Persekutuan Kesaksian Kajian Christian Art dalam Konteks Budaya Bali.

Keberadaan dan perkembangan gereja dan kebudayaannya amat didominasi oleh perkembangan gereja di dunia barat. Hal ini terjadi akibat pesatnya sejarah penyebaran agama Kristen, yang didominasi oleh misionaris penyebar yang berasal dari negara-negara di kawasan Eropa Barat. Demikian pula keberadaan arsitektur gereja, sebagai produk perkembangan budaya gereja, akan membawa pesan-pesan kebudayaan setempat maupun yang dibawa oleh para misionaris ke tempat-tempat lain. Fungsi Gereja Fungsi utama gereja dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu : - Persekutuan koinonia, - Kesaksian marturia - Pelayanan diakonia.

a. Persekutuan

Koinonia Arti persekutuan di dalam fungsi gereja adalah semua aktivitas di dalam gereja yang mengutamakan perkumpulan antara orang-orang seiman, pertemuan manusia dengan Allah dan pertemuan antara manusia. Perwujudan fungsi persekutuan itu tercermin dalam fungsi gereja sebagai persekutuan jemaat. Persekutuan ini dilakukan di dalam ruang-ruang utama ruang kebaktian dan ruang-ruang penunjang lainnya. Gereja sebagai tempat bersekutu manusia dengan Tuhan biasanya dilakukan di dalam ruang kebaktian sehingga ruang ini dianggap kudus dan sakral. Walaupun pada hakikatnya semua tempat dapat dijadikan ruang untuk bersekutu dengan Tuhan, tetapi dengan berkumpulnya orang-orang seiman dalam waktu yang bersamaan, maka dibutuhkan ruang yang luas untuk menampungnya. Fungsi persekutuan dapat pula ditampung pada ruang-ruang penunjang seperti ruang sekolah minggu tempat kebaktian anak-anak, ruang pastoral konseling, ruang pertemuan umum, ruang terbuka dan lain-lain. Pada hakikatnya, persekutuan adalah fungsi gereja sebagai tempat manusia untuk berkumpul, bersekutu kepada Tuhan dan sesama manusia lainnnya. Sehingga untuk memenuhi dan menerapkan fungsi ini, perlu direncanakan ruang-ruang pada gereja yang sesuai dengan peruntukan dan konteks persekutuan tersebut.

b. Kesaksian

Marturia Secara konseptual, fungsi kesaksian pada arsitektur gereja ditekankan pada simbolisasi aktifitas-aktifitas yang terjadi pada gereja-gereja serta elemen-elemen fisik pada gereja, untuk memberitakan firman Tuhan. Ruangan dan aktivitas yang terjadi di dalamnya dibuat untuk dapat menyiarkan secara langsung maupun tidak langsung semangat Kristiani bagi orang yang mengapresiasinya. Pada fungsi kesaksian ini, arsitektur gereja menjadi simbol yang dapat berlaku pasif dan aktif dalam menerjemahkan arti kekristenan bagi penganutnya. Baik dari aspek fisik maupun non fisik arsitektur gerejanya, interior maupun eksteriornya. Misalnya, keberadaan oramen-ornamen sepeti salib, altar, podium yang umumnya terlihat pada setiap gereja. Keberadaan ornamen-ornamen ini memiliki arti kesaksian tersendiri, yang dapat diterjemahkan dalam bentuk-bentuk yang sangat variatif. Tidak ada bentuk yang baku untuk tiap-tiap ornamen. Pada beberapa gereja modern, kita dapat melihat ornamen salib tampil dalam wujud non fisik, melalui cahaya ataupun bayangan yang jatuh ke dinding. Tidak lagi berupa batang kayu, besi atau material fisik lainnya yang ditempelkan di belakang altar, seperti yang biasa ditemui di beberapa gereja. Selain keberadaan ornamen dan elemen fisik lainnya dalam gereja, fungsi kesaksian juga diwujudkan dalam aktivitas- aktivitas seperti bernyanyi, berkotbah dan lain-lain.

c. Pelayanan