19 anjuran untuk pupuk Nutrimars per petaknya yaitu : 375 gpetak untuk Nutrimars
Granule dan 25 gpetak untuk Nutrimars Crystal. Tabel 2 Waktu Pemberian Pupuk
Perlakuan Waktu HST
Standar
Urea 0, 21, 35
SP-18 0 KCl 0,
35
Nutrimars
Nutrimars ½ Dosis anjuran N1 0, 21, 35
Nutrimars ¾ Dosis anjuran N2 0, 21, 35
Nutrimars 1 Dosis anjuran N3 0, 21, 35
Nutrimars 1 ¼ Dosis anjuran N4 0, 21, 35
Nutrimars 1 ½ Dosis anjuran N5 0, 21, 35
4. Pemeliharaan Tanaman
Setelah persiapan dan pemupukan awal selesai, dilakukan penanaman bibit padi yang telah berumur 19 hari ke setiap petakan. Padi ditanam mengikuti alur
caplak, masing-masing titik tanam ditanami dua bibit. Dilakukan penyulaman bila terdapat tanaman yang mati pada petak percobaan. Penyulaman dilakukan dengan
menanam bibit padi yang baru dengan umur yang sama. Pengendalian gulma pada petak percobaan dilakukan secara mekanik,
yaitu dengan mencabut tanaman secara manual dengan tangan. Pembasmian gulma dilakukan agar padi tidak mengalami gangguan dalam proses penyerapan
hara akibat bersaing dengan gulma. Hama dan penyakit yang menyerang padi dibasmi dengan menggunakan pestisida dengan cara disemprot.
5. Panen
Panen padi dilakukan setelah tanaman berumur 132 hari. Padi dirontokkan dengan papan perontok secara manual dengan memukul tanaman ke papan
perontok tersebut. Gabah yang dirontokkan pasca panen ini dinamakan gabah kering panen GKP. Bobot GKP tiap unit percobaan langsung ditimbang di
lapangan. Setelah itu, gabah dikeringkan dengan cara dijemur selama dua hari di rumah kaca untuk mendapat data bobot gabah kering giling GKG. Untuk
mengetahui jumlah bobot kering gabah bernas dan bobot kering gabah hampa, pada masing-masing perlakuan diambil 150 g GKG kemudian dipisahkan antara
gabah yang bernas dengan gabah yang hampa secara manual dengan menggunakan tangan.
20
6. Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah komposit pasca panen diambil pada ke dalaman 0-20 cm, tiap petak diambil 4 titik secara diagonal. Sampel tanah di bungkus
dengan menggunakan plastik bening. Sampel tanah kemudian dibawa ke laboratorium untuk dikering-udarakan sebelum diekstrak dengan larutan kimia.
Selain itu, pengukuran kadar air juga dilakukan untuk mengetahui kadar air pada sampel tanah yang akan dianalisis. Penetapan kadar air tanah dilakukan dengan
menghitung selisih bobot tanah sebelum dan sesudah di oven dengan suhu 101
o
C.
Pengolahan Data
Data hasil pengukuran variabel yang diperoleh selanjutnya disidik ragam. Pada perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap variabel selanjutnya dilakukan
uji lanjut dengan uji Duncan pada taraf 5.
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Tanah yang Digunakan
Sifat-saifat tanah sawah di Desa Cihideung Udik yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki tingkat kesuburan yang rendah Tabel 3 dengan tanah
bertekstur liat berdebu. Berdasarkan kriteria penilaian PPT, 1983 dalam Hardjowigeno et al, 2001 Lampiran 4, tanah tersebut tergolong masam dengan
kadar C-organik yang tergolong sangat rendah. Kapasitas tukar kation KTK tergolong rendah dengan kejenuhan basa KB tergolong rendah pula. Terlihat
kandungan N-total dan K-dd tergolong rendah dan P-tersedia tergolong sangat rendah.
Tabel 3 Sifat-sifat Tanah Sawah Desa Cihideung Udik Sebelum Percobaan Sifat Tanah
Metode ekstraksi Nilai
Hasil penilaian pH H
2
O 5,00
Masam pH KCl
3,90 -
C-org WB
0,97 Sangat Rendah
N-Total Kjeldahl
0,11 Rendah
P ppm Bray I
3,23 Sangat Rendah
KTK me100g N NH
4
OAc pH 7 16,05 Rendah
K me100g 0,27
Rendah Ca me100g
4,15 Rendah
Mg me100g 0,18
Sangat Rendah Na me100g
0,65 Sedang
KB 32,75
Rendah Al
N KCl 0,17
- H
0,17 -
Fe 0.05 N HCl
16,91 -
Tekstur Liat
Berdebu Pasir
10,26 Debu
45,56 Liat
44,18 Dengan sifat tanah seperti dikemukakan di atas, maka tanah tersebut
tergolong kurang subur dilihat dari kandungan unsur makro, C-organik, KTK, dan KB yang berstatus rendah. Faktor-faktor tanah tersebut dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman bila keadaannya tidak mendukung untuk memenuhi kebutuhan hara dan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, pemupukan pada
kegiatan budidaya padi menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman sehingga dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
22
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap NO
3 ¯
, NH
4 +
, serta P dan K Tersedia
Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 5, perlakuan Nutrimars tidak berpengaruh nyata terhadap kadar nitrat NO
3 ¯
dan amonium NH
4 +
di dalam tanah. Pada perlakuan Nutrimars, distribusi jumlah NH
4 +
antar perlakuan semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah dosis yang diberikan hingga batas
tertentu. Peningkatan terjadi dari N1 hingga N4 dan kemudian kembali mengalami sedikit penurunan pada N5 Lampiran 6. Antara N3 dan N4 memiliki jumlah
NH
4 +
yang relatif sama, sedangkan antara N4 dan N5 memiliki selisih yang sangat kecil. Jumlah NH
4 +
pada perlakuan kontrol, lebih tinggi dibandingkan N1, namun lebih rendah dibandingkan dengan N2, N3, N4, N5 dan standar. Dibandingkan
dengan perlakuan standar, N3, N4, N5 memiliki jumlah NH
4 +
lebih besar dari perlakuan standar. Walaupun terdapat selisih jumlah, namun selisihnya relatif
kecil antar perlakuan Tabel 4. Tabel 4 Pengaruh Pemberian Pupuk Nutrimars terhadap Kadar N-NO
3 ¯
dan N-NH
4 +
, P K tersedia tanah Pasca Panen Perlakuan
N-NO
3
N-NH
4
P-Tersedia K-Tersedia -----------------------ppm ----------------------- me100g
Kontrol 101,67 8,53 5,28
0,09 Standar 101,60
9,24 5,53 0,10
N1 12 100,92
7,10 5,78
0,10 N2 34
101,21 8,55
5,81 0,08
N3 1 112,57
9,94 5,53
0,11 N4 1.25
105,47 9,94
6,16 0,12
N5 1.5 98,76
9,92 5,76
0,09 Jumlah NO
3 ¯
dalam tanah pasca panen meningkat mulai dari N1 hingga N3, kemudian berangsur menurun pada N4 dan N5. Peningkatan NO
3 ¯
secara drastis terjadi dari N2 ke N3 Lampiran 7. Perlakuan N3 memiliki jumlah NO
3 ¯
yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan Nutrimars lainnya maupun
dengan perlakuan standar dan kontrol. Perlakuan kontrol memiliki jumlah NO
3 ¯
yang lebih tinggi dari N1, N2, N5, dan standar. Untuk jumlah NO
3 ¯
perlakuan standar, jumlahnya lebih besar dari N1, N2, dan N5. Walau demikian, selisihnya
relatif sangat kecil. Walaupun N4 dan N5 memiliki dosis yang lebih tinggi berarti jumlah
amonium, nitrat dan bahan organiknya juga lebih tinggi belum tentu memiliki jumlah NO
3 ¯
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis lainnya yang lebih rendah. Diduga ada kaitannya dengan perbedaaan laju mineralisasi bahan
organik. Woodruff 1949 dalam Leiwakabessy et al 2003 mengemukakan hubungan antara perubahan N-tanah dengan waktu sebagai berikut : kecepatan
23 perubahan kandungan N di dalam tanah berbanding lurus dengan kecepatan
penambahan N dan berbanding terbalik dengan kecepatan dekomposisi. Data menunjukkan, bahwa pasca panen kadar NO
3 ¯
tanah lebih tinggi dibandingkan kadar NH
4 +
, walaupun diketahui bentuk stabil N di dalam tanah tergenang yaitu berbentuk NH
4 +
sehingga seharusnya jumlah NH
4 +
jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah NO
3 ¯
tanah. Hal ini ada kaitannya dengan pengeringan tanah yang dilakukan sebelum padi di panen. Amonium pada tanah
tergenang, mengalami oksidasi pada keadaan tanah kering sehingga berubah menjadi NO
3 ¯
Brady dan Weil, 2002. Suplai nitrogen untuk padi sawah, diantaranya dapat berasal dari : residu
nitrogen amonium dan nitrat di dalam tanah, nitrogen hasil mineralisasi bahan organik, fiksasi oleh mikroorganisme tanah, dan dari pupuk yang diberikan
Ismunadji dan Roechan, 1988. Pupuk Nutrimars yang diaplikasikan terdiri dari Nutrimars Granule yang mengandung N-total 1,95 dan Nutrimars Crystal yang
N-total sebebsar 0.023 . Pupuk urea yang diaplikasikan pada unit percobaan
perlakuan standar, mengandung N-total sebanyak 46. Setelah diaplikasi ke dalam tanah, urea akan dihidrolisis oleh enzym urease yang dikeluarkan oleh
mikroorganisme dan akan melepaskan nitrogen dalam bentuk amonium NH
4 +
. Pupuk Nutrimars tergolong ke dalam pupuk organik karena terbuat dari
bahan baku yang dikembangkan dari materi-materi yang berasal dari tanaman, olahan pertanian, limbah organik yang ramah lingkungan maupun sampah organik
Anon., 2009. Kandungan C-organik dalam pupuk Nutrimars cukup tinggi. Kadar C-organik Nutrimars Granule dan Nutrimars Crystal berturut-turut 20,38 dan
22,16. Nitrogen yang berasal dari bahan organik di dalam tanah atau dari pupuk organik tersebut akan mengalami proses mineralisasi oleh mikroorganisme.
Bentuk nitrogen organik berupa kelompok amina R-NH
2
, sebagian besar dalam bentuk protein atau sebagai bagian dari senyawa humik Brady dan Weil, 2002.
Kelompok amina tersebut dihidrolisis oleh mikroorganisme, dan nitrogen akan dilepaskan dalam bentuk NH
4 +
. Bila masih dalam bentuk protein, terlebih dahulu dihidrolisis oleh mikroorganisme menjadi kelompok amina dan asam amino
Leiwakabessy et al, 2003. Menurut Leiwakabessy et al 2003, apabila bahan organik yang
dihancurkan kaya akan N dibandingkan dengan kadar C, maka tidak ada N yang diimobilisasi. Bahan organik yang mempunyai CN Rasio yang lebih kecil dari 20,
maka N dari bahan organik akan cepat dilepaskan ke dalam tanah. Bahan organik pada pupuk Nutrimars, memiliki CN rasio sebesar 10,45 pada Nutrimars Granule.
Artinya terjadi mineralisasi bahan organik dari perlakuan pupuk Nutrimars,
24 sehingga N dapat cepat dilepaskan ke dalam tanah. Bahan organik yang
terkandung di dalam pupuk Nutrimars, diduga sebagai salah satu penyebab jumlah NH
4 +
dan NO
3 ¯
tanah pasca panen pada perlakuan Nutrimars lebih tinggi dari pada perlakuan standar dan kontrol.
Diduga peningkatan jumlah NH
4 +
dan NO
3 ¯
yang berasal dari mineralisasi bahan organik pada perlakuan Nutrimars tidak terjadi secara sempurna pada saat
proses budidaya berlangsung, melainkan terjadi setelah tanaman dipanen dan tanah dikeringkan. Neue 1991 dalam Greenland 1997 menyatakan, ketika
tanah sawah dikeringkan di akhir musim hujan, kemudian dibasahi kembali di awal musim hujan, maka terjadi oksidasi bahan organik secara cepat. Proses
oksidasi dan reduksi tersebut berkontribusi terhadap kehilangan bahan organik di dalam tanah. Artinya, dalam keadaan tergenang dapat menghambat proses
mineralisasi bahan organik, tetapi peralihan dari basah ke kering maupun sebaliknya dapat mempercepat proses oksidasi reduksi di dalam tanah sehingga
dapat mempercepat proses mineralisasi pula. Nitrogen dari bahan organik dalam pupuk Nutrimars yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan N tanaman,
ternyata tidak memberikan efek yang signifikan terhadap pertumbuhan dan produksi padi akibat jumlahnya yang relatif sedikit walaupun dapat tersedia
dengan cepat. Dalam keadaan tereduksi, ion NH
4 +
merupakan bentuk nitrogen yang stabil berada di dalam tanah sawah. Padi dapat menyerap NH
4 +
sebagai sumber nitrogennya. Menurut Brady dan Weil 2002, kehilangan NH
4 +
dari dalam tanah sawah selain akibat diserap oleh tanaman, juga disebabkan oleh adanya proses
immobilisasi oleh mikroorganisme, kemungkinan diikat pada antar lapisan dari beberapa mineral liat tipe 2:1, berubah bentuk menjadi gas ammonia kemudian
menghilang ke udara melalui proses volatilisasi, dan perubahan bentuk menjadi nitrat NO
3 ¯
akibat terjadinya proses oksidasi yang dibantu oleh bakteri nitrosomonas dan nitrobakter pada saat tanah dikeringkan.
Setelah tanaman dipanen, terjadi penurunan jumlah kandungan amonium dan nitrat di dalam tanah. Kadar NH
4 +
tanah pasca panen pada perlakuan standar sebesar 9,24 ppm dan pada perlakuan Nutrimars berkisar antara 7,10 ppm-9,94
ppm. Kadar NO
3 ¯
tanah pasca panen perlakuan standar sebesar 101,60 ppm dan pada perlakuan Nutrimars berkisar antara 98,76 ppm-112,57 ppm.
Pada perlakuan standar, jumlah unsur-unsur yang diberikan relatif cukup, hal ini dapat dilihat dari produksi yang dihasilkan lihat Tabel 7. Sedangkan
tanaman pada perlakuan Nutrimars mengalami defisiensi hara. Hal ini terjadi, salah satunya karena jumlah N yang diberikan melalui pupuk Nutrimars ditambah
25 N yang terdapat di dalam tanah, jumlahnya lebih rendah dari yang dibutuhkan
oleh tanaman. Hasil analisis ragam Lampiran 5 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk
Nutrimars tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah P-tersedia pasca panen. Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah P-tersedia pada perlakuan Nutrimars relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol maupun dengan perlakuan standar. Terjadi fluktuasi jumlah P-tersedia dalam tanah pasca panen seiring dengan
peningkatan dosis Nutrimars, namun peningkatan tersebut tidak membentuk pola yang beraturan Lampiran 8. Kadar P-tersedia tertinggi pada perlakuan N4
sedangkan terendah pada N3. Kadar P-tersedia perlakuan kontrol relatif lebih kecil dari perlakuan standar. Dibandingkan dengan hasil analisis tanah sebelum
diberi perlakuan Tabel 3, kadar P-tersedia dalam tanah mengalami peningkatan pasca dilaksanakannya budidaya padi.
Tanah sawah yang digunakan dalam kegiatan penelitian memiliki sifat tanah yang masam dengan pH 5. Menurut Brady dan Weil 2002 saat tanah
belum digenangi, pada tanah masam pH 4-5,5, anion yang lebih dominan yaitu anion monovalen H
2
PO
4 ¯
. Hampir semua fiksasi fosfor dalam tanah asam mungkin terjadi ketika ion-ion H
2
PO
4 ¯
bereaksi atau terjerap oleh permukaan oksida tidak terlarut dari besi, aluminium, dan mangan, seperti gibsit dan geotit,
dan juga dapat terjerap oleh liat silikat tipe 1:1. Menurut Ahn 1993, di tanah tropis oksida alumunium dan oksida besi relatif berlebihan dan bereaksi dengan
fosfor sehingga membentuk ikatan Al-P dan Fe-P. Penggenangan tanah sawah dapat meningkatkan kadar P-tersedia dalam
tanah De Datta, 1981. Penggenangan umumnya dapat meningkatkan konsentrasi fosfat terlarut dan P-tersedia Patrick et al dalam Neue dan Bloom, 1989. Saat
tanah sawah tergenang, reduksi Fe
3+
dapat melepaskan P terjerap De Datta, 1986 dalam
Neue dan Bloom, 1989. Fosfor tidak langsung terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi dalam tanah tergenang, tetapi terjadi pengaktifan kembali fosfor
yang bereaksi dengan besi, kalsium dan magnesium akibat sejumlah unsur redoks yang dipengaruhi oleh penggenangan tanah Patrick dan Reddy, 1978.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sui dan Thompson 2000 dalam
Brady dan Weil 2002, diketahui bahwa senyawa organik yang ditambahkan melalui bahan organik dapat membentuk khelat dengan beberapa
kation pengikat P seperti Fe
3+
sehingga menyebabkan fosfor terlepas ke dalam larutan tanah. Menurut Meinofriadi 1988, penambahan bahan organik ke dalam
tanah tergenang juga dapat meningkatkan P-tersedia Bray 1 dapat dipertukarkan di dalam tanah. Dalam penelitian ini kadar P-tersedia pasca panen pada perlakuan
26 Nutrimars relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan standar yang tidak
mengandung bahan organik. Peningkatan kadar P-tersedia pada semua perlakuan diduga terjadi akibat
adanya penggenangan tanah dan peningkatan pH tanah. Penggenangan tanah dapat meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman. Hal ini terjadi karena adanya
kenaikan pH pada tanah masam sehingga dapat membebaskan sebagian P- terfiksasi. Peningkatan pH tanah pada tanah masam juga dapat meningkatkan
mineralisasi P-organik Anwar dan Sudadi, 2007. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meinofriadi 1988 menunjukkan
bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah tergenang dapat meningkatkan intensitas reduksi dengan mempercepat penurunan potensial redoks Eh dan
peningkatan pH. Makin tinggi kandungan bahan organik tanahnya, makin besar intensitas reduksinya sehingga makin rendah nilai Eh-nya. Menurut
Ponnamperuma 1985 dalam Greenland 1997, besarnya nilai Eh berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara dalam tanah. Nilai Eh yang rendah,
meningkatkan ketersediaan P. K, Fe, Mn, dan Si tetapi mengurangi S dan Zn. Baik perlakuan Nutrimars maupun perlakuan pupuk standar, tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah K-tersedia dalam tanah pasca tanaman dipanen Lampiran 5. Lampiran 9 menunjukkan kadar K-tersedia di dalam tanah
pasca panen. Pada perlakuan Nutrimars, terlihat fluktuasi K-tersedia seiring dengan peningkatan dosis yang diberikan. Pada perlakuan Nutrimars, K-tersedia
pasca panen dalam tanah tertinggi pada N4 dan terendah pada N2. Dibandingkan dengan perlakuan kontrol, K-tersedia perlakuan Nutrimars relatif lebih tinggi,
kecuali pada N2 dibandingkan kontrol. Dibanding dengan perlakuan standar, hanya N3 dan N4 yang mempunyai K-tersedianya lebih tinggi, sedangkan N2 dan
N5 relatif lebih rendah dan N1 relatif sama. Jumlah K-tersedia perlakuan standar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Walaupun demikian,
selisih jumlah antar perlakuan relatif sangat kecil. Menurut Ahn 1993, kalium tidak tersedia selain terdapat pada mineral
terlapuk, terdapat pula dalam fraksi organik tanah. Cadangan ini dilepas bersama dengan nutrisi lainnya sebagai fraksi organik yang dimineralisasi. Selain kalium
organik dalam humus tanah yang menjadi cadangan utama di dalam tanah, bahan organik yang diberikan melalui pemupukan juga dapat menjadi cadangan kalium
di dalam tanah. Diduga, terhambatnya proses mineralisasi bahan organik pada perlakuan Nutrimars terjadi akibat kondisi lingkungan tanah yang tergenang. Hal
ini diperkuat oleh pernyataan Anwar dan Sudadi 2007 yang menyatakan bahwa pada tanah yang digenangi, dekomposisi bahan organik berjalan lebih lambat.
27 Terhambatnya mineralisasi pada saat tergenang dan normal kembali setelah tanah
dikeringkan, diduga menjadi penyebab jumlah K-tersedia pasca panen pada perlakuan Nutrimars relatif lebih tinggi dari perlakuan standar dan kontrol.
Analisis tanah pasca panen menunjukkan bahwa kadar hara K-tersedia tergolong sangat rendah sampai rendah, jumlahnya berkisar antara 0,08-0,12
me100g, lebih rendah dibandingkan kadar hara sebelum penanaman yaitu sebesar 0,27 me1080g. Penurunan jumlah K disebabkan tingginya penyerapan K oleh
tanaman dan tanpa diiringi dengan penambahan jumlah K yang memadai bagi kebutuhan tanaman. Hal ini terlihat terutama pada perlakuan Nutrimars.
Jumlah NO
3 ¯
, NH
4 +
, serta P dan K tersedia tanah pasca panen yang rendah menunjukkan rendahnya residu pupuk Nutrimars dan pupuk anorganik standar di
dalam tanah. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi 2004, sebagian hara yang diberikan melalui pupuk akan tertinggal di dalam tanah. Jumlahnya tergantung
pada jumlah pupuk yang diberikan, hasil tanaman, cara pemberian, dan pengaruh tanah. Rata-rata tanaman akan megangkut setengah sampai sepertiga N dan K, dan
kurang dari ¼ P. Sisanya akan tertinggal di dalam tanah sebagai residu dan ada pula yang hilang akibat drainase dan fiksasi tanah.
Diduga penyebab rendahnya residu pupuk adalah jumlah hara yang diberikan melalui pupuk Nutrimars lebih rendah dibandingkan jumlah hara yang
dibutuhkan oleh padi. Jumlah hara yang diberikan melalui pupuk anorganik standar diduga relatif seimbang dengan jumlah hara yang dibutuhkan oleh padi,
sehingga residu pupuk anoganik standar di dalam tanah juga rendah. Residu pupuk dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman yang
ditanam kemudian, terutama bila jumlah residunya besar. Residu pupuk akan dapat diserap oleh tanaman bila dalam keadaan tersedia, baik di dalam larutan
tanah maupun di kompleks pertukaran koloid tanah. Pada penelitian ini, residu pupuk Nutrimars jumlahnya rendah sehingga sedikit jumlah hara dari pupuk
tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang akan ditanam berikutnya.
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 1. Jumlah Anakan Padi
Tabel 5 menyajikan hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan padi. Pengaruh nyata perlakuan terhadap jumlah anakan mulai muncul
pada 6 MST Lampiran 10. Berdasarkan data umur 8 MST anakan maksimum, Nutrimars tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara N1, N2, N3, N4, dan
N5 meskipun dosis yang diberikan berbeda-beda. Jumlah anakan pada N3 dan N4 nyata lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anakan perlakuan kontrol. Jumlah
28 anakan pada perlakuan N3 dan N4 tidak berbeda nyata dengan jumlah anakan
perlakuan standar. Jumlah anakan perlakuan standar nyata lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah anakan perlakuan kontrol.
Tabel 5 Pengaruh Pemberian Pupuk Nutrimars terhadap Jumlah Anakan Padi Sawah Varietas Ciherang
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT 5.
Jumlah anakan maksimum tertinggi pada perlakuan Nutrimars terlihat pada N3, sedangkan terendah pada N5. Anakan maksimum perlakuan Nutrimars
lebih sedikit dibandingkan perlakuan standar, dengan selisih relatif kecil yaitu 2-7 batang Lampiran 11.
Jumlah anakan produktif yang tertinggi ditemukan pada perlakuan standar yaitu sebesar 11 batang. Anakan produktif perlakuan standar berbeda nyata
dengan perlakuan Nutrimars dan perlakuan kontrol. Namun, jumlah anakan perlakuan Nutrimars tidak berbeda nyata dengan jumlah anakan perlakuan
kontrol. Berdasarkan data dari BBPADI 2007 potensi jumlah anakan produktif padi varietas Ciherang yaitu 14-17 batang, sedangkan jumlah anakan pada
perlakuan Nutrimars yang tertinggi hanya mencapai 7 batang. Jumlah anakan produktif antara perlakuan Nutrimars dengan perlakuan kontrol relatif sama. Data
ini menunjukkan, perlakuan Nutrimars tidak berpengaruh besarpada padi. Perbandingan anakan produktif antara perlakuan pupuk Nutrimars dengan
standar menunjukkan selisih yang cukup besar Lampiran 12. Anakan produktif perlakuan Nutrimars jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan standar.
Jumlah anakan yang mati pada perlakuan Nutrimars jauh lebih besar daripada perlakuan standar. Hal ini menunjukkan tanaman tak terpenuhi kebutuhan haranya
melalui pupuk Nutrimars. Translokasi unsur hara yang mobil di dalam tanaman, seperti N, P, dan K
dari daun tua ke daun muda terbilang cukup besar pada perlakuan Nutrimars. Hal ini terlihat dari banyaknya daun tua yang mati dan menyebabkan jumlah anakan
Perlakuan Umur MST
3 7 8
9 11 AP Jumlah anakan
-------------------- batangrumpun -------------------- Kontrol 3
13
b
30
c
13
b
7
b
6
b
Standar 4 26
a
37
a
25
a
13
a
11
a
N1 12 3
14
b
33
bc
14
b
7
b
6
b
N2 34 3
16
b
33
bc
16
b
8
b
7
b
N3 1 3
17
b
35
ab
16
b
8
b
7
b
N4 1.25 3
17
b
34
ab
14
b
7
b
6
b
N5 1.5 3
15
b
32
bc
14
b
7
b
6
b
29 produktif yang relatif rendah. Menurut Brady dan Weil 2002, nitrogen sangat
mobil di dalam jaringan tanaman ketika kebutuhan nitrogen tidak mencukupi, nitrogen akan di transfer ke daun muda dari daun tua, sehingga menyebabkan
daun tua terlihat klorosis berat dan kemudian mati. Begitu pula pada unsur P dan K. Gejala defisiensi P dan K tersebut dapat dilihat pada daun tua. Gejala defisiensi
P yang muncul yaitu tanaman lebih kerdil dari perlakuan standar, kurus, batang mengecil, daun menyempit, pendek, tegak, serta pertumbuhan melambat. Jumlah
daun, malai, dan gabah per malai menjadi berkurang. Gejala defisiensi K yang muncul yaitu daun mengalami klorosis mulai dari ujung dan tepi daun dan
selanjutnya akan mengalami nekrosis. Peristiwa tersebut selain terjadi pada
perlakuan kontrol dan Nutrimars sehingga perbedaan jumlah anakan produktifnya tidak nyata, namun nyata lebih rendah dibandingkan perlakuan standar.
2. Tinggi Tanaman