Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat Sunda

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG PEREMPUAN
Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

ICEN FRAGOLIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kajian Stok Ikan
Kembung Perempuan Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat
Sunda” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir karya tulis ini.


Bogor, April 2015

Icen Fragolia

ABSTRAK

ICEN FRAGOLIA. Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan Rastrelliger
brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat Sunda. Dibawah bimbingan
ACHMAD FAHRUDIN dan MENNOFATRIA BOER.
Ikan kembung perempuan merupakan ikan pelagis kecil di perairan Selat
Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Aktivitas penangkapan ikan
hampir dilakukan setiap hari, sehingga dikhawatirkan terjadi penurunan stok.
Oleh sebab itu dilakukan penelitian tentang kajian stok ikan kembung
perempuan di perairan Selat Sunda guna mendapatkan alternatif pengelolaan
yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan
Oktober 2014. Data primer yang dikumpulkan adalah panjang total, bobot
basah, tingkat kematangan gonad (TKG), dan jenis kelamin. Ikan kembung
perempuan betina memiliki nilai koefisien pertumbuhan 0.26 per tahun, lebih
besar dari jantan 0.21 per tahun, sehingga ikan betina memiliki umur yang

lebih panjang. Laju eksploitasi ikan kembung perempuan mencapai 80% yang
mengindikasikan telah terjadi over eksploitasi di perairan Selat Sunda.
Kata kunci: Ikan kembung perempuan, PPP Labuan, Selat Sunda, kajian stok
ikan

ABSTRACT

ICEN FRAGOLIA.
Stock Assesment of Short Mackerel Rastrelliger
brachysoma (Bleeker 1851) In The Sunda Strait. Supervised by AHCMAD
FAHRUDIN and MENNOFATRIA BOER.
Short mackerel is a pelagic fish in the Sunda Strait landed in PPP
Labuan, Banten. Fishing activities almost done every day, so it is feared a
decline in the stock, therefore conducted study about asses the short mackerel
stocks in Labuan to get a proper alternative continuity management. The study
was conducted from June to October 2014. Primary data collected were the
total length, wet weight, gonad maturity and sex. Short mackerel fish female
have a growth coefficient (K) is 0.26 per year and is taller than 0.21 per year,
so females have a longer life. The rate of exploitation of short mackerel fish to
80% that indicated short mackerel in Sunda Strait have over exploited.

Key words: Short mackerel fish, PPP Labuan, Sunda Strait, fish stock
assesment

KAJIAN STOK IKAN KEMBUNG PEREMPUAN
Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

: Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan Rastrelliger
brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat Sunda

Nama Mahasiswa : Icen Fragolia
NIM
: C24110023
Program Studi
: Manajemen Sumberdaya Perairan
Judul Skripsi

Disetujui oleh

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi
Pembimbing I

Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA
Pembimbing II

Mengetahui:

Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
yang dipilih dalam penelitian ini ialah Kajian Stok Ikan Kembung Perempuan
Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) di Perairan Selat Sunda.
Kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan karya ilmiah ini,
terutama kepada:
1 IPB yang telah memberikan kesempatan untuk studi.
2 Bidik Misi yang telah memberikan beasiswa selama studi di IPB.
3 Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
DIPA IPB Tahun Ajaran 2014, kode Mak: 2014. 089. 521219, Penelitian
Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga
Penelitan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul
“Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumber daya Ikan Ekologis

dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang
dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer DEA (sebagai ketua
peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia MSi (sebagai anggota peneliti).
4 Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc selaku dosen pembimbing akademik.
5 Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi dan Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA
selaku dosen pembimbing skripsi.
6 Taryono Kodiran, Spi, MSi selaku dosen penguji tamu
7 Ali Mashar, Spi, MSi selaku komisi pendidikan Departemen Manajemen
Sumber Daya Perairan
8 Staf tata usaha Departemen Manajemen Sumber daya Perairan
9 Papa, mama serta keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan
kasih sayangnya
10 Tim Penelitian BOPTN 2014 Labuan atas bantuan dan kerja samanya.
11 Keluarga besar MSP angkatan 48 dan teman-teman semuanya.
12 Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Demikian Karya Ilmiah ini disusun, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015

Icen Fragolia


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix
ix
ix
1
1
1
2
2
2
2
2
3
8
8
14

17
17
18
18
21
31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 2002)
Rasio kelamin ikan kembung perempuan berdasarkan waktu
pengambilan contoh
Parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan di Selat Sunda
Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan
Perbandingan mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung

perempuan

4
10
13
13
16

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi pengambilan contoh PPP Labuan, Banten
3
2 Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)
9
3 Hasil tangkapan ikan di PPP Labuan tahun 2013
10
4 Grafik tingkat kematangan gonad ikan kembung perempuan betina (a),
jantan (b)
11
5 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan betina (a)
dan jantan (b)

12
6 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung perempuan betina dan jantan 12
7 Sebaran frekuensi ikan kembung perempuan dengan program
ELEFAN ikan kembung perempuan betina (a) dan jantan (b)
13
8 Grafik hubungan upaya dan ln CPUE model Fox
14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran frekuensi panjang
2 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan betina
3 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan jantan
4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan betina
5 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan jantan
6 Proses menentukan mortalitas total (Z) berdasarkan kurva yang
dilinearkan berdasarkan data panjang
7 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan betina
8 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan jantan
9 Model surplus produksi
10 Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian

21
22
22
23
24
25
27
28
29
30

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan terletak di Kecamatan Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. PPP Labuan berkembang pesat dengan
potensi pendaratan ikan yang besar dan memiliki tiga tempat pelelangan ikan (TPI)
meliputi TPI 1, TPI 2, dan TPI 3. Nelayan PPP Labuan melakukan kegiatan
penangkapan berbagai jenis ikan pelagis, demersal dan karang di sekitar Pulau
Panaitan, Pulau Krakatau, dan Pulau Sebesi. Ikan yang didaratkan di PPP Labuan
sebagian besar berasal dari perairan Selat Sunda. Penangkapan ikan dilakukan
dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap meliputi payang, dogol, bagan
rakit, bagan tancap, dan pukat cincin.
Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) merupakan salah satu
jenis ikan pelagis kecil yang didaratkan di PPP Labuan. Menurut Zulbainarni
(2010) in Permatachani (2014) sekitar 63% sumber protein hewani yang
dikonsumsi masyarakat Indonesia berasal dari ikan, terutama ikan pelagis kecil.
Ikan kembung perempuan adalah salah satu jenis ikan pelagis yang paling banyak
dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai olahan seperti pindang atau dijual dalam
bentuk segar.
Hal tersebut menyebabkan daya tarik bagi nelayan untuk
mengeksploitasi ikan kembung perempuan.
Pola pengelolaan yang kurang tepat terhadap sumber daya ikan kembung
perempuan menjadi salah satu faktor terjadinya degradasi lingkungan yang menjadi
penyebab menurunnya hasil tangkapan. Disamping itu terdapat fenomena yang
muncul bahwa dengan hasil tangkapan ikan berukuran relatif lebih kecil
mengindikasikan tingkat regenerasi ikan tidak sebanding dengan tingkat eksploitasi
yang terjadi. Menurut KKP (2012) in Prahadina (2013) hampir seluruh ikan pelagis
yang berada di perairan Selat Sunda mengalami penurunan, oleh sebab itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengkaji stok sumber daya ikan kembung perempuan di
perairan Selat Sunda guna memperoleh usulan rencana pengelolaan yang lebih tepat
dan berkelanjutan.

Kerangka Pemikiran

Pola pemanfaatan sumber daya ikan yang kurang tepat menjadi penyebab
menurunnya hasil tangkapan nelayan di Selat Sunda. Faktor dugaan awal terlihat
tangkapam ikan berukuran kecil dan wilayah penangkapan yang relatif jauh. ikan
kembung perempuan adalah ikan pelagis kecil yang banyak didaratkan di PPP
Labuan, Banten yang penangkapannya hampir dilakukan setiap hari. Eksploitasi
yang berlebihan dikhawatirkan akan menurunkan ketersediaan stok ikan kembung
perempuan di alam. Pemanfaatan ikan kembung perempuan tanpa
memperhitungkan jumlah tangkapan yang diperbolehkan dapat menurunkan jumlah
dan ukuran ikan yang tertangkap sehingga mengalami keadaan yang disebut

2
overfishing. Mortalitas alami dan penangkapan ikan berperan penting dalam
kelangsungan sumber daya, sehingga akan menyebabkan pertumbuhan dan
rekruitmen ikan kembung perempuan terganggu.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji dinamika stok ikan kembung
perempuan di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten.

Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dinamika stok
ikan kembung perempuan dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan usulan pengelolaan sumber daya ikan kembung perempuan yang tepat
dan berkelanjutan.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan,
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Gambar 1). Penelitian dilakukan pada
bulan Juni sampai dengan Oktober 2014. Pengambilan contoh ikan kembung
perempuan dilakukan pada pagi dan siang hari dengan mengunjungi tempat
pelelangan ikan (TPI).

Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian adalah data primer dan sekunder. Data
primer meliputi panjang total, bobot basah, TKG, dan jenis kelamin dengan
menggunakan penggaris dengan skala terkecil 0.5 mm, timbangan dengan skala
terkecil 5 gram, alat bedah, dan ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma). Contoh ikan kembung perempuan diambil secara acak sebanyak 120
indv dari jumlah yang didaratkan setiap bulan dengan berbagai macam ukuran
untuk dianalisis di Laboratorium Biologi Perikanan, Divisi Manajemen Sumber
Daya Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas

3
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Data sekunder diperoleh
dari tempat pelelangan ikan (TPI) Labuan, Banten meliputi data produksi dan upaya
tangkapan dari tahun 2003 sampai dengan 2013.

Gambar 1 Lokasi pengambilan contoh PPP Labuan, Banten

Analisis Data

Identifikasi Ikan
Identifikasi digunakan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Ikan
kembung perempuan dilakukan identifikasi dengan urutan sebagia berikut:
a. Ikan kembung perempuan yang masih segar disiapkan
b. Sirip-sirip ikan direnggangkan, kemudian di gambar.
c. Memeriksa posisi bagian tubuh ikan, dan dilakukan identifikasi menggunakan
buku Hasanudin Saanin 1984.

Rasio kelamin
Rasio kelamin adalah proporsi kelamin jantan dan betina dalam suatu
populasi. Rasio jantan dan betina dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

P % =

x 100

(1)

P adalah proporsi kelamin (jantan atau betina), A adalah jumlah jenis ikan (jantan
atau betina) dan B adalah jumlah total individu ikan yang ada (individu).
Hubungan antara jantan dan betina dalam suatu populasi dapat diketahui dengan
menggunakan uji Chi-square (Steel dan Torrie 1980).

4
χ2 = ∑

(oi - ei )

(2)

ei

χ2 adalah peubah acak yang sebaran penarikan contohnya menghampiri sebaran
Chi-square, oi adalah frekuensi ikan jantan dan ikan betina yang teramati dan ei
frekuensi harapan ikan jantan dan betina.

Tingkat kematangan gonad ( TKG )
Menurut Effendie (2002) ada dua cara penentuan TKG, yaitu secara
histologis dan morfologis. Cara histologis adalah pengamatan di laboratorium dan
morfologis adalah pengamatan di laboratorium dan lapangan. Penentuan tingkat
kematangan gonad ikan layur ditentukan secara morfologi menggunakan klasifikasi
dari modifikasi Cassie pada Tabel 1.
Tabel 1 Penentuan TKG secara morfologi (Cassie 1956 in Effendie 2002)
TKG
I

II

III

IV

V

Betina
Ovari seperti benang, panjangnya
sampai ke depan rongga tubuh, serta
permukaannya licin
Ukuran ovari lebih besar. Warna ovari
kekuning-kuningan, dan telur belum
terlihat jelas
Ovari berwarna kuning dan secara
morfologi telur mulai terlihat

Jantan
Testis seperti benang,warna jernih, dan
ujungnya terlihat di rongga tubuh
Ukuran testis lebih besar pewarnaan
seperti susu

Permukaan testis tampak bergerigi,
warna makin putih dan ukuran makin
besar
Ovari makin besar, telur berwarna Dalam keadaan diawet mudah putus,
kuning, mudah dipisahkan.
Butir testis semakin pejal
minyak tidak tampak, mengisi 1/2-2/3
rongga perut
Ovari berkerut, dinding tebal, butir Testis bagian belakang kempis dan
telur sisa terdapat didekat pelepasan
dibagian dekat pelepasan masih berisi

Ukuran pertama kali matang gonad
Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan kembung
perempuan yang pertama kali matang gonad adalah metode Spearmen-Karber yang
menyatakan bahwa logaritma ukuran rata-rata mencapai matang gonad (Udupa
1986), dengan rumus sebagai berikut:


m = �� + − � ∑ ��

M= antilog m

selang kepercayaan 95% bagi log M dibatasi sebagai:

(3)

5
Antilog ( m ±1,96√� ∑

�� �

��−

(4)

m adalah log panjang ikan rata-rata pada saat kematangan gonad, adalah log nilai
tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad, x adalah log
pertambahan panjang pada nilai tengah, adalah proporsi ikan matang gonad pada
kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i, adalah jumlah
ikan pada kelas panjang ke-i, adalah 1 – pi , dan M adalah panjang ikan rata-rata
mencapai matang gonad sebesar antilog m.

Sebaran frekuensi panjang
Data panjang total ikan kembung perempuan yang diperoleh dari
pengambilan contoh sebaran frekuensi panjang melalui:
a Menentukan jumlah selang kelas
b Menentukan lebar selang kelas
c Menentukan frekuensi kelas dan frekuensi masing-masing kelas dengan
memasukkan panjang tiap ikan contoh pada selang kelas yang telah ditentukan
sebelumnya.
Sebaran frekuensi panjang digunakan untuk melihat pola penyebaran ukuran
panjang ikan kembung perempuan betina dan jantan. Sebaran frekuensi panjang
ikan ditentukan dalam selang kelas panjang yang sama. Kemudian diplotkan dalam
sebuah grafik, sehingga dapat diduga pergeseran kelompok umur dalam sebaran
kelas panjang antar pengambilan contoh.

Parameter pertumbuhan
Pendugaan parameter pertumbuhan menggunakan program FISAT (FAOICLARM Stock Assesment Tools) II versi 1.2.2 dengan metode ELEFAN I
(Electronic Length-Frequency Analysis). Pendugaan terhadap nilai t0 (umur teoritik
ikan pada saat panjang sama dengan nol) diperoleh melalui persamaan Pauly (1983)
in Sparre dan Venema (1999), yaitu:
log (-t0) = 0.3922 – 0.2752 logL∞ – 1.038 logK (45)

(5)

Lt adalah panjang ikan pada saat umur t (mm), L∞ adalah panjang asimtotik ikan
(mm), K adalah koefisien laju pertumbuhan (mm per satuan waktu), t adalah umur
ikan, t0 adalah umur ikan pada saat panjang sama dengan nol.

Hubungan panjang bobot
Analisis hubungan panjang bobot masing-masing spesies ikan digunakan
rumus sebagai berikut (Effendie 1979):
W = αLβ

(6)

6
W adalah bobot (gram), L adalah panjang total ikan (mm), α dan β adalah koefisien
pertumbuhan bobot. Nilai α dan β diduga dari bentuk linier persamaan di atas,
yaitu,
log W = log a + b log L

(7)

Parameter penduga a dan b diperoleh dengan analisis regresi dengan log W
sebagai y dan log L sebagai x, sehingga diperoleh persamaan regresi:
yi = β0 + β1 xi + εi

(8)

Sebagai model observasi dan
ŷ i = b0 + b1 xi

(9)

Konstanta b1 dan b0 diduga dengan:
b1 =

1
n

∑ni=1 xi yi - ∑ni=1 xi ∑ni=1 yi
1
n

∑ni=1 x2 i - (∑ni=1 xi )

2

b0 = y̅- b1 x̅

(10)
(11)

Sedangkan a dan b diperoleh melalui hubungan b = b1 dan a = antilog b0.
Hubungan panjang dan bobot dapat dilihat dari nilai konstanta b (sebagai penduga
tingkat kedekatan hubungan kedua parameter) yaitu dengan hipotesis:
1.
H0: b = 3, dikatakan memiliki hubungan isometrik (pola pertumbuhan bobot
sebanding pola pertumbuhan panjang)
2.
H1: b ≠ 3, dikatakan memiliki hubungan allometrik (pola pertumbuhan bobot
tidak sebanding pola pertumbuhan panjang)
a. Bila b > 3, allometrik positif (pertambahan bobot lebih dominan)
b. Bila b < 3, allometrik negatif (pertambahan panjang lebih dominan).
Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji sebagai
berikut:
b-3

thitung = | |
Sb

(12)

Sb adalah galat baku dugaan b1 atau b yang diduga dengan:

Sb =

s2

2
1
∑ni=1 x2i - (∑ni=1 xi )
n

(13)

Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel pada selang
kepercayaan 95%. Pengambilan keputusannya, yaitu jika thitung > ttabel, maka tolak
hipotesis nol (H0) dengan pola pertumbuhan allometrik dan jika thitung < ttabel, maka

7
gagal tolak atau terima hipotesis nol (H0) dengan pola pertumbuhan isometrik
(Walpole 1993).

Mortalitas dan laju eksploitasi
Laju mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data komposisi panjang (Sparre dan Venema 1999) dengan langkahlangkah sebagai berikut:
Mortalitas total (Z) diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data komposisi panjang sedemikian sehingga diperoleh hubungan:
ln

C L1 ,L2
∆t L1 ,L2

=h-Zt

L1 +L2

(14)

2

Persamaan diatas diduga melalui persamaan regresi linear sederhana y = b0 +
b1x dengan y = ln

C L1 ,L2

∆t L1 ,L2

sebagai ordinat, x = t

L1 +L2
2

sebagai absis, dan Z = -b

(Lampiran 6). Mortalitas alami (M) diduga dengan menggunakan rumus empiris
Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) sebagai berikut:
ln M = (-0,0152 - 0,279 ln L∞ + 0,6543 ln K + 0,463 ln T )

(15)

M adalah mortalitas alami, L∞ adalah panjang asimtotik pada persamaan
pertumbuhan von Bertalanffy (mm), K adalah koefisien pertumbuhan pada
persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy, t0 adalah umur ikan pada saat panjang 0,
dan T adalah rata-rata suhu permukaan air (oC).
Pauly (1980) in Sparre dan Venema (1999) menyarankan untuk
memperhitungkan jenis ikan yang memiliki kebiasaan menggerombol ikan
dikalikan dengan nilai 0,8, sehingga untuk spesies yang menggerombol seperti ikan
layur nilai dugaan menjadi 20% lebih rendah:
M = 0,8 e(-0,0152 - 0,279 ln L∞ + 0,6543 ln K + 0,463 ln T)

(16)

Mortalitas penangkapan (F) ditentukan dengan:
F=Z-M

(17)

Laju eksploitasi (E) ditentukan dengan membandingkan laju mortalitas
penangkapan (F) dengan laju mortalitas total (Z) (Pauly 1984):
E=

F
F+M

=

F
Z

(18)

8
Model produksi surplus
Model produksi surplus dipergunakan untuk menganalisis hasil tangkapan
(catch) dan upaya (effort) dalam pendugaan potensi ikan kembung perempuan.
Model produksi surplus dikembangkan oleh Schaefer dan Fox. Model tersebut
dapat digunakan apabila hasil tangkapan catch per unit effort (CPUE) diketahui
dengan baik.
Menurut Sparre dan Venema (1999) tingkat upaya penangkapan optimun
(fMSY) dan tangkapan maksimum lestari (CMSY) dapat dihitung melalui persamaan:
Ct
ft

= a - bft dan ln

Ct
ft

= a - bft

(19)

masing-masing untuk model Schaefer dan model Fox, sehingga diperoleh dugaan
fMSY untuk model Schaefer dan model Fox masing-masing:

fMSY =

a
2b

dan fMSY =

1

(20)

b

Serta CMSY masing-masing untuk model Schaefer dan model Fox, yaitu:

CMSY =

a2
4b

dan CMSY =

1
b

e(a-1)

(21)

Model yang akan digunakan adalah model yang memiliki nilai determinasi
(R2) yang paling tinggi. Nilai Potensi Lestari (PL), jumlah tangkapan yang
diperbolehkan atau Total Allowable Catch (TAC), dan tingkat pemanfaatan sumber
daya ikan dapat ditentukan dengan analisis produksi surplus berdasarkan prinsip
kehati-hatian Syamsiah (2010 in Prahadina 2013):
PL = 90% x CMSY

(22)

TAC = 80% x PL

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Identifikasi ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)
Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) merupakan salah satu
ikan pelagis kecil yang sangat potensial di Indonesia. Klasifikasi ikan kembung

9
perempuan (Rastrelliger brachysoma) menurut Saanin (1984) adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Pisces
Sub kelas
: Teleostei
Ordo
: Parcomorphy
Sub ordo
: Scombroidea
Famili
: Scombridae
Genus
: Rastrelliger
Spesies
: Rastrelliger brachysoma (Bleeker, 1851)
Nama umum : Short Mackerel
Nama Lokal : Kembung Perempuan (Jakarta)

Gambar 2 Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)
Dokumentasi: Koleksi pribadi
Ikan kembung perempuan memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pipih dengan
bagian dada lebih besar, bagian tubuh yang lain ditutupi oleh sisik yang berukuran
kecil dan tidak mudah lepas, warna tubuh biru kehijauan di bagian punggung
dengan titik gelap atau totol-totol hitam di atas garis rusuk sedangkan bagian bawah
tubuh berwarna putih perak (Anwar 1970 in Ruswahyuni 1979).

Kondisi sumber daya ikan kembung perempuan di PPP Labuan, Banten
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan merupakan salah satu tempat
pendaratan ikan yang berlokasi di wilayah Kabupaten Pandeglang, Banten. PPP
Labuan memiliki 3 TPI yang berdekatan dengan pasar warga setempat. Potensi
pendaratan ikan yang banyak setiap hari, menjadikan PPP Labuan sangat penting
sebagai penunjang perekonomian masyarakat, terutama untuk Kabupaten
Pandeglang, Banten. Jenis ikan yang didaratkan juga beragam, mulai dari jenis
ikan pelagis dan demersal. Nelayan melakukan penangkapan ikan di sekitar
perairan Selat Sunda meliputi Pulau Panaitan, Pulau Krakatau, dan Pulau Sebesi.
Jenis-jenis ikan yang didaratkan adalah tongkol, kembung perempuan, kembung
lelaki, peperek, kuniran, swanggi, kurisi, layur, lemuru, pari, tembang, dan berbagai
hasil tangkapan sampingan lainnya seperti udang, cumi, dan sotong. Alat tangkap

10
yang banyak digunakan untuk menangkap ikan kembung perempuan adalah purse
seine.
Kembung
Perempuan
7%

Kembung
Lelaki
5%

Kembung
4%
Kurisi
7%

Tongkol
13%

Tembang
13%
Peperek
10%

Tenggiri
8%

Layang
Selar
Teri 9%
8%
8%

Biji Nangka
8%

Gambar 3 Hasil tangkapan ikan di PPP Labuan tahun 2013
Sumber: DKP 2013
Menurut DKP Kabupaten Pandeglang (2013) ikan kembung perempuan
memiliki persentase sebesar 7% dari total penangkapan ikan yang sering didaratkan
di PPP Labuan. Ikan kembung terdiri atas tiga jenis, yaitu ikan kembung lelaki,
ikan kembung perempuan, dan ikan kembung. Ketiga ikan kembung tersebut
berasal dari genus yang sama, yaitu Rastrelliger. Harga ikan kembung perempuan
relatif mahal berkisar Rp 24000 sampai dengan Rp 35000 per kilogram. Hal
tersebut sebagai salah satu daya tarik bagi nelayan dalam melakukan penangkapan
ikan kembung perempuan.

Rasio kelamin
Rasio kelamin ikan kembung perempuan dilakukan analisis menggunakan uji
chi-square didapatkan proporsi kelamin ikan kembung perempuan betina dan
jantan tidak seimbang pada setiap pengambilan contoh. Secara keseluruhan rasio
ikan kembung perempuan terdapat pada Tabel 1.
Tabel 2 Rasio kelamin ikan kembung perempuan berdasarkan waktu pengambilan
contoh
Waktu Pengambilan Contoh
27 Juni 2014
23 Juli 2014
24 Agustus 2014
23 September 2014
24 Oktober 2014
Total

N
145
136
216
99
45
641

Betina
17
3
16
6
2
44

Jumlah Rasio
Jantan
Uji Chi-square
128 Tidak seimbang
133 Tidak seimbang
200 Tidak seimbang
93 Tidak seimbang
43 Tidak seimbang
597

11

Tingkat kematangan gonad

100%

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

95%
TKG 4
TKG 3
TKG 2
TKG 1

Frekuensi

Frekuensi

Perkembangan gonad merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi
pemijahan, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada gonad,
sehingga dengan ciri-ciri perubahan tersebut bisa ditentukan TKG ikan. Informasi
mengenai ikan akan memijah, mulai memijah, dan sudah selesai memijah dapat
diketahui dari tingkat kematangan gonad (Effendie 2002). Tingkat kematangan
gonad ikan kembung perempuan pada setiap pengambilan contoh dapat dilihat pada
Gambar 3.

TKG 4

90%

TKG 3
85%
TKG 2
80%

TKG 1

75%

Pengambilan contoh
(a)

Pengambilan contoh
(b)

Gambar 4 Grafik tingkat kematangan gonad ikan kembung perempuan betina (a),
jantan (b)
Ikan kembung perempuan betina memiliki paling banyak TKG IV pada
bulan Juni serta TKG I dan II pada bulan September sampai dengan Oktober.
Sedangkan ikan kembung perempuan jantan memilki paling banyak TKG IV pada
bulan Juni dan TKG I pada bulan Juli sampai dengan Oktober. Ukuran pertama
kali matang gonad ikan kembung perempuan betina dan jantan berturut-turut
sebesar 206 mm dan 210 mm.

Hubungan panjang dan bobot
Analisis pola pertumbuhan menggunakan data panjang dan bobot. Persamaan
hubungan panjang dan bobot ikan yang dihasilkan dari perhitungan dimanfaatkan
untuk menjelaskan pola pertumbuhannya. Hubungan panjang bobot ikan kembung
perempuan betina dan jantan berturut-turut W = 0.000002L3.3331 dan W =
0.000005L3.1192 (Gambar 4). Selanjutnya hasil uji t (Lampiran 2) ikan kembung
perempuan betina memiliki pola pertumbuhan allometrik positif, yaitu penambahan

12
bobot lebih dominan daripada panjang dan ikan kembung perempuan jantan
memiliki pola pertumbuhan isometrik, yaitu pertambahan bobot sejalan dengan
pertambahan panjang.
400

200

350

180

0.000002L3.3331

Bobot (gram)

140
120
100
80
60

W =0.00000 5L3.1192
R² = 0.781
n= 597

300

Bobot (gram)

W=
R² = 0.9598
n = 44

160

250
200
150
100

40
50

20

0

0
0

100

200

300

0

100

200

300

Panjang (mm)
(b)

Panjang (mm)
(a)

Gambar 5 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan betina (a) dan
jantan (b)
160
140
Betina

Frekuensi

120

Jantan

100

Lm : Ukuran
pertama kali
matang gonad

80
60
40
20

96-105
106-115
116-125
126-135
136-145
146-155
156-165
166-175
176-185
186-195
196-205
206-215
216-225
226-235
236-245
246-255
256-265
266-275
276-285
286-295
296-305
306-315
316-325
326-335
336-345

0

Selang Kelas
Gambar 6 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung perempuan betina dan jantan

Parameter pertumbuhan
Pertumbuhan suatu individu merupakan pertambahan bobot atau panjang
dalam satuan waktu, sedangkan pertumbuhan dalam populasi dinyatakan dalam
jumlah individu yang bertambah (Effendie 2002). Hasil analisis pertumbuhan ikan

400

13
kembung perempuan betina dengan metode ELEFAN pada software FISAT (Tabel
2) diperoleh nilai K sebesar 0.26 per tahun dan L∞ sebesar 252.53 mm dan t0 -0.30
per tahun. Ikan kembung perempuan jantan (Tabel 2) diperoleh nilai K sebesar
0.21 per tahun dan L∞ sebesar 347.03 mm, serta nilai t0 sebesar -0.39 per tahun.
Tabel 3 Parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan di Selat Sunda
Contoh Ikan

K

Betina
Jantan

Parameter Pertumbuhan (per tahun)
L∞ (mm)
t0
0.26
252.53
-0.30
0.21
347.03
-0.39

(a)

(b)

Gambar 7 Sebaran frekuensi ikan kembung perempuan dengan program ELEFAN
ikan kembung perempuan betina (a) dan jantan (b)
Sebaran frekuensi menggunakan metode ELEFAN dapat dilihat pada
(Gambar 6) yang menunjukkan pergeseran kelompok umur pada setiap
pengambilan contoh.

Mortalitas dan laju eksploitasi
Mortalitas total merupakan hasil penjumlahan laju mortalitas penangkapan
(F) dan laju mortalitas alami (M) (King 1995). Berdasarkan Tabel 3 mortalitas
alami ikan kembung perempuan betina dan jantan yaitu sebesar 0.3365 dan 0.3080.
Nilai mortalitas tangkapan ikan kembung perempuan betina dan jantan sebesar
2.1676 dan 2.7639. laju eksploitasi ikan kembung perempuan betina dan jantan
sebesar 0.8655 per tahun dan 0.8997 per tahun, diduga ikan kembung perempuan
sudah mengalami over eksploitasi.
Tabel 4 Mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan
Parameter
Mortalitas total (Z)
Mortalitas alami (M)
Mortalitas tangkapan (F)
Laju eksploitasi (E)

Nilai (Per tahun)
Betina
Jantan
2.5042
3.0719
0.3369
0.3080
2.1676
2.7639
0.8655
0.8997

14

Model surplus produksi
Analisis dilakukan dengan menggunakan dua model yaitu Schafer dan Fox
(Lampiran 9) untuk mendapatkan nilai MSY. Hasil analisis ikan kembung
perempuan memiliki MSY sebesar 889.92 ton per tahun dan fMSY sebesar 37786
trip per tahun. Nilai potensi lestari (PL) ikan kembung perempuan sebesar 800.92
ton per tahun dengan upaya sebesar 34007 trip per tahun dan jumlah tangkap yang
diperbolehkan (JTB) sebesar 640.73 ton per tahun dengan 30228 trip per tahun

ln CPUE (ln kg/trip)

3,5000
3,4000
3,3000
3,2000
3,1000
3,0000

ln CPUE = -3E-05effort + 4.1592
R² = 0.9966

2,9000
2,8000
0

10000

20000
30000
Effort (trip)

40000

50000

Gambar 8 Grafik hubungan upaya dan ln CPUE model Fox

Pembahasan

Perbandingan kelamin ikan kembung perempuan betina dan jantan setelah
dilakukan uji Chi-square diperoleh proporsi kelamin yang tidak seimbang.
Menurut Ismen (2005) perbedaan pada rasio kelamin terjadi karena adanya
perbedaan panjang, dan kematangan seksual. Nikolsky (1963) menyatakan bahwa
perbedaan ukuran dan jumlah salah satu jenis kelamin dalam populasi disebabkan
perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan umur pertama kali matang gonad,
bertambahnya jenis ikan baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada, dan
perbedaan jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap oleh nelayan disebabkan
pola tingkah laku migrasi ikan, baik untuk memijah ataupun mencari makan.
Ukuran pertama kali matang gonad betina dan jantan berturut-turut sebesar
206 mm dan 210 mm. Ikan kembung perempuan betina dan jantan sebagian besar
banyak yang tertangkap pada ukuran yang lebih kecil dari ukuran pertama kali
matang gonad. Penangkapan yang terus dilakukan tanpa memperhatikan
kelangsungan sumber daya menyebabkan penurunan stok di alam. Menurut
Prahadina (2014) proses penangkapan ikan kembung seharusnya memperhatikan
ukuran pertama kali matang gonad, panjang ikan yang ditangkap sebaiknya lebih
dari ukuran pertama kali matang gonad. Ukuran pertama kali matang gonad ikan
kembung perempuan jantan lebih besar dibandingkan ikan kembung perempuan

15
betina. Ukuran pertama kali matang gonad merupakan informasi yang sangat
penting bagi indikator ketersedian stok reproduktif. Menurut Najamuddin et al.
(2004), ukuran pertama kali matang gonad dan rasio kelamin dapat dijadikan
indikator untuk menentukan ikan yang siap untuk ditangkap dengan menggunakan
alat tangkap yang selektif.
Berdasarkan grafik tingkat kematangan gonad (Gambar 3) ikan kembung
perempuan betina dan jantan yang tertangkap paling banyak memiliki TKG I pada
bulan Juli sampai dengan Oktober, TKG 4 pada bulan Juni. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa ikan kembung perempuan betina dan jantan di Selat Sunda
telah mengalami growth overfishing, yaitu penangkapan yang dilakukan sebelum
ikan tumbuh mencapai ukuran pertama kali matang gonad, dan recruitment
overfishing, yaitu penangkapan pada induk ikan yang belum melakukan pemijahan.
Menurut (Prahadina 2014) penelitian di lokasi yang sama menyatakan TKG ikan
kembung perempuan jantan dan betina lebih banyak tertangkap pada TKG I dan II.
Menurut Boer dan Aziz (2007) ikan yang masih muda tidak boleh ditangkap karena
ikan-ikan tersebut tidak dapat memijah dan berkembang biak.
Berdasarkan (Gambar 4) persamaan ikan kembung perempuan betina dan
jantan W = 0.000002L3.3331 dan W = 0.0000002L3.1192, dilakukan uji t dengan
kesimpulan bahwa ikan kembung perempuan betina memiliki pola pertumbuhan
allometrik positif, yaitu pertumbuhan bobot lebih dominan dibandingkan
pertumbuhan panjang dan ikan kembung perempuan jantan memiliki pola
pertumbuhan isometrik, yaitu penambahan bobot sejalan dengan panjang. Hal
tersebut terlihat dari bentuk tubuh ikan kembung perempuan yang pipih dan besar
dibagian dada. Menurut Rahman et al. (2012) perbedaan pola pertumbuhan dapat
disebabkan karena adanya perbedaan tahap perkembangan gonad dan makanan.
Ikan kembung perempuan betina banyak terdapat pada selang kelas 226-235
mm dan jantan 126-135 mm. Perbedaan ukuran dan jumlah dalam populasi
disebabkan adanya perbedaan pola pertumbuhan dan bertambahnya jenis ikan baru
pada suatu populasi ikan yang sudah ada (Fandri 2012). Menurut Effendie (2002),
faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah perbedaan suhu
dan ketersediaan makanan.
Pertumbuhan adalah penambahan panjang dan bobot pada satuan waktu.
Hasil analisis parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan betina dan jantan
menggunakan metode Elefan K sebesar 0.26 per tahun dan L∞ sebesar 252.53 mm
dan pertumbuhan ikan kembung perempuan jantan diperoleh nilai K sebesar 0.2 Per
tahun dan L∞ sebesar 347.03 mm, sehingga jika dibandingkan ikan kembung
perempuan jantan memiliki nilai panjang asimtotik lebih besar dibandingkan ikan
kembung perempuan betina, diduga karena perbedaan jumlah contoh yang diambil
dan faktor lingkungan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan kembung
perempuan. Ikan kembung perempuan yang berumur muda akan cepat mengalami
pertumbuhan dibandingkan dengan ikan berumur tua cenderung lambat. Menurut
Sparre dan Venema (1999) koefisien pertumbuhan (K) didefinisikan sebagai
parameter yang menyatakan kecepatan kurva pertumbuhan dalam mencapai
panjang asimtotiknya (L∞). Nilai koefisien pertumbuhan yang tinggi membuat ikan
semakin cepat mencapai panjang asimtotik dan berumur pendek, sebaliknya ikan
yang memiliki koefisien pertumbuhan rendah umurnya semakin lama.
Mortalitas total (Z) terdiri dari dua komponen ialah mortalitas penangkapan
(F) dan mortalitas alami (Sparre dan Venema 1999). Laju mortalitas alami (M)

16
ikan kembung perempuan betina dan jantan berturut-turut sebesar 0.3365 dan
0.3080 per tahun. Menurut Effendie (2002) salinitas berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan kembung perempuan di perairan, sehingga mempengaruhi laju
mortalitas alami. Mortalitas penangkapan (F) ikan kembung perempuan betina dan
jantan berturut-turut sebesar 2.1676 dan 2.7639 per tahun. Kematian akibat
penangkapan dipengaruhi oleh aktivitas alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
dan penangkapan yang dilakukan secara terus-menerus.
Laju eksploitasi (E) didefinisikan sebagai bagian sekelompok umur yang
ditangkap selama ikan tersebut hidup. Menurut Gulland (1971) stok yang
dieksploitasi optimal sama dengan 0.5. Laju eksploitasi ikan kembung perempuan
betina dan jantan (Tabel 3) lebih besar dari 0.5 yang artinya ikan kembung
perempuan di Selat Sunda sudah mengalami eksploitasi berlebih. Laju eksploitasi
pada penelitian di lokasi yang sama (Tabel 4) menunjukan terjadi peningkatan dari
tahun sebelumnya.
Tabel 5 Perbandingan mortalitas dan laju eksploitasi ikan kembung perempuan
Penelitian
Prahadina
(2014)
Penelitian
ini (2015)

Alami
(M)

Laju
Penangkapan
(F)

Betina

0.27

0.86

0.75

Jantan

0.17

0.49

0.74

Betina

0.33

2.16

0.86

Jantan

0.30

2.76

0.89

Lokasi

Jenis
Kelamin

Selat
Sunda
Selat
Sunda

Eksploitasi
(E)

Model sumber daya berfungsi untuk menduga hasil tangkapan maksimum
lestari dan upaya tangkapan lestari. Analisis potensi model sumber daya tahun
2003 sampai dengan 2013 dilakukan dengan model Fox, nilai fMSY sebesar 37786
trip per tahun dan MSY sebesar 889.92 ton per tahun, dengan R2 sebesar 0.9967.
Analisis Ln CPUE yang semakin menurun diakibatkan oleh upaya penangkapan
yang semakin besar di setiap tahunnya. Penangkapan ikan kembung perempuan
yang terus terjadi tanpa memperhitungkan keberlangsungan sumber daya
menyebabkan pernurunan stok di alam, bahkan terjadinya kepunahan. Hal tersebut
diperkuat dengan penelitian terdahulu terhadap ikan kembung perempuan di lokasi
yang sama (Prahadina 2014) yang mana trend CPUE yang menurun merupakan
indikasi bahwa tingkat eksploitasi sumber daya ikan kembung apabila terus
dibiarkan akan mengarah kepada suatu keadaan yang disebut overfishing. Menurut
Badrudin et al. (2010), CPUE merupakan salah satu indeks kelimpahan stok dan
merupakan salah satu indikator bagi status pemanfaatan serta indikator
keberlanjutan pengembangan perikanan laut.
Jumlah tangkap yang diperbolehkan terhadap ikan kembung perempuan
sebesar 640.73 ton per tahun dengan upaya 30228 trip per tahun dan potensi lestari
sebesar 800.92 ton per tahun dengan upaya sebesar 34007 trip per tahun. Upaya
dari tahun 2011 sampai dengan 2013 berturut-turut sebesar 43352 trip per tahun,
46902 trip per tahun, dan 46237 trip per tahun. Mengindikasikan ikan kembung
perempuan di perairan Selat Sunda telah mengalami overfhising, sehingga upaya
penangkapan harus dikurangi agar tercapai jumlah upaya tangkap yang
diperbolehkan (JTB) sebesar 30228 trip per tahun. Hal tersebut didukung dengan

17
TKG IV ikan kembung perempuan pada bulan Juni paling banyak tertangkap, yaitu
terjadinya pemijahan, sehingga diharapkan pada bulan Juni dilakukan pengurangan
upaya penangkapan agar ikan kembung perempuan tetap lestari.
Menyusun usulan rencana pengelolaan ikan kembung perempuan di Selat
Sunda mengacu pada pemanfaatan sumber daya perikanan yang harus seimbang
dengan daya dukungnya, sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara
terus menerus. Menurut Widodo dan Nurhakim (1998), tujuan utama pengelolaan
perikanan adalah menjamin produksi yang berkelanjutan dari waktu ke waktu dari
berbagai stok ikan (resource conservation), terutama melalui berbagai tindakan
pengaturan (regulations) dan pengkayaan (enhancement) yang meningkatkan taraf
kehidupan. Berdasarkan analisis ikan kembung perempuan mengalami overfishing,
yaitu upaya penangkapan lebih besar dibandingkan dengan hasil tangkapan.
Ekspolitasi ikan kembung perempuan diharapkan dapat dikurangi pada bulan Juni
,dikarenakan pada bulan tersebut ikan kembung perempuan masih memiliki TKG
IV dikhawatirkan jika terjadi eksploitasi lebih akan mengancam keberlangsungan
induk ikan untuk memijah. Ikan kembung perempuan yang ditangkap harus sudah
melewati ukuran pertama kali matang gonad. Menurut Prahadina (2014) aktivitas
penangkapan ikan kembung perlu dikontrol dan dijaga secara baik agar
memberikan kesempatan untuk memijah terlebih dahulu kepada ikan kembung
sebelum tertangkap agar tidak mengganggu proses rekruitmen individu baru di
daerah penangkapan.
Usulan pengelolaan lain yang dapat dilakukan adalah dengan aturan
pembatasan atau larangan waktu penangkapan ketika terjadi musim pemijahan pada
bulan Juni. Hal tersebut dilakukan guna memberikan kesempatan ikan kembung
perempuan untuk melakukan reproduksi atau berkembang biak.
Usulan
pengelolaan yang dapat dilakukan selanjutnya adalah kerjasama antara pemerintah
dengan nelayan, agar mendapat kebijakan yang tepat dan menghindarkan konflik
yang mungkin terjadi. Menurut Widodo dan Nurhakim (2006) pengintegrasian
perikanan kedalam pengelolaan pesisir penting dilakukan karena wilayah pesisir
merupakan wilayah yang sangat rapuh dengan berbagai kepentingan yang saling
tumpang tindih satu dengan yang lainnya sehingga cenderung menyulut konflik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Ikan kembung perempuan Rastrelliger brachysoma (Bleeker 1851) yang
didaratkan di PPP Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten memiliki
nisbah kelamin yang tidak seimbang, pola pertumbuhan ikan kembung perempuan
betina allometrik positif yaitu, pertambahan bobot lebih dominan daripada panjang
dan ikan kembung perempuan jantan isometrik yaitu, penambahan bobot sejalan
dengan panjang. Laju eksploitasi ikan kembung perempuan lebih dari 50% dan

18
mortalitas penangkapan lebih besar dibandingkan dengan mortalitas alami, diduga
ikan kembung perempuan di Selat Sunda mengalami overfishing.

Saran

Pemerintah diharapkan memberikan sosialisasi kepada nelayan dan
masyarakat disekitar PPP Labuan agar melakukan pengurangan upaya penangkapan
sampai jumlah tangkap yang diperbolehkan dan pembatasan pada musim
pemijahan, yaitu bulan Juni.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja SB, Nugroho D, Suwarso, Hariati T, Mahisworo. 2003. Pengkajian
stok ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Laut Jawa [Review
of the fish stocks and fishery of the Java Sea Fishery Management Area]. In:
Widodo J,Wiadnya NN, Nugroho D.(Eds). Prosiding forum pengkajian stok
ikan laut 2003. Jakarta, 23-24 Juli 2003 PUSRIPTBRKP. Jakarta (ID):
Departemen Kelautan dan perikanan. hlm 67-90.
Badrudin, Aisyah, Wiadnyana NN. 2010. Indeks kelimpahan stok dan tingkat
pemanfaatan sumber daya ikan demersal di WPP Laut Jawa. Jakarta (ID):
Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Boer M dan Aziz KA. 2007. Rancangan Pengambilan Contoh Upaya Tangkap dan
Hasil Tangkap untuk Pengkajian Stok Ika. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia Jilid 14. Nomor I: 67-71.
Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber
Perikanan Laut. Bagian I : Jenis-jenis ikan Ekonomis Penting. Jakarta (ID):
Departemen Pertanian Hlm 124-125.
Direktorat Kelautan dan Perikanan. 2013. Data Draf DKP tahun 2003 sampai
dengan 2013
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka
Nusantara.
Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Cetakan pertama. Bogor (ID):
Yayasaan Dewi Sri.
Fandri D. 2012. Pertumbuhan dan reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta Cuvier 1817) di Selat Sunda. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Gulland JA. 1971. The fish resources of the ocean. West By fleet, Surrey. Fishing
News for FAO. Revised edition of FAO Fish. FAO. 425 hlm.
Ismen A. 2005. Age, growth and reproduction of the Goldband Goatfish, Upeneus
moluccensis (Bleeker 1855) in Iskenderun Bay, the Eastern Mediterranean.
Turk J Zool. Nomor 25: 301-309.

19
King M. 1995. Fisheries biology, assessment, and management. London (ID):
Fishing News . hlm 341.
Najamuddin, Mallawa A, Budiman, Indar MYN. 2004. Pendugaan ukuran pertama
kali matang gonad ikan layang deles (Decapterus macrosoma
Bleeker). Jurnal sains dan teknologi. Nomor 1:1-8.
Nikolsky GV. 1969. The ecology of fishes. New York (ID): Academic Press. hlm
325.
Pauly D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters: a manual for use
with programmable calculators. Filipina(ID): ICLARM. hlm 325.
Permatachani A. 2014. Kajian Stok Ikan Kembung Lelaki Rastrelliger kanagurta
(Cuvier 1816) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan,
Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Prahadina DV. 2013. Kajian Stok Ikan Kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta
Cuvier 1817) di perairan Teluk Banten, yang didaratkan di PPN
Karangantu, Banten. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Prahadina DV. 2014. Pengelolaan Perikanan Kembung (Genus: Rastrelliger) di
Perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan Banten. [Tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahman MM, Hosssain MY, Hossain MA, Ahamed F, Ohtomi . 2012. Sex ratio,
length-frequency distribution and morphometric relationship of length
length and length-weight for spiny eel, Macrognathus aculeatus in the
Ganges River, NW Bangladesh. World Journal of Zoology. Nomor 7: 338346.
Ruswahyuni, 1979. Makanan alami ikan kembung perempuan berdasarkan kelas
ukuran panjang total dan tingkat kematangan gonad di sekitar perairan
Jepara. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta (ID): Bina Cipta.
Sparre P, Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok ikan Tropis buku manual
(edisi terjemahan). Kerjasama Organisasi Pangan, Perserikatan BangsaBangsa dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta (ID): Pusat penelitian dan
pengembangan perikanan. hlm 438.
Steel RGD, Torrie JH. 1980. Principles and procedure of statistic : a biologicall
approach. New York (ID): Mic Grow Hill Company, Inc.
Syamsiyah NN. 2010. Studi dinamika stok ikan biji nangka (Upeneus sulphureus
Cuvier 1829) diperairan Utara Jawa yang didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong, Kabupaten Lamongan, Provinsi
JawaTimur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Udupa KS. 1986. Statistical method of estimating the size at first maturity in fishes.
University of Agricultural Sciences. India (ID): College of fisheries,
Mangalore.
Widodo J, Nurhakim S, 1998. Konsep Pengelolaan Sumber daya Perikanan.
Disampaikan dalam Training of Trainers on Fisheries Resource
Management. 28 Oktober s/d 2 November 2002. Hotel Golden Clarion.
Udupa KS. 1896. Statistical method of estimating the siza at first of fishes.
Fishbyte. hlm 8-1
Widodo J, Nurhakim S. 2006. Pengelolaan sumber daya perikanan laut.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

20
Walpole RE. 1985. Pengantar Statistika Edisi 3. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Umum.

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sebaran frekuensi panjang (mm)
Analisis ikan kembung perempuan dilakukan dengan melakukan miscrosoft
excel, didapatkan nilai selang kelas bawah (SKB), selang kelas atas (SKA), selang
kelas (SK) dengan interval kelas sebesar 10 mm, BKB (batas kelas bawah), BKA
(batas kelas atas), BK (batas kelas) dengan setengan nilai standar terkecil sebesar
0.5 mm, dan xi (nilai tengah) sehingga didapatkan:
SKB
SKA
96
105
106
115
116
125
126
135
136
145
146
155
156
165
166
175
176
185
186
195
196
205
206
215
216
225
226
235
236
245
246
255
256
265
266
275
276
285
286
295
296
305
306
315
316
325
326
335
336
345

SK
BKB BKA
96-105
95.5 105.5
106-115 105.5 115.5
116-125 115.5 125.5
126-135 125.5 135.5
136-145 135.5 145.5
146-155 145.5 155.5
156-165 155.5 165.5
166-175 165.5 175.5
176-185 175.5 185.5
186-195 185.5 195.5
196-205 195.5 205.5
206-215 205.5 215.5
216-225 215.5 225.5
226-235 225.5 235.5
236-245 235.5 245.5
246-255 245.5 255.5
256-265 255.5 265.5
266-275 265.5 275.5
276-285 275.5 285.5
286-295 285.5 295.5
296-305 295.5 305.5
306-315 305.5 315.5
316-325 315.5 325.5
326-335 325.5 335.5
336-345 335.5 345.5

BK
xi
Betina Jantan
95.5-105.5
100.5
0
2
105.5-115.5 110.5
0
26
115.5-125.5 120.5
0
79
125.5-135.5 130.5
2
152
135.5-145.5 140.5
9
125
145.5-155.5 150.5
4
79
155.5-165.5 160.5
2
41
165.5-175.5 170.5
0
23
175.5-185.5 180.5
0
15
185.5-195.5 190.5
1
22
195.5-205.5 200.5
0
10
205.5-215.5 210.5
4
1
215.5-225.5 220.5
6
3
225.5-235.5 230.5
10
13
235.5-245.5 240.5
6
4
245.5-255.5 250.5
0
1
255.5-265.5 260.5
0
0
265.5-275.5 270.5
0
0
275.5-285.5 280.5
0
0
285.5-295.5 290.5
0
0
295.5-305.5 300.5
0
0
305.5-315.5 310.5
0
0
315.5-325.5 320.5
0
0
325.5-335.5 330.5
0
1
335.5-345.5 340.5
0
0

22
Lampiran 2 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan betina

Sb
thit
ttab

0.1052
3.1642
2.3226

thit > ttab maka tolak H0 b tidak sama dengan 3 (allometrik positif)

Lampiran 3 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan jantan

Sb
thit
ttab

0.0677
1.7606
2.2470

thit < ttab maka gagal tolak H0 b tidak sama dengan 3 (isometrik)

23
Lampiran 4 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan betina
SKB

SKA
96
106
116
126
136
146
156
166
176
186
196
206
216
226
236
246
256
266
276
286
296
306
316
326
336

Xi
2.0022
2.0434
2.0810
2.1156
2.1477
2.1775
2.2055
2.2317
2.2565
2.2799
2.3021
2.3233
2.3434
2.3627
2.3811
2.3988
2.4158
2.4322
2.4479
2.4631
2.4778
2.4921
2.5058
2.5192
2.5321

105
115
125
135
145
155
165
175
185
195
205
215
225
235
245
255
265
275
285
295
305
315
325
335
345

Total
Rata-rata
Ukuran pertama kali matang gonad (mm)


M = antilog (m) = antilog [Xk + ( ) – (X ∑pi)]
= antilog [2.3811 +(
= 206.39 mm

.

) – (0.0212 x 3.6333]

Pi
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
1.0000
0.8333
0.8000
1.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
3.6333
0.1453
206.39

1-Pi(Qi)
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
0.0000
0.1667
0.2000
0.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
-2.6333
0.8546

x(i+1)-xi
0.0412
0.0376
0.0346
0.0321
0.0299
0.0279
0.0262
0.0248
0.0234
0.0222
0.0211
0.0202
0.0193
0.0184
0.0177
0.0170
0.0164
0.0158
0.0152
0.0147
0.0142
0.0138
0.0133
0.0129
0.0000
0.53
0.0212

24
Lampiran 5 Ukuran pertama kali matang gonad ikan kembung perempuan jantan
SKB

SKA
96
106
116
126
136
146
156
166
176
186
196
206
216
226
236
246
256
266
276
286
296
306
316
326
336

105
115
125
135
145
155
165
175
185
195
205
215
225
235
245
255
265
275
285
295
305
315
325
335
345

Xi
2.0022
2.0434
2.081
2.1156
2.1477
2.1775
2.2055
2.2317
2.2565
2.2799
2.3021
2.3233
2.3434
2.3627
2.3811
2.3988
2.4158
2.4322
2.4479
2.4631
2.4778
2.4921
2.5058
2.5192
2.5321

Total
Rata-rata
Ukuran pertama kali matang gonad


Pi
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0127
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.1000
0.0000
1.0000
0.9231
1.0000
1.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
4.0357
0.1614
210.7934

M = antilog (m) = antilog [Xk + ( ) – (X ∑pi)]
= antilog [2.3988 +(
= 210.79 mm

.

) – (0.0212 x 4.0357]

1-Pi(Qi)
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
0.9873
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
0.9000
1.0000
0.0000
0.0769
0.0000
0.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1.0000
1