9 kontinyuitas dengan dasar teoritikal dan model kurikulum. Ketiga difokuskan
dalam segi praktisioner. Keempat mendiskusikan ajakan untuk perdebatan tentang kurikulum. 2 kegiatan pembelajaran termasuk metode serta penilaian
atau evaluasi dan motivasi belajar siswa. Penggunaan metode yang sesuai akan menunjang peningkatan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran Fiqih salah satu
metode yang tepat digunakan adalah metode pembelajaran kontekstual CTL. Pendekatan pembelajaran kontekstual CTL merupakan konsep belajar yang
membantu guru dalam mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Selain metode yang tepat faktor lain yang sangat penting adalah pemberian motivasi belajar kepada siswa. Pemberian motivasi belajar secara
simultan dapat menciptakan kesadaran belajar pada diri siswa, mencari pengalaman-pengalaman belajar di kelas, keluarga dan masyarakat, sekaligus
mengamalkannya dalam bentuk pelaksanaan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan mata pelajaran Fiqih.
Dengan metode pembelajaran kontekstual CTL dan pemberian motivasi belajar kepada siswa secara simultan, diharapkan hasil pembelajaran meningkat
dan lebih bermakna bagi siswa karena mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti, sehingga mereka memposisikan sebagai diri sendiri
yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian. Sesuai dengan jenis masalahnya, penelitian ini adalah penelitian
Tindakan Kelas PTK. Menurut Suharsimi Arikunto 2011: 3 yang dimaksud PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
10 Sedangkan menurut Suhardjono 2011: 58 penelitian tindakan kelas adalah
penelitian tindakan action research yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya
.
2. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VII A MTs Negeri Teras,
Boyolali tahun 2012. Pemilihan tempat itu didasarkan pada pertimbangan 1 Proses pembelajaran Fiqih di MTs Negeri Teras Boyolali masih menggunakan
metode konvensional, 2 Motivasi belajar siswa yang rendah, 3 Hasil belajar siswa dibawah standar kriteria ketuntasan minimal KKM yang di tetapkan
guru mata pelajaran Fiqih yaitu 7,5. Penelitian ini berlangsung selama dua bulan, yaitu bulan April sampai dengan bulan Mei 2012. Setting penelitian ini
akan dilakukan dalam 3 siklus yang setiap siklusnya terdiri atas empat komponen meliputi: planning perencanaan, acting pelaksanaan, observasing
pengamatan, dan reflecting refleksi. 3. Subyek Penelitian
Subyek tentang judul penelitian Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih melalui Penerapan Metode CTL dan Pemberian Motivasi Belajar
Pada Siswa kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali Tahun 2012 adalah Guru mata
pelajaran Fiqih dan siswa kelas VII A MTs Negeri Teras, Boyolali. Dengan perkataan lain, kelas VII A tetapkan sebagai setting kelas. Sementara itu, guru
mata pelajaran Fiqih dan siswa dijadikan subjek penelitian. 4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan Suharsimi Arikunto, 2011: 175.
Penelitian ini menggunakan metode pengamatan observasi, tes, dokumentasi dan wawancara.
1 Metode Observasi Metode observasi adalah segala upaya merekam segala
peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu Sarwiji Suwandi, 2011: 41.
11 Penggunaan metode observasi bertujuan yang menggambarkan
keadaan ruang, peralatan, para pelaku dan juga aktifitas sosial yang sedang berlangsung.
Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 200 Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1 Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.
2 Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Dalam penelitian ini Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa format observasi. Adapun format
observasi terdiri dari nomor urut, subjek, aspek yang diobservasi. 2 Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelejensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok Suharsimi Arikunto, 2010: 193. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes formatif. 3 Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian, dan sebagainya Suharsimi Arikunto, 2010: 201. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah daftar laporan
pendidikan untuk nilai Fiqih. 4 Metode Wawancara
Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 198 Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara Interveiwer untuk
memperoleh informasi dari terwawancara responden. Metode
wawancara sebagai
metode pelengkap
dalam memperoleh data yang berkaitan dengan metode pengajaran,
hambatan pengajaran maupun dampak yang ditimbulkan dalam
12 pembelajaran Fiqih, sehngga wawancara yang akan dilaksanakan adalah
wawancara yang tidak mendalam. 5. Validitas Data
Menurut Sugiyono 2010: 363 menyatakan bahwa Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya
yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Validitas data adalah keabsahan data yang diperoleh di dalam penelitian atau suatu data yang diakui keabsahannya.
Pengujian data dilakukan dengan triangulasi data untuk menjamin kemantapan dari data penelitian ini. Data yang telah dikumpulkan, diolah, diuji
kesahihannya melalui teknik pemeriksaan tertentu. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara yaitu, antara lain berupa teknik trianggulasi dan riview
informan. Menurut H.B Sutopo 2002: 78 menyatakan bahwa Trianggulasi
merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam peningkatan kualitatif. Sedangkan Menurut Patton dalam H.B. Sutopo 2002:
78-83 trianggulasi ada 4 empat macam yakni Trianggulasi data, trianggulasi metode, trianggulasi peneliti, dan trianggulasi teori. Hal tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut: 1. Trianggulasi data atau trianggulasi sumber, artinya data yang sama atau
sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda.
2. Trianggulasi metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan
teknik dan metode yang berbeda. 3. Trianggulasi peneliti, yaitu hasil penelitian baik data atau simpulan
mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
4. Trianggulasi teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang
dikaji.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi data dan trianggulasi metode. Trianggulasi data disini peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data yang sama. Cara ini mengarahkan peneliti agar dalam melakukan pengumpulan data harus
13 menggunakan beragam data yang tersedia, dalam arti data yang sama atau
sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan cara mencari data dari
informan. Sedangkan dengan trianggulasi metode disini dengan hasil wawancara, pengamatan dan analisis dokumen yang berhubungan dengan
permasalahan dalam penelitian ini. 6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan metode yang digunakan untuk mengolah data- data yang telah diperoleh selama penelitian. Teknik yang digunakan untuk
menganalisa hasil belajar siswa adalah dengan cara memberikan evaluasi berupa tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan
menggunakan statistik sederhana yaitu pertama, untuk menilai ulangan. Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya
dibagi dengan jumlah siswa yang ada, sehingga diperoleh rata-rata tes. Pertama, untuk menilai ulangan atau tes formatif peneliti melakukan
penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut, sehingga diperoleh rata-rata tes formatif
dapat dirumuskan:
n x
X : Nilai Rata - rata ∑x : Jumlah semua nilai siswa
∑n : Jumlah siswa
Kedua, untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
x100 Siswa
belajar tuntas
telah yang
Siswa P
14
H. Pembahasan Hasil Penelitian