Peranan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam Penanggulangan Pekerja Anak dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Juncto Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
(2)
PERSETUJUAN PUBLIKASI
Bahwa yang bertandatangan di bawah ini peneliti dan pihak lembaga tempat penelitian. Menyetujui:
“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalty Noneksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan.”
(3)
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 14 Desember 1975
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Ciseke Besar Nomor 231 RT 03 RW 03 Desa Cikeruh Kecamatan Jatinangor, Sumedang
Telepon : 087726071986
Pendidikan Formal :
- SD Negeri Center III Muara-Enim
- SMP Negeri 1 Subang
- SMA Negeri 14 Bandung
Daftar riwayat hidup ini di buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada rekayasa yang melebih-lebihkan.
(4)
Arief Gosita, Masalah Pelindungan anak, Akademi Pressindo, Jakarta,1989, hlm.52.
Maidin Gultom, perlindungan Hukum Terhadap anak dan Perempuan, PT
Refika Aditama, Bandung, 2013
A.Mudji Handaya, Pedoman Pendampingan PPA-PKH, Kemenakertrans,
2012,hlm.2-3
Waluyadi, Hukum Perlindungan Anak, Mandar Maju, Bandung 2009
Abu Huraerah, Child Abuse (Kekerasan Terhadap Anak), Nuansa Bandung, 2007
Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia,PT citra Aditya Bhakti,Bandung, 2003
Ariis Ananta dkk, Pekerja Anak di Indonesia, PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, 2004
PERATURAN
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
(5)
http://disnakertrans.jabarprov.go.id/, Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Januari 2014, Pukul 19 00 WIB
Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, http://disnakertrans.jabarprov.go.id/, Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Januari 2014, Pukul 20 00 WIB
(6)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar BelakangKerja Praktik secara sederhana adalah suatu cara kerja yang
langsung dapat membimbing dalam dunia kerja yang nyata guna memberikan arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan. Kerja Praktik secara umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di lapangan yang berhubungan langsung dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen. Kerja Praktik sifatnya hanya untuk memberikan pengalaman dan belajar keahlian secara praktis, maka bantuan yang diberikan cenderung terbatas, dalam hal ini peneliti ditempatkan di bagian perlindungan tenaga kerja di Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat dan melakukan penelitian mengenai perlindungan terhadap tenaga kerja anak.
Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang hak-hak anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
(7)
tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyebutkan pengertian anak yaitu :
”Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan
belas) tahun.”
Kedudukan anak diatur dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan sebagai berikut:
”Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.” Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak mempunyai hak konstitusional dan negara wajib menjamin serta melindungi pemenuhan hak anak yang merupakan hak asasi manusia (HAM). Masalah diskriminasi cukup rentan terjadi dikalangan anak-anak, hal ini terbukti banyaknya kasus mengenai ekploitasi anak.
Konvensi hak anak menyebutkan ada empat prinsip dasar yang kemudian menjadi serapan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak yaitu1:
a. Prinsip non-diskriminasi tertuang dalam Pasal 2 Konvensi Hak anak yaitu :
Pasal 2 berbunyi :
1Muhammad Joni, “Hak-hak Anak Dalam UU Perlindungan Anak Dan Konvensi
PBB Tentang Hak Anak: Beberapa Isu Hukum Keluarga”, http: //www.badilag.net /data/ARTIKEL /MAKALAH% 20HAK% 20ANAK% 20DALAM%20UU.pdf diakses 31 Januari 2014
(8)
“(1)Negara-negara Pihak harus menghormati dan menjamin hak-hak yang dinyatakan dalam Konvensi ini pada setiap anak yang berada di dalam yurisdiksi mereka, tanpa diskriminasi macam apa pun, tanpa menghiraukan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik atau pendapat lain, kewarganegaraan, etnis, atau asal-usul sosial, harta kekayaan, cacat, kelahiran atau status yang lain dari anak atau orang tua anak atau wali hukum anak.
(2)Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin bahwa anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman atas dasar status, aktivitas, pendapat yang diutarakan atau kepercayaan orang tua anak, wali hukum anak atau anggota keluarga anakArtinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak harus diberlakukan
kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun ” .
b. Prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the child) tertuang dalam Pasal 3 Konvensi Hak Anak yaitu :
Pasal 3 berbunyi :
“(1)Dalam semua tindakan mengenai anak, yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga kesejahteraan sosial negara atau swasta, pengadilan hukum , penguasa administratif atau badan legislatif,
kepentingan-kepentingan terbaik anak harus merupakan
pertimbangan utama.”
Pasal 12 berbunyi :
“(1)Negara-negara Pihak harus menjamin bagi anak yang mampu
membentuk pendapatnya sendiri, hak untuk mengutarakan pendapat-pendapat tersebut dengan bebas dalam semua masalah yang mempengaruhi anak itu, pendapat-pendapat anak itu diberi bobot yang semestinya sesuai dengan umur dan kematangan si anak.”
c. Prinsip atas hak hidup, kelangsungan dan perkembangan (the rights to life, survival and development) tertuang dalam Konvensi Hak Anak yaitu :
(9)
“(1)Negara-negara pihak mengakui bahwa tiap-tiap anak mempunyai hak yang melekat atas kehidupan
(2)Negara-negara Pihak harus menjamin sampai pada jangkauan
semaksimum mungkin ketahanan dan perkembangan anak.”
d. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child) tertuang dalam Konvesi Hak Anak yaitu :
Pasal 12 berbunyi :
“(1)Negara-negara Pihak harus menjamin bagi anak yang mampu
membentuk pendapatnya sendiri, hak untuk mengutarakan pendapat-pendapat tersebut dengan bebas dalam semua masalah yang mempengaruhi anak itu, pendapat-pendapat anak itu diberi bobot yang semestinya sesuai dengan umur dan kematangan si
anak.”
Peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin
pelaksanaan perlindungan terhadap hak-hak anak dan dukungan kepada kelembagaan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam mendukung pelaksanaan perlindungan hak anak, seperti yang tertuang di dalam Pasal 1 butir 2 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,menyatakan:
“Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan
dari tindakan kekerasan dan diskriminasi.”
Perlindungan Anak adalah suatu usaha melindungi anak agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya. Perlindungan hak-hak anak pada hakikatnya menyangkut langsung pengaturan dalam peraturan
perundang-undangan2.
2 Arief Gosita, Masalah Perlindungan anak, Akademi Pressindo,
(10)
Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam. Upaya memenuhi berbagai kebutuhannya manusia dituntut untuk bekerja, karena dengan bekerja dapat diperoleh suatu penghasilan. Pekerjaan tersebut dapat diusahakan secara sendiri maupun dengan bekerja pada orang lain. Pekerjaan yang diusahakan sendiri maksudnya adalah bekerja atas modal dan tanggung jawab sendiri, sedangkan bekerja pada orang lain bergantung pada orang lain yang memberi perintah dan harus tunduk dan patut pada orang lain yang
memberikan pekerjaan tersebut3.
Tenaga kerja dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berbunyi :
“Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan yang menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.”
Tenaga kerja yang dimaksud dalam pasal di atas termasuk juga Tenaga kerja anak, tenaga kerja sendiri adalah anak yang bekerja pada usia di bawah umur 18 tahun sedangkan yang berada di luar pengaturan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah pekerja anak. Pekerja anak adalah anak yang melakukan pekerjaan yang memiliki sifat atau intensitas yang dapat mengganggu pendidikan atau berbahaya bagi tumbuh kembang anak baik secara fisik, mental, sosial
maupun intelektual.4
3 Aris Ananta dkk,Pekerja anak Di Indonesia, Gramedia Widiasarana
Indonesia,Jakarta,2004
4 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Pedoman
Bagi Pendamping dan Tutor Pelaksanaan Kegiatan Pengurangan Pekerja Anak Dalam Rangka Mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH),Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan,2012
(11)
Indonesia telah mempunyai seperangkat peraturan perundang-undangan untuk menjamin hak-hak anak dan mengurangi dampak bekerja dari anak, yaitu;
Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 :
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.”
Ratifikasi konvensi ILO Nomor 138 menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1999 tentang Usia Minimum Untuk Diperbolehkan Bekerja, ratifikasi konvensi ILO Nomor 182 menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak, Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.5
Seperangkat peraturan yang melindungi pekerja anak sudah ada, tetapi kecenderungan kualitas permasalahan pekerja anak dari tahun ke tahun mengalami perkembangan kompleksitas menuju bentuk-bentuk pekerjaan terburuk yang eksploitatif dan membahayakan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, moral, sosial dan intelektual anak. Jenis pekerjaan terburuk semakin marak ditemukan, seperti anak yang dipekerjakan sebagai PSK, anak yang diperdagangkan, anak yang bekerja di pertambangan, anak jermal dan lain-lain. Pada tahun 1990-an mulai muncul isu anak jalanan (anjal), anak jermal, anak yang bekerja di perkebunan. Pada tahun 1996 muncul isu pelacuran anak, anak yang
(12)
bekerja di pertambangan, nelayan. Tahun 1998 muncul isu perdagangan anak (Child trafficking) untuk dijadikan PSK, menjadi pembantu rumah
tangga anak dan bentuk-bentuk terburuk pekerjaan anak lainnya6.
Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja praktik yang dilaksanakan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta Nomor 532 Bandung pada Sub Bagian Kepegawaian dan Umum. Kerja praktik dilaksanakan selama 2 (dua) bulan dari tanggal 30 September sampai dengan 30 November 2013.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka peneliti bermaksud untuk menyususn laporan Kerja Praktik ini dengan
judul
PERANAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
DALAM PENANGGULANGAN PEKERJA ANAK DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003
TENTANG KETENAGAKERJAAN JUNCTO UNDANG-UNDANG
NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.
B.
Identifikasi MasalahBerdasarkan pada latar belakang masalah diatas maka peneliti mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak terhadap pekerja anak di jermal?
6Wiryani, Fifik. 2003, Perlindungan Pekerja Anak, Pusat Studi Kajian Wanita,
UMM Press, Malang
(13)
2. Bagaimana peranan Disnakertrans dalam menanggulangi pekerja anak dikaitkankan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan?
C.
Maksud dan TujuanPeneliti dalam melaksanakan Kerja Praktek meneliti mengenai penanggulangan pekerja anak yang tidak sekolah untuk kembali ke sekolah dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui lebih jauh
mengenai keadaan pekerja anak sekarang ini dan untuk
menggambarkan:.
a) Peranan Disnakertrans dalam menanggulangi pekerja anak yang tidak sekolah untuk kembali ke sekolah.
b) Untuk mengetahui lebih jauh mengenai aturan-aturan hukum yang melindungi pekerja anak ini.
D.
ManfaatManfaat kegiatan penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Memberikan informasi dalam perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya bahwa yang memiliki peranan untuk menanggulangi permasalahan pekerja anak yang tidak sekolah agar dapat kembali ke sekolah diantaranya adalah Disnakertrans.
2. Memberikan wawasan dan pengetahuan bagi peneliti khususnya dan para civitas akademika pada umumnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penanggulangan pekerja anak yang tidak sekolah untuk kembali ke sekolah.
(14)
E.
Jadwal PenelitianNO KEGIATAN BULAN
SEP OKT NOV DES JAN FEB
1 Persiapan
Kerja Praktik
2
Persiapan Penulisan LKP
3 Pengumpulan
data
4 Bimbingan
5 Pengolahan
data
6 Analisis data
7
Penyusunan
hasil kerja
praktik kedalam bentuk laporan
8 Sidang
komprehensif 9 Perbaikan 10 Pengesahan 11 Penjilidan
(15)
10
A. Tinjauan Teoretis Dalam Lingkup Pekerja Anak 1. Pengertian anak
Anak Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan anak pasal 1 ayat 2 berbunyi :
“ Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin “
Pasal 47 Konvensi PBB mengenai Hak-hak Anak berbunyi :
“ Anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal “.
Pasal ini mengakui bahwa batas usia kedewasaan dalam aturan hukum sebuah Negara mungkin berbeda dengan ketentuan
konvensi PBB tentang Hak-hak anak7. Pengertian tersebut tidak
terlihat permulaan atau dimulainya status anak. Sejak anak tersebut lahir ataupun sejak anak tersebut masih dalam kandungan ibunya. Pada bagian Mukadimah dinyatakan bahwa anak dikarenakan ketidakmatangan jasmani dan mentalnya memerlukan pengamanan
7 Darwin Prist, Hukum Anak Indonesia, Aditya Bhakti, Bandung, 2003, hlm
(16)
dan pemeliharaan khusus termasuk perlindungan hukum yang layak sebelum dan sesudah kelahirannya.
2. Pekerja Anak
Pekerja anak adalah sebutan yang lebih santun daripada buruh anak.Namun sapaan yang santun ini ternyata tidak mengurangi beban masalah yang dihadapi mereka, anak-anak yang terpaksa bekerja.
Istilah pekerja anak seringkali menjadi perdebatan.Haryadi dan Tjandraningsih mengutip definisi pekerja anak dari Departemen tenaga Kerja dan biro pusat Statistik. Disnakertrans menggunakan istilah “ anak-anak yang terpaksa bekerja “ sebagai pengganti istilah buruh anak. Badan Pusat Statistik memakai istilah “ anak-anak yang aktif secara ekonomi”. ILO/IPEC Organisasi Buruh Internasional/Program Internasional Penghapusan Pekerja Anak) menyebutkan bahwa pekerja anak adalah anak yang bekerja pada semua jenis pekerjaan yang membahayakan atau mengganggu fisik, mental, intelektual, dan moral.
Soetarso mengungkapkan pengertian pekerja anak adalah8 :
1. Anak yang dipaksa atau terpaksa bekerja mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan atau keluarganya, di
sekto ketenagakerjaan formal yang melanggar
(17)
peraturan perundang-undangan yang berlak, sehingga
anak terhenti sekolahnya dan mengalami
pemasalahan fisik, mental, ragam social. Dalam profesi pekerjan social, anak ini disebut mengalami perlakuan salah (abused), dieksploitasi (exploited), dan ditelantarkan (neglected).
2. Anak yang dipaksa, terpaksa atau dengan kesadaran sendiri mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan atau keluarganya, di sector ketenagakerjaan informal, dijalanan atau tempat-tempt lain, baik yang melanggar peraturan perundang-undangan (khususnya dibidang ketertiban), atau yang tidak lagi bersekolah. Anak ini ada yang mengalami perlakuan salah dan atau dieksploitasi, ada pula yang tidak9.
Soetarso juga menegaskan bahwa yang tidak
dikategorikan sebagai pekerja anak adalah anak yang dibimbing oleh orangtua atau sanak keluarganya atau atas kesadaran sendiri membantu pekerjaan orangtua atau oang lain yang tdak diarahkan untuk mencari atau membantu mencari nafkah, tetapi untuk menanamkan atau emperoleh pengetahuan, keterampilan dan atau sikap kewirausahaan sejak dii, anak masih sekolah dan kegitannya tersebut tidak mengganggu proses belajar disekolahnya.
Pekerja anak merupakan masalah yang cukup kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai factor seperti kemiskinan, kondisi
(18)
anak, keluarga dan budaya masyarakat.Namun demikian, berbagai penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan ternyata berhubungan positif dengan kecenderungan anak untuk bekerja.
Faktor kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pekerja anak, faktor budaya tampaknya juga turut berpengaruh terhadap kecenderungan anak untuk bekerja. Banyak orang tua yang berpendapat bahwa bekerja meupakan proses belajar yang aka berguna bagi perkembangan anak di kemudian hari. Disamping faktor pendorong, ada beberapa faktor penarik, antara lain pekerja anak mudah diatur, tidak membantah, mau bekerja dengan
jam kerja panjang, dan mau dibayar murah.10
3. Perlindungan Anak
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa :
“Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi ”.
Perlindungan anak dapat juga diartikan sebagai segala
upaya yang ditujukan untuk mencegah, rehabilitasi dan
memberdayakan anak yang mengalami tindak perlakuan salah, eksploitasi dan penelantaran, agar dapat menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang secara wajar, baik fisik, mental maupun
(19)
sosialnya.Perlindungan anak adalah suatu usaha melindungi anak
agar dapat melaksanakan hak dan kewajibannya11.
Kebijaksanaan, usaha, dan kegiatan yang menjamin
terwujudnya perlindungan anak, pertama didsarkan atas
pertimbangan bahwa anak-anak merupakan golongan yang rawan dan dependent, di samping itu, karena adanya golongan anak-anak
yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya, baik rohani, jasmani maupun social.
Pasal 13 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menentukan bahwa :
“(1)Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua,
wali atau pihak lain mana pun yang bertangun jawab atas pengasuhan, berhak mendapatkan perlindungan dari perlakuan :
a. Diskriminasi
b. eksploitasi, baik ekonomi mapun seksual c. penelantaran
d. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan e. Ketidakadilan dan
f. Perlakuan salah lainnya
(2)dalam hal orang tua, wali atau pengasuh anak melakukan segala bentuk perlakuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pelaku dikenakan pemberatan hukuman.”
Dasar pelaksanaan perlindungan anak adalah12 :
a. Dasar filosofis, Pancasila dasar kegiatan dalam berbagai bidang kehidupan keluarga, bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa, dan dasar filosifis pelaksanaan perlindungan anak.
11Ibid,Hlm 70
12 Maidin Gultom,Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan,Refika
(20)
b. Dasar Etnis, Pelaksanaan perlindungan anak harus sesuai dengan etika profesi yang berkaitan, untuk mencegah perilaku menyimpang dalam pelaksanaan kewenangan, kekuasaan,dan kekuatan dalam pelaksanaan perlindungan anak.
c. Dasar Yuridis, Pelaksanaan perlindungan anak harus didasarkan pada UUD 1945 dan berbagai peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku. Penerapan dasar yuridis ini harus secara integratif, yaitu penerapan terpadu menyangkut peraturan perundang-undangan dari berbagai bidang hukum yang berkaitan.
Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak adalah13 :
a. Anak tidak dapat berjuang sendiri ; Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak adalah : anak adalah modalutama kelangsungan hidup manusia, bangsa dan keluarga, untuk itu hak-haknya harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi sendiri hak-haknya, banyak pihak yang mempengaruh kehidpannya. Negara dan masyarakat berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.
b. Kepentingan terbaik anak (the best interest of the child) ; Agar perlindungan anak dapat diselenggarakan dengan baik, dianut prinsip yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik
(21)
anak harus dipandang sebagai of paramount importence(memperoleh prioritas tertinggi) dalam setiap keputusan yang menyangkut anak. Tanpa prinsip ini perjuangan untuk melindungi anak akan mengalami banyak
batu sandungan.Prinsip the best interest of the child
digunakan karena dalam banyak hal anak “korban”,
disebabkan ketidaktahuan anak, karena usia
perkembangannya. Jika prinsip ini diabaikan, maka masyarakat menciptakan monster-monster yang lebih buruk dikemudian hari.
c. Ancangan daur kehidupan (life-circle approach);
Perlindungan anak mengacu pada pemahaman bahwa perlindungan anak harus dimulai sejak dini dan terus-menerus. Janin yang berada dalam kandungan perlu dilindungi dengan gizi, termasuk yodium dan kalsium yang baik melalui ibunya. Jika ia telah lahir, maka diperlukan air susu ibu (ASI) dan pelayanan kesehatan primer dengan memberikan pelayanan imunisasi dan lain-lain, sehingga anak terbebas dari berbagai kemungkinan cacat dan
penyakit14. Masa-masa prasekolah dan sekolah, diperlukan
keluarga, lembaga pendidikan, dan lembaga
sosial/keagamaan yang bermutu. Anak memperoleh
kesempatan belajar yang baik, waktu istirahat dan bermain yang cukup, dan ikut menentukan nasibnya sendiri. Pada
(22)
saat anak sudah berumur 15-18 tahun, ia memasuki masa transisi kedalam dunia dewasa. Periode ini penuh risiko karena secara kultural, seseorang akan dianggap dewasa dan secara fisik memang telah cukup sempurna untuk menjalankan fungsi reproduksinya. Pengetahuan yang benar tentang reproduksi dan perlindungan dari berbagai diskriminasi dan perlakuan salah, dapat memasuki perannya sebagai orang dewasa yang berbudi dan bertanggung jawab. Perlindungan hak-hak mendasar bagi pradewasa juga diperlukan agar generasi penerus, tetap bermutu.Orang tua yang terdidik mementingkan sekolah anak-anak mereka. Orang tua yang shat jasmani dan rohaninya, selalu menjaga tingkah laku kebutuhan, baik fisik maupun emosional anak-anak mereka.
d. Lintas Sektoral ; Nasib anak tergantung dari berbagai factor, baik yang makro maupun mikro, yang langsung maupun tidak langsung. Kemiskinan, perencanaan kota dan segala penggusuran, system pendidikan yang menekankan hafalan dan bahan-bahan yang tidak relevan, komunitas yang penuh denan ketidakadilan, dan sebagainya tidakdapat ditangani oleh sector, terlebih keluarga atau anak itu sendiri. Perlindungan terhadap anak adalah perjuangan yang membutuhkan sumbangan semua orang di semua tingkatan15.
(23)
a. Asas dan tujuan perlindungan anak
Perlindungan anak berasaskan Pancasila dan UUD 1945 serta prinsip-prinsip Konvensi Hak-Hak Anak, yang meliputi:
(1) Non diskriminasi
(2) Kepentingan yang terbaik untuk anak
(3) Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangannya
(4) Penghargaan terhadap pendapat anak (Pasal 2 undang-undan perlindungan anak).
Pengertian asas kepentingan yang terbaik bagi anak adalah, bahwa dalam suatu tindakan yan menyangkut anak yang dilakukan oleh emerintah, masyarakat, badan legislaif dan badan yudikatif, maka kepentingan yang terbaikbagi anak harus menjadi pertimbangan utama.
Pengertian asas untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan adalah bahwa hak-hak asasi yang mendasar bagi anak wajib dilindungi oleh Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua. Artinya, pihak-pihak tersebut wajib mewujudkan dan tidak meniadakan hak-hak yang dimaksud.
Pengertian asas penghargaan terhadap pendapat anak adalah adanya penghormatan atas hak untuk
(24)
mengambil keputusan, terutama terhadap hal yang berkaitan dengan kehidupannya.
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak berbunyi :
“Perlindungan terhadap anak bertujuan untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan partisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,
demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berahlak mulia dan sejahtera.”
B. Tinjauan Teoretis terhadap Intansi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.
1. Sejarah Singkat Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.
Dinas Tenaga Kerja berdiri resmi sejak tanggal 10 Januari tahun
1959 dengan nama KANTOR URUSAN PERBURUHAN PROVINSI TINGKAT JAWA BARAT dengan tugas dan wewenang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1958 tentang Penyerahan Kekuasaan Kesejahteraan Para Penganggur di Daerah-Daerah.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DT. I Jawa Barat Nomor.
(25)
dan Tata Kerja Dinas Perburuhan Provinsi DT.I Jawa Barat yang disyahkan oleh SK Menteri Nomor. 10/69/39 654 tanggal 16 Oktober tahun 1979. Kedudukan hukum sebagai aparat Daerah Otonomi Pemerintah DT.I Jawa Barat tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 mengenai Pokok Pemerintahan Daerah, dalam rangka meningkatkan kelancaran keberhasilan tugas dibidang kesejahteraan penganggur dan pemberian karya kepada penganggur, maka Pemerintah DT.I Jawa Barat yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dalam SK Nomor 30 Tahun 1990 tanggal 12 April Tahun 1990 diganti dengan nama DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA BARAT.
Salah satu perwujudan pelaksanaan otonomi daerah
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat salah satu diantaranya telah terbentuk Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.
Terbentuknya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat ditetapkan bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat merupakan intansi teknis yang melaksanakan sebagian urusan pemerintah dan pembangunan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian, serta untuk melaksanakan fungsinya telah disusun struktur organisasi dan tata kerja dinas tenaga kerja dan transmigrasi Provinsi Jawa Barat.
(26)
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat , maka dalam upaya meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas dinas telah diatur keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 55 Tahun 2001 tanggal 4 Desember 2001 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Unit Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Barat16.
a. Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat17:
1) Visi
Terwujudnya tenaga kerja dan transmigrasi yang maju dan sejahtera.
2) Misi
a) Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja; b) Meningkatkan fasilitas penempatan dan perluasan
kesempatan kerja ;
c) Meningkatkan pembinaan hubungan industrial dan pengawasan ketenagakerjaan;
d) Meningkatkan fasilitas ketransmigrasian dan
kemandirian transmigran;
e) Meningkatkan profesionalisme sumber daya, aparatur dan kualitas pelayanan publik.
16 Sejarah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, http://disnakertrans.jabarprov.go.id/, Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Januari 2014, Pukul 19 00 WIB
17 Visi dan Misi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, http://disnakertrans.jabarprov.go.id/, Diakses pada hari Rabu tanggal 22 Januari 2014, Pukul 20 00 WIB
(27)
2. Struktur organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat
Struktur organisasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Jawa Barat tertuang dalam Pasal 10 Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi Ddan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
a. Kepala
b. Sekretariat, membawahkan :
1) Subbagian perencanaan dan program. 2) Subbagian keuangan.
3) Subbagian kepegawaian dan umum.
c. Bidang pelatihan dan produktivitas tenaga kerja,
membawahkan :
1) Seksi pembinaan latihan dan pemagangan. 2) Seksi standarisasi, sertifikasi dan kopetensi. 3) Seksi bina produktifitas.
d. Bidang penempatan tenaga kerja, membawahkan : 1) Seksi pengembangan pasar kerja.
2) Seksi perluasan kesempatan kerja. 3) Seksi penyaluran tenaga kerja.
e. Bidang perlindungn ketenagakerjaan, membawahkan : 1) Seksi pembinaan hubungan industrial.
2) Seksi pengawasan ketenagakerjaan.
3) Seksi jaminan sosial dan kesejahteraan tenaga kerja. f. Bidang transmigrasi, membawahkan
(28)
1) Seksi penyiapan dan pengerahan. 2) Seksi pemindahan dan pembinaan.
3) Seksi pemberdayaan masyarakat trasmigrasi. g. Unit pelaksana teknis dinas
h. Kelompok jabatan fungsional
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Jawa Barat terdiri
dari:
a. 1 (satu) Kepala Dinas
b. 6 (enam) Kepala Subdinas atau Tata Usaha c. 52 (lima puluh dua) Subbagian Umum d. 25 (dua puluh lima) Subbagian Keuangan e. 18 (delapan belas) Subbagian Kepegawaian f. 39 (tiga puluh Sembilan) Subdinas Bina Program g. 54 (lima puluh empat) Subbagian Penempatan h. 74 (tujuh puluh empat) Subbagian Peningkatan i. 58 (lima puluh delapan) Subdinas Transmigrasi.
Kepala Dinas disebut Eselon II, Kepala Subdinas atau Tata Usaha
disebut Eselon III. Susunan Kepala Dinas dan para pejabat lainya:
a. Kepala Dinas : Dr. Hening Widiatmoko, MA
b. Sekretaris :Drs. H. Suherman Agrianto,
MM
c. Kepala Subbagian Kepegawaian : Ir. Hj. Sadiah
d. Kepala Subbagian Keuangan : Edi Setiadi, SE
e. Kepala Subbagian Perencanaan : Ujang Kusyadi, S.Sos, MM
(29)
g. Kepala Bidang Penempatan : Drs. Johny Darma, MM
h. Kepala Bidang Perlindungan : Ludovicus Pratomo, S.H,
M.M
i. Kepala Subdinas Transmigrasi : H. Deni Munawar, S.H.
3. Deskripsi Jabatan Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat Berdasarkan struktur organisasi deskripsi jabatan pada kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
Kepala dinas mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasi dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan tugas pokoK dan fungsi dinas.
Tugas :
1) Menyelenggarakan perumusan dan penetapan
program kerja dinas;
2) Menyelenggarakan pembinaan dan pengendalian, serta pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dinas; 3) Menyelenggarakan ivipenetapan kebijakan teknis
dinas sesuai dengan kebijakan umum pemerintah daerah;
4) Menyelenggarakan fasilitas yang berkaitan dengan
penyelenggarakan program, kesekretariatan,
pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, ketenagakerjaan dan transmigrasi;
(30)
5) Menyelenggarakan pemberian saran pertimbangan dan rekomendasi kepada Gubernur mengenai tenaga kerja dan transmigrasi sebagai bahan penetapan kebijakan umum pemerintah daerah;
6) Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi pemerintah, swasta dan lembaga terkait untuk kelancaran pelaksananan dinas.
7) Melaksanakan pegkajian bahan Rencana Strategis Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP),LKPJ dan LPPD Dinas;
8) Menyelenggarakan koordinasi penyusunan strategi, pelaksanaan tugas-tugas teknis serta evaluasi dan pelaporan yang meliputi kesekretariatan, pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, penempatan tenaga
kerja, perlindungan ketenagakerjaan dan
transmigrasi;
9) Menyelenggarakan perumusan dan penetapan
telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan;
10) Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis
operasional dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan tenaga kerja dan transmigrasi;
11) Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan
Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan wilayah dalam pelaksanaan tugas di Kabupaten/Kota;
(31)
12) Menyelenggarakan koordinasi dan pembinaan UPTD; 13) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja
terkait;
14) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
b. Sekretariat Tugas :
1) Menyelenggarakan pengkajian program kerja dinas dan sekretaris;
2) Menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan; 3) Menyelenggarakan pengkajian anggaran belanja; 4) Menyelenggrakan pengendalian administrasi belanja;
5) Menyelenggarakan pengelolaan administrasi
kepegawaian;
6) Menyelenggarakan penata usahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan;
7) Menyelenggarakan pengelolaan urusan rumah tangga dan perlengkapan;
8) Menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan
pengdokumentasian peraturan perundang-undangan,
pengelolaan perpustakaan, protocol dan hubungan masyarakat;
9) Menyelenggarakan pengelolaan naskah dinas dan
kearsipan;
(32)
11) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
12) Menyelenggarakan pengkajian bahan rencana strategi laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP), LKPJ, dan LPPD Dinas;
13) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;
14) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Sekretariat membawahkan :
a) Subbagian Perencanaan dan Program Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja sekretaris dan subbagian perencanaan dan program;
ii. Melaksanakan koordinasi penyusunan
perencanaan dan program dinas meliputi perencanaan program kerja, pelatihan dan
produktivitas tenaga kerja dan
ketransmigrasian;
iii. Melaksanakan penyusunan bahan perencanaan umum tenaga kerja, pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, penempatan tenaga kerja,
perlindungan tenaga kerja dan
(33)
iv. Melaksanakan penyusunan rencana strategi,
laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP), LKPJ, dan LPPD dinas; v. Melaksanakan pengelolaan data dan system
informasi ketenagakerjaan dan
ketransmigrasian;
vi. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
vii. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian perencanaan program;
viii. Melaksnakan tugas pokok lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
b) Subbagian Keuangan Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian keuangan;
ii. Melaksanakan penyusunan bahan dan
penyiapan anggaran dinas;
iii. Melaksanakan pengadministrasian dan
pembukuan keuangan dinas;
iv. Melaksanakan penyusunan pembuatan daftar gaji dan tunjangan daerah serta pembayan lainnya;
(34)
vi. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan administrasi keuangan;
vii. Melaksanakan penatausahaan belanja
langsung dan belanja tidak langsung dinas dan UPTD;
viii. Melaksanakan verifikasi keuangan;
ix. Melaksanakan Sistem Akuntasi Intansi (SAI) dan penyiapan bahan pertanggung jawaban keuangan;
x. Mengendalikan administrasi perjalanan dinas pegawai;
xi. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan perimbangan pengambilan kebijakan;
xii. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi
subbagian keuangan;
xiii. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
xiv. Melaksanakan tugas lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
c) Subbagian Kepegawaian dan Umum Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja subbagian kepegawaian dan umum;
(35)
ii. Melaksanakan penyyusunan dan pengolahan data kepegawaian;
iii. Melaksanakan pengusulan gaji berkala serta
peningkatan kesejahteraan pegawai dan
jabatan di lingkungan dinas;
iv. Melaksanakan penyiapan dan pengusulan pension pegawai, peninjauan masa kerja dan pemberian penghargaan serta tugas/ijin belajar, pendidikan/pelatihan kepemimpinan teknis dan fungsional;
v. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai;
vi. Melaksanakan penyiapan bahan
pengembangan karir dan mutasi serta
pemberhentian pegawai;
vii. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan kepada unit kerja di lingkungan dinas;
viii. Melaksanakan penyusunan bahan rancangan dan pendokumentasian perundang-undangan; ix. Melaksanakan penerimaan, pendistribusian dan
pengiriman surat-surat/naskah dinas dan arsip serta pengelolaan perpustakaan;
(36)
xi. Melaksanakan urusan keprotokolan dan penyiapan rapat;
xii. Melaksanakan pengelolaan hubungan
masyarakat dan pendokumentasian;
xiii. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan sarana dan prasarana, pengurusan rumah tangga, pemeliharaan/perawatan lingkungan kantor, kendaraan dan asset lainnya serta ketertiban, keindahan dan keamanan kantor; xiv. Melaksanakan pengelolaan kepegawaian pada
UPTD;
xv. Melaksanakan pembinaan jabatan fungsional dinas dan UPTD;
xvi. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
xvii. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan subbagian kepegawaian dan umum;
xviii.Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;
xix. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
c. Bidang Penempatan Tenaga Kerja Tugas :
(37)
1) Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang pelatihan dan produktivitas tenaga kerja;
2) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas penyusunan pedoman dan supervisi pelatihan dan produktivitas tenaga kerja;
3) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas pembinaan latihan dan pemagangan;
4) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas standarisasi sertifikasi dan kpmpetensi;
5) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas
produktivitas;
6) Menyelenggarakan fasilitas pelatihan dan produktivitas tenaga kerja;
7) Menyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi
penyelenggaran pelatihan dan produktivitas tenaga kerja;
8) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
9) Menyelenggarakan koordinasi dengan koordinasi
pemerintahan pembangunan wilayah dalam pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota;
10) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan bidang pelatihan dan produktivitas tenaga kerja;
11) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; 12) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok
(38)
Bidang Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja, membawahi :
1. Seksi Pembinaan Latihan dan Pemagangan
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pembinaan latihan dan pemagangan;
ii. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan bagi instruktur, tenaga kerja, purna kerja dan lembaga pelatihan kerja;
iii. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf
sebagai bahan pertimbngan pengambilan
keputusan;
iv. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan bagi pelaksanaan pemagangan di lembaga pelatihan kerja dan perusahaan;
v. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan fasilitas pengembangan pelatihan tenaga kerja dan purna kerja;
vi. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pembinaan latihan dan pemagangan; vii. Melaksanakan koordinasi dengan unit terkait; viii. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas
pokokdan fungsinya.
b) Seksi Standarisasi, Sertifikasi dan Kompetensi Tugas :
(39)
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi standarisasi, sertifikasi, dan kompetensi;
ii. Melaksanakanpenyusunan bahan kebijakan teknis seksi standarisasi, sertifikasi, dan kompetensi tenaga kerja;
iii. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan program seksi standarisasi, sertifikasi, dan kompetensi tenaga kerja;
iv. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
v. Melaksanakan pembinaan lembaga sertifikasi profesi, asosiasi profesi, akreditasi, dan penyusunan bahan saran pertimbangan teknis pengkajian lembaga pelatihan kerja;
vi. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi standarisasi, sertifikasi, dan kompetensi; vii. Melaksanakan koordinasi dengan unit terkait; viii. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya; c) Seksi Bina Produktivitas
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi bina produktivitas;
(40)
ii. Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis seksi produktivitas;
iii. Melaksanakan penyuluhan dan promosi
peningkatan produktivitas tenaga kerja;
iv. Melaksanakan pembinaan, pembimbingan, dan konsultasi peningkatan produktivitas kepada lembaga, masyarakat, dan perusahaan;
v. Melaksanakan pengukuran produktivitas
sektoral dan regional, perusahaan dan tenaga
kerja;Melaksanakan penyusunan bahab
telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
vi. Melaksanakan penyiapan bahan pembinaan program pengembangan produktivitas tenaga kerja;
vii. Melaksanakan koordinasi dengan unit terkait; viii. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya. a. Bidang Penempatan Tenaga Kerja Tugas :
1) Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang penempatan tenaga kerja;
2) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas penyusunan pedoman dan supervisi penempatan tenaga kerja;
(41)
3) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas pengembangan pasar kerja;
4) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas perluasan kesempatan kerja;
5) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas penyaluran tenaga kerja;
6) Menyelenggarakan fasilitas penempatan tenaga kerja;
7) Menyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi
penempatan tenaga kerja;
8) Menyelenggarakan koordinasi dengan badab koordinasi
pemerintah dan pembangunan wilayah dalam
pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota;
9) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
10) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan bidang penempatan tenaga kerja;
11) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya;
12) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait. Bidang Penempatan Tenaga Kerja, membawahi :
a) Seksi Pengembangan Pasar Kerja
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengembangan pasar kerja;
(42)
ii. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan system dan pedoman pembinaan dan informasi pasar kerja;
iii. Melaksanakan penyiapan bahan
penyusunanpedoman pembinaan informasi
pasar kerja;
iv. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan system dan pedoman pembinaan bursa kerja di lembaga pendidikan formal dan lembaga pelatihan kerja dan penempatan tenaga kerja;
v. Melaksanakan penyiapan pengumpulan,
pengolahan dan jabatan, penyajian dan
penyebar luasan informasi jabatan;
vi. Melaksanakan penyiapan system, metode dan
teknik penggunaan analisis jabatan
ketenagakerjaan;
vii. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman penyulukan jabatan dan bimbingan jabatan;
viii. Melaksanakan bimbingan analisis jabatan dan penyuluhan jabatan
ix. Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan sarana penyuluhan dan bimbingan jabatan;
(43)
x. Melaksanakan penyuluhan jabatan pada instansi pemerintah, BUMD dan perusahaan-perusahaan swasta, pencari kerja dan calon pencari kerja; xi. Melaksanakan bursa pasar kerja (job market fair); xii. Melaksanakan pemberian saran pertimbangan
kepada swasta dalam penyelenggar bursa kerja (job fair) berskala provinsi;
xiii. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf
sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
xiv. Melaksanakan pembinaan analisis jabatan,
penyuluhan dan bimbingan ke instansi-instansi pemerintah di daerah maupun di perusahaan, lembaga pendidikan formal dan lembaga pelatihan kerja;
xv. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi seksi pengembangan pasar kerja;
xvi. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait; xvii. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
b) Seksi Perluasan Kesempatan Kerja Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi perluasan kesempatan kerja;
(44)
ii. Melaksanakan pembinaan dan pengaturan perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja bagi tenaga kerja mandiri profesional di perdesaaan dan perkotaan;
iii. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan terhadap tenaga kerja mandiri;
iv. Melaksanakan bimbingan dan bantuan kepada masyarakat, instansi pemerintah atau lembaga swasta yang akan atau sedang melaksanakan usaha sendiri;
v. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman bimbingan panduan dan peningkatan kemampuan tenaga kerja mandiri SLTA dan Sarjana;
vi. Melaksanakan penyiapan bahan kerjasama instansi
pemerintah maupuan swasta untuk
pengembangan/percontohan usaha mandiri; vii. Melaksanakan penyiapan bahan penyususnan
system dan perangkat lunak beserta bahan pembinaan terapan teknologi tepat guna;
viii. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan
system serta pembinaan perluasan lapangan kerja dan kesempatan kerja perkotaan dan perdesaan;
(45)
ix. Melaksanakan penyusunan laporan kegiatan pembinaan, pelatihan dan penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja secara berkala;
x. Melaksanakan penyusunan laporan kegiatan
pembinaan, pelatihan dan penempatan tenaga kerja dan perluasan kerja secara berkala;
xi. Melaksanakan pembinaan, pengendalian dan pengawasan pendayagunaan TKS dan lembaga sukarela skala Provinsi;
xii. Melaksanakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, evaluasi dan monitoring pelaksanaan program usaha mandiri dan sektor informasi serta program padat karya di provinsi;
xiii. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf
sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kenijakan;
xiv. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi perluasan kesempatan kerja;
xv. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait; xvi. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya. c) Seksi Penyaluran Tenaga Kerja
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi penyaluran tenaga kerja;
(46)
ii. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan system dan bahan pedoman pembinaan tenaga kerja;
iii. Melaksanakan penyiapan bahan penyusunan dan bahan pedoman dan pembinaan tenaga kerja;
iv. Melaksanakan penyusunan bahan pedoman
perijinan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP);
v. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan terhdap pelaksanaan penempatan tenaga kerja Antar Kerja Lokal (AKL), Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN);
vi. Melaksanakan penyusunan bahan pertimbangan teknis recruitment, AKL dan AKAD;
vii. Melaksanakan pengadaan penjajagan/optimalisasi penempatan tenaga kerja melalui AKL, AKAD, dan AKAN;
viii. Melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf
sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan;
ix. Melaksanakan pembinaan penempatan tenaga kerja antara kerja khusus (wanita, pemuda, lansia, dan penyandang cacat);
(47)
x. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi penyaluran tenaga kerja;
xi. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait; xii. Melaksanakan tugas lain sesuai tugas pokok dan
fungsinya.
b. Bidang Perlindungan Tenaga Kerja
Tugas :
1) Menyelenggarakan pengkajian program kerja bidang perlindungan tenaga kerja;
2) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas penyusunan pedoman dan supervisi perlindungan ketenagakerjaan; 3) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas pembinaan
hubungan industrial;
4) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas pengawasan ketenagakerjaan;
5) Menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitas jaminan sosial dan kesejahteraan tenaga kerja;
6) Menyelenggarakan fasilitas perlindungan ketenagakerjaan;
7) Menyelenggarakan pengkajian bahan koordinasi
perlindungan ketenagakerjaan;
8) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan;
9) Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi
pemerintahaan dan pembangunan wilayah dalam
(48)
10) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan bidang perlindungan ketenagakerjaan;
11) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; 12) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
Bidang Perlindungan Tenaga kerja, membawahi :
1. Seksi Pembinaan Hubungan Industrial
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pembinaan hubungan industrial kerja;
ii. Melaksanakan penyusunan bahan deteksi dini pencegahan perselisihan hubungan industial, mogok kerja, dan penutupan perusahaan;
iii. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan
sumberdaya manusia perusahaan dan
kelembagaan hubungan industrial (organisasi pekerja/organisasi buruh, APINDO, LKS bipartite dan LKS tripartite) serta lembaga penyelesaian
perselisihan di luar pengadilan antar
kabupaten/kota;
iv. Melaksanakan pelayanan pendaftaran dan seleksi calon mediator, arbiter, konsiliator dan hakim ad-hoc;
v. Melaksanakan fasilitas dan koordinasi verifikasi keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh dan
(49)
menetapkan keanggotaan organisasi pengusaha dalam kelembagaan ketenagakerjaan;
vi. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan pembuatan, pelaksanaan dan evaluasi perjajian kerja (PK), perjanjiankerja waktu tidak tertentu (PKWTT), perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama (PKB), dan penyelia jasa (Outsourcing);
vii. Melaksanakan penyusunan bahan fasilitas
penetapan upah minimum;
viii. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pembinaan hubungan industrial.
2. Seksi Pengawasan Tenaga Kerja
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pengawasan ketenagakerjaan;
ii. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan dan pengawasan tenaga kerja;
iii. Melaksanakan pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan norma ketenagakerjaan di
perusahaan;
iv. Melaksanakan pemeriksaan kasus kecelakaan kerja;
v. Melaksanakan penyusunan bahan pembinaan system manajemen keselamatan dan kesehatan
(50)
kerja serta panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja;
vi. Melaksanakan koordinasi dengan unit terkait. 3. Seksi Jaminan dan Kesejahteraan Tenaga Kerja
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi jaminan dan kesejahteraan tenaga kerja;
ii. Melaksanakan penyusunan bahan fasilitas
penetapan upah minimum dan penerapan system pengupahan;
iii. Melaksanakan bimbingan aplikasi pengupahan lintas kabupaten/kota;
iv. Melaksanakan penyusunan bahan fasilitas
pemberian penghargaan bidang jamsostek; v. Melaksanakan koordinasi dengan unit terkait; vi. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya. c. Bidang Transmigrasi
Tugas :
1) Menyelenggarakan pengkajian program bidang
Transmigrasi;
2) Menyelenggarakan pengkajian penyusunan pedoman dan supervise bidang transmigrasi;
(51)
4) Menyelenggarakan telaah staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
5) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan bidang transmigrasi;
6) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; 7) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya.
Bidang Transmigrasi, membawahkan :
a) Seksi Penyiapan dan Pengerahan
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi penyiapan dan pengerahan;
ii. Melaksanakan penyusunan bahan sosialisasi
inventarisasi, analisis dan advokasi keserasian penyebaran penduduk;
iii. Melaksanakan penyusunan bahan penetapan sasaran prioritas pengarahan calon trasmigrasi; iv. Melaksanakan fasilitas pelayanan pendaftaran dan
seleksi transmigrasi;
v. Melaksanakan bahan pemantauan dan
pengendallian pelaksanaan kerjasama antar kabupaten/kota;
vi. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait; vii. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas
(52)
b) Seksi Pemindahan dan Pembinaan
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pemindahan dan pembinaan;
ii. Melaksanakan penyusunan bahan koordinasi, sinkronisasi dan bimbingan teknis perpindahan antar kaupaten/kota dengan dinas terkait;
iii. Melaksanakan fasilitas peningkatan kompetensi calon transmigrasi;
iv. Melaksanakan pengolahan data perpindahan dari daerah;
v. Melaksanakan fasilitas dan bimbingan teknis pengawalan dan pelayanan penampungan calon transmigrasi;
vi. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan seksi pemindahan dan pembinaan;
vii. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait; viii. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya.
c) Seksi Pemberdayaan Masyarakat Transmigrasi
Tugas :
i. Melaksanakan penyusunan program kerja seksi pemberdayaan masyarakat transmigran;
ii. Melaksanakan penyusunan bahan bimbingan teknis, sosialisasi dan advokasi perencanaan
(53)
pemberdayaan masyarakat serta pengembangan kawasan transmigrasi;
iii. Melaksanakan penyusunan bahan sosialisasi dan advokasi serta bimbingan teknis pengembangan usaha ekonomi dan social budaya pertimbangan pengambilan kebijakan;
iv. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain; v. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya. d. Unit Pelaksana Teknis Dinas
Unit pelaksanaan teknis dinas adalah unit pelaksana teknis dinas pada dinas tenaga kerja dan transmigrasi pronvinsi jawa barat yang melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dilapangan yang selanjutnya disebut UPTD
e. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional adalah jabatan teknis yang didasakan pada keahlian dan atau keterampilan yang tidak tercantum dalam bagan struktur organusasi dinas, namun sangat diperlukan dalam melaksanakan sebagian tugas pokok dinas.
Dinas tenaga kerja dan transmigrasi merupakan dinas yang memberikan pelayanan-pelayanan ketenagakerjaan yang dibutuhkan saat ini. Sasaran dinas tenaga kerja dan transmigrasi diantaranya sebagai berikut :
(54)
1) Terwujudnya peningkatan asebilitas penggunaan informasi pasar kerja;
2) Terlaksananya penyediaan perangkat pendukung sistem informasi dan pembangunan jaringan sistem informasi;
3) Terwujudnya peningkatan upaya pemberian informasi tentang dunia kerja dan trasmigrasi bagi masyarakat;
4) Tersusurnya perencanaanprogram pembangunan dan kegiatan dinas;
5) Terlaksananya perencanaan pengerahan transmigrasi; 6) Terlaksananya perencanaan pengerahan transmigrasi;
7) Terwujudnya upaya peningkatan kompetinsi tenaga kerja dan kemandirian transmigrasi;
8) Tersusunnya perencanaan program pembangunan dan kegiatan dinas;
9) Terlaksananya pembinaan sistem pelatihan tenaga kerja dan purna kerja;
10) Terwujudnya standarisasi kompetensi tenaga kerja; 11) Terwujudny peningkatan produktivitas tenaga kerja;
12) Terwujudnya peningkatan kemampuan dan pengetahuan pengusaha kecil dan menengah dalam bidnag mnajemen usaha;
13) Terwujudnya perlindungan terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja dan purna kerja;
14) Terwujudnya peningkatan professional tenaga pengawas upah minimum;
(55)
15) Terwujudnya peningkatan pembinaan hubungan dan perlindunga kerja yang dapat menciptakan hubungan yang harmonis dalam lingkungan kerja;
16) Terwujudnya upaya peningkatan kesadaran hukum pengusaha dan pekerja;
17) Terwujudnya pembinaan pegawai perantara melalui perantara melalui peningkatan penanganan kasus perselisihan hubungan industrial;
18) Terwujudnya peningkatan fungsi-fungsi kelembagaan
hubungan industrial bipatrit dan tripartit serta kepaniteraan P4D; 19) Terwujudnya penempatan dan pengawasan upah minimum; 20) Terwujudnya tertib administrasi;
21) Terciptanya standar pelayanan yang prima;
22) Terlaksanya pelayanan tugas pokok dan fungsi organisasi; 23) Terwujudnya pembinaan mintal personil;
24) Tersedianya personil yang berdaya guna dan disiplin; 25) Terlaksananya peningkatan kualitas aparatur;
26) Terwujudnya upaya peningkatan pendayagunaan pencari kerja; 27) Terwujudnya upaya peningkatan penciptaan lapangan kerja; 28) Terwujudnya pembentukan wirausaha baru;
29) Terwujudnya penempatan dan pemasaran tenaga kerja dalam; 30) dan luar negri secara optimal;
31) Terwujudnya kerjasama/kemitraan dalam mengurangi
(56)
32) Terwujudnya pembangunan kawasan permukuman trasmigrasi local yang berwawasan lingkungan;
33) Terwujudnya keserasian sosial budaya antara masyrakat pendatang dengan penduduk/masyarakat sekitar;
34) Terwujudnya kegiatan usaha ekonomi yang berorientasi agrobisnis;
35) Terwujudnya peningkatan investasi dikawasan trasmigrasi.
4. Lokasi Penelitian
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, Sub. Bagian Kepegawaian dan Umum (Bidang Perlindungan Tenaga Kerja :Seksi Pembinaan Hubungan Industrial) Jalan Soekarno-Hatta Nomor 532 Bandung, Jawa Barat.
(57)
52
A. Kegiatan selama Kerja Praktik di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Barat
Kegiatan Kerja Praktik yang dilakukan peneliti bertempat di Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat peneliti melaksanakan beberapa kegiatan rutin. Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilaksanakan selama Kerja Praktik di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Provinsi Jawa Barat di Bidang Perlindungan
Ketenagakerjaan Seksi Pembinaan Hubungan Industrial yang langsung pada saat jam kerja setiap harinya secara rutin, terjadwal dan terstruktur seperti upacara, absen, pencarian data laporan kerja praktik dan membuat laporan Kerja Praktik, dan membantu sebagian pekerjaan pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.
1. Deskripsi Kegiatan Rutin di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat
a. Upacara Pagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat
Upacara pagi yang rutin selalu di lakukan oleh pihak Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat yang wajib di ikuti setiap hari oleh pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kualitas para pegawai yang selalu mengikuti aturan yang berlaku serta
(58)
menjunjung tinggi kedisiplinan, agar pegawai tidak akan lupa tentang asas-asas pancasila yang selalu di terapkan. Hal ini semata mata agar para pegawai dan mahasiswa Kerja praktik selalu diberikan masukan serta motivasi di pagi hari, sehingga setelah upacara pagi para pegawai dapat dengan giat untuk melakukan aktifitas dan kerja yang telah menjadi kewajiban seorang pegawai pada umumnya.
b. Absensi Pagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat
Absensi pagi juga salah satu kegiatan rutin yang berlaku di
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat yang wajib di isi oleh pegawai Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta para peserta Kerja Praktik. Hal ini semata mata agar pegawai Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat tidak mangkir dalam bekerja dan tepat waktu, karena absensi selalu di kumpulkan dan di ambil pada setiap jam 08.00 pagi hari, sehingga pegawai yang terlambat serta pegawai yang mangkir ataupun izin dapat terlihat melalui absensi, untuk mahasiswa Kerja Praktik sendiri mengisi absen yang telah disediakan dan diberi tandatangan Pembina Kerja Praktik yaitu oleh Seksi Hubungan Industrial. Ini juga merupakan salah satu strategi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa barat agar memiliki pegawai yang solid, berkualitas, disiplin serta ketepatan waktu dalam bekerja, sehingga Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat bisa memiliki pegawai yang mampu bekerja
(59)
dan membawa perubahan di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jawa Barat agar menjadi lebih baik lagi kedepannya. c. Membaca Buku
Peneliti di beri tugas untuk membaca buku mengenai
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat mengenai tugas dan fungsi pokok, buku mengenai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan agar lebih memahami peraturan mengenai ketenagakerjaan, buku hukum perburuhan yang dapat dijadikan bahan penulisan laporan Kerja Praktik oleh peneliti, dan buku pelaksanaan delapan konvensi dasar untuk mengetahui perkembangan tenaga kerja. d. Pengumpulan Data Laporan Kerja Praktik
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara
wawancara. Wawancara dilakukan setiap kerja praktik yaitu ke beberapa pegawai yang ada di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat terutama pada pegawai Seksi Perlindungan dan pengawasan tenaga kerja, wawancara yang dilakukan peneliti berkaitan dengan perlindungan pekerja anak hingga tahun 2013, proses pengupahan tenaga kerja, dan lembaga-lembaga yang berwenang menangani perselisihan perburuhan.
e. Pembuatan Laporan Kerja Praktik
Disini peneliti harus membuat dan melaporkan kepada
Seksi Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat melalui laporan Kerja Praktik dimana di
(60)
dalam laporan tersebut penulis menjelaskan kegiatan dari awal sampai akhir penulis berada di kantor tersebut dan menjelaskan peraturan-peraturan, ketentuan umum, tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi yang ada di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat beserta dengan pasal-pasal yang berlaku.
2. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi bagian Perlindungan Pekerja Anak
Peneliti menemukan beberapa program kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian Perlindungan pekerja Anak, diantaranya Program Penanggulangan Pekerja Anak (PPA) dan Program Keluarga Harapan (PKH) atau sering disebut dengan PPA-PKH. Kegiatan PPA-PKH merupakan penarikan pekerja anak dari Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) untuk dikembalikan ke pendidikan melalui pendampingan. Pendampingan dilaksanakan di shelter dengan sasaran pekerja anak yang putus sekolah dan bekerja untuk dimotivasi dan dipersiapkan kembali ke pendidikan.
(61)
56
PERANAN DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM
PENANGGULANGAN PEKERJA ANAK DIKAITKAN DENGAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003
JUNCTO
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN
ANAK
A. Tinjauan Terhadap Pekerja Anak Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Masyarakat awam sering keliru dalam penyebutan antara pekerja anak/buruh dengan tenaga kerja anak, bahkan cenderung menyamakan. Bila dilihat, kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Istilah tenaga kerja sangat luas, yaitu meliputi semua orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik yang sudah mempunyai pekerjaan dalam hubungan kerja atau yang belum/tidak mempunyai pekerjaan. Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur atau sedang mencari pekerjaan, kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain atau penerima pendapatan.
Pengertian tenaga kerja meliputi tenaga kerja yang bekerja di dalam dan di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaganya sendiri, baik fisik maupun pikiran. Pengertian
(62)
tentang tenaga kerja menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah :
“setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.”
Pekerja/buruh menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah :
“Bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pengertian tenaga kerja mencakup pekerja/buruh, pegawai negeri,
tentara, orang yang sedang mencari pekerjaan, orang yang berprofesi bebas seperti pengacara, dokter, pedagang, penjahit dan lain-lain. Masing-masing profesi tersebut berbeda satu dengan yang lainnya, walaupun semuanya masuk ke dalam kategori tenaga kerja.
Pekerja/buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja, di bawah perintah pemberi kerja (bisa perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya) dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja disebut sebagai pekerja/buruh bila melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja dan di bawah perintah orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja yang bekerja di bawah perintah orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain tetapi tidak di dalam hubungan kerja, seperti tukang semir sepatu, bukan merupakan pekerja/buruh. Dengan demikian, pengertian tenaga kerja lebih luas daripada pekerja. Pekerja adalah tenaga kerja, sedangkan tenaga kerja tidak hanya pekerja. Pengertian tenaga kerja tersebut mengandung
(63)
pengertian yang bersifat umum dan belum jelas menunjukkan status hubungan hukum antara tenaga kerja dengan pengusaha.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 membedakan pekerja/buruh berdasarkan pada jenis kelamin (pekerja/buruh perempuan dan laki-laki) dan usia (pekerja/buruh). Pembedaan ini dilakukan bukan dalam rangka diskriminatif tetapi untuk melindungi pekerja/buruh yang lemah tubuhnya dan untuk menjaga norma-norma kesusilaan.
Berdasarkan hal tersebut Soetarso memberikan pengertian tentang
tenaga kerja anak sebagai berikut18 :
a. Anak yang dipaksa atau terpaksa bekerja mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan atau keluarganya, di sektor ketenagakerjaan formal yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga anak terhenti sekolahnya dan mengalami permasalahan fisik, mental, ragam sosial. Dalam profesi pekerjaan sosial, anak disebut mengalami perlakuan salah (abused), eksploitasi (exploited), dan ditelantarkan.
b.Anak yang dipaksa, terpaksa atau dengan kesadaran sendiri mencari nafkah untuk dirinya sendiri dan atau keluarganya, di sektor ketenagakerjaan informal, di jalanan atau tempat-tempat lain, baik yang melanggar peraturan perundang-undangan (khususnya di bidang ketertiban) atau yang tidak lagi bersekolah.
Pengertian tenaga kerja anak mempunyai pengertian yang lebih luas daripada pekerja anak, yakni bukan hanya anak yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja saja, tetapi termasuk juga anak yang
(64)
bekerja di luar hubungan kerja untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dirinya maupun masyarakat. Pengertian tentang pekerja atau buruh anak sebagai anak-anak yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar waktu dengan menerima imbalan atau tidak. Faktor-faktor Pendorong Penggunaan Anak sebagai Tenaga Kerja di Luar hubungan kerja pada bentuk pekerjaan terburuk, karena kemiskinan tidak sepenuhnya benar. Banyak faktor pendorong lain yang ditemukan penyebab anak menjadi bekerja, walaupun faktor tersebut tidak tunggal terjadi pada setiap tenaga kerja anak, dapat dipastikan ada satu faktor yang dominan pada setiap individu maupun komunitas tenaga kerja anak di sektor tertentu dan di daerah tertentu. Beberapa faktor penyebab dominan anak menjadi tenaga kerja ditemukan di lapangan antara lain keluarga, pengaruh lingkungan, potensi lokal dan pola rekruitmen, kebutuhan pendidikan dan orientasi masa depan, dorongan dari diri anak sendiri.
Alasan pengusaha menggunakan anak sebagai tenaga kerja disebabkan oleh beberapa hal, antara lain karena anak itu datang sendiri kepada pengusaha untuk menawarkan tenaga. Untuk memasukan seorang tenaga kerja anak umumnya melalui prosedur yang tidak formal, tenaga kerja anak mudah diatur dan penurut bila dibandingkan dengan tenaga kerja dewasa atau karena alasan iba/kasihan daripada terlantar bekerja di jalanan di mana kondisinya sangat berbahaya lebih baik direkrut menjadi pekerja. Berdasarkan alasan di atas, alasan utama para pengusaha mempekerjakan anak-anak, karena anak dapat diupah rendah bila dibandingkan dengan orang dewasa. Pertimbangan minimalisasi
(65)
biaya produksi dan prinsip ekonomi merupakan alasan rasional yang pengusaha terapkan dalam perekrutan anak sebagai tenaga kerja. adanya motif sosial di antara pengusaha-pengusaha dalam merekrut anak-anak, seakan-akan ingin menolong anak-anak yang menganggur dengan menciptakan peluang kerja, sehingga anak bisa mendapatkan penghasilan (upah). Akan tetapi motif tersebut sebenarnya hanya merupakan dalih, karena dengan cara itu anak mendapat tanggapan positif dari lingkungannya untuk mempekerjakan anak-anak.
Upah bisa dijadikan sebagai indikator terjadinya ekspolitasi yang selalu melekat pada pekerja anak-anak yang nampaknya membuat banyak orang enggan membicarakan pekerja anak. Apalagi, untuk kalangan kelas menengah, bila dihubungkan dengan pandangan bahwa tugas seorang anak adalah bermain dan belajar, bekerja adalah tugas orang tua.
Bentuk eksploitasi paling umum menyangkut imbalan kerja (upah). Anak-anak cenderung menerima upah rendah atau bahkan tidak diupah sama sekali, meskipun melakukan jenis pekerjaan yang sama dengan pekerja dewasa. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa bukan jenis pekerjaan yang menentukan besar kecilnya upah yang diterima tenaga kerja anak, tetapi status sebagai anak yang menyebabkannya. Struktur masyarakat menggambarkan anak-anak berada pada posisi yang lebih rendah dibanding orang dewasa. Struktur sosial setempat yang demikian menjadi faktor yang penting dalam mencermati anak dari fenomena eksploitasi ekonomi. Posisi yang mengandung hubungan kekuasaan antara orang dewasa dengan anak-anak diterapkan di seluruh bidang kehidupan, termasuk dalam kegiatan ekonomi. Fenomena eksploitasi
(66)
ekonomi terus dipandang secara luas, bukan hanya dalam bidang ekonomi saja melainkan juga dalam bidang sosial, politik, dan budaya setempat. Upaya Hukum dalam Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Anak yang Bekerja di Luar Hubungan Kerja Pada Bentuk Pekerjaan Terburuk. Pembangunan ketenagakerjaan sasaran utamanya diarahkan untuk menjamin hak-hak tenaga kerja dan menjamin kesamaan.
Penerapan hukum ketenagakerjaan dalam perlindungan tenaga kerja anak yang bekerja di luar hubungan kerja pada bentuk-bentuk pekerjaan terburuk, dikarenakan makin meresahkannya tenaga kerja anak dengan alasan kemiskinan keluarga, sulit dipisahkan antara partisipasi anak dalam aktivitas ekonomi dengan eksploitasi ekonomi
anak. Kondisi tenaga kerja anak seperti itu oleh International Labour
Organization (ILO) disebut sebagai kerja paksa (force labour condition).
1. Implementasi Perlindungan Hukum yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak terhadap pekerja anak jermal
Di tanah air kondisi kerja buruh anak yang paling buruk adalah buruh anak Jermal. Sekurang-kurangnya ada 5.400 anak bekerja di 2.000 Jermal. Jermal adalah bangunan terbuat dari bambu berukuran 15x 60 meter, terletak 2,5 mil dari pantai. Di tempat ini mereka menangkap ikan teri. Satu jermal mempekerjakan 10-15 orang, setengah diantaranya anak-anak. Selain mendapat upah yang rendah dan jam kerjanya yang panjang, buruh anak jermal juga rawan terhadap penyalahgunaan seksual dan eksploitasi dari orang dewasa,
(67)
dikarenakan tinggal bersama, secara terisolasi dengan orang dewasa selama bebulan-bulan.
Bangunan jermal memang sedikit unik, selain berada ditengah laut juga tidak memiliki alat transpotasi khusus bagi pekerjanya. Pekerja jermal menjadi pekerja sekaligus menetap di jermal untuk beberapa
wktu. Kondisi ini membuat pekeja jermal mengalami kondisi dissosial
dan lepas dari control birokrasi formal maupun control masyarakat. Isolasi yang terjadi di jermal sekaligus menjelaskan pola pekerja jermal yang dilakukan secara bersama-sama
Anak-anak yang bekerja di jermal rata-rata berusia 14 sampai 18 tahun. Mengingat kondisi jermal yang terisolir serta para pekerja yang bekerja full timer menjadikan anak-anak yang bekerja tidak melanjutkan sekolah. Pada umumnya pendidikan pekerja anak yang masuk dala usaha jermal ini antara SD-SMP, atau bahkan ada yang belum tamat SD. Tingkat pendidikan tersebu jelas bahwa anak yang bekerja di jermal tidak memiliki keahlian tertentu. Berakibat lebih jauh pada anak bahwa anak tidak lagi mempunyai keahlian apapun setelah bekerja di jermal selama jangka waktu yang cukup lama.
Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Pemerintah Negara Republik Indonesia dibentuk diantaranya untuk melindungi segenap bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang Dasar 1945 selama masih dipergunakan sebagai dasar hukum bangsa Indonesia dalam bernegara, maka pemerintah berkewajiban melindungi segenap bangsa,
(1)
b) Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk pelacur, untuk poduksi pornografi, atau untuk etunjukan-pertunjukan porno.
c) Pemanfaatan, penyediaan atau penawaran anak untuk kegiatan terlarang, khususnya untuk produksi dan perdagangan oat-obatan sebagaimana diatur dalam perjanian internasionl yang relevan
d) Pekerjaan yang sifat atau keadaan tempat pekerjaan into dilakukan dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak-anak.
4) Anggota Negara ILO yang mengesahkan konvensi ini wajib menyusun program aksi untuk menghapus bentuk-bentuk pekerjan terburuk untuk anak
5) Negara anggota ILO yang mengesahkan konvensi ini wajib mengambi langkah-langkah agar ketentuan konvensi ini dapat diterapkan secara efektif, termasuk pemberian sanksi pidana. 6) Negara anggota ILO yang mengesahkan konvensi ini wajib
melaporkan pelaksanaannya.
c. Pasal 59 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi :
“Pemerintah dan lembaga lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan denan hokum,anak dai kelomok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan,anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika, dan zat aditif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.”
(2)
73
d. Pasal 74 dan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Pasal 74 berbunyi :
“(1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk.
(2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya.
b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian.
c. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan minuman keras,narkotika,psikotropika dan zat aditif lainnya; dan/atau
d. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.
(3)Jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan,atau moral anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan Keputusan Menteri.”
Pasal 75 berbunyi :
“(1)Pemerintah berkewajiban melakukan upaya penanggulangan anak yang bekerja diluar hubungan kerja.”
e. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan terburuk untuk anak.
Pasal 1
“Menetapkan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan Presiden ini.
Pasal 2
“Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan Presiden ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan
(3)
Program Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak.”
Disnakertrans Provinsi Jawa barat bekerjasama dengan 5 (lima) instansi terkait dalam melaksanakan Program PPA-PKH seperti Bappenas, Disnaker, Dinas Kementrian dan Pendidikan, Kementrian Agama, dan Kementrian Sosial dengan target 15 kabupaten kota dengan jumlah total penarikan pekerja anak sebanyak 2280 anak.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), anak-anak yang ditarik terlebih dahulu diberikan ke Dinas sosial dan ditampung di shelter selama 1 bulan. Selama di shelter dibina dan diberi motivasi untuk kembali bersekolah. Setelah 1 bulan kemudian dibawah pengawasan Kementrian Pendidikan Nasional anak-anak dibina sesuai dengan usia dan diberi keterampilan. Pembinaan di bidang pendidikan formal dan informal. Rekomendasi dari diknas diberikan kepada Kementrian Agama dan kembali dibina di dalam pesantren, madrasah, Tsanawiyah, dan Aliyah.
Kegiatan PPA-PKH memiliki sinergitas dengan instansi yang terkait sehingga koordinasi dan kerjasama yang kuat menjadi kunci utama keberhasilan program tersebut.
Konsideran menimbang huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang berbunyi :
“Bahwa perlindungan terhadap tenaga kerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan keempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan
(4)
75
pekerja/buruh dan kelurganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha“.
Program yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi masih belum optimal terlihat dari masih banyaknya pekerja anak yang tidak bersekolah.
(5)
76 A. Simpulan
Berdasararkan Pembahasan mengenai Implementasi perlindungan hukum yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak terhadap pekerja anak jermal dan peranan tenaga kerja dalam menanggulangi pekerja anak dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maka dapat disimpulkan bahwa yang seharusnya mendapat perhatian yang sangat besar terhadap anak-anak baik dalam usia yang termasuk kategori pekerja maupun anak yang tidak bekerja atau belum mampu untuk bekerja harus mendapatka perhatian khusus dari pemerintah. Kasus-kasus kejahatan ataupun tindak pidana yang terjadi berawal dari pola pikir-pola pikir yang tertanam sejak masa kanak-kanak.
Program yang dilaksanakan oleh Disnakertrans merupakan sebuah jalan untuk menghapus bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak sehingga untuk masa depan bangsa ini memutus rantai kemiskinan. Keberhasilan program penanggulangan pekerja anak akan membuka peluang tumbuhnya insan-insan generasi penerus bangsa untuk
(6)
77
B. Saran
Pelaksanaan program-program PPA-PKH Hendaknya dilaksanakan secara berkesinambungan hingga tidak ada lagi pekerja anak yang masih bekerja pada bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.
Bekerjasama dengan pihak-pihak swasta dalam mewujudkan keberhasilan program patut menjadi pertimbangan agar kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program khususnya di kabupaten-kabupaten dapat lebih diminimalisir lagi.
Mengikutsertakan para mahasiswa dalam pelaksanaan program PPA-PKH sedikit banyak dapat membantu sosialisasi untuk semua apsan masyarakat sehingga perhatiannya juga menjadi tanggng jawab semua pihak termasuk masyarakat. Diharapkan dengan adanya keterlibatan tersebut dapat mambantu keberhasilan Program PPA-PKH.