Dinamika Populasi Dan Biologi Reproduksi Multispesies Ikan Kembung (Rastrelliger Faughni, R. Kanagurta, R. Brachysoma) Di Perairan Selat Sunda

i

DINAMIKA POPULASI DAN BIOLOGI REPRODUKSI
MULTISPESIES IKAN KEMBUNG (Rastrelliger faughni,
R. kanagurta, R. brachysoma) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

WULANDARI SARASATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Dinamika Populasi dan
Biologi Reproduksi Multispesies Ikan Kembung (Rastrelliger faughni, R.
kanagurta, R. brachysoma) di Perairan Selat Sunda adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2017
Wulandari Sarasati
NIM C251140131

RINGKASAN
WULANDARI SARASATI. Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi
Multispesies Ikan Kembung (Rastrelliger faughni, R. kanagurta, R. brachysoma)
di Perairan Selat Sunda. Dibimbing oleh MENNOFATRIA BOER dan
SULISTIONO.
Kegiatan perikanan tangkap yang bersifat common property dan open
access menyebabkan meningkatnya upaya penangkapan di perairan umum,
sehingga dapat mengakibatkan over fishing. Genus Rastrelliger spp. merupakan
komoditas utama di Labuan, Banten, yang hasil tangkapannya menurun beberapa
tahun terakhir. Upaya pengelolaan berbasis multi-species diperlukan secara

berkala sehingga sumber daya dapat berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah
menganalisis makanan, aspek biologi reproduksi, dan mengkaji dinamika
populasi, serta merumuskan pola pengelolaan yang tepat bagi ikan R. faughni, R.
kanagurta, dan R. brachysoma di Perairan Selat Sunda.
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pengelolaan sumber daya
ikan multi-species dengan studi kasus di Perairan Selat Sunda melalui pendekatan
aspek dinamika populasi yang didukung aspek makanan dan biologi reproduksi.
Pengambilan ikan contoh di PPP Labuan Banten dilaksanakan pada bulan AprilAgustus 2015. Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan,
Divisi Manajemen Sumberdaya Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Pengukuran panjang total dan tinggi badan, serta penimbangan bobot dilakukan
pada ikan contoh. Selanjutnya dilakukan pembedahan, pengambilan gonad,
lambung dan usus.
Luas relung makanan ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. di Perairan
Selat Sunda secara keseluruhan tergolong sempit, walaupun makanannya
beragam. Berdasarkan komposisi makanan, tumpang tindih makanan, dan nilai
koefisien ketergantungan antar spesies menunjukkan bahwa hubungan antar
spesies kembung, kembung lelaki, dan kembung perempuan adalah kompetisi
(persaingan). Kompetisi tersebut dapat dilihat pada kesamaan makanan utama
genus Rastrelliger spp., yaitu sama-sama memakan Bacillariophyceae dengan

proporsi yang berbeda.
Hasil analisis menggunakan software FISAT II dengan metode pemisahan
umur, menunjukkan bahwa ikan kembung memiliki nilai L∞ untuk betina dan
jantan masing-masing sebesar 264.00 mm dan 288.69 mm, ikan kembung lelaki
293.00 mm dan 330.24 mm, serta ikan kembung perempuan 272.04 mm dan
286.42 mm. Koefisien pertumbuhan (K) untuk ikan kembung betina dan jantan
ikan kembung lelaki betina dan jantan sebesar 0.22 dan 0.16, 0.24 dan 0.10, serta
ikan kembung perempuan betina dan jantan sebesar 0.20 dan 0.13. Nilai GPI
(Growth Performance Index) pada ikan kembung sebesar 4.2758, ikan kembung
lelaki sebesar 4.1673, dan pada ikan kembung perempuan sebesar 4.2076. Puncak
rekruitmen masing-masing spesies berbeda-beda.
Ikan contoh genus Rastrelliger spp. dari Perairan Selat Sunda memiliki
kisaran panjang total 126-220 mm pada ikan kembung, ikan kembung lelaki 98260 mm, dan ikan kembung perempuan 95-255 mm. Secara berurutan betina dan
jantan, ikan kembung memiliki ukuran pertama kali matang gonad 192 mm dan

iii

182 mm, ikan kembung lelaki 212 mm dan 225 mm, serta ikan kembung
perempuan 220 mm dan 219 mm. Ikan kembung (R. faughni) dan ikan kembung
lelaki (R. kanagurta) diduga mengalami puncak pemijahan pada bulan Agustus,

dan ikan kembung perempuan (R. brachysoma) diduga mengalami puncak
pemijahan pada bulan Juli. Nilai fekunditas rata-rata ikan kembung mencapai
36 976 butir, ikan kembung lelaki mencapai 20 880 butir, serta ikan kembung
perempuan mencapai 55 252 butir. Ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp.
memiliki tipe pemijahan partial spawner.
Nilai Maximum Sustainable Yield (MSY) untuk genus Rastrelliger spp.
sebanyak 1 919.02 ton dan fMSY (upaya optimum) sebesar 16 766 trip. Pendugaan
laju eksploitasi untuk ikan kembung yaitu sebesar 0.98, ikan kembung lelaki
sebesar 0.98, dan ikan kembung perempuan 0.85. Dilihat dari laju eksploitasi
tersebut dapat diduga ketiga ikan dari genus Rastrelliger spp. di perairan Selat
Sunda telah mengalami over exploited.
Pengelolaan perikanan yang bijaksana diperlukan agar tidak mempengaruhi
kelestarian stok ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. yang tersedia di
perairan Selat Sunda. Upaya pengelolaan sumberdaya genus Rastrelliger spp.
dapat dilakukan dengan cara mempertahankan kualitas perairan dan mengurangi
tangkapan ikan pada puncak pemijahan yaitu bulan Juli-Agustus. Berdasarkan
data statistik perikanan Pandeglang tahun 2014, pengelolaan multispesies ikan
kembung dapat berupa pengurangan upaya penangkapan sebesar 12 583 trip dan
meningkatkan ukuran mata jaring purse seine menjadi 2.0 inci agar populasi
ketiga ikan dalam genus Rastrelliger spp. tetap berkelanjutan, serta dapat

mensejahterakan bagi nelayan dan masyarakat.
Kata kunci : dinamika populasi, kembung, makanan, pertumbuhan, reproduksi,
Selat Sunda.

SUMMARY
WULANDARI SARASATI. Dynamics of Population and Biology Reproductive
Multispecies Mackerel Fish (Rastrelliger faughni, R. kanagurta, R. brachysoma)
in the Sunda Strait. Supervised by MENNOFATRIA BOER and SULISTIONO.
Fishing activities which are common property and open access cause
increased catch rates in public, so that the waters may lead to overfishing. Genus
Rastrelliger spp. is the main commodity in Labuan, Banten, recently have
decreased population for last few years. Therefore multiple-species management
is required at regular intervals so that resources can be sustainable. The purpose of
this research is to analyze the food, aspects of reproductive biology, and
reviewing the population dynamics, as well as formulate appropriate management
pattern for R. faughni, R. kanagurta, and R. brachysoma in the waters of the
Sunda Strait.
This research is expected become advise for resource management of
multiple-species fish with a case study in the waters of the Sunda Strait with
aspects of population dynamics approaches and supported by aspects of food and

reproductive biology. The taking of fish sample in PPP Labuan Banten was
carried out in April-August 2015. Fish sampling analysis has been done in
Fisheries Biology Laboratory, Division of Management of Fisheries Resources,
Aquatic Resources Management Department, Faculty of Fisheries and Marine
Sciences, Bogor Agricultural University. Measurement of total length and height,
as well as the weight was done on a fish sampling. The next surgery, taking his
intestines, stomach and gonads.
Niche breadth of three fish in the genus Rastrelliger spp. in waters of Sunda
Strait classified as narrow, although the food is diverse. Based on the composition
of food, the overlapping food, and the coefficient dependence between species
suggests that the relationship between species Island mackerel, Indian mackerel,
and short mackerel is competition. The competition can be seen in the similarity
of the main food of the genus Rastrelliger spp., i.e. equally consuming
Bacillariophyceae with different proportions.
The results of the analysis using software FISAT II by the method of
separation of age, indicate that Island mackerel has a value of L∞ for females and
males respectively of 288.69 mm and 264.00 mm, Indian mackerel 293.00 mm
and 330.24 mm, as well as short mackerel 272.04 mm and 286.42 mm. Growth
coefficient (K) for females and males of Island mackerel of 0.22 and 0.16, Indian
mackerel 0.24 and 0.10, as well as short mackerel of 0.20 and 0.13. The value of

GPI (Growth Performance Index) on the Island mackerel of 4.2758, Indian
mackerel of 4.1673, and short mackerel of 4.2076. Peak recruitment of each
species varies.
Fish sampling of genus Rastrelliger spp. from the waters of the Sunda Strait
has the range of a total length 126-220 mm on Island mackerel, Indian mackerel
98-260 mm, and short mackerel 95-255 mm. Females and males respectively,
Island mackerel has a size of first gonads mature 192 mm and 182 mm, Indian
mackerel 212 mm and 225 mm, as well as short mackerel 219 mm and 220 mm.
Island mackerel (R. faughni) and Indian mackerel (R. kanagurta) allegedly
experienced the peak of spawning in August, and short mackerel (R. brachysoma)

v

allegedly experienced the peak of spawning in July. The average of the fecundity
value of Island mackerel reach 36 976 grains, Indian mackerel reached 20 880
rounds, as well as short mackerel can achieve 55 252 grains. The third fish in the
genus Rastrelliger spp. have the partial spawner as spawning type.
The value of Maximum Sustainable Yield (MSY) for the genus Rastrelliger
spp. Are 1 919.02 tons and fMSY (optimum effort) of 16 766 trip. The
exploitation rate prediction for Island mackerel is amounted to 0.98, Indian

mackerel amounted to 0.98, and short mackerel 0.85. Judging from the rate of
exploitation suspected that the three fish of the genus Rastrelliger spp. in waters
of Sunda Strait has undergone over exploited.
The management of the fisheries that wisely are needed so that does not
affect the sustainability of the fish stock of the third in the genus Rastrelliger spp.
which are available in the waters of the Sunda Strait. Resource management
efforts of the genus Rastrelliger spp. can be done by maintaining the quality of the
waters and reduce the catch fish on the spawning peak on July-August. Based on
statistical data of Pandeglang 2014, fisheries management multi-spesies mackerel
can be done over reduction in efforts of the catch of 12 583 trip and increase the
size of the purse seine nets eye become 2.0 inches in order for the third
populations of genus Rastrelliger spp. to sustainable, prosper for fishermen and a
society.
Keywords: population dynamics, mackerel, food, growth, reproduction, Sunda
Strait.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

i

DINAMIKA POPULASI DAN BIOLOGI REPRODUKSI
MULTISPESIES IKAN KEMBUNG (Rastrelliger faughni,
R. kanagurta, R. brachysoma) DI PERAIRAN SELAT SUNDA

WULANDARI SARASATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Dosen Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA

v

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada:
1. KEMENRISTEK DIKTI melalui BOPTN, APBN DIPA IPB TA 2015 No.
544/IT3.11/PL/2015 LPPM-IPB dengan judul “Dinamika Populasi dan
Biologi Reproduksi Sumberdaya Ikan Ekologis dan Ekonomis Penting di
Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang dilaksanakan oleh Prof Dr Ir
Mennofatria Boer, DEA (sebagai ketua peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia,
MSi (sebagai anggota peneliti).
2. Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA sebagai ketua komisi pembimbing dan

Prof Dr Ir Sulistiono, MSc sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
memberikanan arahan dan masukan dalam penulisan karya ilmiah ini.
3. Dr Ir Sigid Hariyadi MSc selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (SDP)
4. Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku penguji luar komisi.
5. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang atas bantuan
memperoleh data penelitian.
6. Tim BOPTN Labuan 2015 atas kerja sama selama penelitian berlangsung.
7. LIPI Ancol Bapak Fahmi dan Selvia Oktaviani SPi MSi atas kerja sama
dalam identifikasi ikan.
8. Bapak Suminta dan Una Labuan atas kerja sama di lapangan, serta Bapak
Wahyu Kapal Sri Gampang atas kerja sama selama melaut.
9. Bapak dan ibu dosen pengasuh mata kuliah selama di Pascasarjana
Pengelolaan Sumberdaya Perairan yang telah memberikan ilmunya dengan
tulus sehingga menambah ilmu pengetahuan penulis.
10. Bagian administrasi SDP dan Pasca IPB atas bantuannya selama kuliah.
11. Sahabat-sahabat SDP 2014 IPB
12. Bapak Ibu Dosen FPIK Universitas Jenderal Soedirman atas rekomendasi dan
support agar penulis dapat melanjutkan program magister.
13. Teman-teman seperjuangan Unsoed di IPB atas motivasi dan arahannya.
14. Rekan-rekan dalam Semnaskan ke-9 MII grup biologi ikan dan Semnaskan
XIII-UGM grup penangkapan ikan atas apresiasi dan saran yang membangun.
15. Bapak dan Ibu tercinta, atas segala doa, kasih sayang serta semangat yang
diberikan sehingga penulis dapat memperoleh gelar Magister Sains.
16. Kakak Nila Kusumasari SPdSD dan Muksinun SPdSD, keponakan Ardian
Zeni dan Raikhan, serta keluarga besar Eyang Sardan dan Eyang Suslamto
atas segala doa dan dukungannya secara material dan moril.
17. Sahabat Wisma Baitii Jannati Batuhulung (Romi Seroja, Dewi M MSi, Devi
Eka Lestari) atas support dalam proses akademik di perantauan.
18. Ananda Bayu Pradana SE, Dwiayu SPi, Cahyadi SPi MSi, Mega Dissa MSi,
Megawati MSi, Arkka Yoga SPi, Rita Yunita SPi, Sunarko, Yunindra, dan
pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan motivasinya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2017
Wulandari Sarasati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

x

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
3
3

2 METODE
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat
Prosedur Analisis Data
Pengumpulan data
Analisis Laboratorium
Analisis Data
Analisis Makanan
Index of Preponderance
Luas dan Tumpang Tindih Relung Makanan
Hubungan Ketergantungan Antar Spesies
Analisis Pertumbuhan
Pola Pertumbuhan
Faktor Kondisi
Identifikasi Kelompok Ukuran
Parameter Pertumbuhan
Rekrutmen
Analisis Reproduksi
Panjang Pertama Kali Matang Gonad
Musim Pemijahan
Fekunditas
Analisis Dinamika Populasi
Panjang Pertama Kali Tertangkap
Pendugaan Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Catch Per Unit Effort (CPUE)
Model Produksi Surplus

4
4
4
4
4
6
6
6
6
6
7
8
8
9
9
9
10
11
11
11
12
12
12
13
13
14

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Komposisi Hasil Tangkapan
Morfologi genus Rastrelliger spp.
Makanan Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
Indeks of Preponderance
Luas Relung Makanan
Tumpang Tindih Relung Makanan
Jaring-jaring Makanan

15
15
15
16
18
18
20
20
21

vii

Hubungan Ketergantungan Antar Spesies
Pertumbuhan Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
Sebaran Frekuensi Panjang
Pola Pertumbuhan
Faktor Kondisi
Parameter Pertumbuhan
Rekrutmen
Reproduksi Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Fekunditas
Diameter telur
Ukuran Pertama Kali Matang Gonad (Lm)
Dinamika Populasi Genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
Ukuran Pertama Kali Tertangkap (Lc)
Pendugaan Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Model Produksi Surplus
PEMBAHASAN

21
22
22
23
25
27
27
29
29
31
32
32
33
34
34
33
35
37

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

48
48
49

DAFTAR PUSTAKA

49

LAMPIRAN

54

RIWAYAT HIDUP

110

DAFTAR TABEL
1 Alat penelitian
2 Hubungan antar spesies berdasarkan ketergantungan ekologi
3 Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi berdasarkan
modifikasi Cassie (1954) in Effendie (1979)
4 Luas relung makanan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
berdasarkan jenis kelamin
5 Tumpang tindih makanan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat
Sunda
6 Hubungan ketergantungan antar spesies genus Rastrelliger spp. di
Perairan Selat Sunda
7 Pertumbuhan L∞, K, dan t0 serta nilai ϕ (Growth Performance Index)
genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
8 Persamaan Von Bertalanffy genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat
Sunda
9 Nilai ukuran pertama kali matang gonad (Lm) genus Rastrelliger spp.
di Perairan Selat Sunda
10 Nilai ukuran pertama kali tertangkap (Lc) genus Rastrelliger spp. di
Perairan Selat Sunda
11 Mortalitas dan laju eksploitasi genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat
Sunda
12 Kandungan Gizi Genus Rastrelliger spp. menurut studi pustaka
13 Parameter pertumbuhan genus Rastrelliger spp. pada berbagai lokasi
penelitian
14 Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) genus Rastrelliger spp. pada
berbagai lokasi penelitian
15 Mortalitas dan laju eksploitasi genus Rastrelliger spp. pada berbagai
lokasi penelitian

5
7
11
20
21
21
27
27
33
34
34
38
40
42
46

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kerangka pemikiran penelitian
Peta lokasi penelitian
Diagram metode pengambilan contoh ikan
Hasil tangkapan per jenis ikan di PPP Labuan Banten (DKP Banten
2014)
Ikan kembung (Rastrelliger faughni) di PPP Labuan Banten
Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) di PPP Labuan Banten
Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) di PPP Labuan
Banten
Index of Preponderance (IP) ikan kembung (Rastrelliger faughni) di
Perairan Selat Sunda (n betina=68 ekor, n jantan=109 ekor)
Index of Preponderance (IP) ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) di Perairan Selat Sunda (n betina=46 ekor, n jantan=91ekor)

3
4
5
15
16
17
18
18
19

ix

10 Index of Preponderance (IP) ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) di Perairan Selat Sunda (n betina=59 ekor, n jantan=93
ekor)
11 Jaring-jaring makanan genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
12 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung (Rastrelliger faughni) betina
dan jantan di Perairan Selat Sunda
13 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina dan jantan di Perairan Selat Sunda
14 Sebaran frekuensi panjang ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) betina dan jantan di Perairan Selat Sunda
15 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung (Rastrelliger faughni)
betina (a) dan jantan (b)
16 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina (a) dan jantan (b)
17 Hubungan panjang dan bobot ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) betina (a) dan jantan (b)
18 Faktor kondisi ikan kembung (Rastrelliger faughni)
19 Faktor kondisi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
20 Faktor kondisi ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)
21 Rekrutmen ikan kembung (Rastrelliger faughni)
22 Rekrutmen ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
23 Rekrutmen ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)
24 TKG ikan kembung di Perairan Selat Sunda berdasarkan bulan
pengambilan contoh
25 TKG ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda berdasarkan bulan
pengambilan contoh
26 TKG ikan kembung perempuan di Perairan Selat Sunda berdasarkan
bulan pengambilan contoh
27 Nilai IKG rata-rata ikan kembung di Perairan Selat Sunda berdasarkan
bulan pengambilan contoh
28 Nilai IKG rata-rata ikan kembung lelaki di Perairan Selat Sunda
berdasarkan bulan pengambilan contoh
29 Nilai IKG rata-rata ikan kembung perempuan di Perairan Selat Sunda
berdasarkan bulan pengambilan contoh
30 Sebaran diameter telur ikan kembung, TKG III (a) dan IV (b) di
Perairan Selat Sunda
31 Sebaran diameter telur ikan kembung lelaki, TKG III (a) dan IV (b) di
Perairan Selat Sunda
32 Sebaran diameter telur ikan kembung perempuan, TKG III (a) dan IV
(b) di Perairan Selat Sunda
33 Produksi genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda yang
didaratkan di Pandeglang-Banten tahun 2003-2014
34 Model produksi surplus ikan kembung (Rastrelliger faughni) di
Perairan Selat Sunda dengan pendekatan model Fox
35 Model produksi surplus ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
di Perairan Selat Sunda dengan pendekatan model Fox
36 Model produksi surplus ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) di Perairan Selat Sunda dengan pendekatan model Fox

19
22
23
23
23
24
24
25
26
26
26
28
28
29
29
30
30
31
31
31
32
33
33
35
36
36
36

37 Model produksi surplus genus Rastrelliger spp. di Perairan Selat Sunda
dengan pendekatan model Fox

37

DAFTAR LAMPIRAN
1 Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad untuk ikan
kembung (R. faughni)
2 Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad untuk ikan
kembung lelaki (R. kanagurta)
3 Pendugaan ukuran ikan pertama kali matang gonad untuk ikan
kembung perempuan (R. brachysoma)
4 Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung (R. faughni)
5 Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung lelaki (R.
kanagurta)
6 Pendugaan ukuran pertama kali tertangkap ikan kembung perempuan
(R. brachysoma)
7 Hubungan panjang dan tinggi ikan dalam genus Rastrelliger spp.
dengan ukuran mata jaring purse seine
8 Frekuensi relatif Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan kembung
(Rastrelliger faughni) berdasarkan bulan pengamatan
9 Frekuensi relatif Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan kembung
lelaki (Rastrelliger kanagurta) berdasarkan bulan pengamatan
10 Frekuensi relatif Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ikan kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma) berdasarkan bulan pengamatan
11 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kembung (Rastrelliger faughni)
berdasarkan bulan pengamatan
12 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan bulan pengamatan
13 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) berdasarkan bulan pengamatan
14 Fekunditas Genus Rastrelliger spp.
15 Sebaran diameter telur ikan kembung (Rastrelliger faughni)
16 Sebaran diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
17 Sebaran diameter telur ikan kembung lelaki (Rastrelliger brachysoma)
18 Hubungan panjang dan bobot genus Rastrelliger spp.
19 Faktor kondisi rata-rata (FK) ikan kembung (Rastrelliger faughni)
berdasarkan bulan pengamatan
20 Faktor kondisi rata-rata (FK) ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) berdasarkan bulan pengamatan
21 Faktor kondisi rata-rata (FK) ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) berdasarkan bulan pengamatan
22 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung (Rastrelliger
faughni)
23 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta)
24 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma)

55
57
59
61
63
65
67
70
70
71
71
71
72
72
72
73
74
75
75
76
76
77
78
79

xi

25 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan kembung (Rastrelliger
faughni) betina, jantan serta gabungan betina dan jantan menggunakan
metode ELEFAN 1
26 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger
kanagurta) betina, jantan serta gabungan betina dan jantan
menggunakan metode ELEFAN 1
27 Pendugaan parameter pertumbuhan ikan kembung perempuan
(Rastrelliger brachysoma) betina, jantan serta gabungan betina dan
jantan menggunakan metode ELEFAN 1
28 Kurva pertumbuhan ikan kembung (Rastrelliger faughni) berdasarkan
FISAT II
29 Kurva pertumbuhan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
berdasarkan FISAT II
30 Kurva pertumbuhan ikan kembung perempuan (Rastrelliger
brachysoma) berdasarkan FISAT II
31 Pola rekrutmen ikan kembung (Rastrelliger faughni)
32 Pola rekrutmen ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta)
33 Pola rekrutmen ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma)
34 Mortalitas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina, jantan,
dan gabungan
35 Mortalitas ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) betina, jantan,
dan gabungan
36 Mortalitas ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) betina,
jantan, dan gabungan
37 Model produksi surplus genus Rastrelliger spp.
38 Analisis ketergantungan antar spesies (kajian multispesies genus
Rastrelliger spp.)
39 Index of Preponderance (IP) genus Rastrelliger spp. dalam perhitungan
tumpang tindih relung makanan
40 Hasil Identifikasi multispesies ikan di LIPI
41 Morfologi ikan dalam genus Rastrelliger spp. menurut Collete & Nauen
(1983)
42 Dokumentasi Penelitian

80

81

82
83
84
85
86
86
87
88
91
94
97
99
100
105
106
107

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya perikanan tangkap bersifat milik bersama (common property)
dan tidak pernah terlepas dari pola open access atau terbuka oleh siapa saja dalam
pemanfaatannya. Common property pada umumnya memiliki masalah kompleks
dalam hak kepemilikan dan pengelolaannya. Pemanfaatan secara open access
dapat membuat eksploitasi tanpa batas demi pemenuhan kepentingan individu
(Hardin 1968). Eksploitasi tanpa batas akan berakibat pada tekanan dan degradasi
sumber daya perikanan yang berujung pada kesejahteraan nelayan dan masyarakat. Masalah eksternalitas dalam sumber daya common property tersebut akan
selalu muncul pada saat pemanfaatan sumber daya, walaupun pembagiannya
merata secara spasial dan temporal (Sobari et al. 2003). Sifat sumber daya yang
common property dan open access merupakan masalah yang sulit diatasi dan memerlukan pendekatan secara efektif agar sumber daya dapat berkelanjutan (Ostrom and Hess 2007). Upaya pengelolaan sumber daya perikanan agar tetap berkelanjutan banyak dilakukan mulai dari pendekatan memaksimalkan tangkapan
tahunan, pengelolaan biologi-ekologis, pengelolaan kawasan konservasi,
pengelolaan berbasis masyarakat dan ko-manajemen, serta kelembagaan (Banon
et al. 2011).
Sumber daya perikanan di wilayah tropis memerlukan pengelolaan yang
lebih kompleks dibandingkan perairan subtropis. Khususnya di Indonesia yang
memiliki karakter perikanan multi-species dan ditangkap dengan berbagai alat
tangkap (multi-gear). Interaksi biologis dalam sumber daya ikan multi-species dapat berupa hubungan prey-predator, persaingan relung (niche) ekologi, dan persaingan makanan. Pengelolaan multi-species sangat penting bagi ikan-ikan yang
rentan, terlebih jika ikan-ikan tersebut bernilai ekonomis dan ekologis penting.
Tangkapan sumber daya Perairan Selat Sunda yang tergolong ke dalam
Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPPRI) 572 didarat-kan di
Provinsi Lampung dan Banten. Jumlah keseluruhan produksi ikan yang didaratkan di Provinsi Banten menggambarkan 30% dari total tangkapan di Perairan
Selat Sunda (Boer dan Aziz 2007). Hasil produksi perikanan tangkap di Provinsi
Banten pada tahun 2009-2013 mencapai 59 003.70 ton (DKP Banten 2014).
Ikan ekonomis dan ekologis penting di Perairan Selat Sunda yang tertangkap dan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan, Banten antara
lain dari jenis ikan kembung. Ikan kembung merupakan komoditas utama perikanan tangkap Provinsi Banten (DKP Banten 2014), yaitu: ikan kembung
(Rastrelliger faughni), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), dan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma). Alat tangkap yang sering digunakan dalam
penangkapan ikan kembung yaitu purse seine (Octoriani 2015). Ikan kembung
merupakan ikan dengan hasil tangkapan tertinggi di Provinsi Banten, yaitu sebesar
4 856.70 ton pada tahun 2013, namun hasil tangkapan menurun 2.5% dari tahun
2010 hingga 2013 (DKP Banten 2014). Harga ikan kembung lelaki dan kembung
perempuan tergolong ekonomis tinggi, yaitu dapat mencapai Rp 32 000,-/kg, serta
Rp 28 000,-/kg pada ikan kembung.

2
Sumber daya ikan kembung (R. faughni), kembung lelaki (R. kanagurta),
dan kembung perempuan (R. brachysoma) di Perairan Selat Sunda diduga telah
mengalami over fishing (Boer 2014). Dengan adanya penambahan upaya penangkapan akan mempengaruhi produksi maksimum lestarinya (MSY). Pada tahun
2009 hingga 2013 terjadi peningkatan jumlah purse seine rata-rata sebesar 9.94%
(DKP Banten 2014). Upaya pengelolaan selalu diupayakan agar sumber daya perikanan kembali lagi ke titik MSY.
Penelitian yang telah dilakukan di Perairan Selat Sunda mengenai ikan
kembung, masih memerlukan kajian lebih lanjut mengenai efektifitas pengelolaan
pada sumber daya ikan R. faughni, R. kanagurta dan R. brachysoma. Oleh sebab
itu penelitian ini akan mengkaji lebih dalam mengenai aspek dinamika populasi
multi-species yang didukung aspek biologi reproduksi dan kebiasaan makanan
dari ketiga ikan kembung (R. faughni, R. kanagurta dan R. brachysoma) serta
bagaimana upaya pengelolaan yang tepat bagi perikanan multi-species dengan
studi kasus hasil tangkapan dari Perairan Selat Sunda di PPP Labuan Banten.

Perumusan Masalah
Kegiatan perikanan tangkap yang bersifat common property dan open
access menyebabkan meningkatnya upaya penangkapan di perairan umum, sehingga dapat mengakibatkan over fishing. Ketika sumber daya mengalami over
fishing akan berpengaruh pada kondisi ekologis ikan dan ekonomi masyarakat sekitar. Sumber daya perikanan yang memiliki nilai ekologi dan ekonomis penting
serta sudah mengalami tangkap lebih diantaranya ikan Rastrelliger faughni, R.
kanagurta dan R. brachysoma. Peningkatan intensitas eksploitasi dapat disebabkan karena meningkatnya upaya penangkapan seperti adanya penambahan jumlah
alat tangkap yang beroperasi dan adanya alat tangkap yang tidak selektif. Menurunnya sumber daya ikan tersebut dapat mengancam kelestarian dan keberlanjutannya. Upaya pengelolaan juga diperlukan secara berkala sehingga sumber
daya dapat berkelanjutan. Metode pengelolaan yang berbasis multi-species sangat
tepat bagi perikanan tropis seperti di Indonesia ini. Mengingat dalam suatu
populasi, khususnya dalam satu genus (genus: Rastrelliger), serta dalam schooling
yang sama, diduga memiliki berbagai macam interaksi. Interaksi yang terjadi dalam sumber daya multi-species yaitu interaksi biologi, seperti kompetisi niche
ekologi dan makanan.
Penelitian ini akan memberikan masukan bagi pengelolaan sumber daya
ikan multi-species dengan studi kasus di Perairan Selat Sunda melalui pendekatan
aspek dinamika populasi yang didukung oleh aspek makanan dan biologi reproduksi. Aspek makanan, antara lain index of preponderance (IP), luas dan tumpang
tindih relung. Aspek biologi reproduksi, antara lain identifikasi kelompok ukuran,
pertumbuhan, panjang pertama kali tertangkap (Lc), panjang pertama kali matang
gonad (Lm), tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG),
dan fekunditas. Dinamika populasi multi-species dapat dilihat melalui analisis
pengkajian stok ikan dengan menggunakan hasil tangkapan, upaya penangkapan
dan catch per unit effort (CPUE), MSY, mortalitas dan laju eksploitasi serta hubungan ketergantungan antar spesies.

3
Sumberdaya perikanan tangkap
“common property”

Pengelolaan
sumber daya
ikan yang
berkelanjutan

Open access
Interaksi biologis
Sumberdaya ikan multi-species
Kompetisi niche
ekologi dan makanan

Over fishing / over exploitation

Rentan bagi ikan ekonomis
dan ekologis penting:
- Rastrelliger faughni
- Rastrelliger kanagurta
- Rastrelliger brachysoma
Analisis Biologi
Reproduksi

melalui

Penurunan
kesejahteraan bagi
pengguna
semberdaya ikan

Strategi pengelolaan
berbasis multi-species

Analisis Dinamika
Populasi

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu:
1. Menganalisis makanan ikan Rastrelliger faughni, R. kanagurta dan R. brachysoma di Perairan Selat Sunda
2. Menganalisis aspek biologi reproduksi ikan Rastrelliger faughni, R. kanagurta
dan R. brachysoma di Perairan Selat Sunda
3. Mengkaji dinamika populasi ikan Rastrelliger faughni, R. kanagurta dan R.
brachysoma di Perairan Selat Sunda
4. Merumuskan pola pengelolaan yang tepat bagi ikan Rastrelliger faughni, R.
kanagurta dan R. brachysoma di Perairan Selat Sunda.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang tepat dan
bermanfaat terkait pengelolaan sumber daya ikan kembung (R. faughni), ikan
kembung lelaki (R. kanagurta) dan ikan kembung perempuan (R. brachysoma) di
Perairan Selat Sunda secara berkelanjutan. Selanjutnya, informasi yang didapatkan dapat menjadikan referensi bagi perumusan kebijakan dalam pengelolaan
sumber daya perairan Selat Sunda bagi pemerintah dan stakeholder lainnya.

4

2 METODE
Waktu dan Tempat
Lokasi pengambilan ikan contoh di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
Labuan, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
(Gambar 2) yang merupakan hasil tangkapan dari Perairan Selat Sunda. PPP Labuan terdiri dari 3 TPI (Tempat Pelelangan Ikan), yaitu TPI 1, TPI 2, dan TPI 3.
Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2015 pada
puncak bulan gelap. Analisis ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi
Perikanan, Divisi Manajemen Sumber Daya Perikanan (MSPi), Departemen
Manajemen Sumber Daya Perairan (MSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
(FPIK), Institut Pertanian Bogor (IPB).
N

Peta Lokasi Penelitian
Pelabuhan Perikanan Pantai
(PPP) Labuan Provinsi Banten

Insert
BANTEN

Legenda
= Daerah Penangkapan
= PPP Labuan Banten
Wulandari Saraswati
NRP. C251140131
SDP, IPB
Sumber: Google Earth 2015, Survei Lapang 2015

0

20 km

Gambar 2 Peta lokasi penelitian di Perairan Selat Sunda
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain ikan kembung
(Rastrelliger faughni), ikan kembung lelaki (R. kanagurta), ikan kembung perempuan (R. brachysoma), es, formalin 4%, dan akuades. Alat yang digunakan dalam
penelitian tersaji dalam Tabel 1.
Prosedur Analisis Data
Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui observasi dan wawancara terhadap nelayan. Data primer berupa
data biologi ikan seperti panjang dan tinggi ikan, bobot basah, jenis kelamin, isi
lambung, tingkat kematangan gonad (TKG), dan fekunditas. Pemilihan responden
wawancara menggunakan metode purposive sampling yaitu penetapan ukuran dan
cara pengambilan contoh dengan kriteria atau pertimbangan tertentu. Informasi
yang dapat diperoleh dari wawancara antara lain alat tangkap, ukuran mata jaring

5
(mesh size), ukuran kapal, hasil tangkapan, musim penangkapan, dan area
penangkapan. Data sekunder yang digunakan adalah data produksi hasil
tangkapan, upaya penangkapan, dan nilai produksi selama sepuluh tahun terakhir.

Nama
Cool Box
Alat bedah
Mikroskop
Mistar
Timbangan
Timbangan analitik
GPS
Peta
Kamera
Buku identifikasi

Alat tulis

Tabel 1 Alat penelitian
Ketelitian
Fungsi
Penyimpan ikan contoh
Pembedahan ikan contoh
Pengamatan gonad dan kebiasaan makanan
ikan
0.5 mm
Pengukur panjang ikan contoh
0.005 g
Pengukuran bobot ikan contoh
0.00005 g Pengukuran gonad dan isi lambung
Penunjuk titik koordinat
Penunjuk posisi atau lokasi
3 MP
Dokumentasi selama penelitian
Identifikasi ikan contoh (Collette & Nauen
1983), identifikasi makanan ikan (Yamaji
1979).
Penulisan data hasil penelitian

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan kembung (Rastrelliger faughni), ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), ikan kembung
perempuan (Rastrelliger brachysoma). Ikan-ikan tersebut dibawa di dalam cool
box yang telah diberi es. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengukuran
panjang total dan bobot basah serta mengamati jenis kelamin, tingkat kematangan
gonad ikan, menimbang bobot gonad, identifikasi ikan, serta pengamatan isi lambung ikan di Laboratorium Biologi Perikanan, Divisi MSPi, MSP, FPIK-IPB.
Data sekunder diperoleh dari DKP Provinsi Banten dari tahun 2003-2014.
Ikan kembung (Rastrelliger faughni Matsui 1967),
kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1816), dan
kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma Bleeker 1851)

Tumpukan ke-2
Tumpukan ke-1

Tumpukan ke-n

PCAB
Ukuran kecil, sedang, besar

n = ± 200 ekor
setiap spesies/bulan

Gambar 3 Diagram metode pengambilan contoh ikan

6
Pengambilan contoh ikan dilakukan secara acak. Contoh yang diperoleh
merupakan contoh yang diambil dengan metode Penarikan Contoh Acak Berlapis
(PCAB) yaitu dengan memilih jenis ikan dari masing-masing lima tumpukan yang
dipilih secara acak. Jumlah ikan yang diambil hingga 200 ekor setiap jenisnya setiap satu bulan sekali, mulai bulan April sampai bulan Agustus 2015. Ukuran
contoh yang diketahui mengikuti Boer (1994). Metode pengambilan contoh
disajikan pada Gambar 3.
Analisis Laboratorium
Pengukuran panjang total dan tinggi badan pada ikan contoh (ketelitian 0.05
mm) serta penimbangan bobot tubuhnya menggunakan timbangan digital (ketelitian 0.005 g). Pembedahan ikan dilakukan untuk mengambil gonad, lambung,
serta ususnya. Lambung dan usus dimasukkan dalam botol plastik dan diawetkan
dengan larutan formalin 4%. Isi lambung dan usus diamati secara visual di bawah
mikroskop binokuler. Organisme jenis makanan yang terdapat dalam lambung
diidentifikasi dengan berdasarkan Yamaji (1979). Penentuan jenis kelamin
dilakukan melalui pengamatan terhadap gonad ikan contoh.
Analisis Data
Analisis Makanan
Index of Preponderance
Menurut Natarajan dan Jhingran (1961) in Effendie (1979) analisis makanan
dilakukan dengan metode indeks bagian terbesar (index of preponderance)
melalui hubungan :
IPi = ∑

x

(1)

IP adalah index of preponderance, Vi adalah persentase volume makanan ke-i, Oi
adalah persentase frekuensi kejadian makanan ke-i dan ƩViOi adalah jumlah Vi x
Oi dari semua makanan. Untuk menganalisis kategori kebiasaan makanan ikan
mengacu pada Nikolsky (1963), dengan mengurutkan presentase makanan :
1) apabila IP bernilai >25 dikategorikan sebagai makanan utama
2) apabila IP bernilai 5-25 dikategorikan sebagai makanan pelengkap
3) apabila IP bernilai 0
� /� =0
Amendalisme ( = amensal)
� /� 3, yaitu pertumbuhan bobot lebih dominan dan
allometric negatif jika nilai � ttabel, ditolak oleh hipotesis nol (H0)

9
Jika nilai thitung < ttabel, gagal ditolak hipotesis nol (H0)
Faktor Kondisi
Untuk mengetahui tingkat kemontokan ikan diperlukan analisis faktor
kondisi, sehingga kita dapat menduga ikan contoh masih memperoleh suplai
makanan yang cukup dari lingkungannya. Faktor kondisi ikan dapat dihitung
untuk mengetahui kesehatan ikan, produktivitas, dan kondisi fisiologi dari
populasi ikan. Faktor kondisi dapat dihitung melalui persamaan Effendie (1997):
5

K=

(13)

K merupakan faktor kondisi, W adalah bobot ikan (g), dan L adalah panjang ratarata ikan (mm). Jika ikan memiliki tipe pertumbuhan allometrik (b≠3):
K=

(14)

Identifikasi Kelompok Ukuran
Identifikasi kelompok ukuran dilakukan dengan analisis data frekuensi
panjang melalui metode pemisahan beberapa kelompok umur (NORMSEP) dalam
paket program FISAT II (FAO-ICLARM Stock Assesment Tool) (FAO 2015)
untuk menentukan sebaran normalnya. Data panjang total ikan dikelompokkan ke
dalam beberapa kelas panjang, sehingga kelas panjang ke-I memiliki frekuensi
(fi). Menurut Boer (1996) jika fi adalah frekuensi ikan dalam kelas panjang ke-I
(i= 1,2,…,N), µj adalah rata-rata panjang kelompok umur ke-j, σj adalah
simpangan baku panjang kelompok umur ke-j, dan pj adalah proporsi ikan dalam
kelompok umur ke-j (j=1,2,..,G), maka fungsi objektif yang digunakan untuk
menduga ˆ j , ˆ j , pˆ j  , j=1,2,...,G (G = banyaknya sebaran normal yang
bercampur) adalah fungsi kemungkinan maksimum (maximum likehood function):
N

G

i 1

j 1

L   fi log  p j qij

(15)

sedangkan
qij 

1

 j 2

e

1  xi   j

2   j






2

(16)

merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan nilai tengah µ j dan
simpangan baku σj, xi merupakan titik tengah kelas panjang ke-i. Untuk menduga
ˆ j ,ˆ j , pˆ j  digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan dilakukan melalui
turunan kedua L masing-masing terhadap µ j, σj, dan pj, sedangkan dugaan
ragamnya (L∞, K, t0).
Parameter Pertumbuhan
Pendugaan laju pertumbuhan dengan menggunakan Model Von Bertalanffy
(Sparre & Venema 1999) yaitu:
Lt = L∞ [ − e−

t−t

]

(17)

10
Lt adalah ukuran ikan pada kelompok umur t (mm), L∞ adalah panjang
maksimum atau panjang asimtotik (mm), K adalah koefisien pertumbuhan
(bulan-1), dan t0 adalah umur hipotesis ikan pada panjang nol (bulan). Berdasarkan
Prahadina (2014), koefisien K, L∞, dan t0 diduga dengan menggunakan metode
Ford Walford yang diturunkan berdasarkan pertumbuhan Von Bertalanffy untuk
Lt pada saat t+∆t dan Lt sedemikian rupa sehingga:
Lt+∆t = L∞ [ − e−

t+∆ −

]

(18)

Lt+∆t adalah panjang ikan pada saat umur t+Δt (satuan waktu), selanjutnya jika
rumus di atas disubstitusikan dalam Lt diperoleh persamaan sebagai berikut:
atau

Lt+∆t − Lt = [

Lt+∆t =

∞[







− ∆

][ −

]+

− ∆

− ∆

]

(19)

(20)

Persaamaan tersebut diduga melalui persamaan regresi linear
= +
,
dengan Lt sebagai sumbu absis (x), +∆ sebagai ordinat (y), sehingga
=



dan
=
.
Nilai
K
dan
diduga
menggunakan
hubungan
:


= − ln
∞ =

(21)
(22)



Nilai t0 (umur teoritis) diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly (1980):


= .

− .



− .

(23)

Selanjutnya analisis Growth Performance Index (GPI) yang merupakan indeks
untuk membandingkan kinerja pertumbuhan ikan terhadap pertumbuhan
panjangnya, khususnya untuk membandingkan pertumbuhan ikan dengan bentuk
yang sama (Gayanilo & Pauly 1997). Growth performance index dapat dihitung
menggunakan rumus (Pauly 1996 in Amin et al. 2015):
Φ’=log K + 2*log L∞

(24)

Φ adalah nilai GPI, log K adalah log dari koefisien pertumbuhan, dan log L∞
adalah nilai dari log panjang asimtotik.
Rekrutmen
Rekrutmen (Recruitment) merupakan penambahan stok baru ke dalam
populasi. Pola rekrutmen diduga berdasarkan waktu pengamatan menggunakan
data sebaran frekuensi panjang yang telah ditetapkan. Rekrutmen menunjukkan
biomassa rata-rata tahunan dari ikan-ikan yang hidup sebagai suatu fungsi
mortalitas penangkapan (Sparre & Venema 1999). Pendugaan seluruh data
frekuensi panjang ke dalam skala waktu satu tahun berdasarkan model
pertumbuhan Von Bertalanffy (Pauly 1980). Model tersebut menggunakan
prosedur NORMSEP (Normal Separation). Data pendukung untuk memperoleh
plot pola rekrutmen berdasarkan waktu antara lain L∞, K, dan t0.

11
Analisis Reproduksi
Panjang Pertama Kali Matang Gonad
Analisis ukuran pertama kali matang gonad (Lm) secara berkala dapat
digunakan sebagai indikator adanya tekanan terhadap populasi (Siby et al. 2009).
Ukuran panjang ikan saat pertama kali mencapai matang gonad (Lm) dihitung
mengikuti metode Spearman-Karber menurut Udupa (1986) dengan persamaan:
�=

dengan



+





(25)



M = antilog m

(26)

dengan asumsi, ikan kembung dengan tingkat kematangan gonad (TKG III) juga
dianggap sebagai ikan yang mature. Kisaran panjang ikan pertama kali matang
gonad (Lm) dengan selang kepercayaan 95% :
Lm = anti log [m ± .

√x ∑

p .x

n−

]

(27)

Lm adalah panjang ikan pertama kali matang gonad (mm), m adalah log panjang
ikan pada kematangan gonad pertama, xk adalah log nilai tengah kelas panjang
yang terakhir ikan matang gonad 100%, x adalah log pertambahan panjang pada
nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang gonad pada kelas panjang ke-i dengan
jumlah ikan pada selang panjang ke-i, dimana pi=ri/ni, ri adalah jumlah ikan
matang gonad pada kelas panjang ke-i, dan ni adalah jumlah ikan pada kelas
panjang ke-i.
Musim Pemijahan
Musim pemijahan dapat dilihat dari nilai Indeks Kematangan Gonad (IKG)
dan ikan yang memiliki TKG IV yang diplotkan pada waktu pengamatan.
Pengamatan tingkat kematangan gonad (TKG) dilakukan dengan pengamatan
secara morfologis yang tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3 Penentuan tingkat kematangan gonad secara morfologi berdasarkan
modifikasi Cassie (1954) in Effendie (1979)
TKG
Betina
Jantan
I Ovari seperti benang, panjang sampai ke depan Testes seperti benang, lebih pendek
rongga tubuh. Warna jernih dan permukaan (terbatas) dan terlihat ujungnya di rongga
licin
tubuh serta berwarna jernih.
II Ukuran ovari lebih besar dari TKG I. Warna Ukuran testes lebih besar dan bentuk lebih
lebih gelap kekuningan dan terlur belum jelas dari TKG I. Warna putih seperti susu.
terlihat jelas dengan mata.
III Ovari berwarna kuning. Secara morfologi telur Permukaan testes tampak bergerigi. Warna
mulai terlihat butirannya.
semakin putih dan ukuran makin besar.
Mudah putus dalam keadaan diawetkan
IV Ovari makin besar, telur berwarna kuning, Seperti pada TKG II namun tampak lebih
mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, jelas dan testes semakin pejal.
mengisi ⁄ − ⁄ rongga perut, usus terdesak.
V Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa Testes bagian belakang kempis dan di
terdapat di dekat pelepasan (posterior) dan bagian posterior masih berisi.
banyak telur seperti pada TKG II.

12

Nilai IKG ditentukan dengan menggunakan rasio antara bobot gonad
dengan bobot tubuh ikan (Effendie 2002) dengan rumus:
g

IKG =

t

x

(27)

IKG adalah Indeks Kematangan Gonad (%), Wg adalah bobot gonad ikan (g), dan
Wt adalah bobot tubuh ikan (g).
Fekunditas
Diameter telur adalah garis ten