PERBEDAAN LAMA WAKTU PERENDAMAN GIGI DALAM EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (AVERRHOA CARAMBOLA) TERHADAP PERUBAHAN WARNA GIGI

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN LAMA WAKTU PERENDAMAN GIGI DALAM

EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (AVERRHOA

CARAMBOLA) TERHADAP PERUBAHAN

WARNA GIGI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah yogyakarta

Disusun Oleh : Chitra Dwi Prastiwi

20120340056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

(3)

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN LAMA WAKTU PERENDAMAN GIGI DALAM

EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (AVERRHOA

CARAMBOLA) TERHADAP PERUBAHAN

WARNA GIGI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah yogyakarta

Disusun Oleh : Chitra Dwi Prastiwi

20120340056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(4)

ii

Disusun oleh :

Nama : Chitra Dwi Prastiwi No Mahasiswa : 201203040056

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal: 17 juni 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

(drg. Nia Wijayanti, Sp.KG) (drg. Erma Sofiani, Sp.KG)

NIK : 19841103201404173230 NIK : 19741022200810173087

Mengetahui Ketua PSPDG

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros) NIK : 19680212200410173071


(5)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Chitra Dwi Prastiwi NIM : 20120340056

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 17 Juni 2016 Yang membuat pernyataan, Tanda Tangan


(6)

iv

maka kamu akan mendapatkan sesuatu yang tidak terhingga


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT,

Nabi Muhammad SAW

Ayahanda Prasetyo dan Ibunda Juwartini, M.Pd

drg. Nia Wijayanti Sp.KG


(8)

vi

Perendaman Gigi Dalam Ekstrak Buah Belimbing Manis (Averrhoa Carambola) Terhadap Perubahan Warna Gigi” ini dapat diselesaikan. Penyusunan karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh derajat sarjana S-1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dalam pelaksanaan penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat, kemudahan, serta karunia yang selalu diberikan.

2. dr. H. Andi Pramono, Sp. An., M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. drg. Nia Wijayanti Sp.KG selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan banyak ilmu selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah.


(9)

vii

5. drg. Erma Sofiani Sp.KG selaku Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan nasehat berkaitan dengan Karya Tulis Ilmiah.

6. Ayahanda Prasetyo dan Ibunda Juwartini, M.Pd yang selalu memberikan dukungan, semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Saudara-saudari kandung penulis, dr. Aryanti Ambarsari , Hafidz Budi Prabowo, Desica Larasati, dan Maharani Tyas Ramadhanti yang selalu memberikan dukungan, semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman satu bimbingan Tanti Susanti dan Laksmi Febriani yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Sahabat-sahabat penulis Ulfa, Dinda, Shendy, Cynintya, Osy yang selalu menjadi sahabat terbaik, teman belajar, dan selalu ada saat susah dan senang. 10.Teman seperjuangan kelompok Skill lab 6 yang selama 4 tahun selalu

menemani, memberikan dukungan, semangat, cinta serta kasih sayang yang tiada henti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

11.Teman-teman KG angkatan 2012 yang selalu bersama-sama mendukung satu sama lain


(10)

viii

13.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis memahami sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan ilmu khususnya ilmu kedokteran gigi.


(11)

ix

DAFTAR ISI

KARYA TULIS ILMIAH ... i

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Telaah Pustaka ... 8

1. Gigi ... 8

2. Pemutihan Gigi ... 15

3. Belimbing Manis ... 24

4. Ekstrak ... 27

B. Landasan Teori... 29

C. Kerangka Konsep ... 31


(12)

x

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 34

E. Variabel penelitian dan definisi operasional ... 35

F. Definisi operasional ... 36

G. Instrumen penelitian... 37

H. Cara kerja ... 38

I. Analisis data ... 43

J. Alur penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan... 51

BAB V KESIMPULAN ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61


(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Vitapan Shade Guide (Apratim dkk., 2015) ... 12

Gambar 2. Vitapan 3D Master (Agrawal dan Kapoor, 2013) ... 13

Gambar 3. RGB Device ... 13

Gambar 4. Colorimeter (Basavanna dkk., 2013)... 14

Gambar 5. Spectrophotometer ... 14

Gambar 6. Perubahan Asam Oksalat menjadi Peroksida ... 19

Gambar 7. Mekanisme pemutihan gigi (Patil,2002). ... 20

Gambar 8. Kerangka Konsep ... 31

Gambar 9. Mekanisme cara kerja spectrophotometer ... 40

Gambar 10. Alur Penelitian... 45

Gambar 11. Gigi sebelum perendaman dengan ekstrak belimbing manis ... 56

Gambar 12. Gigi setelah perendaman selama 56 jam ... 57

Gambar 13. Gigi setelah perendaman selama 88 jam ... 57


(14)

xii

manis ... 46

Tabel 3. Uji Normalitas Shapiro Wilk ... 47

Tabel 4. Uji Paired T-test ... 47

Tabel 5. Selisih dE*ab... 48

Tabel 6. Uji Normalitas Shapiro Wilk ... 48

Tabel 7. Uji Homogenitas ... 49

Tabel 8. Uji One way ANOVA... 49


(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto penelitian Lampiran 2. Data SPSS

Lampiran 3. Data spectrophotometer Lampiran 4. Surat penelitian


(16)

(17)

iii


(18)

xv

iritasi jaringan lunak sehingga diperlukan solusi untuk megatasi hal tersebut. Buah belimbing manis dapat dijadikan bahan alternatif pemutihan gigi karena mengandung senyawa asam oksalat yang dapat memutihkan gigi. Lamanya (waktu) bahan bleaching berkontak dengan gigi dapat mempengaruhi keberhasilan pemutihan gigi. Tujuan penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan lama perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.

Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro. Sampel yang digunakan yaitu 15 gigi premolar pasca ekstraksi. Semua sampel kemudian direndam dalam larutan teh selama 12 hari untuk memperoleh kesan diskolorasi. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok uji dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 buah gigi. Gigi kemudian dilakukan perendaman dalam ekstrak belimbing manis dengan waktu yang berbeda yaitu 56 jam, 88 jam, dan 126 jam. Pengukuran warna gigi dilakukan sebelum dan setelah perendaman dalam ekstrak belimbing manis dengan menggunakan alat spectrophotometer. Analisa data menggunakan uji paired t-test, One Way Anova, dan LSD (Least Significance Different).

Hasil : Hasil uji paired T-test diperoleh nilai signifikansi itu p<0,05 (p= 0,000) yang artinya bahwa ekstrak belimbing manis berpengaruh terhadap perubahan warna gigi menjadi lebih putih. Hasil uji One Way Anova menunjukan bahwa nilai p<0,05 (p=0,000) artinya bahwa perbedaan lama waktu perendaman mempunyai pengaruh terhadap perubahan warna gigi. Hasil uji LSD menunjukan nilai p<0,05 (p=0,000) antar tiap kelompok artinya terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam namun skor paling tinggi ditunjukan oleh kelompok perendaman selama 126 jam.

Kesimpulan : Terdapat pengaruh perbedaan lama waktu perendaman ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) terhadap perubahan warna gigi yaitu semakin lama waktu perendaman maka hasil pemutihan gigi semakin baik, dimana hasil pemutihan gigi paling efektif ditunjukan oleh waktu perendaman 126 jam dibanding waktu 56 jam dan 88 jam.

Kata kunci : Bleaching, Ekstrak belimbing manis, Waktu perendaman, perubahan warna gigi.


(19)

xvi

ABSTRACT

Background : Bleaching is defined as the treatment by applying chemicals material to remove stains from the teeth. The chemical materials of bleaching often causes side effect such as irritation of soft tissues. The star fruit can be used as the alternative materials because it contains of oxalic acid that can whiten teeth. The success of tooth whitening is affected by the length of material in contact with the teeth. The whitening materials make the teeth whiter if it contacts with teeth in a long period of time.

Aim : the aim of this study was to determine the effects of different submersion period of teeth in starfruits (Averrhoa carambola) extract towards change of teeth color. Methods: this study was an in vitro experimental laboratory study. The sample of this study was 15 post extraction premolars. All of the samples were submersed in tea for 12 days to gain discoloration of the teeth. Samples were divided into 3 groups where each groups consists of 5 teeth. Then the teeth on each groups were submersed in starfruits (Averrhoa carambola) extract for 56, 88 and 126 hours. Spectrophotometer was used to measure the color of the teeth before and after the submersion. Data analysis were done by paired t-test, One Way Anova, and LSD (Least Significance Different).

Results: the result of paired T-test is that the signification is p<0,05 (p= 0,000). This result proves that starfruits (Averrhoa carambola) extract affects the teeth color to become whiter. The result of One Way Anova test shows that p<0,05 (p=0,000). It shows that different period of teeth submersion has effect on the change of the teeth color. The LSD test result shows that p<0,05 (p=0,000). It means that there were significant differences on each group. The highest score is shown from the third group, that is the teeth that were submersed for 126 hours. So the most effective period to whiten the teeth using starfruits (Averrhoa carambola) extract is 126 hours. Conclusion : there are effects of different submersion period of teeth in starfruits (Averrhoa carambola) extract towards change of teeth color. The whitening materials make the teeth whiter if it contacts with teeth in a long period of time. The most effective period to whiten the teeth using starfruits (Averrhoa carambola) extract is 126 hours.

Key Words : Bleaching, Starfruit extract, Submersion duration, Change of Teeth Color


(20)

1

Estetika atau kecantikan merupakan hal yang penting bagi masyarakat modern saat ini. Estetika gigi merupakan kebutuhan utama bagi orang yang membutuhkan penampilan wajah menarik (Sundoro, 2005). Gigi yang mengalami perubahan warna gigi dapat menjadi masalah karena membuat banyak orang merasa tidak nyaman ketika berbicara atau tersenyum, karena setiap orang berkeyakinan bahwa gigi putih mampu membuat orang merasa lebih cantik dan percaya diri (Vanable dan LoPresti, 2004 cit Hendari, 2009).

Warna gigi sangat bergantung pada warna dentin dan email. Email mempunyai sifat translusen sehingga warna email akan memancarkan warna dentin oleh karena itu perubahan pada jaringan dentin akan mempengaruhi warna gigi. Perubahan warna gigi dapat diklasifikasikan menjadi diskolorasi intrinsik dan diskolorasi ekstrinsik (Sundoro, 2005). Diskolorasi intrinsik adalah perubahan warna gigi yang biasanya disebabkan oleh faktor genetik dan biasanya menyebabkan warna kuning, coklat, dan abu-abu sampai hitam pada gigi. Diskolorasi instrinsik ini mengenai bagian dalam gigi sehingga sulit untuk merespon bahan pemutih gigi. Diskolorasi ekstrinsik ditemukan pada permukan luar gigi dan biasanya disebabkan oleh faktor lokal seperti noda/stain


(21)

2

tembakau, minuman berwarna dan sebagainya. Diskolorasi ekstrinsik ini menyebabkan warna gigi menjadi kuning atau coklat yang menutupi permukaan gigi namun biasanya diskolorasi jenis ini mempunyai respon yang baik terhadap bahan pemutih gigi (Kwon dkk., 2009).

Diskolorasi gigi dapat diatasi dengan perawatan bleaching atau pemutihan gigi.Bleaching adalah perawatan untuk mengembalikan warna asli gigi dengan menggunakan bahan kimia yang bekerja dengan cara mengoksidasi noda/stain pada gigi (Garg dan Garg, 2008). Pada tahun 1868 asam oksalat pertama kali diperkenalkan sebagai bahan pemutih gigi vital oleh Latimer kemudian pada tahun 1877 Chapple memperkenalkan asam oksalat sebagai bahan pemutih gigi untuk semua jenis diskolorasi (Kwon dkk., 2009). Bahan dental bleaching yang biasa digunakan adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida (Patil, 2002). Bleaching dengan menggunakan bahan kimia sering menimbulkan efek samping yaitu dapat mengiritasi jaringan lunak, menurunkan kekerasan email, dan menimbulkan hipersensitivitas gigi. Sebanyak 67% sampai 78% pasien yang melakukan perawatan bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida, mengeluhkan terjadinya hipersensitivitas gigi (Garg dan Garg, 2008).

Efek samping dari penggunaan bahan kimiawi bleaching dapat dihindari dengan pemanfaatan bahan alam, karena bahan alam dipercaya


(22)

mempunyai kandungan yang lebih aman dibandingkan baham kimia. Buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) merupakan tanaman buah tropis yang sangat popular di masyarakat dan harganya tergolong murah (Soenarjono, 2004). Patil dkk. (2010) menyatakan bahwa belimbing manis mempunyai kandungan asam oksalat. Kandungan asam oksalat pada belimbing manis tergantung dari tingkat kematangan buah, semakin matang buah maka semakin tinggi kandungan asam oksalat pada buah. Asam oksalat termasuk dalam bahan oksidator yang biasa digunakan untuk pemutihan gigi non-vital (Greenwall, 2001). Penelitian Fauziah dkk. (2012) menjelaskan bahwa aplikasi jus buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang mengandung asam oksalat memiliki prospek yang baik sebagai bahan pemutih gigi karena penggunaannya dapat menimbulkan perubahan warna email, namun efektivitasnya masih di bawah 10% karbamid peroksida. Belimbing wuluh memiliki beberapa kelemahan yaitu memiliki rasa yang asam, jarang dijual dipasar atau di swalayan, dan jarang dikonsumsi sebagai buah segar melainkan biasa digunakan sebagai bumbu dalam masakan ( Soenarjono, 2004 dan Lingga, 2000).

Keberhasilan pemutihan gigi (bleaching) ditentukan oleh waktu perawatan (Garg dan Garg, 2008). Patil (2002) mengatakan bahwa bahan pemutih gigi menjadikan permukaan gigi menjadi lebih putih apabila berkontak dalam waktu yang lama. Hal ini dikarenakan semakin banyak reaksi pengrusakan ikatan konjugasi yang terjadi ketika radikal bebas bereaksi dengan


(23)

4

molekul zat warna. Molekul zat warna akan teroksidasi semakin banyak ketika bahan berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama sehingga noda/stain pada gigi akan semakin banyak yang hilang. Penelitian Saputra (2008) menyatakan bahwa terdapat pengaruh perbedaan perubahan warna sebelum dan sesudah perendaman gigi dengan waktu perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pada ekstrak buah apel dimana perendaman dengan waktu 72 jam menghasilkan warna yang lebih putih. Hal ini disebabkan karena buah apel mengandung derivat asam karboksilat berupa asam malat yang mempunyai kemampuan memutihkan gigi dengan cara mengoksidasi stain/noda pada gigi. Derivat lain dari asam karboksilat yang mampu memutihkan gigi yaitu asam oksalat yang ditemukan dalam buah belimbing manis (Patil dkk., 2010)

Allah berfirman dalam surat An Nahl ayat 11 :

ۢ ني

ۢهبۢم ۢ ب

ٱ

ۢوۢع ْرَز

ٱ

ۢوۢ وتْيَز

ٱ

ۢوۢ يخَن

ٱ

ۢ نْع ْْ

ِۢ كۢ موۢب

ٱ

ۢ ر َث

ۗۢۢ

ۢ ذۢىفَۢ إ

ۢم ْوقِ ًۢ ياء ۢك

ورَ فتي

Artinya : “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

memikirkannya”. Hal ini menunjukan bahwa Allah telah menumbuhkan berbagai macam tanaman alami yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehingga kita harus bersyukur atas semua kebesaran-Nya itu.


(24)

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) terhadap perubahan warna gigi.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) terhadap perubahan warna gigi ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Membuktikan potensi ekstrak buah belimbing manis sebagai bahan pemutih gigi dalam proses bleaching.

2. Tujuan Khusus

Mengukur perubahan warna gigi setelah perendaman dengan ekstrak belimbing manis dengan waktu yang berbeda.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti.

Menambah wawasan mengenai perawatan bleaching dan mengetahui bahwa ada bahan lain yang bisa dijadikan sebagai bahan alternatif perawatan pemutih gigi (bleaching) yang alami dan lebih aman.


(25)

6

2. Bagi masyarakat.

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat belimbing manis yang tidak saja enak dikonsumsi namun juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memutihkan gigi.

3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi konstribusi pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran gigi sebagai salah satu bahan alternatif perawatan bleaching yang alami dan lebih aman.

E. Keaslian Penelitian

1. Colour Change of Enamel after Application of Averrhoa bilimbi (Fauziah dkk., 2012). Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan warna email gigi setelah aplikasi Averrhoa bilimbi dan karbamid peroksida 10%. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) memiliki prospek yang baik sebagai bahan pemutih gigi karena penggunaannya dapat menimbulkan perubahan warna email, namun efektivitasnya masih di bawah 10% karbamid peroksida. Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan peneliti dalam hal subyek dan variabel. Subyek yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah buah belimbing wuluh dan variabel yang digunakan yaitu membandingkan efektivitas belimbing wuluh dengan karbamid peroksida. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu kandungan asam oksalat


(26)

pada belimbing wuluh juga terdapat pada belimbing manis sehingga diduga belimbing manis mempunyai efek dalam memutihkan gigi.

2. Pengaruh Ekstrak Buah Apel (Malus Sylvestris) Terhadap Perubahan Warna Gigi Dalam Proses Bleaching (Pemutihan Gigi) Berdasarkan Waktu (Saputra, 2008). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah apel dalam proses bleaching (pemutihan gigi) berdasarkan perbedaan waktu. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa perendaman gigi dalam ekstrak apel dengan lama waktu 72 jam menghasilkan efek pemutihan gigi yang lebih baik dibandingkan waktu 24 jam dan 48 jam. Penelitian berbeda dengan yang dilakukan peneliti dalam hal subyek penelitian. Subyek yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah buah apel, dimana buah apel ini mengandung asam malat yaitu senyawa golongan asam karboksilat yang mempunyai kemampuan memutihkan gigi dengan cara mengoksidasi stain/noda pada gigi. Senyawa karboksilat ini juga ditemukan dalam buah belimbing manis berupa asam oksalat. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada variabelnya yaitu menguji pengaruh waktu perendaman gigi dalam ekstrak buah terhadap perubahan warna gigi.


(27)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka

1. Gigi

a. Anatomi gigi

Gigi terdiri atas mahkota, serviks, dan akar. Setiap gigi mempunyai mahkota yang menonjol diatas gusi atau gingiva, dan akar gigi yang meruncing tertanam di dalam alveolus pada tulang maksila atau mandibular. Komponen gigi terdiri atas email, dentin, pulpa, dan sementum. Email gigi merupakan substansi paling keras yang berwarna putih kebiruan dan hampir transparan, 99% dari beratnya adalah mineral dalam bentuk kristal hidroksiapatit yang mempunyai rumus Ca10(PO4)6(OH)2, sedangkan matriks organiknya tidak lebih dari 1% berat massa. Dentin terletak di bawah email dan berwarna agak kekuningan. Dentin mengandung 20% organik dan 80% anorganik. Pulpa berisi jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf. Bagian akar gigi ditutupi oleh lapisan sementum tipis, yaitu jaringan yang bermineral yang sangat mirip dengan tulang. (Fawcett, 2002).

b. Warna Gigi

Warna gigi dipengaruhi oleh translusensi email, ketebalan email, ketebalan dentin, warna dentin yang melapisi dibawahnya, dan warna


(28)

pulpa (Grossman dkk., 2010). Pertambahan usia mengakibatkan dentin bertambah tebal akibat terbentuknya dentin sekunder dan dentin tersier sedangkan email menjadi lebih tipis karena atrisi dan atau abrasi (Sundoro, 2005). Email gigi normal adalah berwarna putih kebiruan sedangkan dentin gigi yang normal berwarna agak kekuningan (Fawcett, 2002). Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi warna gigi dapat disebabkan oleh stain/noda yang ditimbulkan dari makanan dan minuman berwarna, rokok, plak maupun restorasi amalgam (Barlett dan Brunton, 2005).

Ascheim dan Dale (2001) menyatakan pada umumnya warna gigi memiliki beberapa dimensi diantaranya:

1) Hue

Hue merupakan nama dari warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, indigo, dan ungu. Semua warna tersebut adalah penyusun spektrum warna. Variansi warna hue terjadi karena adanya pertambahan usia. 2) Chroma

Chroma adalah intensitas warna yang merupakan kualitas dari hue dan akan berkurang jika dilakukan bleaching.

3) Value

Value merupakan hubungan antara gelap dan terang dari warna. Gigi yang berwarna gelap memiliki value yang rendah sedangkan gigi yang berwarna terang memiliki value yang tinggi. Value lebih mencerminkan pada kualitas ketajaman warna.


(29)

10

c. Diskolorasi gigi

Diskolorasi gigi dapat diklasifikasikan sebagai diskolorasi intrinsik dan diskolorasi ekstrinsik (Sundoro, 2005). Diskolorasi intrinsik adalah perubahan warna gigi yang biasanya disebabkan oleh faktor genetik dan biasanya menyebabkan gigi berwarna kuning, coklat, dan abu-abu sampai hitam. Diskolorasi instrinsik ini terjadi dibagian dalam gigi (Kwon dkk., 2009). Sundoro (2005) menjelaskan diskolorasi intrinsik dapat terjadi secara sistemik dan kongenital. Diskolorasi intrinsik dapat terjadi ketika pembentukan dentin atau ketika dentin sudah terbentuk. Diskolorasi intrinsik disebabkan oleh beberapa hal diantaranya trauma yang mengakibatkan kematian jaringan pulpa, perdarahan yang terjadi ketika ekstirpasi jaringan pulpa, serta obat dan bahan yang digunakan untuk perawatan saluran akar. Penyebab tersebut mengakibatkan masuknya warna hasil dekomposisi jaringan pulpa, darah, dan obat ke dalam tubulus dentinalis yang akan menghasilkan perubahan warna pada gigi.

Diskolorasi ekstrinsik terjadi pada permukaan email gigi. Pada umumnya diskolorasi ekstrinsik terjadi karena rokok, minuman serta makanan yang berwarna seperti teh, kopi, minuman berkarbonasi, dan kecap. Zat warna pada makanan dan minuman akan mengendap pada permukaan email kemudian menghasilkan perubahan warna (Sundoro,


(30)

2005). Diskolorasi ekstrinsik dapat dihilangkan dengan perawatan konvensional yaitu dengan tindakan skaling dan polishing gigi, namun untuk diskolorasi ekstrinsik yang sulit dihilangkan maupun untuk diskolorasi intrinsik diperlukan perawatan lain yaitu dengan proses bleaching atau pemutihan gigi (Gursoy dkk., 2008).

d. Interpretasi warna gigi

Interpretasi warna gigi dapat dilakukan dengan menggunakan shade guide dan digital shade analysis. Shade guide merupakan alat untuk mengukur tingkat kecerahan warna gigi yang paling banyak digunakan namun alat ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya gagal dalam mengukur tingkat fluoresensi, tingkat opalescence, tingkat translusensi email, ketebalan email, tekstur dan kecerahan email, serta sifatnya yang subyektif (Ahmad, 2006).

Paravina dan Powers (2004) mengungkapkan beberapa jenis shade guide yang beredar di pasaran antara lain:

1) Vitapan Classical

Jenis shade guide ini memiliki 16 warna, yaitu A1-A4 cokelat), B1-B4 kuning), C1-C4 (abu-abu), D1-D4 (merah-abu-abu). Urutan skor warna pada vitapan classical dari yang paling terang hingga yang paling gelap adalah sebagai berikut: B1=1, A1=2, B2=3, D2=4, A2=5, C1=6, C2=7, D4=8, A3=9, D3=10, B3=11,


(31)

12

A3,5=12, B4 =13, C3 =14, A4 =15, C4 =16. Berdasarkan skor penilaian tersebut, B1=1 menunjukkan nilai yang paling rendah, sedangkan C4=16 menunjukkan nilai yang paling tinggi. Jadi semakin tinggi nilai yang dihasilkan pada shade guide maka semakin gelap warna gigi tersebut. Sebaliknya semakin rendah nilai yang dihasilkan pada shade guide maka semakin terang warna gigi tersebut.

Gambar 1. Vitapan Shade Guide (Apratim dkk., 2015) 2) Vitapan 3D Master

Jenis shade guide ini memiliki 26 warna, antara lain:1M1,1M2, 2M1, 2M2, 2M3, 2L1.5, 2L2.5, 2R1.5, 2R2.5, 3M1,3M2, 3M3, 3L1.5, 3L2.5, 3R1.5, 3R2.5, 4M1, 4M2, 4M3, 4L1.5, 4L2.5, 4R1.5, 4R2.5, 5M1,5M2, 5M3.


(32)

Gambar 2. Vitapan 3D Master (Agrawal dan Kapoor, 2013) Digital shade analysis terdiri atas red, green, blue (RGB) device, colorimeter, dan spectrophotometer. Digital shade analysis menghasilkan pengukuran warna yang lebih objektif. RGB device mengukur warna dengan cara menangkap warna merah, hijau, dan biru dengan cara kerja seperti kamera digital. Alat ini mempunyai tingkat keakuratan paling rendah dalam mengukur warna gigi. Colorimeter bekerja dengan cara mengukur warna secara lebih langsung dan bekerja dengan menggunakan tiga filter broadband sehingga colorimeter ini sensitif terhadap tiga warna (Kwon dkk., 2009).

Gambar 3. RGB Device


(33)

14

Gambar 4. Colorimeter (Basavanna dkk., 2013)

Spectrophotometer bekerja dengan cara cahaya dijatuhkan pada permukaan email tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cahaya yang mengenai email sebagian dipantulkan dan sebagian lainnya diserap oleh pigmen-pigmen yang terdapat dalam gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang dipantulkan tadi akan ditangkap oleh spectrophotometer dan ditampilkan dalam data nilai warna gigi (dE*ab). Nilai dE*ab adalah nilai total refleksi cahaya pada gigi yang dilakukan penyinaran. Nilai warna gigi (dE*ab) yang rendah menunjukan bahwa pigmen dalam gigi yang terserap semakin banyak sehingga spesimen gigi akan menjadi lebih putih (Aschheim dan Dale, 2001).


(34)

2. Pemutihan Gigi

a. Definisi

Pemutihan gigi (Bleaching) adalah perawatan gigi dengan mengembalikan warna asli gigi menggunakan bahan kimia bleaching yang bersifat oksidator ataupun reduktor (Walton dan Torabinejad, 2008). Bahan bleaching ini bekerja dengan cara masuk melalui perantara enamel ke dalam tubuli dentin kemudian mengoksidasi noda/stain pada dentin dan akhirnya menyebabkan warna gigi menjadi lebih putih (Meizarini dan Rianti, 2005). Pewarnaan gigi merupakan suatu perubahan warna pada gigi yang dapat disebabkan oleh faktor eksternal, internal, atau keduanya (Gursoy dkk., 2008). Tujuan utama dilakukannya bleaching/pemutihan gigi adalah mengembalikan fungsi estetika gigi pada seseorang (Paravina dan Powers, 2004).

b. Sejarah pemutihan gigi

Kwon dkk. (2009) menguraikan sejarah pemutihan gigi menjadi:

Tabel 1. Sejarah pemutihan gigi

Tahun Nama penemu Bahan Bleaching Diskolorasi 1848 Dwinelle Asam Klorida Gigi non vital 1868 Latimer Asam oksalat Gigi vital 1877 Chapple Asamoksalat,

asam hidroklorit

Semua diskolorasi 1884 Harlan Hidrogen peroksida Semua


(35)

16

1958 Pearson Hidrogen peroksida 35% digunakan untuk bagian dalam gigi dan menyarankan penggunaan hidrogen peroksida 25% dan eter 75% yang diaktifkan dengan lampu.

Gigi non vital

1961 Spasser Teknik walking bleach(sodium

perborat+air)

Gigi non vital

1968 Klusmier Konsep Home bleaching Gigi vital 1988 Coastal dental

study club

Teknik Mouthguard bleaching

Gigi vital

c. Bahan pemutih gigi

Gursoy dkk. (2008) mengatakan bahwa bahan pemutih gigi yang dapat digunakan antara lain sodium hipoklorit, sodium perborat, hidrogen peroksida, dan karbamid peroksida. Sodium hipoklorit merupakan bahan irigasi saluran akar yang biasa diperoleh di pasaran dan dapat digunakan sebagai bahan pemutih gigi dengan konsentrasi 3% sampai 5,25%, namun bahan ini tidak melepaskan cukup oksidator yang efektif, sehingga sudah jarang digunakan (Walton dan Torabinejad, 2008). Bahan lainnya adalah sodium perborat. Sodium perborat tersedia dalam bentuk serbuk. Bahan ini mengandung 95% perborat dan 9,9% oksigen (Gursoy dkk., 2008).

Hidrogen peroksida dan karbamid peroksida adalah bahan yang paling sering digunakan (Patil, 2002). Hidrogen peroksida adalah oksidator kuat dan tersedia dalam berbagai konsentrasi namun konsentrasi


(36)

30%-35% adalah yang paling umum digunakan. Contoh larutan hidrogen peroksida adalah superoxol (mengandung 30% H2O2) dan perihidrol. Larutan ini merupakan larutan bening tidak berwarna dan tidak berbau. Penggunaan bahan ini harus hati-hati karena tidak stabil, cepat melepaskan oksigen, bersifat kaustik, dan apabila bersentuhan dengan jaringan dapat terbakar (Walton dan Torabinejad, 2008). Sebanyak 67%-78% pasien mengeluhkan terjadi gigi sensitif setelah penggunaan hidrogen peroksida dan konsentrasi tinggi hidrogen peroksida (30% sampai 35%) dapat menyebabkan iritasi mukosa (Garg dan Garg, 2008).

Karbamid peroksida merupakan bahan pemutih gigi yang berasal dari urea yang terurai menjadi CO2 dan ammonia. PH tinggi pada ammonia akan menimbulkan efek pemutihan gigi (Garg dan Garg, 2008). Bahan ini berkontak dengan gigi dalam waktu yang lebih lama dibandingkan hidrogen peroksida. Karbamid peroksida lebih sedikit mengiritasi gingiva dibandingkan hidrogen peroksida. Efek samping penggunaan karbamid peroksida 10% akan menurunkan kekerasan enamel (Patil, 2002).

Chapple memperkenalkan asam oksalat sebagai bahan pemutih gigi untuk semua jenis diskolorasi pada tahun 1877 (Kwon dkk., 2009). Bahan pemutih gigi ada yang bersifat oksidator dan reduktor, namun jenis oksidator kuat lah yang paling banyak digunakan (Walton dan


(37)

18

Torabinejad, 2008). Bahan asam oksalat ini termasuk dalam bahan oksidator yang biasa digunakan untuk pemutihan gigi non-vital (Greenwall, 2001).

Bahan bleaching kimiawi terkadang menimbulkan efek samping bagi penggunanya diantaranya hipersensitivitas gigi, menurunnya kekerasan enamel, resorpsi akar gigi, iritasi mukosa, dan sifatnya yang karsinogenik dan toksik. Kriteria bahan pemutih gigi yang ideal adalah mudah pengaplikasiannya, PH netral, efisien, berkontak dengan jaringan lunak tidak terlalu lama, diperlukan dalam jumlah yang minimum, tidak mengiritasi, tidak merusak gigi, dan mudah dikontrol sesuai kebutuhan pasien (Garg dan Garg, 2008).

d. Mekanisme pemutihan gigi

Mekanisme kerja bahan pemutih peroksida dan non peroksida yaitu dengan cara masuk melalui perantara enamel ke dalam tubuli dentin kemudian mengoksidasi noda/stain pada dentin dan akhirnya menyebabkan warna gigi menjadi lebih putih (Meizarini dan Rianti, 2005). Bahan pemutih gigi ada yang bersifat oksidator dan reduktor, namun jenis oksidator kuat yang paling umum digunakan (Walton dan Torabinejad, 2008). Bahan pengoksidasi yang bertindak secara langsung maupun tidak langsung terhadap bagian organik gigi diantaranya alumunium klorida, asam oksalat, pirozon, hidrogen dioksida (hidrogen


(38)

peroksida atau perihidrol), sodium peroksida, sodium hipofosfat, dan kalium sianida. Asam oksalat termasuk dalam bahan pemutih oksidator yang efektif untuk menghilangkan stain besi misalnya stain akibat restorasi amalgam. Bahan oksidator pada asam oksalat akan mengoksidasi noda/stain yang pada gigi. Hasil dari proses oksidasi ini dapat dilihat setelah 2 minggu lamanya penggunaan bahan bleaching (Greenwall, 2001).

Asam oksalat merupakan bahan oksidator seperti halnya hidrogen peroksida (Greenwall, 2001).

O2 + H2C2O4 H2O2 + 2CO2

(Oksigen) (Asam Oksalat) (Peroksida) (Karbondioksida)

Gambar 6. Perubahan Asam Oksalat menjadi Peroksida (Rohman dan Gandjar, 2007)

Mekanisme peroksida memutihkan gigi dengan cara berdifusi ke dalam email kemudian menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas yang diproduksi mempunyai elekton yang tidak sepasang. Elektron ini tidak stabil sehingga akan menyerang molekul organik lainnya untuk mencapai kestabilan. Elektron ini kemudian diterima oleh stain pada gigi dan mengalami oksidasi sehingga mengurangi zat warna organik dan terjadi efek pemutihan. Radikal bebas yang dihasilkan oleh peroksida adalah perihidrol dan oksigen. Oksigen bersifat radikal lemah sedangkan


(39)

20

perihidrol bersifat radikal kuat, sehingga perihidrol mempunyai efek pemutihan gigi yang lebih baik (Patil, 2002).

H2O2 H2O + O +

(Peroksida) (air) (oksigen, radikal bebas yang lemah)

H+ + Radikal bebas yang lebih kuat (Hidrogen) (Perihidrol)

Gambar 7. Mekanisme pemutihan gigi (Patil,2002). e. Teknik pemutihan gigi

Teknik pemutihan gigi dibedakan menjadi in- office bleaching dan at home bleaching. Prosedur in-office bleaching dapat dilakukan pada gigi vital dan non vital. Teknik in-office bleaching untuk gigi vital menggunakan 35% konsentrasi larutan hidrogen atau karbamid peroksida. Prosedur bleaching untuk gigi yang masih vital dikenal dengan istilah power bleaching. Teknik power bleaching ini biasanya dilakukan hanya dengan satu kali kunjungan menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 30%-35% baik dalam bentuk cair maupun gel (Patil,2002).

Teknik bleaching untuk gigi vital lainnya adalah teknik mikroabrasi. Teknik mikroabrasi digunakan untuk mengeliminasi diskolorasi pada gigi yang masih dangkal, oleh karena itu hanya diindikasikan untuk diskolorisasi yang terjadi pada permukaan enamel gigi (diskolorisasi eksternal). Teknik ini dilakukan secara eksternal


(40)

dengan menggunakan campuran asam hidroklorik 18 % dengan bubuk pumis membentuk pasta yang padat, kemudian diletakkan pada permukaan email dan ditekankan dengan gerakan memutar menggunakan spatel kayu selama 5 detik, kemudian dicuci dengan air dan untuk menetralisir asam digunakan campuran natrium bikarbonat dan air (Halim, 2006).

Pada gigi non vital, bahan yang sering digunakan adalah hidrogen peroksida dan sodium perborat. Teknik walking bleach merupakan prosedur pemutihan yang dilakukan pada gigi non vital (Patil, 2002). Bahan pemutih gigi yang paling sering digunakan untuk walking bleach adalah 30% sampai 35% hidrogen peroksida dicampur dengan sodium perborat. Campuran bahan ini diletakan pada kamar pulpa kemudian ditutup dengan bahan tumpatan sementara. Pemutihan gigi mulai bekerja ketika pasien keluar dari ruang praktik. Prosedur diulangi sebanyak 3 sampai 5 kali sampai warna gigi berubah mendekati warna gigi aslinya. Keberhasilan teknik walking bleach tergantung dari etiologi dan keparahan diskolorasi (Kwon dkk., 2009).

Teknik pemutihan pada gigi non vital lainnya yang dapat digunakan yaitu teknik termokatalitik. Teknik ini bekerja dengan cara meletakkan sepotong kapas pada permukaan labial dan sepotong kapas lainnya pada kamar pulpa yang akan dilakukan pemutihan. Kedua kapas tersebut dibasahi dengan superoxol atau hidrogen peroksida kemudian


(41)

22

kapas tersebut ditekan dengan menggunakan suatu instrument yang telah dipanaskan sampai kapas tersebut mengering (Walton and Torabinejad, 2008).

At home bleaching adalah teknik pemutihan gigi yang dapat dilakukan sendiri oleh pasien. O’Brien (2002) mengatakan bahwa rata-rata perawatan at home bleaching menggunakan karbamid peroksida 10%-22% adalah sekali sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu sedangkan untuk in-office bleaching hasil dapat dilihat setelah 30 menit perawatan. Kombinasi penggunaan teknik at home bleaching dan in-office bleaching akan menghasilkan pemutihan yang lebih baik (Patil, 2002).

Keuntungan yang diperoleh jika menggunakan at home bleaching diantaranya metodenya sederhana, mudah dimonitor oleh dokter gigi, harga yang terjangkau, dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien. Kerugian dari penggunaan at home bleaching adalah membutuhkan pasien yang sangat kooperatif, perubahan warna tergantung pada lamanya pemakaian trays, dan adanya kesempatan pasien untuk menggunakan bahan dengan jumlah yang berlebihan tiap harinya (Garg dan Garg, 2008).

Teknik lainnya untuk menghilangkan diskolorasi pada gigi yaitu veneers. Veneers adalah suatu bahan yang sering digunakan untuk kontruksi mahkota atau pontik, berupa suatu lapisan pada gigi atau sebagai bahan pewarnaan gigi dari bahan porselen dan resin komposit.


(42)

Indikasi dari perawatan veneers yaitu malposisi ringan seperti diastema, hipoplasi enamel, dan diskolorasi intrinsik (Jacobsen, 2008).

f. Faktor yang berpengaruh pada proses pemutihan gigi.

Garg dan Garg (2008) menjelaskan bahwa perubahan warna pada gigi dipengaruhi oleh waktu, kebersihan permukaan gigi, konsentrasi larutan, bahan bleaching yang digunakan, suhu, tingkat oksigen melepaskan radikal bebas, kekentalan larutan, masa penyimpanan bahan, umur pasien, warna asli gigi, lokasi, dan kedalaman diskolorasi. Waktu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses bleaching.

Patil (2002) mengatakan bahwa bahan penggunaan waktu bleaching yang optimal akan memberikan hasil pemutihan gigi yang maksimal, hal ini dikarenakan semakin banyak reaksi pengerusakan ikatan konjugasi yang terjadi ketika radikal bebas bereaksi dengan molekul zat warna

Waktu perawatan bleaching yang optimal akan memberikan hasil pemutihan gigi yang maksimal (Patil, 2002). Waktu yang dibutuhkan yaitu 3 – 4 minggu untuk mengukur hasil pemutihan gigi dengan teknik at home bleaching dan rata-rata perawatan untuk at home bleaching adalah sekali sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu (O'Brien, 2002). Penelitian Saputra (2008) menyatakan bahwa terdapat pengaruh perbedaan


(43)

24

perubahan warna sebelum dan sesudah perendaman gigi dengan waktu perendaman 24 jam, 48 jam, dan 72 jam pada ekstrak buah apel dimana perendaman dengan waktu 72 jam menghasilkan warna yang lebih putih.

3. Belimbing Manis

a. Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasinya, tanaman belimbing terbagi menjadi dua spesies, yaitu Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh) dan Averrhoa carambola (belimbing manis) (Soenarjono, 2004). Belimbing manis (Averrhoa carambola) dalam ilmu taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut:

Super Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)


(44)

Sub Divisi :Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Oxalidales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa dan Oxalis

Species : Averrhoa carambola (belimbing manis)

(Purwaningsih, 2007).

b. Morfologi Belimbing Manis

Buah belimbing berbentuk lonjong dengan bagian pinggir yang disebut linger. Dari bagian linger terdapat lekukan ke dalam berjumlah 5 rusuk. Saat muda buah berwarna hijau, tetapi setelah matang warna berubah menyolok seperti kuning, merah, atau oranye. Buah yang matang memiliki rasa yang manis, berair, dan agak kesat (Soenarjono, 2004). Dilihat dari bawah bentuk penampang lintang buah menyerupai bintang dan ukurannya bisa sebesar gelas (Lingga, 2000).

c. Kandungan Gizi dan Kimia Belimbing Manis

Kandungan gizi pada buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) diantaranya energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium,


(45)

26

fosfor, serat pektin, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niasin (Suwarto, 2010).

Patil dkk. (2010) menjelaskan kandungan kimiawi pada buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) terdiri dari protein terlarut, gula, asam amino, asam askorbat, asam oksalat, dan pektin. Kandungan asam oksalat yang ada dalam belimbing manis tergantung dari tingkat kematangan buah. Kandungan asam oksalat pada buah belimbing manis yang belum matang adalah 0,63% dari berat segar, untuk yang setengah matang adalah 0,85% berat segar, dan untuk buah yang matang yaitu 1,04% berat segar. Buah belimbing manis yang matang memiliki kandungan asam oksalat yang tinggi.

d. Khasiat dan kegunaan Belimbing Manis

Buah belimbing manis dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah sehingga baik untuk penderita hipertensi, selain itu juga memiliki banyak serat sehingga baik untuk pencernaan (Soenarjono, 2004). Kandungan serat pektin pada buah belimbing manis mampu memperlancar pencernaan dan menurunkan kadar kolesterol. Vitamin C pada belimbing manis berfungsi untuk mencegah sariawan (Suwarto, 2010).

Sukadana (2009) mengatakan bahwa senyawa antibakteri flavonoid dalam buah belimbing manis dapat menghambat pertumbuhan


(46)

bakteri E.colli dan S.aures. Patil dkk. (2010) mengatakan bahwa belimbing manis memiliki kandungan asam oksalat. Asam oksalat merupakan salah satu bahan pemutih gigi jenis oksidator (Greenwall, 2001).

e. Belimbing manis ( Averrhoa Carambola) sebagai bahan pemutih gigi Belimbing manis (Averrhoa Carambola) mempunyai kandungan asam oksalat sekitar 74% dari kandungan total asam tergantung pada tingkat kematangan buah (Borel dkk., 2014). Gursoy dkk. (2008) mengatakan bahwa asam oksalat biasa digunakan pada proses pemutihan gigi konvensional. Patil dkk. (2010) menjelaskan bahwa kandungan asam oksalat pada buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah. Penelitian Fauziah dkk. (2012) menyebutkan aplikasi jus belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) memiliki prospek yang baik sebagai bahan pemutih gigi karena penggunaannya dapat menimbulkan perubahan warna email. Belimbing wuluh memiliki kandungan peroksida dan asam oksalat dimana peroksida dan asam oksalat ini merupakan bahan pemutih gigi.

4. Ekstrak

Menurut Ditjen POM (2000) ekstrak adalah sediaan kental yang didapatkan dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisis nabati maupun hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua


(47)

28

atau hampir seluruh pelarut dievaporasi/diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar yang telah ditetapkan. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan 2 cara diantaranya:

a. Cara dingin yaitu ekstraksi dengan menggunakan temperatur ruangan (kamar) terdiri dari:

1) Metode maserasi adalah proses ekstrak simplisis yang menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan (kamar).

2) Metode perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.

b. Cara panas yaitu ekstraksi dengan menggunakan temperatur panas, terdiri dari:

1) Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas dengan adanya pendingin balik.

2) Soxhlet adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru umumnya menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara kintinu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.


(48)

3) Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan yaitu 40 0-500C.

4) Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air. Bejana infus dicelupkan dalam penangas air mendidih dengan temperatur 960-980C selama waktu 15-20 menit.

5) Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( >300C ) dan temperatur sampai titik didih air.

B. Landasan Teori

Diskolorasi atau perubahan warna gigi merupakan masalah pewarnaan gigi yang disebabkan oleh penumpukan noda/stain pada gigi. Perawatan gigi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan pemutihan gigi (bleaching). Bleaching adalah perawatan untuk mengembalikan warna asli gigi dengan menggunakan bahan kimia yang bekerja dengan cara mengoksidasi noda/ stain pada gigi.

Bahan pemutih gigi yang banyak digunakan saat ini adalah hidrogen peroksida dan karbamid peroksida namun penggunaan bahan kimia ini banyak menimbulkan efek samping diantaranya hipersensitivitas gigi, menurunkan kekerasan enamel, terjadinya resorpsi akar gigi, iritasi mukosa, dan memiliki sifat yang karsinogenik serta toksik. Sebanyak 67% sampai 78% pasien yang


(49)

30

melakukan perawatan bleaching dengan menggunakan hidrogen peroksida, mengeluhkan terjadinya hipersensitivitas gigi.

Penggunaan bahan pemutih gigi alami dapat menjadi solusi alternative karena bahan alami memiliki kandungan yang lebih aman dibandingkan bahan kimiawi. Buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) dapat menjadi bahan alternatif untuk memutihkan gigi karena mengandung asam oksalat sebesar 1,04% yang merupakan salah satu bahan pemutih gigi. Keberhasilan pemutihan gigi (bleaching) dipengaruhi oleh lamanya (waktu) bahan berkontak dengan gigi. Bahan pemutih gigi menjadikan permukaan gigi lebih putih apabila berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama. Waktu perawatan bleaching yang optimal akan memberikan hasil pemutihan gigi yang maksimal. Hal ini dikarenakan semakin banyak reaksi pengrusakan ikatan konjugasi yang terjadi ketika radikal bebas bereaksi dengan molekul zat warna. Molekul zat warna akan teroksidasi semakin banyak ketika bahan berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama sehingga noda/stain pada gigi akan semakin banyak yang hilang. Waktu yang dibutuhkan yaitu 3 – 4 minggu untuk mengukur hasil pemutihan gigi dengan teknik at home bleaching dan rata-rata perawatan untuk at home bleaching yaitu sekali sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu.


(50)

C. Kerangka Konsep

Gambar 8. Kerangka Konsep Diskolorasi

Pemutihan Gigi (Bleaching)

Suhu Waktu PH Bahan Konsentrasi

Asam Oksalat

56 jam 88 jam 126 jam

Gigi lebih putih

Bahan Alternatif Bahan Kimiawi  Hidrogen

Peroksida

 Karbamid Perokida

 Sodium Perborat

 Buah belimbing manis


(51)

32

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka didapatkan hipotesis sebagai berikut: Terdapat pengaruh perbedaan lama waktu perendaman ekstrak buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) terhadap perubahan warna gigi. Bahan pemutih gigi menjadikan permukaan gigi lebih putih apabila berkontak dalam waktu yang lama yaitu 126 jam.


(52)

33

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni laboratoris secara in vitro.

B. Tempat dan Waktu 1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di LPTT Universitas Gajah Mada dan laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia.

2. Waktu

Waktu penelitian dimulai pada tanggal 9 september 2015 sampai 14 desember 2015

C. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan yaitu gigi premolar permanen pasca esktraksi sebanyak 15 gigi. Semua sampel akan dibagi sama rata untuk dimasukan ke dalam 3 kelompok uji. Penentuan sampel ini didapatkan dengan menggunakan rumus Daniel (Daniel dan Cross, 2012) :

n


(53)

34

n = jumlah sampel

Z = nilai Z pada kesalahan tertentu α, jika α = 0,05 maka Z = 1,96 σ = standar deviasi sampel

d = kesalahan yang dapat ditoleransi

asumsi bahwa σ² = d²

n n ≥ Z² n ≥ (1,96)² n ≥ 3,84 n ≥ 4 n ≈ 5

Maka jumlah sampel yang digunakan untuk setiap kelompok uji berjumlah 5 buah gigi.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi:

a. Gigi permanen

Gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas ataupun rahang bawah pasca esktraksi dengan mahkota dan akar gigi yang masih utuh, tidak terjadi karies, serta tidak mengalami atrisi dan abrasi.


(54)

b. Buah belimbing manis

Belimbing manis yang digunakan adalah belimbing jenis demak kunir yang sudah matang dan masih segar. Belimbing manis diambil dari sebuah pohon milik bapak Budiono di Temanggung.

c. Ekstrak belimbing manis

Ekstrak yang baru atau belum kadaluarsa. 2. Kriteria eksklusi

a. Gigi yang mengalami diskolorasi intrinsik b. Ketebalan email dan porositas email

c. Ekstrak belimbing manis yang sudah berubah warnanya.

E. Variabel penelitian dan definisi operasional 1. Variabel – variabel

a. Variabel pengaruh : Waktu perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

b. Variabel terpengaruh : Warna gigi c. Variabel pengganggu

1) Variabel terkendali

a) Jenis gigi : gigi P1 dan P2 rahang atas dan rahang bawah b) Jenis buah : belimbing manis demak kunir

c) Berat ekstrak buah : 20 gram d) Volume pelarut : 20 ml


(55)

36

e) Konsentrasi ekstrak belimbing manis : 100% f) Waktu perendaman : 56 jam, 88 jam, 126 jam g) Larutan teh : 100 ml

2) Variabel tak terkendali a) Umur gigi b) Umur buah c) Warna buah d) Warna gigi

F. Definisi operasional

a. Bleaching adalah teknik pemutihan gigi dengan menggunakan ekstrak buah belimbing manis untuk mengubah pewarnaan stain/noda pada gigi.

b. Ekstrak belimbing manis demak kunir adalah intisari dari buah belimbing manis demak kunir dengan konsentrasi 100% yang didapatkan dengan teknik maserasi kinetik.

c. Waktu yaitu periode (lama) perendaman gigi yang dibutuhkan untuk memutihkan gigi. Waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

d. Warna gigi adalah perubahan warna mahkota gigi yang akan diamati, mulai dari sebelum penelitian sampai setelah dilakukan bleaching menggunakan alat spectrophotometer.


(56)

e. Spectrophotometer UV – 2401 PC dengan merek Shimadzu adalah alat pengukur derajat warna yang bekerja dengan cara mengukur rasio cahaya yang dipantulkan dari sampel.

G. Instrumen penelitian 1. Alat yang digunakan

a. Blender : untuk menghaluskan buah belimbing manis

b. Corong Buchner : untuk filtrasi buah belimbing manis setelah buah diblender

c. Vacuum rotary evaporator : untuk evaporasi (penguapan) filtrat buah belimbing manis.

d. Almari pengering : untuk mengeringkan ekstrak

e. Spectrophotometer UV – 2401 PC merek Shimadzu : untuk mengukur derajat warna gigi sebelum dan sesudah dilakukan bleaching

f. Tabung/wadah plastik : sebagai wadah untuk merendam gigi dalam ekstrak belimbing manis

g. Lakban hitam : untuk direkatkan pada akar gigi dengan tujuan supaya tidak mempengaruhi hasil warna gigi karena lakban hitam mempunyai nilai 0 yang artinya gelap.


(57)

38

2. Bahan yang digunakan

a. Belimbing manis demak kunir digunakan dalam pembuatan ekstrak belimbing manis

b. Ekstrak belimbing manis digunakan sebagai bahan untuk merendam gigi c. Gigi yang digunakan sebanyak 15 gigi terdiri dari gigi P1 dan P2 rahang

atas maupun rahang bawah.

d. Larutan teh hitam digunakan sebagai bahan diskolorasi gigi e. Akuades digunakan sebagai pelarut ekstrak

f. Cat kuku warna putih bening digunakan untuk melapisi akar gigi saat sebelum perendaman dalam larutan teh dan ekstrak.

H. Cara kerja

1. Tahap persiapan

a. Proses ekstrak belimbing manis

Proses ekstrak akan dilakukan di LPPT UGM. Pembuatan ekstrak buah belimbing manis dilakukan dengan teknik maserasi kinetik karena pada teknik ini dilakukan pengadukan sehingga zat aktif di dalam bahan lebih cepat dan lebih banyak yg terlarut ke dalam pelarut (List dan Schmidt, 2000). Cara pembuatan ekstrak belimbing manis sebagai berikut :

1) Belimbing manis dicuci bersih dan dipotong lalu diblender selama kurang lebih 30 menit dan didiamkan selama 24 jam


(58)

2) Filtrasi menggunakan corong buchner dan diperoleh hasil filtrat dan residu dari buah belimbing manis tersebut.

3) Filtrat dari buah belimbing manis kemudian dievavorasi (diuapkan) menggunakan vacuum rotary evavorator dengan suhu 40o – 50oC dan tekanan dibawah 1 atmosfir, prosedur tersebut akan menghasilkan ekstrak buah belimbing manis yang kental.

4) Ekstrak kental yang diperoleh dimasukan ke dalam almari pengering selama 12 jam sehingga diperoleh ekstrak yang kering. 5) Selanjutnya dilakukan pengenceran menjadi konsentrasi 100% yang

diperoleh dari pelarutan 20 gram ekstrak belimbing manis ke dalam 20 ml akuades.

Konsentrasi ekstrak buah belimbing 100% inilah yang akan digunakan untuk penelitian.

b. Perendaman gigi dalam larutan teh hitam selama 12 hari

Siapkan tabung/wadah plastik lalu isi dengan 100 ml air panas yang berisi teh hitam celup. Siapkan gigi yang sudah didapatkan lalu oleskan menggunakan cat kuku pada bagian akar sampai servikal dengan tujuan untuk menutup akar sehingga larutan teh tidak berpenetrasi kedalam tubuli dentin. Masukan semua gigi tersebut ke dalam larutan teh hitam kemudian rendam selama 12 hari. Proses perendaman gigi dalam teh hitam ini bertujuan untuk memunculkan


(59)

40

kesan diskolorasi karena gigi yang dipilih sebagai sampel mempunyai warna gigi yang tidak gelap atau tidak terjadi diskolorasi sehingga perlu dimunculkan terjadinya diskolorasi.

c. Pengukuran warna gigi setelah perendaman dalam teh hitam

Pengukuran warna gigi dilakukan dengan menggunakan alat spectrophotometer dengan tujuan untuk mengetahui warna asli gigi yang diperoleh. Spectrophotometer ini mempunyai sebuah 0 – derajat penerangan/pengamatan dan pengukuran pemancaran yang dipantulkan warna spektra dengan rata-rata 512 light sensitives diodes pada 0,7 milimeter-diameter area.

Gambar 1. mekanisme cara kerja spectrophotometer (https://wanibesak.wordpress.com/tag/prinsip-kerja-spektrofotometer)

Spectrophotometer bekerja dengan cara cahaya dijatuhkan pada permukaan email tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cahaya yang


(60)

mengenai email sebagian dipantulkan dan sebagian lainnya diserap oleh pigmen-pigmen yang terdapat dalam gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang dipantulkan tadi akan ditangkap oleh spectrophotometer dan ditampilkan dalam data nilai warna gigi (dE*ab). Nilai warna gigi (dE*ab) yang rendah menunjukan bahwa pigmen dalam gigi yang terserap semakin banyak sehingga spesimen gigi akan menjadi lebih putih.

Pengendalian sinar pada spectrophotometer yaitu dengan menggunakan lakban hitam yang direkatkan pada bagian akar gigi karena lakban hitam mempunyai nilai 0 yang artinya gelap sehingga tidak mempengaruhi hasil nilai warna gigi karena arah penembakan sinar hanya ditujukan mengenai mahkota gigi. Tujuan pengukuran yang dilakukan adalah untuk mengetahui warna gigi setelah direndam dengan larutan teh hitam selama 12 hari. Ukuran warna gigi inilah yang diumpakan sebagai gigi yang mengalami diskolorasi.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Proses perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis

Siapkan tiga buah tabung lalu masing-masing tabung diberikan ekstrak buah belimbing dengan konsentrasi 100% sebanyak 30 ml. Gigi yang telah direndam dengan larutan teh hitam dan telah diukur derajat warna sebelumnya, dimasukan ke dalam 3 buah tabung tersebut dengan


(61)

42

masing-masing tabung diisi 5 buah gigi. Gigi direndam dengan waktu yang berbeda yaitu

Tabung I : 5 gigi direndam selama 56 jam Tabung II : 5 gigi direndam selama 88 jam Tabung III : 5 gigi direndam selama 126 jam

Dasar pengambilan waktu ini mengacu pada waktu perawatan at home bleaching menggunakan karbamid peroksida 10%-22% dengan rata-rata jumlah perawatan yaitu sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu (O'Brien, 2002). Pada konsentrasi 10% menggunakan waktu perawatan selama 6 minggu sedangkan konsentrasi 22% biasa digunakan pada waktu perawatan selama 2 minggu (Basson dkk., 2013). Pada konsentrasi 16% digunakan dengan waktu perawatan selama 4 minggu (Hatanaka dkk., 2013). Dari jumlah rata-rata perawatan tersebut maka dapat diasumsikan sebagai berikut:

2 jam x 7 hari x 4 minggu = 56 jam

2,5 jam x 7 hari x 5 minggu = 87,5 ≈ 88 jam 3 jam x 7 hari x 6 minggu = 126 jam

b. Pengukuran warna gigi setelah perendaman dalam ekstraksi belimbing manis

Gigi yang telah direndam selama 56 jam lalu diangkat dan dilakukan penyinaran, setelah itu dilanjutkan dengan waktu 88 jam dan


(62)

126 jam secara berlanjut, kemudian diukur derajat warnanya dengan menggunakan spectrophotometer pada setiap waktu yang telah ditentukan.

Pengukuran warna gigi setelah dilakukan perendaman ini menggunakan spectrophotometer. Caranya sama seperti mengukur warna gigi sebelum dilakukan perendaman. Bagian akar gigi diberi lakban hitam lalu dimasukan dalam spectrophotometer. Penembakan sinar diarahkan pada mahkota gigi.

I. Analisis data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial parametrik yaitu suatu prosedur pengambilan kesimpulan statistik yang didasarkan dari data interval atau rasio. Data yang diperoleh dilakukan uji normalitas terlebih dahulu, jika sebaran data normal maka analisa data sebelum dan sesudah pemutihan gigi dilakukan uji t-Test berpasangan untuk mengetahui perubahan warna antara sebelum dan sesudah perendaman dengan ekstrak buah belimbing manis pada tiap kelompok. Jika sebaran data tidak normal dapat dilakukan uji Wilcoxon. Nilai perbedaan sebelum dan sesudah perendaman dilakukan dengan uji homogenitas yang dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel memiliki variansi yang sama. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran data dan apabila data normal, dilakukan analisis parametrik dengan menggunakan uji One Way Anova yang


(63)

44

berfungsi untuk menguji sebuah data rancangan eksperimen dengan rancangan lebih dari dua sampel. Analisa data selanjutnya yaitu uji LSD (Least Significance Difference) untuk mengetahui beda rata-rata antar kelompok perlakuan yaitu antara waktu 56 jam dengan 88 jam, 88 jam dengan 126 jam, dan 56 jam dengan 126 jam. Sebaran data yang tidak normal menggunakan uji Kruskal Wallis.


(64)

J. Alur penelitian

Gambar 2. Alur Penelitian

Gigi sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 15 gigi

Pengukuran warna gigi setelah perendaman dalam teh hitam menggunakan spectrophotometer

Ekstraksi buah belimbing manis (Teknik Maserasi) konsentrasi 100%

Perendaman 5 gigi dalam ekstrak belimbing manis dengan konsentrasi 100% selama 56 jam

Perendaman 5 gigi dalam ekstrak belimbing manis dengan konsentrasi 100% selama 88 jam

Perendaman 5 gigi dalam ekstrak belimbing manis dengan konsentrasi 100% selama 126 jam

Pengukuran warna gigi setelah perendaman dalam ekstrak belimbing manis menggunakan spectrophotometer

Data

Analisa Data

Gigi direndam dalam larutan teh hitam selama 12 hari untuk memperoleh kesan diskolorasi


(65)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan warna gigi sebelum dan sesudah dilakukan perendaman ekstrak buah belimbing manis dengan perbedaan waktu yang telah ditentukan, yaitu 56 jam, 88 jam, dan 126 jam menggunakan konsentrasi ekstrak belimbing manis sebesar 100%. Alat yang digunakan yaitu spectrophotometer untuk menentukan nilai dE*ab (nilai warna). Gigi dilakukan penyinaran pertama setelah gigi mengalami diskolorasi dengan teh dan dilakukan penyinaran kedua setelah diberi perlakuan perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Data nilai warna gigi (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman dengan ekstrak belimbing manis

Nilai Warna Gigi (dE*ab)

No selama 56 jam selama 88 jam selama 126 jam Sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum Sesudah 1 99,71 97,98 99,76 96,40 99,81 95,20 2 99,50 98,05 99,81 96,77 99,44 95,32 3 99,74 98,13 99,72 96,42 99,53 95,40 4 99,71 98,08 99,90 96,94 99,82 95.33 5 99,91 98,20 99,71 96,67 99,85 95.48

Pada hasil data pada tabel 2 didapatkan nilai perubahan sebelum dan sesudah perendaman gigi dalam ekstrak buah belimbing manis. Data tabel 2


(66)

selanjutnya dilakukan uji normalitas Shapiro wilk untuk mengetahui normalitas sebaran data pada tabel 2.

Tabel 3. Uji Normalitas Shapiro Wilk

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas, diperoleh nilai p>0,05 pada waktu perendaman 56 jam, 88 jam, dan 126 jam artinya sebaran data normal maka selanjutnya dilakukan uji paired T-test untuk mengetahui perbedaan antara sebelum dan sesudah perendaman dengan ekstrak belimbing manis selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

Tabel 4. Uji Paired T-test

Berdasarkan hasil uji paired T-test pada waktu perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam diperoleh nilai signifikansi (p<0,05) yaitu p= 0,000

No Waktu perendaman

Signifikansi

Sebelum Sesudah

1 56 jam 0,540 0,998

2 88 jam 0,439 0,527

3 126 jam 0,096 0,926

No Nilai warna gigi Mean

Interval kepercayaan 95%

Signifikansi nilai terendah

nilai tertinggi

1 56 jam 1,62600 1,48840 1,76360 0,000 2 88 jam 3,14000 2,91928 3,36072 0,000 3 126 jam 4,34400 4,07430 4,61370 0,000


(67)

48

yang artinya terdapat perbedaan rerata yang bermakna dari nilai warna gigi (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

Pada penelitian ini didapatkan nilai selisih sebelum dan sesudah perendaman, sebagai berikut :

Tabel 5. Selisih nilai warna gigi

Selisih nilai warna gigi antara sebelum dan sesudah perendaman No selama 56 jam selama 88 jam selama 126 jam

1 1,73 3,36 4,61

2 1,45 3,04 4,12

3 1,61 3,3 4,13

4 1,63 2,96 4,49

5 1,71 3,04 4,37

Mean 1,626 3,14 4,344

Pada data tabel 5 dapat terlihat bahwa nilai warna gigi (dE*ab) yang direndam pada ekstrak belimbing manis mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada perendaman selama 126 jam. Hasil tabel 5 kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas untuk mengetahui normalitas sebaran data.

Tabel 2. Uji Normalitas Shapiro Wilk

No Waktu Perendaman Signifikansi

1 56 jam 0,409

2 88 jam 0,209


(68)

Pada tabel uji normalitas telihat bahwa P> 0,05 hal ini menunjukan bahwa sebaran data normal.

Tabel 3. Uji Homogenitas

Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi

Mean 0,131

Median 0,450

Hal yang sama ditunjukan juga pada tabel uji homogenitas terlihat bahwa P>0,05 menunjukan sebaran data homogen maka selanjutnya dapat dilakukan uji One way ANOVA.

Tabel 4. Uji One way ANOVA

Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi

Antar kelompok waktu 0,000

Berdasarkan hasil uji one way ANOVA diperoleh hasil signifikansi yaitu 0,000, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada nilai warna gigi (dE*ab) antara lama perendaman 56 jam, 88 jam, dan 126 jam dalam ekstrak belimbing manis, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima.

Uji Post Hoc yang dilakukan pada penelitian ini yaitu uji LSD (Least Significance Different) untuk mengetahui kelompok mana yang


(69)

50

mempunyai tingkat keefektifitasan paling tinggi, sedang, dan rendah dalam memutihkan gigi.

Tabel 5. Post Hoc Test Perbandingan Lama

Perendaman Perbedaan Rata-Rata Signifikansi

56 jam 88jam -1,51400 0,000

88 jam 126 jam -1,20400 0,000

126 jam 56 jam 2,71800 0,000

Berdasarkan tabel post hoc diatas diperoleh bahwa rerata lama perendaman 56 jam terhadap lama perendaman 88 jam sebesar -1,51400 dengan p = 0,000 (p<0,05), maka skor lama perendaman selama 88 jam lebih tinggi daripada lama perendaman selama 56 jam. Perbedaan rerata lama perendaman 88 jam terhadap lama perendaman 126 jam sebesar -1,20400 dengan p = 0,000 (p<0,05), maka skor lama perendaman 126 jam lebih tinggi daripada lama perendaman 88 jam. Perbedaan rerata lama perendaman 126 jam terhadap lama perendaman 56 jam sebesar 2,71800 dengan p = 0,000 (p<0,05), maka skor lama perendaman 126 jam lebih tinggi daripada lama perendaman 56 jam. Hasil post hoc test menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam dan waktu yang paling efektif digunakan untuk pemutihan gigi adalah 126 jam.


(70)

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi. Sampel pada penelitian ini menggunakan 15 gigi premolar 1 dan premolar 2 rahang atas maupun rahang bawah pasca ekstraksi. Penelitian ini menggunakan gigi premolar karena gigi premolar dapat terlihat pada saat seseorang tersenyum. Hal ini berdasarkan survey di Los Angeles yang menyatakan bahwa dari 454 responden menunjukan sebesar 40,5% responden memperlihatkan gigi anterior serta gigi premolar 1 dan premolar 2 pada saat tersenyum (Jones dan Ventre, 2005). Semua sampel dilakukan perendaman dalam larutan teh hitam selama 12 hari. Pemilihan waktu perendaman teh selama 12 hari didapatkan dari perhitungan sebagai berikut :

8 menit x 365 hari x 6 tahun = 17.520 menit = 12,167 hari ≈ 12 hari

1440 menit 1440 menit

Keterangan :

 8 menit = rata-rata waktu konsumsi teh dalam sehari (Guller dkk., 2005)

 365 hari = jumlah hari dalam 1 tahun

 6 tahun = rata-rata usia pencabutan gigi P pada perawatan ortodontik dikurangi rata-rata usia erupsi gigi P (Marchelina dkk., 2016 dan Harshanur, 2012)


(71)

52

 1440 menit = jumlah menit dalam 1 hari

Hasil perhitungan diatas menyatakan bahwa diskolorasi gigi terjadi apabila gigi berkontak dengan larutan teh selama 17.520 menit yang setara dengan 12 hari.

Lima belas gigi premolar kemudian dibagi menjadi 3 kelompok uji, masing-masing kelompok uji direndam dalam ekstrak belimbing manis konsentrasi 100% dengan 3 perbedaan waktu yaitu 56 jam, 88 jam, dan 126 jam. Konsentrasi tersebut dipilih karena merupakan konsentrasi yang paling efektif untuk memutihkan gigi yang didapatkan setelah dilakukan pengujian sebelumnya. Lama waktu dipilih berdasarkan pada waktu perawatan home bleaching yaitu sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu sehingga peneliti mengasumsikan waktu menjadi 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

Proses pengenceran dan pembuatan ekstrak belimbing manis dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada menggunakan buah belimbing manis jenis demak kunir sebanyak 5 kg. Belimbing manis demak kunir dipilih karena jenis ini merupakan varietas unggul yang memiliki rasa manis sedikit asam, aromanya harum, teksturnya halus dan mengandung asam oksalat sebesar 1,04% yang mempunyai efek memutihkan gigi (Soenarjono, 2004 dan Patil, 2010). Belimbing manis yang telah dipilih kemudian dilakukan proses ekstraksi dengan teknik maserasi kinetik dan


(1)

Pada tabel uji normalitas Shapiro Wilk dan uji Homogenitas telihat bahwa p> 0,05 hal ini menunjukan bahwa sebaran data normal dan data homogen maka selanjutnya dapat dilakukan uji One way ANOVA.

Tabel 6. Uji One way ANOVA

Berdasarkan hasil uji one way ANOVA diperoleh hasil signifikansi yaitu 0,000, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada nilai warna gigi (dE*ab) antara lama perendaman 56 jam, 88 jam, dan 126 jam dalam ekstrak belimbing manis, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh perbedaan lama perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi.

Tabel 7. Post Hoc Test

Berdasarkan tabel post hoc diatas diperoleh bahwa rerata lama perendaman 56 jam terhadap lama perendaman 88 jam sebesar -1,51400 dengan p = 0,000 (p<0,05), maka skor lama perendaman selama 88 jam

lebih tinggi daripada lama perendaman selama 56 jam. Perbedaan rerata lama perendaman 88 jam terhadap lama perendaman 126 jam sebesar -1,20400 dengan p = 0,000 (p<0,05), maka skor lama perendaman 126 jam lebih tinggi daripada lama perendaman 88 jam. Perbedaan rerata lama perendaman 126 jam terhadap lama perendaman 56 jam sebesar 2,71800 dengan p = 0,000 (p<0,05), maka skor lama perendaman 126 jam lebih tinggi daripada lama perendaman 56 jam. Hasil post hoc test menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam dan waktu yang paling efektif digunakan untuk pemutihan gigi adalah 126 jam.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perbedaan lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis terhadap perubahan warna gigi. Penelitian ini membagi 15 gigi menjadi 3 kelompok uji, masing-masing kelompok uji direndam dalam ekstrak belimbing manis konsentrasi 100% dengan 3 perbedaan waktu yaitu 56 jam, 88 jam, dan 126 jam. Konsentrasi tersebut dipilih karena merupakan konsentrasi yang paling efektif Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi

Antar kelompok waktu 0,000

Perbandingan Lama Perendaman

Perbedaan

Rata-Rata Sig 56 jam 88jam -1,51400 0,000 88 jam

126

jam -1,20400 0,000 126 jam 56 jam 2,71800 0,000


(2)

untuk memutihkan gigi yang didapatkan setelah dilakukan pengujian sebelumnya. Lama waktu dipilih berdasarkan pada waktu perawatan home bleaching yaitu sehari 2-3 jam selama 4-6 minggu sehingga peneliti mengasumsikan waktu menjadi 56 jam, 88 jam, dan 126 jam.

Pada penelitian ini pengukuran warna gigi dilakukan dengan menggunakan alat spectrophotometer UV-2401 PC, hal ini karena spectrophotometer merupakan alat pengukur derajat warna yang paling sering digunakan dan hasil pengukurannya lebih stabil dan akurat dibandingkan alat pengukur warna lainnya10. Spectrophotometer bekerja dengan cara, cahaya dijatuhkan pada permukaan email tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cahaya yang mengenai email sebagian dihamburkan, dan sebagian lainnya diserap oleh pigmen-pigmen yang terdapat dalam gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang dihamburkan tadi akan ditangkap oleh spectrophotometer dan ditampilkan dalam data nilai warna gigi (dE*ab)11. Nilai warna gigi (dE*ab) yang rendah menunjukan bahwa pigmen dalam gigi yang terserap semakin banyak sehingga spesimen gigi akan menjadi lebih putih12. Nilai warna gigi (dE*ab) yang diperoleh selanjutnya akan dilakukan pengujian data

SPSS untuk mengetahui adanya pengaruh lama waktu perendaman dengan derajat warna gigi dengan cara melihat besarnya perubahan derajat warna sebelum dan sesudah perendaman.

Hasil penyinaran sebelum dan sesudah perendaman dilakukan pengolahan data dengan menggunakan uji paired t-test. Pada uji paired t-test ini didapat hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) dari sebelum perendaman dengan sesudah perendaman selama 56 jam, 88jam, dan 126 jam dengan nilai p=0,000. Hasil ini membuktikan bahwa ekstrak belimbing manis berpengaruh terhadap perubahan warna gigi menjadi lebih putih. Kandungan asam oksalat pada buah belimbing manis berpengaruh terhadap proses pemutihan gigi. Bahan oksidator yang berupa asam oksalat akan mengoksidasi noda/stain yang pada gigi7.

O2 + H2C2O4 H2O2 + 2CO

(Oksigen)(As.Oksalat) (Peroksida)(Karbondioksida) Gambar 1. Perubahan Asam Oksalat


(3)

H2O2 H2O + O +

(Peroksida) (air) (oksigen, radikal bebas yang lemah)

H+ + Radikal bebas yang Lebih kuat

(Hidrogen) (Perihidrol)

Gambar 2. Mekanisme pemutihan gigi 3. Mekanisme peroksida memutihkan gigi dengan cara berdifusi ke dalam email kemudian menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas yang diproduksi mempunyai elekton yang tidak sepasang. Elektron ini tidak stabil sehingga akan menyerang molekul organik lainnya untuk mencapai kestabilan. Elektron ini kemudian diterima oleh stain pada gigi dan mengalami oksidasi sehingga mengurangi zat warna organik dan terjadi efek pemutihan. Radikal bebas yang dihasilkan oleh peroksida adalah perihidrol dan oksigen. Oksigen bersifat radikal lemah sedangkan perihidrol bersifat radikal kuat, sehingga perihidrol mempunyai efek pemutihan gigi yang lebih baik 3.

Analisa data selanjutnya adalah One Way ANOVA untuk membandingkan data yang tidak berpasangan dan terdiri lebih dari 2 kelompok. Pada penelitian ini, One way ANOVA digunakan untuk mengetahui signifikansi selisih data sebelum dan sesudah perendaman. Pada uji one way

ANOVA didapatkan hasil signifikansi perbedaan selisih sebelum dan sesudah perendaman gigi selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam. Hasil menunjukan bahwa nilai p = 0,000 (p<0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai warna gigi (dE*ab) antara lama perendaman 56 jam, 88 jam, dan 126 jam dalam ekstrak belimbing manis. Pengujian`data selanjutnya adalah untuk mengetahui waktu yang paling efektif diantara 3 kelompok uji yaitu 56 jam, 88 jam, 126 jam menggunakan uji LSD (Least Significance Different).

Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perendaman selama 56 jam, 88 jam, dan 126 jam dan waktu yang paling efektif digunakan untuk pemutihan gigi adalah 126 jam. Penelitian ini membuktikan bahwa lama waktu perendaman gigi dalam ekstrak buah belimbing manis berpengaruh terhadap hasil pemutihan gigi. Patil (2002) mengatakan bahwa penggunaan waktu bleaching yang optimal akan memberikan hasil pemutihan gigi yang maksimal3. Adiyanto (2009) menyatakan bahwa pada dasarnya semakin lama (waktu) dan semakin sering bahan berkontak dengan permukaan gigi maka semakin nyata perubahan warna gigi ke arah lebih putih, hal ini dikarenakan HO


(4)

semakin banyak reaksi pengrusakan ikatan konjugasi yang terjadi ketika radikal bebas bereaksi dengan molekul zat warna11. Meizarini dan Rianti (2005) menjelaskan ketika bahan pemutih gigi berkontak dengan permukaan gigi, bahan tersebut akan berpenetrasi melalui tubulus dentin kemudian menghasilkan radikal bebas14. Patil (2002) mengatakan bahwa radikal bebas kemudian bereaksi dengan molekul zat warna/stain dan mengalami proses oksidasi. Proses oksidasi ini akan melarutkan molekul zat warna/stain pada gigi. Molekul zat warna akan teroksidasi semakin banyak ketika bahan berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama sehingga noda/stain pada gigi akan semakin banyak yang hilang3.

Pada waktu perendaman 56 jam terlihat bahwa gigi mulai mengalami perubahan warna menjadi lebih putih dibandingkan sebelum dilakukan perendaman, hal ini dikarenakan asam oksalat pada buah belimbing manis ketika berkontak dengan permukaan gigi akan melakukan proses oksidasi sehingga noda/stain pada gigi mulai berkurang. Pada waktu 88 jam dan 126 jam noda/stain pada gigi mulai banyak yang hilang dan gigi menjadi lebih putih dari perendaman sebelumnya, hal ini dikarenakan proses

oksidasi yang berjalan semakin lama maka noda/stain yang teroksidasi pun semakin banyak sehingga gigi menjadi lebih putih. Hal ini sesuai dengan Adiyanto (2009) yang mengatakan bahwa pada dasarnya semakin lama (waktu) dan semakin sering bahan berkontak dengan permukaan gigi maka semakin nyata perubahan warna gigi ke arah lebih putih11.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :

1. Perendaman gigi dalam ekstrak buah belimbing manis (averrhoa carambola) dapat merubah warna gigi menjadi lebih putih. Kandungan asam oksalat pada buah belimbing manis inilah yang dapat menyebabkan gigi menjadi lebih putih. 2. Lama waktu perendaman gigi dalam

ekstrak belimbing manis mempengaruhi hasil pemutihan gigi. Berdasarkan hasil uji One way annova, terdapat perbedaan yang signifikan antara perendaman selama 56 jam, 88jam, dan 126 jam. 3. Waktu perendaman yang semakin lama

akan menghasilkan pemutihan gigi yang semakin baik, hal ini terlihat pada hasil uji LSD (least significance different) yaitu perendaman gigi selama 126 jam menghasilkan gigi yang lebih putih.


(5)

SARAN

1. Diadakan penelitian lebih lanjut untuk menguji tentang efek perendaman gigi dalam ekstrak belimbing manis dengan waktu yang lama terhadap kesehatan jaringan lunak.

2. Diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaplikasian ekstrak belimbing manis pada gigi vital

3. Diadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan buah belimbing manis dengan tingkat kematangan yang sama terhadap perubahan warna gigi. 4. Diadakan penelitian lebih lanjut tentang

kandungan asam oksalat pada masing-masing jenis belimbing manis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hendari, R. Pemutihan Gigi (Tooth Whitening) Pada Gigi Yang Mengalami Pewarnaan. Sultan Agung, 2009; 44(118): 65-78.

2. Garg, N., dan Garg, A. Textbook of Endodontic. Malaysia: Unipress Publishing. 2008.

3. Patil, R. D. Esthetic Dentistry An Artist's Science. India: PR Publicat. 2002.

4. Soenarjono, D. H. Berkebun belimbing manis. Jakarta: Penebar Swadaya. 2004.

5. Fauziah, C., Fitriyani, S., and Diansari, V. Colour Change of Enamel after Application of Averrhoa bilimbi. Journal of Dentistry Indonesia. 2012; 19(3): 53-56.

6. Patil, A., Patil, D., Phatak, A., dan Chandra, N. Physical and chemical characteristics of carambola (averrhoa carambola linn) fruit at three stage of maturity. International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology. 2010; 1(2): 624-629.

7. Greenwall, L. Bleaching Techniques In Restorative Dentistry. UK: Martin Dunitz Ltd. 2001.

8. Saputra, D. Pengaruh Ekstrak Buah Apel (Malus Sylvestris) Terhadap Perubahan Warna Gigi Dalam Proses Bleaching(Pemutihan Gigi) Berdasarkan Perbedaan Waktu. Skripsi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2008.

9. Jones, W dan Ventre, E. Biomechanic and esthetic strategies in clinical orthodontics. UK: Elsevier,inc. 2005.

10. Ahmad, I. Prothocol For Predictable Aesthetic Dental Restoration. UK: Blackwell Munk; gaard. 2006. 11. Adiyanto, I. O. Pengaruh Lama

Perendaman Gigi Dengan Jus Buah Pir (Pyrus Communis) Terhadap Perubahan Warna Gigi Pada Proses Pemutihan Gigi Secara In Vitro. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Diponegoro. 2009.


(6)

12. Ascheim, K.W., Dale, B.G. Esthetic Dentistry : A Clinical Approach To Technique and Materials. United States of America : Mosby, Inc. 2001.

13. Rohman.,A, dan Gandjar, I.G. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2007.

14. Meizarini, A., & Rianti, D. Bahan pemutih Gigi Dengan Sertifikat ADA/ISO. Maj. Ked. Gigi. Dent. J. 2005; 38(2) : 73-76.