda lainnya sebagai peninggalan masa lampau.

Menurut Moleong (2004 :216) mendefinisikan “Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramal” Teknik ini juga digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Dokumen merupakan sumber data yang sangat penting dalam penelitian data kualitatif, karena digunakan untuk menguji, menafsirkan, serta meramalkan.

b. Dokumen digunakan sebagai sumber data sebab datanya stabil dan kaya akan informasi.

c. Lebih murah dan mudah didapatkan. d. Lebih mudah dalam kajian ini karena

tidak bersifat reaktif.

e. Berguna sebagai bukti kebenaran dalam suatu pengujian.

F. Validitas Data

Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari kancah penelitian. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud supaya hasil penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena validitas data menunjukkan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam penelitian. Data yang telah dikumpulkan, diolah dan diuji kesahihannya melalui pemeriksaan tertentu.

Menurut H. B Sutopo (2002:78) “Membedakan empat macam triangulasi 36


(1)

commit to user

sebagai icon Kabupaten Wonosobo untuk dapat mengembangkan serta meningkatkan produk Carica

b. Hasil kombinasi kekuatan dengan ancaman menghasilkan strategi antara lain:

1) Antisipasi bencana alam khususnya tanah longsor yaitu dengan melakukan penyuluhan pada masyarakat sekitar dataran tinggi Dieng agar lebih peduli pada lingkungan.

2) Melakukan inovasi produk yang dapat meningkatkan selera konsumen 3) Melakukan penelitian-penelitian berkaitan dengan pohon Carica untuk

dapat menemukan kemungkinan wabah penyakit yang dapat menyerang pohon Carica

c. Hasil kombinasi kelemahan dengan peluang menghasilkan strategi antara lain:

1) Melakukan persediaan dalam bentuk stok barang untuk mengatasi masalah ketika kekurangan bahan baku

2) Perbaikan manajemen produksi

3) Melakukan penjualan secara langsung (membuka toko) untuk mengatasi modal yang macet.

4) Pada saat musim kemarau produksi Carica dipindahkan ke produksi makanan olahan lainnya seperti kacang dieng, jamur dieng, purwaceng, dll yang menjadi komoditas Kabupaten Wonosobo lainnya.

5) Memanfaatkan media teknologi (internet) untuk mempromosikan Carica. 6) Harga jual carica yang tinggi dapat menolong harga bahan penolong

ketika mengalami kenaikan harga di pasaran.

7) Melakukan inovasi produk pada carica untuk menaikan permintaan dari konsumen.

d. Hasil kombinasi kelemahan dengan ancaman menghasilkan strategi antara lain:

1) Riset pemasaran terkait dengan kondisi perekonomian Negara melalui jasa konsultan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga APC dan di Bantu oleh Pemerintah Daerah Wonosobo


(2)

commit to user

2) Ancaman tanah longsor dapat ditanggulangi dengan memperbanyak tanaman Carica setidaknya dapat lebih banyak menyerap air dibandingkan tanaman kentang.

3) Inovasi perlu dilakukan untuk menangulangi kebosanan konsumen terhadap produksi carica.


(3)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Pada bab terakhir ini peneliti akan mengemukakan suatu simpulan, implikasi dan saran berdasarkan penelitian.

A. Kesimpulan

Dengan melakukan strategi pengembangan pada sentra industri kecil Carica, dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan dan pendapatan para pengrajin Carica di Kabupaten Wonosobo. Faktor-faktor yang dapat dikembangkan antara lain ialah modal, teknologi, manajemen, pasar, kelembagaan, kewirausahaan dan kemitraan usaha. Sama halnya dengan industri kecil pada umumnya, sentra industri kecil Carica juga mengalami beberapa kendala yang dialami oleh sebagian besar industri kecil antara lain kekurangan modal, penggunaan teknologi sederhana, proses manajemen yang kurang teratur, dan masalah bahan baku.

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang) dalam penentuan strategi pengembangan pada industri kecil Carica Kabupaten Wonosobo maka dapat dihasilkan strategi untuk meminimalkan kelemahan kekurangan bahan baku sehingga bisa dijadikan kekuatan serta meminimalkan ancaman datangnya investor asing sehingga dapat dijadikan peluang oleh industri kecil Carica Kabupaten Wonosobo. Beberapa strategi tersebut dapat digunakan oleh para pengrajin Carica untuk mengembangkan industri kecil mereka, sehingga pendapatan yang diperolehnya akan naik.

Dengan adanya strategi pengembangan yang ditemukan dapat menyelesaikan atau setidaknya meminimalkan kendala yang dialami oleh para pengrajin Carica Kabupaten Wonosobo.


(4)

commit to user

B. Implikasi

1. Implikasi Praktis

Berdasarkan kesimpulan penelitian, implikasi yang dapat disimpulkan adalah terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan perajin Carica yaitu dengan memanfaatkan kombinasi dari kekuatan (strength) kelemahan (Weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threats), yaitu kombinasi kekuatan dengan peluang, kekuatan dengan ancaman, kelemahan dengan peluang dan kelemahan dengan ancaman.

2. Implikasi Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian dalam hal pengembangan UKM.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pengrajin Carica dalam mengembangkan industri kecil Carica sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian dan analisis data tersebut diatas maka saran dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Saran untuk Pengrajin Carica

a. Memaksimalkan kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya dengan memanfaatkan media internet sebagai sarana promosi yaitu membuat web bersama dari semua pengrajin Carica sehingga produk Carica dapat dikenal di seluruh penjuru di Indonesia.


(5)

commit to user

untuk menghadapi ancaman dengan cara perbaikan mutu SDM melalui training bagi pekerja baru.

c. Pembenahan manajemen kerja diantaranya dengan membuat pembukuan sederhana dan secara teratur. d. Peningkatan kualitas SDM diantaranya,

melakukan pelatihan pengembangan produk dan pelatihan penggunaan jaringan internet.

2. Saran untuk Pemerintah Daerah

a. Pemerintah Daerah diharapkan lebih sering mengadakan pendampingan dan pelatihan kepada Pengrajin Carica agar lebih maksimal dalam kegiatan produksi dan pemasaran produk Carica.

b. Memaksimalkan Web kabupaten Wonosobo dengan memasukkan produk Carica serta segala sesuatu yang berkaitan dengan Carica di wonosobokab.go.id

c. Diharapkan pemerintah daerah dapat memberikan bantuan berupa teknologi tinggi kepada para pengrajin Carica. d. Pemerintah diharapkan lebih sering

melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat Dieng agar mau membudidayakan Carica, serta memberikan penyuluhan untuk


(6)

commit to user

mengantisipasi bencana alam di dataran tinggi Dieng.

e. Menyediakan Fasilitas dalam promosi, sebagai contoh adanya poster, baliho maupun gambar-gambar tentang Carica di tempat-tempat yang strategis sehingga banyak orang akan mengenal Carica.

f. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan bibit Carica yang unggul kepada para petani.

g. Pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan bantuan obat untuk petani carica yang dapat merangsang buah sehingga nantinya carica tidak hanya berbuah pada musim penghujan saja. 3. Saran untuk Peneliti selanjutnya

a. Peneliti sebaiknya lebih tajam menyoroti permasalahan yang ada sehingga nantinya dapat mendapatkan informasi yang lebih banyak.

b. Menambah jumlah informan untuk mendapatkan informasi yang lengkap.

c. Variabel yang diteliti sebaiknya ditambahkan lagi. d. Atas keberhasilan penelitian ini diharapkan untuk

peneliti selanjutnya dapat menemukan strategi yang lebih spesifik untuk kemajuan industri kecil Carica.