Arsitektur gereja juga menungkapkan filosofi, gerakan, dogma arsitektur, di samping kepedulian, kemampuan, kecermatan, bahkan ambisi pribadi para arsitek
perancangnya. Perkembangan arsitektur yang tidak selalu linier tetapi bersiklus, ditunjukkan dengan adanya pengulangan maupun ekletikisme arsitektur gereja
neo-gotik, neo-klasik, romantisme.
Arsitektur gereja dengan ciri-ciri tradisional banyak dipengaruhi adanya semangat inkulturasi dikalangan pemimpin gereja, rohaniawan dan umat. Hal tersebut makin
diperkuat setelah Konsili Vatikan II, di mana inkulturasi semakin ditekankan dalam setiap kehidupan keagamaan gereja. Kecenderungan untuk mewujudkan
bangunan gereja yang berciri arsitektur tradisional dapat dilihat pada gereja- gereja yang dibangun berdekatan dengan pusat kebudayaan.
3.2.3 Gereja Berarsitektur Tradisional Bali
a. Arsitektur dan Fungsi Gereja
Pesan dan makna yang dikandung arsitektur gereja tidak lepas dari fungsi pelayanan gereja ini semakin penting dirasakan, terutama ketika gereja
berhadapan dengan begitu banyak dan kompleksnya persoalan umat. Akibat berkembang pesatnya peradaban manusia tersebut menuntut peran gereja yang
lebih besar untuk melayani semua manusia misi gereja.
Wujud arsitektural fungsi pelayanan gereja adalah menyediakan seluruh ruang- ruang gereja untuk berbagai tempat ibadah kebaktian Minggu, tetapi juga
terbuka untuk semua aktifitas yang berlangsung setiap hari dan setiap waktu. Gereja tidak lagi tertutup bagi orang-orang yang ingin bersekutu di hari-hari biasa
selain hari Minggu. Pelayanan juga membutuhkan ruang-ruang seperti sarana rekreasi, kesehatan, fasilitas inap, pembinaan muda-mudi dan lain-lain, terutama
bagi kebutuhan masyarakat kota yang kompleks. Gereja juga harus menyediakan tempat bagi setiap manusia yang ingin singgah atau lewat.
b. Pola Ruang
Arsitektur gereja adalah sebuah komposisi ruang fisik dan non fisik untuk menampung aktivitas di dalamnya. Kehadiran ruang-ruang dalam sebuah
arsitektur gereja adalah simbol fungsi gereja di tengah pemakainya. Konsepsi ruang-ruang tersebut kemudian diterjemahkan dengan menghadirkan tempat-
tempat yang dapat memenuhi kebutuhan aktivitas bergereja yang ideal. Ruang dan tempat adalah representasi misi gereja dalam melayani jemaat dan seluruh
manusia.
Pengelompokan ruang dan tempat yang diperlukan untuk menampung aktivits di lingkungan gereja. Ada yang mengelompokkan berdasarkan fungsi gereja secara
konseptual seperti :
-
tempat untuk bersekutu dengan Tuhan.
-
tempat untuk pelayanan firman.
-
tempat untuk perjamuan kudus
-
dan lain-lain. Secara umum ruang-ruang pada sebuah gereja dapat dikelompokkan menjadi
empat kelompok, yaitu :
-
Umum, yaitu ruang kebaktian dan fasilitas penunjangnya.
-
Semi umum, yaitu ruang konseling, administrasi gereja, ruang pendidikan, fasilitas inap, dan lain-lain.
-
Pribadi, yaitu ruang untuk hunian para pelayan gereja.
-
Ruang pelayan kebaktian, yaitu ruang untuk aktivitas keseharian pelayan gereja.
c. Faktor-Faktor Pendorong Pemilihan Unsur-Unsur Arsitektur Tradisional Bali