PENGARUH BLEACHING DENGAN EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa Carambola) TERHADAP DERAJAT PERUBAHAN WARNA GIGI

(1)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : Laksmi Febriani

20120340109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH BLEACHING DENGAN EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa Carambola) TERHADAP DERAJAT

PERUBAHAN WARNA GIGI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : Laksmi Febriani

20120340109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH BLEACHING DENGAN EKSTRAK BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa Carambola) TERHADAP DERAJAT

PERUBAHAN WARNA GIGI Disusun oleh:

Nama : Laksmi Febriani No Mahasiswa : 20120340109

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal: 17 Juni 2016

Dosen Pembimbing

(drg. Nia Wijayanti, Sp.KG) NIK : 19841103201404173230

Dosen Penguji

(drg. Erma Sofiani, Sp.KG) NIK : 19741022200810173087

Mengetahui, Ketua PSPDG

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros) NIK : 19680212200410173071


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Laksmi Febriani NIM : 20100340109

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Yogyakarta, 17 Juni 2016

Yang membuat pernyataan,


(5)

iv MOTTO

“Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Bermimpilah setinggi langit. Jika akhirnya engkau harus jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada :

Allah SWT Nabi Muhammad SAW

Ayahanda Wahyudi dan Ibunda Maryati Kakak Ayu dan Dian

Drg. Nia Wijayanti, Sp.KG


(7)

vi

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan kemurahannya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Bleaching dengan Ekstrak Buah Belimbing Manis Terhadap Derajat Perubahan Warna Gigi”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan memenuhi syarat memperoleh gelar derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan segala pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis berkeinginan mengucapkan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan segala kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. dr. H. Andi Pramono, Sp. An., M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. drg. Nia Wijayanti, Sp. KG, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasehat, motivasi, dan banyak ilmu selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. drg. Erma Sofiani, Sp. KG dan drg. Sartika Puspita, MDSc selaku Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah


(8)

vii

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Ayahanda Wahyudi dan Ibunda Maryati atas doa, kasih sayang, dan motivasinya yang sangat luar biasa.

8. Saudari-saudari kandung penulis, Wahyu Ratnasari, dan Dian Pratiwi yang telah mendukung saya selama ini.

9. Chitra Dwi Prastiwi, Tanti Susanti, Siti Ulfah Nesia selaku sahabat penulis.

10. Semua pihak yang mendukung dan membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis mengharapkan daran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermafaat untuk semua pihak dan untuk kemajuan Prodi Pendidikan Dokter Gigi UMY.

Wassalamualikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 17 Juni 2016 Penulis


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

ABSTRAK...xiii

INTISARI...xiv

BAB I ... Error! Bookmark not defined. A.Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B.Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C.Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D.Keaslian Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II ... Error! Bookmark not defined. A.Telaah Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 1.Gigi ... Error! Bookmark not defined. 2.Bleaching atau Pemutihan Gigi ... 12 3.Belimbing Manis ... Error! Bookmark not defined. 4.Ekstrak ... Error! Bookmark not defined. B.Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined.

C. Kerangka Konsep ... Error! Bookmark not defined.

BAB III ... Error! Bookmark not defined. A.Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B.Tempat dan Waktu ... Error! Bookmark not defined.

C.Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(10)

ix

1.Kriteria inklusi ... Error! Bookmark not defined. 2.Kriteria eksklusi ... Error! Bookmark not defined.

E.Variabel penelitian dan definisi operasional .. Error! Bookmark not defined.

1.Variabel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2.Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.

F.Instrumen penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.Alat yang digunakan ... Error! Bookmark not defined.

2.Bahan yang digunakan ... Error! Bookmark not defined.

G.Cara kerja ... Error! Bookmark not defined. 1.Tahap persiapan ... Error! Bookmark not defined.

2.Tahap Pelaksanaan ... Error! Bookmark not defined.

H. Analisis Data... Error! Bookmark not defined. J . Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IV ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. BAB V ... Error! Bookmark not defined. A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA...63 LAMPIRAN


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Vitapan classical...9

Gambar 2. Vitapan 3D master...10

Gambar 3. RGB devices...10

Gambar 4. Colorimeter...11

Gambar 5. Spectrophotometer.. ...12

Gambar 6. Perubahan asam oksalat menjadi peroksida...17

Gambar 7. Mekanisme pemutihan gigi...18

Gambar 8. Belimbing manis ...21

Gambar 9. Alat homogenciti...33

Gambar 10. Evaporator...33

Gambar 11. Pengering bahan pada proses ekstraksi...34

Gambar 12. Kerangka konsep...36

Gambar 13. Pohon belimbing manis dalam penelitian ...41

Gambar 14. Alur penelitian...45

Gambar 15. Gigi sebelum direndam teh ... ...51

Gambar 16. Gigi setelah direndam teh...51

Gambar 17. Gigi setelah direndam ekstrak belimbing manis 100%...52

Gambar 18. Gigi setelah direndam karbamid peroksida 10%...52

Gambar 19. Gigi setelah direndam akuades...53

Gambar 20.Pengukuran nilai warna gigi pada Spectrophotometer...53

Gambar 21. Hasil penyinaran dari Spectrophotometer...54


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sejarah bleaching......13

Tabel 2. Data nilai warna sebelum dan sesudah perendaman 126 jam...46

Tabel 3. Uji normalitas Shapiro-Wilk...47

Tabel 4. Uji t-test berpasangan...48

Tabel 5. Selisih nilai warna...48

Tabel 6. Homogenitas...49

Tabel 7. One Way Anova...49


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Spectrophotometer Lampiran 2. Data SPSS


(14)

(15)

xiii

used as an alternative bleaching material because it contains oxalic acid that can whiten the teeth.

Aim : The aim of this study is to find out the effect of bleaching with starfruit towards the change of the colour of the teeth.

Methods : This study was an in vitro experimental labolatory study. Samples consists of 15 premolar tooth which are rinsed in a tea solution for 12 days to create a discoloration effect. The colour of the teeth was then measured by using Spectrophotometer. The samples divided into 3 groups, each containing 5 teeth. The first group were submersed with starfruit extract 100%, the second group were submersed with carbamide peroxide as a positive control, and the third group were submersed in aquades as a negative control. The teeth were submersed for 126 hours. The colour of each tooth was again measured by using Spectrophotometer. The data were then analysed by using pair-t test, on way anova and LSD (Least Significance Difference).

Result : Pair-t test showed p value of the starfruit extract 100% and carbamide peroxide 100% is 0,000 while the p value of aquades is 0,001 (P<0,05). This shows that starfruit extract 100%, carbamide peroxide, and aquades affect the tooth color to belome whiter. The one way anova test revealed that the p value = 0,000 (0,05) which means that all three substances gives whitening effect to the teeth. The results of the LSD test shows that there are significant differences between the three substances used.

Conclusion : There are significant effects on using starfruit extract towards the colour change of the teeth during bleaching process.


(16)

xiv

ditimbulkan oleh bahan kimia bleaching. Belimbing manis dapat digunakan sebagai bahan alternatif bleaching karena mengandung asam oksalat yang mampu memutihkan gigi.

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bleaching dengan ekstrak buah belimbing manis terhadap derajat perubahan warna gigi.

Metode penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro. Sampel terdiri dari 15 gigi premolar, semua gigi direndam di dalam larutan teh selama 12 hari untuk menimbulkan efek diskolorasi, selanjutnya warna gigi diukur dengan Spectrophotometer. Sampel dibagi menjadi 3 kelompok uji, masing-masing kelompok 5 gigi. Kelompok pertama direndam dengan ekstrak belimbing manis 100%, kelompok kedua direndam dengan karbamid peroksida sebagai kontrol positif, dan kelompok ketiga direndam dengan akuades sebagai kontrol negatif. Gigi direndam selama 126 jam. Warna gigi diukur kembali menggunakan Spectrophotometer. Analisis data menggunakan uji t-test berpasangan, One Way Anova, dan LSD (Least Significance Diffence).

Hasil : Hasil uji t-test berpasangan menunjukkan nilai p= 0,000 pada ekstrak belimbing manis 100% dan karbamid peroksida 10%, p=0,001 pada akuades (p<0,05) berarti ekstrak belimbing manis 100%, karbamid peroksida 10%, dan akuades mempunyai pengaruh untuk membuat gigi menjadi lebih putih. Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai p= 0,000 (p<0,05) pada yang berarti terdapat pengaruh pada ketiga bahan yang digunakan terhadap perubahan warna gigi. Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan perubahan warna gigi yang bermakna antar kelompok bahan yang digunakan.

Kesimpulan : Terdapat pengaruh ekstrak buah belimbing manis terhadap derajat perubahan warna gigi pada proses bleaching.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Estetika menjadi faktor terpenting dalam mendukung kepercayaan diri. Susunan gigi yang rapi serta warna gigi yang putih merupakan faktor yang berpengaruh terdadap penampilan seseorang (Sundoro, 2005). Gigi putih mampu membuat orang merasa lebih cantik dan percaya diri (Ramadhan, 2010). Terdapat banyak faktor yang dapat membuat gigi menjadi berubah warna (Sundoro, 2005).

Gigi dapat mengalami perubahan warna atau diskolorasi. Perubahan warna pada gigi dapat disebabkan oleh faktor eksternal, internal, atau kedua-duanya (Gursoy dkk., 2008). Faktor eksternal dapat disebabkan oleh noda teh, noda kopi, kebiasaan merokok, hingga obat kumur dengan kandungan chlorhexidine (Odell, 2004). Faktor internal dapat terjadi secara sistemik atau kongenital (Sundoro, 2005). Contoh perubahan warna internal adalah noda yang berasal dari dalam email dan dentin seperti stain tetracycline, gigi nekrosis, dan dentinogenesis imperfekta (Ascheim dan Dale, 2001). Gigi yang mengalami perubahan warna dapat dirawat dengan perawatan bleaching (Gursoy dkk., 2008).

Perawatan bleaching dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu pemutihan gigi secara internal dan eksternal. Contoh teknik bleaching secara internal adalah walking bleach dan termokatalitik. Bleaching eksternal dapat


(18)

2

dilakukan dengan teknik abrasi pumis-asam dan mouthguard bleaching (Walton dan Torabinejad, 2008). Perubahan warna ekstrinsik juga dapat diperbaiki dengan cara scaling. Pada gigi yang mengalami perubahan warna intrinsik atau ekstrinsik yang sulit dihilangkan dengan scaling dapat diperbaiki dengan bleaching atau pemutihan gigi (Gursoy dkk., 2008). Perawatan bleaching dilakukan dengan aplikasi bahan kimia untuk mengubah pigmentasi pada gigi menjadi lebih putih (Garg dan Garg, 2008).

Bleaching dapat menggunakan berbagai macam bahan kimia. Terdapat beberapa bahan kimia yang digunakan untuk bleaching sepanjang sejarah bleaching. Asam oksalat sebagai bahan bleaching diperkenalkan pertama kali oleh Chapple pada tahun 1877 (Kwon dkk., 2009). Pada tahun 1864 berbagai macam bahan bleaching seperti sodium perborat dan hidrogen peroksida telah digunakan (Garg dan Garg, 2008). Hidrogen peroksida adalah salah satu contoh bahan kimia untuk memutihkan gigi yang mempunyai efek samping apabila berkontak dengan jaringan tubuh dapat menyebabkan jaringan terbakar (Walton dan Torabinejad, 2008). Hidrogen peroksida juga mempunyai efek membuat gigi sensitif dan iritasi pada gingiva (Greenwall, 2001). Bahan bleaching seperti hidrogen peroksida, natrium perborat dan karbamid peroksida memiliki beberapa efek samping diantaranya dapat menurunkan kekerasan email, resorpsi akar gigi dan mempunyai efek karsinogenik serta toksik (Garg dan Garg, 2008).

Pemanfaatan bahan alami menjadi salah satu solusi karena bahan alami mempunyai kandungan yang lebih aman bagi tubuh dibandingkan dengan


(19)

3

bahan kimia. Salah satu alternatif bahan alami yang dapat digunakan untuk bleaching adalah buah belimbing manis. Buah belimbing manis merupakan buah asli Indonesia yang kaya manfaat. Kandungan gizi pada buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) diantaranya energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat pektin,besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niasin (Suwarto, 2010).

Fauziah dkk. (2012) menjelaskan bahwa aplikasi jus buah belimbing wuluh (Averrhoa Blimbi) yang mengandung asam oksalat memiliki kemampuan yang baik sebagai bahan pemutih gigi karena mampu menimbulkan perubahan warna email, namun efektifitasnya masih dibawah karbamid peroksida 10%.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi, “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar benar telah mencurahkan air (dari langit) , kemudian Kami belah bumi dengan sebaik baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan, serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang binatang ternakmu.” (QS. „Abasa:24-32). Maka sudah seharusnya manusia benar-benar memanfaatkan anugerah dari Allah dengan sebaik-baiknya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas timbul permasalahan: apakah ekstrak buah belimbing berpengaruh terhadap derajat perubahan warna gigi dalam proses bleaching?


(20)

4 C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bleaching dengan ekstrak buah belimbing manis terhadap derajat perubahan warna gigi.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang “Pengaruh Bleaching Dengan Ekstrak Buah Belimbing Manis Terhadap Derajat Perubahan Warna Gigi”, belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian pendukung, yaitu:

1. Colour Change of Enamel After Application of Averrhoa Bilimbi (Fauziah dkk., 2012). Perbedaannya terletak pada variabel pengaruh, yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan olesan jus belimbing wuluh, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan ekstrak buah belimbing manis. Penelitian ini membuktikan jus belimbing wuluh mempunyai pengaruh dalam proses perubahan warna gigi.

2. Pengaruh Ekstrak Buah Apel (Malus Sylvestris) Terhadap Derajat Perubahan Warna Gigi Dalam Proses Bleaching (Pemutihan Gigi) Secara In Vitro (Satria, 2008). Perbedaanya terletak pada variabel pengaruh, yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak buah apel, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan ekstrak buah belimbing manis. Penelitian ini membuktikan ekstrak apel mempunyai pengaruh dalam proses perubahan warna gigi.

3. Pengaruh Ekstrak Buah Apel (Malus Sylvestris) Terhadap Perubahan Warna Gigi Dalam Proses Bleaching Berdasarkan Perbedaan Konsentrasi (Setianingsih, 2008). Perbedaannya terletak pada variabel pengaruh, yaitu


(21)

5

pada penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak buah apel, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan peneliti menggunakan ekstrak belimbing manis. Penelitian ini membuktikan ekstrak apel mempunyai pengaruh dalam proses perubahan warna gigi.

E. Manfaat

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah terutama tentang kesehatan.

2. Bagi masyarakat

a. Memberdayakan bahan alami disekitar lingkungan, khususnya buah-buahan.

b. Sebagai bahan alternatif alami yang dapat digunakan untuk pemutihan gigi.

c. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang manfaat buah belimbing manis bagi tubuh dan gigi.

3. Bagi perkembangan ilmu

a. Sebagai salah satu sumber acuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran gigi khususnya esthetic dentistry mengenai pemutihan gigi.

b. Sebagai salah satu pengetahuan tambahan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemutihan gigi.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka 1. Gigi

a. Anatomi

Gigi terdiri dari mahkota, akar, dan servikal. Mahkota adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan email. Akar gigi adalah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan didukung oleh tulang alveolar. Servikal adalah batas antara jaringan sementum dan email, yang merupakan pertemuan antara mahkota dan akar gigi (Harshanur, 2012).

Komponen-komponen gigi terdiri dari email, dentin, pulpa dan sementum. Email merupakan struktur yang paling keras dari gigi yang terdiri dari 96-98% kristal hidroksiapatit dan sisanya berupa air dan materi organik fibrosa (Mann dan Dickinson, 2006). Dentin merupakan bagian yang berada dibawah lapisan email, memiliki warna agak kekuningan dan mengandung 20% mineral organik dan 80% mineral anorganik. Pulpa merupakan bagian lunak di dalam gigi yang mengandung 75% air dan 25% bahan sensitif berupa glukosaminoglikan, glikoprotein, proteoglikan dan fibroblas (Dofka, 2000).

b. Warna

Warna gigi terdiri dari tiga dimensi yaitu hue, chroma dan value. Hue merupakan nama dari warna ( merah, orange, kuning, hijau, biru,


(23)

indigo dan ungu). Gigi permanen yang masih muda memiliki hue yang hampir sama. Hue pada warna gigi akan lebih bervariasi seiring bertambahnya usia. Chroma merupakan intensitas dari hue, semakin bertambahnya usia maka chroma akan semakin meningkat. Chroma pada warna gigi akan berkurang apabila dilakukan bleaching. Value dapat dilihat dari gelap terangnya warna gigi, dimana value yang tinggi menunjukkan bahwa gigi berwarna terang sedangkan value yang rendah menunjukkan gigi berwarna gelap (Ascheim dan Dale, 2001).

Sundoro (2005) mengungkapkan bahwa email memiliki sifat translusen yang dapat memancarkan warna dari dentin, hal inilah yang menyebabkan gigi pada usia tua berwarna lebih gelap dari gigi pada usia muda, karena semakin tua email akan semakin tipis. Perubahan ketebalan email tersebut dapat disebabkan oleh adanya abrasi dan atau atrisi, sebaliknya dentin justru mengalami penebalan dengan terbentuknya dentin sekunder dan dentin tersier (Jenssen dan Tran, 2011).

Warna normal gigi desidui adalah putih kebiru-biruan sedangkan warna gigi permanen adalah kuning keabu-abuan, putih keabu-abuan, atau putih kekuning-kuningan (Grossman dkk., 2010). Warna gigi dipengaruhi oleh struktur gigi yaitu email, dentin dan pulpa. Perubahan dari ketiga struktur tersebut akan berpengaruh terhadap warna gigi (Jenssen dan Tran, 2011). Faktor luar yang mempengaruhi warna gigi dapat berupa noda makanan dan minuman, noda rokok, plak, maupun restorasi amalgam (Barlett dan Brunton, 2005).


(24)

c. Klasifikasi perubahan warna

Perubahan warna gigi dapat terjadi saat gigi erupsi atau akibat prosedur perawatan gigi (Walton dan Torabinejad, 2008). Terdapat dua macam diskolorisasi yaitu diskolorisasi intrinsik dan diskolorisasi ekstrinsik (Kwon dkk., 2009).

Diskolorisasi intrinsik adalah perubahan warna yang terjadi pada bagian dalam gigi, misalnya pewarnaan pada lapisan dentin. Faktor yang menyebabkan diskolorasi intrinsik adalah trauma gigi yang mengakibatkan kematian jaringan pulpa, perdarahan pada waktu ekstirpasi, serta obat-obatan dan bahan dalam saluran akar. Hal tersebut dapat menyebabkan masuknya warna hasil dekomposisi jaringan pulpa, darah, dan obat ke dalam tubuli dentin (Sundoro, 2005). Diskolorasi intrinsik juga dapat disebabkan oleh noda yang berasal dari dalam email dan dentin seperti stain tetracycline, gigi nekrosis, dan dentinogenesis imperfekta (Ascheim dan Dale, 2001).

Diskolorisasi ekstrinsik terjadi pada permukaan luar gigi dan biasanya berasal dari bahan yang dikonsumsi sehari-hari, seperti misalnya noda tembakau, teh, dan kopi (Odell, 2004). Tembakau dapat menimbulkan noda karena tar yang mengendap pada permukaan gigi (Sundoro, 2005). Diskolorasi ini lebih mudah dihilangkan yaitu dengan cara eksternal seperti teknik abrasi pumis-asam dan mouthguard bleaching (Walton dan Torabinejad, 2008).


(25)

Teh merupakan salah satu minuman yang menyebabkan diskolorasi ekstrinsik. Kandungan tanin pada teh menjadi penyebab utama yang dapat memicu diskolorasi pada gigi. Konsumsi teh secara rutin dapat mengakibatkan pengendapan tanin pada permukaan email. Endapan tanin menyebabkan warna lapisan email berubah menjadi lebih gelap (Margareta, 2012).

d. Interpretasi Warna Gigi

Interpretasi warna gigi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen, diantaranya shade guide, spectrophotometer, colorimeter, dan kamera digital yang dilengkapi red, green, blue (RGB) devices (Ahmad, 2006).

Shade guide dinilai kurang akurat dalam menginterpretasikan warna karena persepsi terhadap warna dinilai secara subyektif, dimana hal tersebut dipengaruhi keterampilan dari praktisi itu sendiri (Basavanna dkk., 2013). Jenis shade guide yang banyak digunakan adalah Vitapan Classical dan Vitapan 3D Master. Vitapan Classical shade guide memiliki 16 warna, yaitu A1-A4 (merah-cokelat), B1-B4 (merahkuning), C1-C4 (abu-abu), D1-D4 (merah-abu-abu) (Paravina dan Powers, 2004).


(26)

Vitapan 3D Master shade guide memiliki 26 warna, antara lain: 1M1, 1M2, 2M1, 2M2, 2M3, 2L1.5, 2L2.5, 2R1.5, 2R2.5, 3M1,3M2, 3M3, 3L1.5, 3L2.5, 3R1.5, 3R2.5, 4M1, 4M2, 4M3, 4L1.5, 4L2.5, 4R1.5, 4R2.5, 5M1,5M2, 5M3 (Paravina dan Powers, 2004).

Gambar 2. Vitapan 3D Master (Basavanna dkk., 2013)

Penggunaan Spectrophotometer, colorimeter, dan kamera digital yang dilengkapi red, green, blue (RGB) devices dinilai lebih objektif dan lebih konsisten dibanding shade guide karena dalam menggunakan instrumen berbasis teknologi tidak dipengaruhi oleh kemampuan mata praktisi, pencahayaan, dan lingkungan (Kwon dkk., 2009).


(27)

Gambar 4. Colorimeter (Basavanna dkk., 2013)

Colorimeter dinilai kurang akurat karena data relatif mudah untuk dimanipulasi oleh pengguna sedangkan kamera digital yang dilengkapi red, green, blue (RGB) devices dinilai kurang akurat karena interpretasi software sangat bergantung pada kualitas gambar. Spectrophotometer adalah instrument paling akurat dibanding colorimeter dan kamera digitalyang dilengkapi red, green, blue (RGB) devices (Ahmad, 2006).

Cara kerja dari spectrophotometer dalam mengukur warna gigi terdiri beberapa proses, yaitu cahaya dijatuhkan pada permukaan email tiap spesimen melalui suatu optical fiber. Cahaya yang mengenai email sebagian dipantulkan dan sebagian lain diserap oleh pigmen-pigmen yang terdapat pada gigi, termasuk pigmen warna. Sebagian cahaya yang dipantulkan tadi sebagian ditangkap oleh alat untuk kemudian dihitung (Ascheim dan Dale, 2001).


(28)

Gambar 5. Spectrophotometer

Ascheim dan Dale (2001) menyatakan bahwa semakin putih suatu benda maka akan semakin banyak cahaya yang diserap, sehingga semakin sedikit cahaya yang dipantulkan. Sedikitnya cahaya yang dipantulkan akan menghasilkan nilai dE*ab yang semakin kecil, maka dari itu semakin putih suatu benda maka nilai dE*ab juga semakin kecil. 2. Bleaching atau Pemutihan Gigi

a. Definisi bleaching atau pemutihan gigi

Pemutihan gigi adalah suatu prosedur mencerahkan warna gigi dengan menggunakan agen kimia dengan tujuan mengoksidasi pigmen organik pada gigi (Garg dan Garg, 2008).


(29)

b. Sejarah bleaching

Berikut merupakan sejarah bleaching menurut Kwon dkk. (2009): Tabel 1. Sejarah bleaching.

Tahun Nama Penemu

Material Diskolorasi 1848 Dwinelle Klorida Gigi non vital 1868 Latimer Asam oksalat Gigi vital 1877 Chapper Asam oksalat dan asam

hidroklorit

Semua diskolorasi 1884 Harlan Hidrogen Peroksida Semua

diskolorasi 1958 Pearson Penggunaan hidrogen

peroksida 35% untuk bagian dalam gigi dan menyarankan hidrogen peroksida 25% dan eter 75% dengan

menggunakan aktifasi lampu

Gigi non vital

1961 Spasser Teknik walking bleach (sodium perborat + air)

Gigi non vital 1968 Klusmier Konsep home bleaching Gigi vital 1988 Coastal

Dental Study

Teknik mouthguard bleaching

Gigi vital

c. Bahan bleaching

Berbagai macam bahan bleaching seperti sodium hipoklorit, sodium perborat, dan hidrogen peroksida telah digunakan mulai tahun 1864 (Garg dan Garg, 2008). Penggunaan asam oksalat sebagai bahan pemutih gigi diperkenalkan oleh Chapple pada tahun 1877 (Kwon dkk., 2009). Bahan asam oksalat ini termasuk dalam bahan oksidator dan digunakan untuk gigi non-vital (Greenwall, 2001).


(30)

Hidrogen peroksida dan karbamid peroksida adalah bahan yang paling sering digunakan (Patil, 2002). Hidrogen peroksida merupakan bahan pengoksidasi kuat melalui pembentukan molekul oksigen reaktif, radikal bebas, dan anion hidrogen peroksida. Molekul reaktif ini menyerang rantai panjang, molekul chromopore berwarna gelap, dan membaginya menjadi bagian yang lebih kecil, sedikit warna, dan lebih berdifusi (Garg dan Garg, 2008).

Hidrogen peroksida yang paling umum digunakan adalah Superoksol dan Perhidrol (Walton dan Torabinejad, 2008). Superoksol adalah hidrogen peroksida dengan konsentrasi 30-35% (Ingle, 2009). Perhidrol adalah hidrogen peroksida dengan konsentrasi 30% (Silva, dkk., 2010). Hidrogen peroksida harus ditangani dengan hati-hati karena sifatnya yang tidak stabil, melepas oksigen dan dapat meledak. Cara menghindari bahaya tersebut adalah dengan meletakkan bahan di dalam lemari pendingin dan disimpan dalam botol gelap (Walton dan Torabinejad, 2008).

Bahan lain yang dapat digunakan untuk bleaching adalah karbamid peroksida. Karbamid peroksida merupakan bahan pemutih gigi yang berasal dari urea yang terurai menjadi CO2 dan ammonia. PH tinggi pada ammonia inilah yang memfasilitasi prosedur bleaching (Garg dan Garg, 2008). Bahan ini berkontak dengan gigi dalam waktu yang lebih lama dibanding hidrogen peroksida untuk mendapatkan hasil yang


(31)

efisien. Karbamid peroksida lebih sedikit mengiritasi gingiva dibandingkan hidrogen peroksida (Patil, 2002).

Karbamid peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi antara 3% sampai 15%. Konsentrasi yang umum tersedia di pasaran adalah konsentrasi 10% dengan pH rata-rata 2 sampai 6,5 (Walton dan Torabinejad, 2008). Karbamid peroksida akan terpecah menjadi 3% sampai 5% hidrogen peroksida dan 5% sampai 7% urea setelah pengaplikasian berlangsung karena berkontak dengan air (Brenna dkk., 2012).

Bleaching juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahan sodium perborat. Sodium perborat merupakan bahan pemutih gigi berupa serbuk berwarna putih dan biasanya disediakan dalam bentuk granular yang harus dihaluskan terlebih dahulu menjadi serbuk untuk kemudian digunakan. Serbuk ini larut dalam air dan terurai menjadi sodium metaborat dan hidrogen peroksida dengan melepaskan oksigen. Penumpatan pada kamar pulpa menggunakan sodium perborat, akan menyebabkan oksidasi dan secara perlahan-lahan akan mengubah warna stain pada gigi. Sodium perborat hanya dapat digunakan untuk memutihkan gigi non vital (Walton dan Torabinejad, 2008). Prosedur ini dinamakan walking bleach (Nagaveni dkk., 2011).

Bahan pemutih gigi yang ideal mempunyai beberapa kriteria seperti mudah pengaplikasiannya, derajat keasaman netral, efisien, berkontak dengan jaringan lunak tidak terlalu lama, diperlukan dalam


(32)

jumlah yang minimum, tidak mengiritasi, tidak merusak gigi, serta mudah dikontrol sesuai kebutuhan pasien. Hasil dari prosedur bleaching yang dilakukan dipengaruhi oleh konsentrasi bahan bleaching, kemampuan bahan mencapai molekul chromopore, dan durasi serta waktu berkontaknya bahan dengan molekul chromopore (Garg dan Garg, 2008).

Bahan bleaching seperti hidrogen peroksida, natrium perborat dan karbamid peroksida memiliki beberapa efek samping diantaranya dapat menyebabkan iritasi gingiva, hipersensitivitas gigi, menurunnya kekerasan email, resorpsi akar gigi dan sifatnya yang karsinogenik serta toksik (Garg dan Garg, 2008)

d. Faktor yang mempengaruhi bleaching

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemutihan gigi adalah waktu, kebersihan permukaan gigi, konsentrasi larutan, suhu, tingkat oksigen melepaskan radikal bebas, kekentalan larutan, masa penyimpanan bahan, umur pasien, perubahan frekuensi bahan pemutih gigi, warna asli gigi, lokasi dan kedalaman diskolorasi (Garg dan Garg, 2008).

Kekuatan oksidator dalam bahan bleaching merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh dalam proses pemutihan gigi karena semakin kuat oksidator bahan bleaching maka semakin baik pula hasil pemutihan gigi yang diperoleh sehingga dapat merubah derajat warna gigi menjadi lebih putih (Patil, 2002).


(33)

e. Mekanisme bleaching

Proses pemutihan gigi bergantung dengan penurunan berat dan tinggi molekul organik yang merefleksikan panjang gelombang cahaya dan kemudian berperan terhadap warna stain. Hasil dari proses penurunan ini adalah berat molekul yang lebih rendah dan tersusun atas beberapa molekul organik yang merefleksikan sedikit cahaya, serta dapat mereduksi dan menghilangkan diskolorasi. Tingkat perubahan warna dipengaruhi oleh perubahan frekuensi larutan, lamanya bahan bleaching berkontak dengan gigi, kekentalan material, tingkat pelepasan oksigen, lokasi, kedalaman diskolorasi, dan tingkat degradasi material (Garg dan Garg, 2008).

Bahan yang digunakan sebagai bleaching dapat berupa reduktor dan oksidator, namun yang banyak digunakan adalah oksidator (Walton dan Torabinejad, 2008). Asam oksalat merupakan salah satu bahan pemutih oksidator (Greenwall, 2001).

O2 + H2C2O4 H2O2 + 2 CO2 (oksigen) (asam oksalat) (peroksida) (karbondioksida) Gambar 6. Perubahan asam oksalat menjadi peroksida (Rohman dan Gandjar, 2007).

Mekanisme bahan oksidator dalam memutihkan gigi adalah bahan oksidator akan mengoksidasi pigmen pada gigi dengan cara melepas oksigen sebagai radikal bebas (Meizarini dan Rianti, 2005).


(34)

H2O2 H2O + O+ (peroksida) (air) (radikal bebas)

H+ + HO2 (hidrogen) (radikal bebas)

Gambar 7. Mekanisme pemutihan gigi (Patil, 2002).

Hidrogen peroksida berdifusi ke dalam email kemudian menghasilkan radikal bebas. Radikal bebas yang diproduksi mempunyai elekton yang tidak sepasang. Elektron ini tidak stabil sehingga akan menyerang molekul organik lainnya untuk mencapai kestabilan Elektron ini kemudian diterima oleh stain pada gigi dan mengalami oksidasi sehingga mengurangi zat warna organik (Patil, 2002).

f. Teknik bleaching

Teknik bleaching terdiri dari teknik eksternal dan teknik internal (Walton dan Torabinejad, 2008). Brenna dkk. (2012) membagi teknik bleaching secara eksternal menjadi dua macam yaitu office bleaching dan home bleaching. In office bleaching dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan stain pada gigi seperti stain tetrasiklin maupun pemutihan gigi setelah perawatan endodontik (Ascheim dan Dale, 2001). Home bleaching merupakan suatu teknik yang lebih sederhana menggunakan tray yang dapat digunakan oleh pasien untuk memutihkan gigi di rumah. Tray dipakai beberapa jam dalam sehari. Teknik ini


(35)

mempunyai rata-rata kesuksesan 98% pada stain non tetrasiklin dan 86% untuk stain tetrasiklin pada gigi (Dunitz, 2001).

Home bleaching mempunyai keuntungan diantaranya mempunyai metode yang sederhana, mudah dimonitor oleh dokter gigi, dan dapat dilakukan sendiri oleh pasien. Kekurangan dari penggunaan home bleaching adalah membutuhkan pasien yang sangat kooperatif, perubahan warna tergantung pada lamanya pemakaian trays, dan adanya kesempatan pasien untuk menggunakan bahan dengan jumlah yang berlebihan tiap harinya (Garg dan Garg, 2008).

Teknik mikroabrasi termasuk dalam teknik bleaching eksternal. Teknik ini dilakukan oleh dokter gigi dengan mengaplikasikan asam hidroklorit 18% dan pumis pada permukaan email gigi dan digerakkan memutar menggunakan contra angle dengan kecepatan rendah selama 5 detik. Teknik ini diulangi sampai warna yang diinginkan tercapai (Walton dan Torabinejad, 2008).

Teknik bleaching secara internal terdiri dari teknik termokatalitik dan teknik walking bleach. Teknik termokatalitik melibatkan peletakan bahan oksidator di dalam kamar pulpa dan menggunakan panas. Panas ini diperoleh dari lampu, alat yang dipanaskan, atau pemanas listrik yang dibuat khusus untuk memutihkan gigi (Walton dan Torabinejad, 2008).

Salah satu teknik bleaching internal adalah walking bleach. Teknik walking bleach dilakukan pada gigi non vital (Patil, 2002). Teknik ini bisa dilakukan pada kunjungan yang sama ketika obturasi.


(36)

Gigi yang berubah warna akan terlihat lebih putih setelah perawatan (Dunitz, 2000). Teknik walking bleach dilakukan dengan cara menaruh bahan pemutih gigi yaitu campuran antara sodium perborat dan hidrogen peroksida pada kamar pulpa yang sebelumnya telah dilakukan pembuangan gutta percha sampai batar orifis (Patil, 2002).

Diskolorasi pada gigi juga dapat diatasi dengan veneer. Veneer adalah sebuah bahan pelapis yang sewarna dengan gigi yang diaplikasikan pada sebagian atau seluruh permukaan gigi yang mengalami kerusakan atau pewarnaan intrinsik (Gurel, 2003). Veneer mempunyai keuntungan diantaranya memerlukan waktu yang lebih singkat, hasil yang memuaskan, gigi terlihat mempunyai bentuk dan warna yang normal (Patil, 2002). Veneer dapat diaplikasikan untuk mengkoreksi diastemata, menutupi diskolorasi pada gigi, menutupi defek pada email, dan mengkoreksi malposisi gigi (Ascheim dan Dale, 2001). 3. Belimbing Manis

a. Klasifikasi

Belimbing mempunyai dua spesies, yaitu Averrhoa bilimbi (belimbing wuluh) dan Averrhoa carambola (belimbing manis) (Kabumaini, 2008). Belimbing manis diklasifikasikan dalam teori binomial nomenklatur sebagai berikut:

Super-divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Sub-divisi : Angiospermae


(37)

Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Oxalidales Suku : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa dan Oxalis Spesies : Averrhoa carambola L (Purwaningsih, 2007)

Gambar 8. Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.) b. Nama Lain

Sinonim dari (Averrhoa carambola L.) adalah A. petandra Blanco. Nama daerah belimbing manis di Sumatera adalah asam jorbing,. Belimbing manis disebut dengan bilimbing amis, belimbing legi, balimbing manes, dan blimbing lengger di Pulau Jawa. Sulawesi menyebut belimbing manis dengan sebutan lumpias manis, rumpiasa, dan lumpiat moromanit. Maluku menyebut belimbing manis dengan baknil kasluir, malibi totofuo, balibi totofuo, dan tufuo (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006)


(38)

c. Morfologi

Pohon Belimbing mempunyai tinggi 5-8 meter. Batang pohon belimbing berkayu dan bercabang banyak. Bunga pohon belimbing berwarna merah muda (Sobir dan Amalya, 2013).

Daun belimbing berupa daun majemuk meyirip ganjil dengan anak daun berbentuk bulat telur, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas mengkilap, permukaan bawah buram. Biji berwarna putih kecokelatan, pipih, berbentuk elips dengan kedua ujung lancip (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006).

Buah belimbing manis mempunyai bentuk yang unik dan menarik karena mempunyai penampang melintang berbentuk bintang. Buah ini dijuluki star fruit. Bentuk bintang tersebut terbentuk dari sayap buah belimbing manis yang biasanya berjumlah lima (Citrosupomo, 2000). d. Jenis belimbing manis

Kabumaini (2008) menjelaskan terdapat 13 jenis belimbing yang dikenal di Indonesia, yaitu:

1) Belimbing bangkok

Belimbing jenis ini berasal dari Thailand. Mempunyai buah yang berbentuk lonjong dengan panjang 5 hingga 20 cm dan diameter sekitar 10 cm. Buah yang sudah matang berwarna kuning kemerahan. Bagian pinggir dari belimbing tetap berwarna hijau meskipun telah matang. Bentuk belimbing melebar dan berdaging pipih. Rasa buahnya manis dan mengandung banyak air. Buah


(39)

belimbing bangkok mempunyai berat rata-rata 165 gram. Buah ini sering dimanfaatkan sebagai induk silangan oleh petani dan penangkar bibit.

2) Belimbing demak kapur.

Belimbing manis ini berasal dari Demak, Jawa Tengah. Menteri Pertanian menetapkan belimbing manis ini sebagai varietas unggul. Rasanya manis menyegarkan karena mengandung banyak air dan mempunyai warna buah putih merata. Tekstur daging buahnya agak halus dengan aroma yang harum. Bijinya sedikit, antara 5 hingga 10 biji per buah dengan bentuk lonjong, pipih kecil, dan ujungnya meruncing. Ukuran buah cukup besar dengan berat rata-rata 150-300 buah pohon per tahun. Pohon dapat berbuah terus sepanjang tahun mulai umur 2 hingga 3 tahun.

3) Belimbing demak kunir

Belimbing ini berasal dari daerah yang sama dengan belimbing demak kapur. Warna buah kuning keemasan merata. Rasanya sangat manis dan mengandung banyak air. Aromanya harum dan tajam. Berat rata-rata 200-350 gram per buah. Pohon buah belimbing demak kunir mencapai 150-350 buah per tahun. Produktivitas buahnya dimulai pada saat pohon berumur 2-3 tahun. jenis belimbing ini juga dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul.


(40)

4) Belimbing wulan

Jenis belimbing ini merupakan hasil persilangan dari belimbing demak kunir dan belimbing demak jingga. Dikembangkan pertama kali di daerah Madiun, Jawa Timur. Nama Wulan berasal dari nama penyilangnya. Buah berbentuk bulat lonjong dan mempunyai warna kuning kemerahan. Buah tidak berserat dengan rasa manis dan menyegarkan karena mempunyai banyak kandungan air. Berat rata-rata buah antara 300-400 gram. Panjang buah dapat mencapai 16,5 cm dengan diameter 10 cm. 5) Belimbing taiwan

Belimbing ini berasal dari Taiwan. Di negara asalnya disebuat ruan ce yang don. Di Indonesia pertama kali ditanam di daerah Yogyakarta. Bentuk buah seperti jenis belimbing lain dan cenderung tidak memanjang.

Warna pinggir belimbing berwarna hijau meskipun buah sudah matang. Warna buah kuning dan rasanya manis. Buahnya mempunyai aroma yang harum. Kandungan airnya banyak, namun daging buahnya berserat. Ukuran belimbing Taiwan termasuk besar dengan panjang mencapai 20 cm dan keliling 30 cm.

6) Belimbing wijaya

Belimbing ini pertama kali dikembangkan di daerah Pati, Jawa Tengah. Merupakan hasil silangan dari belimbing bangkok


(41)

dan belimbing demak kunir. Nama buah diambil dari nama penyilangnya.

Kelebihan dari buah ini adalah rasanya yang sangat manis. seringkali jenis belimbing ini disebut dengan julukan belimbing madu. Daging buahnya tidak berserat dan segar karena kandungan airnya banyak. Berat rata-ratanya sekitar 160 g dengan panjang buah rata-rata 16 cm. Bentuk buah lonjong dan warnanya kuning. 7) Belimbing sembiring

Belimbing sembiring dikembangkan pertama kali di daerah Pancur Batu, Medan. Namanya diambil dari orang yang berhasil mengembangkan jenis belimbing ini. Bentuk buah relatif tidak begitu lonjong. Rasa buah manis dan menyegarkan karena mengandung banyak air. Warnanya kuning menyala dan terlihat cukup menarik. Ukuran buahnya cukup besar, panjang dapat mencapai 15 cm dan dengan diameter lebih dari 10 cm. Berat rata-rata 300 gram per buah. Pohon mempunyai produktivitas tinggi dengan rata-rata pohon menghasilkan 300 buah.

8) Belimbing siwalan

Belimbing jenis ini banyak ditemukan dan ditanam di daerah Siwalan, Tuban, Jawa Timur. Induk asli dari jenis ini berasal dari Surabaya. Belimbing yang rasanya manis dan menyegarkan ini mempunyai warna kuning keemasan. Daging buahnya berserat. Ukuran buah tidak begitu besar, dengan panjang


(42)

rata-rata 10 cm dan diameter 7 cm. Buah rata-rata mempunyai berat 150 gram. Belimbing siwalan dapat dipetik ketika berumur 60-75 hari.

9) Belimbing paris

Jenis belimbing paris banyak ditanam dan diusahakan di daerah Bojonggede dan Kelapa Dua, Bogor. Belimbing ini sebenarnya berasal dari daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Buah belimbing paris merupakan hasil silangan dari belimbing demak kapur dan belimbing kunir. Warna buah kuning kemerahan. Rasa buah belimbing paris manis, berserat, mengandung sedikit air.

Belimbing paris mempunyai ukuran rata-rata panjang buah 10 cm dengan diameter 7 cm dan berat berkisar 125-200 gram. Tingkat kematangan belimbing paris termasuk pendek. Buah akan matang dalam jangka 70-75 hari.

10) Belimbing penang

Buah ini berasal dari Penang, Malaysia dan sudah banyak diusahakan di Indonesia. Bentuk buah agak lonjong dengan panjang mencapai 17 cm. Warnanya kuning cenderung jingga. Belimbing ini cukup digemari dan telah dikenal baik oleh masyarakat Indonesia. Warna, aroma, dan kesegarannya merupakan daya tarik tersendiri sehingga buah penang mudah ditemukan di pasaran.


(43)

11) Belimbing filipina

Belimbing filipina berkembang di daerah Kebon Jeruk, Jakarta. Bentuk buah bulat lonjong dengan ujung meruncing. Warna buah kuning muda. Rasa manis dengan kandungan air cukup banyak. Ukuran buah dapat mencapai 15 cm dengan diameter 10 cm. Berat per buahnya 500-700 gram. Belimbing filipina termasuk jenis belimbing genjah karena kurang lebih 3 bulan sejak tanam sudah dapat menghasilkan buah.

12) Belimbing malaya

Kota Medan merupakan asal dari buah belimbing malaya. Belimbing malaya mempunyai warna yang cukup mencolok yaitu kuning keemasan. Rasanya manis dan teksturnya renyah. Ukuran panjangnya bisa mencapai 15 cm. Berat rata-rata per buahnya 200-400 gram. Tingkat kematangan jenis belimbing ini tergolong cepat. Kurang lebih 65-75 hari sejak munculnya bunga, buahnya sudah siap untuk dinikmati.

13) Belimbing demak jingga

Belimbing ini juga berasal dari daerah Demak, Jawa Tengah. Bentuk buah lonjong dengan lima buah rusuk. Warna buah kuning kemerahan. Rasa buah sepet dan mengandung banyak air. Belimbing demak jingga mempunyai aroma yang menggugah selera. Berat rata-rata 200-400 gram per buah. Produktivitas kira-kira 150-350 buah per pohon.


(44)

14) Belimbing dewi

Belimbing dewi berasal dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Belimbing dewi termasuk salah satu belimbing favorit dan mempunyai banyak penggemar. Jenis belimbing ini pernah meraih juara lomba buah-buahan non-langka. Belimbing dewi mempunyai bentuk buah agak bulat dan lonjong. Warnanya yang kuning kemerahan mengkilap tampak kontras dengan warna hijau pada pinggiran buahnya. Daging buah belimbing dewi padat, manis, dan mengandung sedikit air. Ukuran buah belimbing dewi panjang, dapat mencapai 15 cm dengan diameter lebih dari 10 cm. Berat rata-rata 200-250 gram dan dapat mencapai 500 gram. Belimbing dewi relatif dapat bertahan lebih tahan lama bila disimpan dalam suhu kamar.

Jenis belimbing manis yang paling sering dikonsumsi adalah belimbing manis demak kunir. Belimbing manis demak kunir mudah dijumpai di pasar dan mudah dibudidayakan. Belimbing manis demak kunir termasuk dalam varietas unggul yang memiliki rasa manis sedikit asam, aromanya harum dan teksturnya halus (Soenarjono, 2004).

e. Kandungan Gizi dan Kimia

Kandungan gizi pada buah belimbing manis (Averrhoa Carambola) diantaranya energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, serat, pektin, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niasin (Suwarto, 2010). Setap 100 gram buah belimbing manis


(45)

mengandung 36 kalori, 0,4 gram protein, 0,4 gram lemak, 8,8 gram karbohidrat, 4,0 mg kalsium, 12 mg fosfor, 1,1 mg zat besi, 170 SI vitamin A, 0,03 mg vitamin B, dan 35,0 mg vitamin C (Rukmana, 2008).

Patil dkk. (2010) menjelaskan beberapa kandungan kimiawi pada buah belimbing manis yang sudah matang. Buah belimbing manis mengandung protein terlarut sebanyak 0,85% berat buah. Kadar gula reduksi pada buah belimbing manis sebanyak 1,32% berat buah. Gula total sebesar 2,25% berat buah. Asam askorbat sebesar 18% berat buah. Asam amino sebesar 0,17% berat buah. Asam oksalat pada buah belimbing manis sebesar 1,04% berat buah. Buah belimbing manis mengandung pektin sebesar 5, 11% berat buah.

f. Khasiat dan Kegunaan

Belimbing banyak mengandung vitamin C yang khasiat sebagai antiinflamasi, analgesik, dan diuretik, sehingga baik untuk penyembuhan batuk, sariawan, sakit tenggorokan, hingga mengatasi demam (Olivia, 2015). Buah belimbing mempunyai kandungan antioksidan yang cukup tinggi yang berfungsi untuk menangkal radikal bebas (Asna, 2014).

Buah belimbing manis mempunyai khasiat menurunkan kolesterol. Pada dinding sel belimbing terdapat pektin yang merupakan bahan pembentuk gel di dalam usus. Terbentuknya gel tersebut mempunyai pengaruh untuk menurunkan kolesterol. Pektin mengikat kolesterol dan asam empedu dalam usus serta mendorong pengeluarannya (Kabumaini, 2008).


(46)

Pohon belimbing juga bermanfaat untuk lingkungan. Pohon belimbing mempunyai kemampuan sebagai stabilisator karena dapat menyerap gas-gas emisi kendaraan bermotor, menyaring debu, dan meredam getaran suara (Sobir, 2009).

g. Belimbing manis sebagai bahan pemutih gigi

Kandungan kimia belimbing manis yang bermanfaat untuk memutihkan gigi adalah asam oksalat. Para peneliti membuktikan bahwa senyawa ini mempunyai efek memutihkan gigi (Fauziah dkk., 2012).

Asam oksalat memiliki rumus kimia H2C2O4, saat mengalami oksidasi akan terpecah menjadi peroksida (Rohman dan Gandjar, 2007). Peroksida akan menghasilkan radikal bebas yang akan mengoksidasi pigmen warna gigi menjadi lebih putih (Brenna dkk., 2012).

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Fauziah dkk. (2012) menggunakan bahan belimbing wuluh yang mengandung asam oksalat kemudian dibandingkan dengan gigi yang direndam dengan karbamid peroksida. Hasil yang didapatkan menunjukkan perubahan warna email gigi setelah aplikasi dengan Averrhoa bilimbi dari A3 menjadi C1, A2, D2, B2, dan B1. Perubahan warna gigi secara homogen dari A3 ke B1 terjadi dalam aplikasi karbamid peroksida 10%. Urutan warna gigi dari terang ke gelap berdasarkan Vitapan Classical Shade Guide adalah B1, A1, B2, D2, A2, C1, C2, D4, A3, D3, B3, A3,5, B4, C3, A4, C4 (Paravina dan Powers, 2004).


(47)

Perubahan warna yang ditunjukkan pada hasil penelitian ini lebih jelas terjadi pada kelompok karbamid peroksida 10% (p=0,004) dibandingkan kelompok Averrhoa bilimbi (p=0,005). Perbedaan perubahan warna yang terjadi pada kedua kelompok tersebut berbeda bermakna (p=0,002). Penelitian ini menunjukkan bahwa Averrhoa bilimbi memiliki prospek yang baik sebagai bahan pemutih gigi karena penggunaannya dapat menimbulkan perubahan warna email, namun efektivitasnya masih di bawah 10% karbamid peroksida.

4. Ekstrak

Menurut Depkes (2000), ekstrak adalah sediaan kental yang didapatkan dengan cara mengekstraksi senyawa aktif dari simplisis nabati maupun hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir seluruh pelarut dievaporasi atau diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar yang telah ditetapkan. Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas.

a. Cara dingin

1) Metode maserasi adalah ekstrak simplisis yang menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada suhu ruangan.

2) Metode perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada suhu ruangan.


(48)

b. Cara panas

1) Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu, dan jumlah pelarut terbatas dengan adanya pendingin balik.

2) Soxhlet adalah ekstraksi yang menggunakan pelarut yang selalu baru dan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi secara terus-menerus dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.

3) Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan secara terus- menerus) pada suhu yang lebih tinggi dari suhu ruangan, yaitu 400C hingga 500C.

4) Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air. Bejana infus dicelupkan dalam penangas air mendidih dengan suhu 960C hingga 980C selama 15-20 menit.

5) Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dengan temperatur hingga titik didih air.


(49)

Gambar 9. Alat homogenciti


(50)

Gambar 11. Pengering bahan pada proses ekstraksi

B. Landasan Teori

Gigi merupakan bagian dari tubuh manusia yang menunjang kecantikan. Keindahan susunan dan warna gigi dapat mendukung rasa percaya diri seseorang. Warna normal gigi permanen adalah putih dengan sedikit kekuningan.

Gigi dapat mengalami pewarnaan atau sering disebut dengan diskolorasi gigi. Pewarnaan gigi dapat disebabkan secara intrinsik maupun ekstrinsik. Pewarnaan intrinsik dapat disebabkan oleh gangguan pada saat tahap pertumbuhan gigi seperti amelogenesis imperfecta. Pewarnaan ekstrinsik dapat disebabkan oleh noda teh maupun noda kopi.

Beberapa upaya telah dilakukan ilmuwan untuk mengatasi masalah pewarnaan pada gigi. Upaya tersebut dikenal dengan bleaching. Bleaching atau


(51)

pemutihan gigi merupakan bagian dari esthetic dentistry yang membantu banyak orang mengembalikan kepercayaan diri mereka.

Terdapat beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk bleaching. Hidrogen peroksida dan karbamid peroksida menjadi bahan yang lebih dikenal daripada bahan-bahan lain karena karakter mereka yang kuat dalam mengubah warna gigi menjadi lebih cerah. Bahan-bahan tersebut tidak jarang dapat menimbulkan iritasi sehingga perlu ditemukan bahan yang alami sehingga aman untuk dipakai dalam proses pemutihan gigi.

Asam oksalat merupakan salah satu contoh bahan bleaching. Asam oksalat adalah bahan oksidator yang dapat berdifusi ke dalam email dan menghasilkan radikal bebas yang menghasilkan elektron tidak stabil yang nantinya diterima oleh stain pada gigi. Stain mengalami oksidasi dan zat warna organik berkurang.

Belimbing manis mempunyai kandungan asam oksalat alami di dalamnya. Belimbing manis matang mengandung kandungan asam oksalat 1,04% dari berat total. Bahan alami di dalam buah belimbing tersebut dapat digunakan sebagai bahan pemutih gigi, dengan menggunakan teknik in home bleaching misalnya menggunakan buah dan sayur yang mengandung zat-zat pemutih gigi seperti asam oksalat yang terkandung dalam buah belimbing manis.


(52)

C. Kerangka Konsep

Gambar 12. Kerangka Konsep C. Hipotesis

Berdasarkan dari dasar teori di atas, maka dapat diambil hipotesis bahwa ekstrak buah belimbing manis mempunyai pengaruh dalam perubahan warna gigi dalam proses bleaching.

Diskolorisasi

Bleaching

Ekstrak belimbing manis (Averrhoa Carambola)

Asam oksalat Hidrogen

Peroksida

Karbamid peroksida

Sodium Perborat


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental murni laboratoris secara in vitro.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan penyinaran dilakukan di Laboratorium Evaluasi Teknik Tekstil Universitas Islam Indonesia (UII). Penelitian dilakukan pada tanggal 9 Nopember 2015 hingga tanggal 8 Januari 2016.

C. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gigi premolar yang sudah dicabut sebanyak 15 gigi. Semua sampel dibagi menjadi tiga kelompok uji sehingga tiap kelompok terdiri dari 5 gigi. Penentuan jumlah sampel didapatkan dari rumus Daniel dan Cross (2012).

n = jumlah sampel

z = nilai z pada kesalahan tertentu α , jika α = 0,05 maka z = 1,96 σ = standar deviasi sampel


(54)

Dengan kesalahan yang dapat diterima (d) = σ, maka: dengan

Maka jumlah sampel yang digunakan untuk setiap kelompok uji berjumlah 5 buah gigi.

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria inklusi

a. Gigi premolar

Gigi premolar rahang atas dan bawah, tidak mengalami atrisi dan abrasi. b. Buah belimbing manis

Buah belimbing manis demak kunir yang masih segar, dan sudah matang. c. Ekstrak belimbing manis

Ekstrak buah belimbing manis dari buah yang masih segar dan matang. 2. Kriteria eksklusi

a. Gigi dengan akar gigi perforasi dan karies. b. Belimbing manis yang sudah busuk.

c. Belimbing yang sudah lama disimpan sehingga kandungan di dalamnya sudah berubah.


(55)

e. Ekstrak buah belimbing manis yang sudah lama dan sudah berubah warnanya.

E. Variabel penelitian dan definisi operasional 1. Variabel Penelitian

a. Variabel pengaruh : Ekstrak buah belimbing manis 100% b. Variabel terpengaruh : Warna gigi

c. Variabel pengganggu 1) Variabel terkendali :

a) Jenis gigi : premolar rahang atas dan bawah b) Jenis buah : belimbing manis demak kunir c) Volume ekstrak buah

d) Volume akuades

e) Volume larutan karbamid peroksida

f) Konsentrasi ekstrak buah belimbing manis g) Waktu

2) Variabel tidak terkendali a) Umur gigi

b) Umur buah c) Warna buah d) Warna gigi 2. Definisi Operasional

a. Ekstrak buah belimbing manis adalah intisari dari buah belimbing manis demak kunir dari metode maserasi kinetik dengan konsentrasi 100%.


(56)

b. Warna gigi adalah kualitas warna mahkota gigi yang akan diamati mulai dari sebelum dilakukan penelitian sampai telah dilakukan bleaching dengan menggunakan ekstrak belimbing manis 100%

c. Spectrophotometer UV-2401 PC adalah alat pengukur derajat warna pada gigi dibuat oleh Shimadzu di Jepang.

F. Instrumen penelitian 1. Alat yang digunakan

a. Spectrophotometer UV-2401 PC b. Tabung/Botol kaca

c. Alat Tulis d. Selotip hitam e. Benang

2. Bahan yang digunakan

a. Ekstrak buah belimbing manis 100% b. Gigi

c. Akuades


(57)

Gambar 13. Pohon belimbing manis dalam penelitian.

G. Cara kerja

1. Tahap persiapan

a. Perendaman gigi pada larutan teh hitam

Gigi premolar sejumlah 15 direndam di larutan teh hitam selama 12 hari. Larutan teh dibuat dari 2 kantong teh hitam celup yang dimasukkan ke dalam 100 ml air panas, kemudian dibiarkan sampai larutan dingin. Perendaman bertujuan agar menimbulkan efek diskolorasi atau perubahan warna pada permukaan gigi. Teh hitam digunakan karena dapat memicu munculnya perubahan warna pada permukaan gigi.

b. Proses ekstraksi buah belimbing manis

Proses ekstraksi buah belimbing manis dilakukan di LPTT UGM. Proses ekstraksi buah belimbing manis dilakukan dengan cara mula-mula buah belimbing manis ditimbang dan dipotong-potong, lalu haluskan


(58)

dengan blender selama 30 menit dan dimaserasi selama 24 jam. Buah belimbing manis selanjutnya difiltrasi menggunakan corong bunchner dan diperoleh hasil filtrat dan residu dari buah belimbing manis tersebut. Residu dari buah belimbing manis diproses lagi seperti yang dijelaskan di atas sebanyak dua kali sehingga diperoleh filtrat dua lagi. Semua filtrat dari buah belimbing manis tersebut dievaporasi (diuapkan) dengan rotary evaporator pada suhu 40 – 50 C dan tekanan di bawah 1 atmosfer, ini akan menghasilkan ekstrak buah belimbing manis kental. Ekstrak yang masih kental tersebut kemudian dikeringkan dalam almari pengering selama 12 jam dan diperolehlah ekstrak murni dari buah belimbing. c. Pengukuran warna gigi

Pengukuran warna gigi dilakukan menggunakan spectrophotometer sebelum dilakukan perendaman ke dalam ekstrak buah belimbing manis. Spectrophotometer menghitung parameter warna pada jarak L*a*b, yang dibuat oleh Cominision International de I’Eclairage atau CIE pada tahun 1978. Sistem CIELAB menjelaskan tentang persepsi warna dalam tiga dimensi atau warna langsung. Seluruh warna ditegaskan pada tiga sumbu koordinat: L*,a* dan b*, L* yang memiliki jarak dari 0 (gelap) ke 100 (putih), menempati untuk penerangan atau lightness a* menempati warna dan saturasi pada sumbu merah hijau, b* menempati warna dan saturasi pada sumbu biru-kuning. Pada a* diekspresikan dingan single number dan b* diekspresikan dengan koordinat.


(59)

a+ : sampel berada pada posisi kemerahan a- : sampel berada pada posisi kehijauan b+ : sampel berada pada posisi kekuningan b- : sampel berada pada posisi kebiruan

Pengendalian sinar pada spectophotometer dilakukan dengan menggunakan selotip hitam. Selotip hitam dilekatkan pada bagian akar gigi karena selotip hitam mempunyai nilai 0 (gelap). Sinar ditembakkan mengenai mahkota gigi.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Perendaman gigi pada ekstrak belimbing manis

1) Tiga buah tabung disiapkan, setiap tabung diisi bahan yang berbeda dengan volume masing-masing 30 ml.

2) Lima belas gigi dimasukkan ke dalam tiga tabung yang berbeda dengan rincian sebagai berikut:

a) Lima gigi dimasukkan ke dalam ekstrak buah belimbing manis 100%.

b) Lima gigi dimasukkan ke dalam air sebagai kontrol negatif.

c) Lima gigi dimasukkan ke dalam larutan karbamid peroksida 10% sebagai kontrol positif.

3) Semua gigi direndam selama 126 jam.

b. Pengukuran warna gigi kembali dengan spectophotometer

Gigi yang telah direndam selama 126 jam lalu diangkat dan dilakukan penyinaran. Kemudian diukur derajat warnanya menggunakan


(60)

spectrophotometer. Pengukuran warna gigi setelah dilakukan perendaman menggunakan spectophotometer dengan cara yang sama seperti mengukur warna gigi sebelum dilakukan perendaman. Bagian akar gigi diberi selotip hitam lalu dimasukkan dalam spectrophotometer. Penembakan arah sinar diarahkan ke mahkota gigi.

H. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik inferensial parametri, yaitu suatu prosedur pengambilan kesimpulan statistik berdasarkan dari data interval atau rasio. Analisa data sebelum dan sesudah pemutihan gigi dilakukan dengan uji t-Test berpasangan untuk mengetahui perubahan warna antara sebelum dan sesudah perendaman dengan ekstrak sampel buah belimbing manis antar tiap kelompok. Sebaran data yang tidak normal dapat dilanjutkan dengan uji wilcoxon. Perbedaan nilai sebelum dan sesudah perendaman dilakukan dengan uji normalitas untuk mengetahui sebaran data dan apabila normal dilakukan analisis parametrik dengan uji One Way Anova yang berfungsi untuk menguji sebuah data rancangan eksperimen dengan rancangan lebih dari dua sampel. Dilakukan uji berikutnya yaitu LSD (Least Signifance Difference) untuk mengetahui beda rata-rata antar kelompok perlakuan yaitu antara gigi yang direndam selama 126 jam dengan ekstrak buah belimbing 100%, akuades sebagai kontrol negatif, dan karbamid peroksida 10% sebagai kontrol positif). Sebaran data yang tidak normal menggunakan uji Kruskal Wallis


(61)

J. Alur Penelitian

Gambar 14. Alur penelitian

Gigi premolar utuh Berjumlah 15

Diukur warna setelah diskolorasi menggunakan

spectrophotometer

Buah belimbing manis demak kunir

5 Gigi direndam dalam ekstrak buah belimbing manis 100% selama 126

jam 5 Gigi direndam dalam

larutan karbamid peroksida 10% selama 126 jam sebagai kontrol positif 5 Gigi direndam dalam

air selama 126 jam sebagai kontrol negatif

Derajat perubahan warna gigi diukur menggunakan

spectrophotometer

data

Analisis data Gigi direndam dengan larutan

teh hitam selama 12 hari

Ekstrak buah belimbing manis 100% dengan teknik

maserasi kinetik Diukur warna awal gigi

menggunakan


(62)

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan derajat warna gigi sebelum dan sesudah direndam ekstrak belimbing manis 100%. Gigi yang digunakan terlebih dahulu dilakukan diskolorasi dengan merendamnya dalam larutan teh selama 12 hari dilanjutkan dengan merendam 5 gigi ke dalam ekstrak belimbing manis. Akuades digunakan untuk merendam 5 gigi sebagai kontrol negatif. Karbamid peroksida 10% digunakan untuk merendam 5 gigi sebagai kontrol positif. Waktu perendaman adalah 126 jam dan konsentrasi belimbing manis yang digunakan adalah 100%. Warna gigi diukur dengan menggunakan spectrofotometer untuk menentukan nilai warna gigi (dE*ab). Berikut tabel data hasil pengukuran:

Tabel 2. Data nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah gigi direndam selama 126 jam.

No

Nilai warna (dE*ab) Ekstrak Belimbing

Manis 100%

Akuades (kontrol negatif)

Karbamid Peroksida 10%

(kontrol positif) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 1 99.81 95.20 99.50 99.32 99.26 93.13 2 99.44 95.32 99.70 99.48 99.91 93.29 3 99.53 95.40 99.37 99.12 99.59 93.23 4 99.82 95.33 99.59 99.26 99.53 93.35 5 99.85 95.48 99.53 99.34 99.41 93.12


(64)

Tabel 2 menunjukkan bahwa terjadi perubahan nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah gigi direndam pada ekstrak belimbing manis 100%, karbamid peroksida, dan akuades. Nilai sebelum perendaman lebih besar dari pada nilai sesudah perendaman, artinya terdapat perubahan warna pada sampel. Data pada tabel 2 dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Sh Shapiro-Wilk dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 3. Uji normalitas Shapiro-Wilk

No Bahan yang digunakan

Signifikansi Sebelum sesudah 1 Ekstrak belimbing manis 100% 0.096 0.926

2 Akuades 0.980 0.927

3 Karbamid peroksida 10% 0.827 0.520

Uji normalitas menunjukkan pada ekstrak belimbing manis 100% mempunyai nilai signifikansi sebelum sebesar 0,096 dan sesudah sebesar 0,926. Akuades mempunyai nilai signifikansi sebelum sebesar 0.980 dan sesudah sebesar 0.927. Karbamid peroksida mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.827 dan sesudah 0.520. Seluruh nilai signifikansi menunjukkan p>0,05 yang berarti bahwa sebaran data pada ketiga konsentrasi tersebut adalah normal, dengan demikian dapat dilakukan uji t-test berpasangan untuk mengetahui perubahan warna antara sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis 100%,


(65)

akuades, dan karbamid peroksida 10% selama 126 jam. Hasil uji t-test berpasangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Uji t-test berpasangan

No Nilai warna sebelum dan sesudah perlakuan Rata-rata Interval kepercayaan 95% Signifikansi Nilai terendah Nilai tertinggi 1 Ekstrak

belimbing manis 100%

4.34400 4.07430 4.61370 0.000 2 Akuades 0.23400 0.15919 0.30881 0.001 3 Karbamid

peroksida 10% 6.31600 6.07706 6.55494 0.000 Uji t-Test berpasangan menunjukkan signifikansi pada sampel uji (ekstrak belimbing manis) p=0,000, pada kontrol positif (Karbamid peroksida 10%) p=0,000, pada kontrol negatif (akuades) p=0.001 (p<0.05), artinya terdapat perbedaan rata-rata nilai warna (dE*ab) yang signifikan sebelum dan sesudah 126 jam perendaman gigi dengan ketiga bahan tersebut.

Penelitian ini menggunakan uji One Way Anova untuk menguji data tidak berpasangan yang lebih dari 2 kelompok.

Tabel 5. Data selisih nilai warna (dE*ab)

No

Selisih nilai warna (dE*ab) Ekstrak belimbing

manis 100%

Akuades Karbamid peroksida 10%

1 4.61 0.18 6.13

2 4.12 0.22 6.62

3 4.13 0.25 6.36

4 4.49 0.33 6.18

5 4.37 0.19 6.29


(66)

Tabel 5 menunjukkan selisih nilai warna (dE*ab) pada masing-masing bahan yang yang digunakan. Terdapat penurunan nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman ekstrak belimbing manis 100%, akuades, dan karbamid peroksida 10%. Selisih nilai paling besar terjadi pada perendaman dengan karbamid peroksida 10%.

Tabel 6. Homogenitas

Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi Berdasarkan rata-rata 0,074 Berdasarkan nilai tengah 0,162

Hasil tes homogenitas berdasar rata-rata sebesar 0,074 yang artinya data sudah homogen karena p>0,05.

Tabel 7. Uji One Way Anova

Selisih nilai warna (dE*ab) Signifikansi Antar kelompok konsentrasi 0,000

Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna, artinya terdapat pengaruh ketiga bahan yang digunakan terhadap perubahan warna gigi.

Uji Post Hoc LSD (Least Significance Difference dilakukan untuk mengetahui bahan yang memiliki tingkat keefektivitasan memutihkan gigi paling baik.


(67)

Tabel 8. Hasil uji Post Hoc

Perbandingan bahan Perbedaan rata-rata Signifikansi Ekstrak

belimbing manis

Akuades 4.11400 0,000

Akuades Karbamid peroksida

-6.08200 0,000

Karbamid peroksida

Ekstrak belimbing

manis

1.96800 0,000

Uji Post Hoc menunjukkan perbedaan rata-rata konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap akuades adalah 4.11400 dengan nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000 yang dapat diinterpretasikan bahwa ekstrak belimbing manis 10% lebih efektif daripada akuades. Perbedaan rata-rata akuades terhadap karbamid peroksida 10% adalah -6.08200 dengan nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000 yang dapat diinterpretasikan bahwa karbamid peroksida 10% lebih efektif daripada akuades. Angka -6.08200 berarti akuades lebih lemah dari bahan pembanding yaitu karbamid peroksida. Perbedaan rata-rata karbamid peroksida 10% terhadap ekstrak belimbing manis 10% adalah 1.96800 dengan nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000 yang dapat diinterpretasikan bahwa karbamid peroksida 10% lebih efektif dari ekstrak belimbing manis 10%. Berdasarkan data tersebut maka dapat diasumsikan bahwa perendaman gigi pada karbamid


(68)

peroksida 10% memiliki efektifitas paling tinggi dalam memutihkan gigi jika dibandingkan dengan ekstrak belimbing manis 100% dan akuades. Perbedaan bermakna terdapat pada perbandingan ketiga bahan perendaman gigi tersebut.

Gambar 15. Gigi sebelum direndam teh


(69)

Gambar 17. Gigi setelah direndam ekstrak belimbing manis 100%


(70)

Gambar 19. Gigi setelah direndam akuades


(71)

Gambar 21. Hasil penyinaran dari Spectrophotometer 2401 PC B. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bleaching dengan ekstrak buah belimbing manis terhadap derajat perubahan warna gigi. Teknik pemutihan gigi yang digunakan adalah teknik pemutihan gigi eksternal. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar post ekstraksi sebanyak 15 gigi. Sampel direndam dalam larutan teh selama 12 hari. Penentuan waktu perendaman gigi ke dalam teh selama 12 hari didapat dari perhitungan sebagai berikut:

8 menit x 365 hari x 6 tahun = 12, 167 12 hari 1440 menit


(72)

Keterangan:

 8 menit = rata-rata waktu konsumsi teh dalam sehari (Guller dkk., 2005)

 365 hari = jumlah hari dalam 1 tahun

 6 tahun = rata-rata usia pencabutan gigi premolar untuk perawatan orthodontic dikurangi rata-rata usia erupsi gigi premolar (Marchelina dkk., 2016 dan Harshanur, 2012)

 1440 menit = jumlah menit dalam 1 hari ( 24 jam x 60 menit) Penelitian ini menggunakan gigi premolar karena gigi premolar merupakan gigi posterior yang paling depan sehingga secara estetis mampu terlihat ketika tersenyum. (Jones dan Ventre, 2005). Sampel gigi kemudian dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok dibedakan berdasarkan bahan perendam. Bahan perendam yang digunakan adalah ekstrak belimbing manis 100%, akuades, dan karbamid peroksida 10%. Ketiga kelompok sampel direndam selama 126 jam. Pembuatan dan pembagian konsentrasi ekstrak belimbing manis dilakukan di LPPT Universitas Gajah Mada. Pengukuran warna gigi dilakukan di Laboratorium Teknik Tekstil Universitas Islam Indonesia dengan menggunakan Spectrophotometer UV-2401 PC.

Penelitian ini menggunakan asam oksalat yang terkandung dalam ekstrak belimbing manis jenis demak kunir karena termasuk varietas unggul yang memiliki rasa manis sedikit asam, aromanya harum dan teksturnya halus (Soenarjono, 2004). Teknik ekstraksi yang dilakukan yaitu teknik ekstraksi


(73)

maserasi kinetik. Teknik maserasi kinetik dipilih karena dalam prosesnya dilakukan pengadukan sehingga zat aktif yang terkandung di dalam belimbing manis lebih banyak dan lebih cepat larut di dalam pelarut (List dan Schmidt, 2000).

Pengukuran warna gigi dengan menggunakan Spectrophotometer dilakukan dengan cara menjatuhkan sinar pada email gigi. Cahaya yang mengenai email gigi sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan diserap oleh pigmen warna gigi. Sebagian cahaya yang dipantulkan nantinya akan muncul sebagai nilai warna (dE*ab). Nilai warna (dE*ab) yang telah diperoleh merupakan data kuantitatif yang dapat diolah dengan menggunakan SPSS.

Berdasarkan tabel hasil penyinaran diatas dapat dilihat bahwa masing-masing spesimen gigi memiliki nilai warna (dE*ab) yang berbeda-beda, berarti perubahan warna pada masing-masing spesimen gigi pun berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh ketidakseragaman spesimen gigi yang digunakan, yaitu dari segi kondisi gigi, usia gigi, dan ketebalan email gigi (Fauziah dkk., 2012).

Hasil penyinaran spesimen gigi sebelum dan sesudah perendaman menunjukkan bahwa nilai warna (dE*ab) sesudah dilakukan perendaman lebih kecil daripada sebelumnya. Nilai warna (dE*ab) yang kecil menunjukkan sinar yang dipantulkan kecil dan penyerapan zat warna semakin besar. Nilai warna (dE*ab) yang besar menunjukkan penyerapan zat warna yang besar dan spesimen gigi akan semakin putih. Pengujian statistik membuktikan bahwa terjadi perubahan derajat warna gigi yang signifikan.


(74)

Pengujian statistik menunjukkan hasil yang sangat signifikan pada spesimen gigi yang direndam dengan karbamid peroksida 10%. Pengamatan pada gambar 7 menunjukkan spesimen gigi terlihat sangat putih. Karbamid peroksida merupakan bahan utama yang digunakan untuk home bleaching.

Nama kimia dari karbamid peroksida adalah urea hidrogen peroksida dengan rumus molekul CO(NH2)2 H2O2 (Adang dkk., 2006). Karbamid peroksida mengalamo oksidasi sehingga dapat melepas radikal bebas berupa pigmen yang menempel pada gigi bersama dengan H2O.

CO(NH2)2 H2O2 + O2  CO2 (NH2)2 + H2O2  H2O + O+

Karbamid Peroksida air radikal bebas Gambar 22. Reaksi oksidasi karbamid peroksida (Petrucci, 2000).

Hasil uji statistik pada spesimen gigi yang direndam akuades juga menunjukkan hasil yang signifikan. Hasil penyinaran gigi menunjukkan bahwa terjadi perubahan nilai. Air mengandung fluor yang mempunyai peran mengurangi plak dengan cara menurunkan energi permukaan pada gigi, sehingga kotoran yang menempel pada gigi bisa terlepas sehingga gigi menjadi bersih. Air juga mempunyai daya tarik menarik antar elektron dan mengikat kotoran dari benda padat (gigi) sehingga kotoran yang menempel pada gigi akan terlepas (Anusavice, 2004).

Hasil pengolahan data menggunakan uji t-test berpasangan menunjukkan perbedaan nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman dengan ekstrak belimbing manis 100%, akuades, dan hidrogen peroksida 10% adalah bermakna dengan nilai p<0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa


(1)

pada kontrol negatif (akuades) p=0,001. Semua kelompok menunjukkan p<0,05 yang berarti terdapat perbedaan rata-rata nilai warna (dE*ab) yang signifikan sebelum dan sesudah 126 jam perendaman. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak belimbing manis memiliki pengaruh terhadap perubahan warna gigi menjadi lebih putih.

Belimbing manis mengandung asam oksalat sehingga dapat merubah warna gigi menjadi lebih putih11. Asam oksalat merupakan oksidator yang mampu memecah pigmen melepas oksigen sebagai radikal bebas12. Oksigen akan memecah molekul komplek dari pigmen yang menyebabkan diskolorasi gigi menjadi molekul sederhana yang tidak berwarna, akibatnya gigi menjadi lebih putih15.

Uji One Way Anova bertujuan

untuk mengetahui signifikansi perbedaan selisih nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah pada kelompok ekstrak belimbing manis 100%, akuades, dan karbamid peroksida 10%. Hasil analisis One Way

Anova menunjukkan nilai p<0,05 yaitu

sebesar 0,000 yang artinya terdapat perbedaan bermakna, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh ketiga bahan yang digunakan terhadap perubahan warna gigi.

Uji Post Hoc yang dilakukan pada

penelitian ini yaitu uji LSD (Least

Significance Difference) untuk mengetahui

signifikansi perbedaan selisih nilai warna (dE*ab) sebelum dan sesudah perendaman antara ekstrak belimbing manis 100% dengan akuades, akuades dengan karbamid peroksida 10%, dan karbamid peroksida dengan ekstrak belimbing manis 100%. Hasil menunjukkan perbedaan rata-rata konsentrasi ekstrak belimbing manis terhadap akuades adalah 4.11400 dengan nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000 yang dapat diinterpretasikan bahwa ekstrak belimbing manis 10% lebih efektif daripada akuades. Perbedaan rata-rata akuades terhadap karbamid peroksida 10% adalah -6.08200 dengan nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000 yang dapat diinterpretasikan bahwa karbamid peroksida 10% lebih efektif daripada akuades. Perbedaan rata-rata karbamid peroksida 10% terhadap ekstrak belimbing manis 10% adalah 1.96800 dengan nilai p<0,05 yaitu sebesar 0,000 yang dapat diinterpretasikan bahwa karbamid peroksida 10% lebih efektif dari ekstrak belimbing manis 10%. Berdasarkan data tersebut maka dapat diasumsikan bahwa perendaman gigi pada karbamid peroksida 10% memiliki efektifitas paling tinggi dalam memutihkan gigi jika dibandingkan dengan ekstrak belimbing manis 100% dan akuades. Perbedaan bermakna terdapat pada perbandingan ketiga bahan perendaman gigi tersebut.


(2)

Hasil uji statistik menunjukkan karbamid peroksida 10% paling efektif memutihkan gigi disusul dengan ekstrak belimbing manis 100% dan yang terakhir adalah akuades. Belimbing manis matang mengandung kandungan asam oksalat 1,04% dari berat total12. Kandungan tersebut dinilai jauh lebih kecil dibandingkan konsentrasi karbamid peroksida yang digunakan dalam perendaman yaitu sebesar 10%. Ekstrak belimbing manis 100% yang digunakan mempunyai beberapa kandungan di dalamnya namun kandungan asam oksalat hanya sebesar 1,04% dari berat total, sehingga karbamid peroksida lebih efektif memutihkan gigi dibandingkan ekstrak belimbing manis100%. Hasil penyinaran gigi menunjukkan bahwa terjadi perubahan nilai. Air mengandung fluor yang mempunyai peran mengurangi plak dengan cara menurunkan energi permukaan pada gigi, sehingga kotoran yang menempel pada gigi bisa terlepas sehingga gigi menjadi bersih. Air juga mempunyai daya tarik menarik antar elektron dan mengikat kotoran dari benda padat (gigi) sehingga kotoran yang menempel pada gigi akan terlepas. Gigi menjadi lebih bersih walaupun sebenarnya akuades tidak membuat gigi menjadi lebih putih16.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Belimbing manis (Averrhoa

Carambola) merupakan bahan alami

yang dapat menjadi alternatif untuk pemutihan gigi secara eksternal

2. Berdasar hasil uji menggunakan

Spectrophotometer , sampel gigi pada

perendaman ekstrak belimbing manis 100%, karbamid peroksida 10%, dan akuades, semua sampel menunjukkan perubahan warna yang signifikan. 3. Ekstrak buah belimbing manis

(Averrhoa Carambola) efektif dan

menunjukkan perubahan warna yang signifikan dalam mengubah warna gigi menjadi lebih putih, meskipun efektifitasnya masih dibawah karbamid peroksida 10% sebagai bahan yang sering dipakai dalam home bleaching. SARAN

1. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk menguji perbedaan konsentrasi,

waktu perendaman, dan

pengaplikasian ekstrak buah belimbing manis terhadap gigi vital. 2. Dilakukan penelitian lebih lanjut

dengan waktu yang lebih lama sehingga dapat terlihat lebih jelas perubahan yang terjadi dan efek bahan

bleaching dengan waktu yang lebih

lama terhadap gigi dan jaringan pendukung gigi.


(3)

3. Dilakukan penelitian lanjutan dengan mengontrol kematangan buah belimbing manis agar kandungan asam oksalat di dalam buah belimbing manis dapat maksimal.

4. Dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan jenis buah belimbing manis yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sundoro, E.H. Serba Serbi Ilmu

Konservasi Gigi. Jakarta: UI Press.

2005.

2. Ramadhan, AG. Serba Serbi

Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta :

Bukune. 2010

3. Gursoy, UK., Eren, DI., Bektas OO., Hurmuzlu, F., Bostanci, V., Ozdemir, H. Effect of External Tooth Bleaching on Dental Plaque Accumulation and Tooth Discoloration. J Med Oral Patol

Oral Cir Buccal. 2008. 1,13(4),

E266-9.

4. Odell, E. W. Clinical Problem Solving

in Dentistry. Philadelpia, USA:

Elsevier's Health Science Right Departement. 2004.

5. Ascheim KW, Dale BG. Esthetic Dentistry A Clinical Approach to

Techniques and Materials. 2nd Ed. St

Luouis, Missouri: Mosby, Inc. 2001. 6. Walton, R. dan Torabinejad. Prinsip

dan Praktik Ilmu Endodontik. Edisi

ketiga. (N. Sumawinata, penerjemah). Jakarta: EGC. 2008.

7. Garg, N., dan Garg, A. Textbook of

Endodontics. Malaysia: Unipress

Publishing. 2008.

8. Kwon, S. R., Ko, S. H., & Greenwall, W. B. Tooth Whitening in Esthetic Dentistry: Principles and Techniques. UK: Quintessence Publishing Co, Ltd. 2009.

9. Greenwall, L. Bleaching Techniques In

Restorative Dentistry. UK: Martin

Dunitz Ltd. 2001.

10.Meizarini, A. & Rianti, D. Bahan Pemutih Gigi dengan Sertifikat ADA/ISO. DENT. J, 2005 73-76. 11.Rohman, A. dan Gandjar, I. G. Kimia

Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2007.

12.Patil, A. P. Physical and Chemical Characteristic of Carambola (Averrhoa Carambola L.) Fruit at Three Stages of Maturity. IJABPT. 2010. 624-629. 13.Suwarto, A. 9 Buah dan Sayur Sakti

Tangkal Penyakit. Yogyakarta:

Liberplus. 2010.

14.Jones, W. dan Ventre, E. Biomechanics and Esthetics Strategies in Clinical

Orthodontics. UK: Elseiver Inc. 2005.

15.Brenna, F., Breschi, L., Cavalli, G., Devoto, W., Orologio, G. D., Ferrari,

P. Restorative Dentistry. St. Louis,

Mo.: Elseiver/Mosby. 2012.

16.Anusavice, K.J. Phillips science of

dental material. 10th ed. Alih Bahasa

Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: EGC.2004.


(4)

(5)

(6)