17
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang dalam lingkungan anaerob tidak terdekomposisi sempurna. Rendahnya kandungan kation-kation
dalam bahan organik, serta tingginya kandungan asam organik sebagai senyawa yang relatif stabil dalam tanah gambut menjadi salah satu sebab rendahnya pH
tanah gambut.
4.1. Ekstraksi Asam Organik dari Tanah Gambut
Tanah gambut untuk ekstraksi asam organik diambil dari 3 wilayah. Ekstraksi tanah gambut dilakukan untuk memperoleh ekstrak asam organik
dengan menggunakan metoda sebagaimana dilakukan oleh Maciak Harms 1986 dengan modifikasi sebagimana tercantum dalam metode. Asam organik
dari tanah gambut terpilih akan dijadikan medium untuk menyeleksi mikrob yang dapat mendegradasi asam organik. Kandungan total asam organik masing-masing
tanah gambut bervariasi tergantung pada lokasi dan kematangan gambutnya. Tabel 3 Kemasaman tanah dan kandungan total asam organik ekstrak tanah
gambut. No
Asal tanah gambut pH
Total Asam organik mN-NaOH10 gr tanah
1 Siantan I, AVC-Kalimantan
Barat perkebunan Lidah buaya 4
72,4 2
Siantan II, Terminal Agribisnis- Kalimantan Barat tanaman
Hortikultur 3,8
132,4
3 Palu , PT AAL perkebunan
Kelapa sawit 2,7
57,8
Tanah gambut dari wilayah Siantan II mempunyai pH rendah 3,8 dan mempunyai kandungan total asam organik paling tinggi Tabel 3. Ekstraksi asam
organik dari tanah gambut wilayah Siantan II dipilih untuk digunakan sebagai medium pertumbuhan mikrob dalam penelitian selanjutnya.
18
4.2. Isolasi Mikrob
Mikrob yang dapat mendegradasi asam organik pada pH rendah diperkirakan akan diperoleh dari lokasi yang mempunyai kemasaman tinggi,
walaupun rendahnya pH tanah tidak hanya disebabkan oleh asam-asam organik tetapi juga karena kandungan ion-ion sulfat. Mikrob diisolasi dari 6 lokasi
sampling dan diperoleh 39 isolat Tabel 4. Sebagian besar mikrob tersebut diperkirakan adalah fungi. Fungi merupakan kelompok mikrob yang dominan
pada tanah masam karena lingkungan masam tidak baik untuk bakteri ataupun actinomycetes sehingga fungi dapat memonopoli pemanfaatan substrat alami
dalam tanah Rao, 1986. Bakteri dan khamir hanya sedikit dijumpai pada tanah- tanah masam yang menjadi wilayah sampling, hal tersebut memperlihatkan bahwa
kedua jenis mikrob kurang toleran pada pH rendah dibanding fungi.
4.3. Seleksi Mikrob Pendegradasi Asam Organik
Seleksi mikrob dilakukan dengan menumbuhkan seluruh isolat yang diperoleh pada tahap isolasi pada media yang mengandung asam organik sebagai
sumber karbon tunggal. Asam organik yang digunakan adalah asam organik yang diekstrak dari tanah gambut Siantan II. Kultur mikrob ditumbuhkan pada kondisi
aerob dan pada temperatur kamar selama 48-96 jam.
4.3.1. Seleksi Fungi Pendegradasi Asam Organik
Semua isolat fungi dapat tumbuh dengan menggunakan asam organik sebagai sumber karbon, dimana kenaikan pH dan konsumsi asam organik
bervariasi diantara isolat-isolat yang diuji Gambar 2 dan Gambar 3. Nilai pH pada akhir fermentasi 96 jam berkisar antara 5.6 sampai 5.9 Gambar 2.
Secara umum jumlah asam organik yang dikonsumsi oleh isolat mengikuti pola kenaikan
pH Gambar 3. Jumlah asam organik yang dikonsumsi setara dengan kenaikan
pH pada setiap isolat. Hasil ini sesuai dengan hipotesa yang menyatakan bahwa meningkatnya kemampuan mikrob dalam mendegradasi asam organik diikuti
dengan meningkatnya pH. Pertumbuhan sel berbagai isolat tidak berkorelasi dengan kenaikan nilai pH Gambar 4. Perbandingan kenaikan pH dengan
konsumsi asam organik dan bobot kering sel pada seluruh isolat ditampilkan pada Gambar 5.
19
Tabel 4 Isolat yang diperoleh dari beberapa wilayah.
No Isolat
Ciri Kelompok
Lokasi sampling 1
FL8 Warna hitam
Fungi Limbah cair, PT. BPK
Kalimantan Barat pH : 5,2
2 FL9
Warna hijau tua Fungi
3 FG2
Warna putih Fungi
4 BL1
Warna putih keruh Bakteri
5 BL2
Warna bening kecoklatan Bakteri
6 BL3
Warna putih keruh Bakteri
7 BL4
Warna putih bening Bakteri
8 BL5
Warna bening kecoklatan Bakteri
9 BL6
Warna merah Bakteri
10 YL7
Warna putih kecoklatan Khamir
11 YG
Warna putih keruh Khamir
12 FR1
Warna kuning kehijauan Fungi
Tanah gambut perkebunan Nanas - PT. Pulau Sambu,
Riau pH : 3,7 13
FR2 Warna hijau
Fungi 14
FR3 Warna putih
Fungi 15
FR4 Warna putih kecoklatan
Fungi 16
FRN1 Warna hitam
Fungi 17
FRN2 Warna putih
Fungi 18
FRN3 Warna hijau kehitaman
Fungi 19
FRN4 Warna hijau kehitaman
Fungi 20
FRN5 Warna putih
Fungi 21
BR1 Warna putih bening
Bakteri 22
BR2 Warna putih keruh
Bakteri 23
YR1 Warna putih bening
Khamir 24
FB1 Warna putih
Fungi Tanah gambut, Rasau
Jaya, Kalimantan Barat pH : 4,6
25 FB2
Warna putih keruh Fungi
26 FB3
Warna hitam kecoklatan Fungi
27 FB4
Warna hijau tua Fungi
28 FB5
Warna hijau tua Fungi
29 FB6
Warna hijau Fungi
30 FB7
Warna hijau kekuningan Fungi
31 FB8
Warna putih kehitaman Fungi
32 FB9
Warna putih kehitaman Fungi
33 BB1
Warna putih Bakteri
34 FT1
Warna putih Fungi
Tanah perkebunan Lidah buaya, Tabanan, Denpasar
pH : 5,7 35
FP1 Warna putih
Fungi Tanah gambut perkebunan
Lidah buaya, PT.Aloevera Indonesia, Pontianak pH :
4,5 36
FP2 Warna putih
Fungi 37
FP3 Warna hijau
Fungi 38
FS2 Warna hijau kekuningan
Fungi Tanah gambut, Siantan II,
Kalimantan Barat pH 3,8 39
BS1 Warna putih keruh
Bakteri