19
Tabel 4 Isolat yang diperoleh dari beberapa wilayah.
No Isolat
Ciri Kelompok
Lokasi sampling 1
FL8 Warna hitam
Fungi Limbah cair, PT. BPK
Kalimantan Barat pH : 5,2
2 FL9
Warna hijau tua Fungi
3 FG2
Warna putih Fungi
4 BL1
Warna putih keruh Bakteri
5 BL2
Warna bening kecoklatan Bakteri
6 BL3
Warna putih keruh Bakteri
7 BL4
Warna putih bening Bakteri
8 BL5
Warna bening kecoklatan Bakteri
9 BL6
Warna merah Bakteri
10 YL7
Warna putih kecoklatan Khamir
11 YG
Warna putih keruh Khamir
12 FR1
Warna kuning kehijauan Fungi
Tanah gambut perkebunan Nanas - PT. Pulau Sambu,
Riau pH : 3,7 13
FR2 Warna hijau
Fungi 14
FR3 Warna putih
Fungi 15
FR4 Warna putih kecoklatan
Fungi 16
FRN1 Warna hitam
Fungi 17
FRN2 Warna putih
Fungi 18
FRN3 Warna hijau kehitaman
Fungi 19
FRN4 Warna hijau kehitaman
Fungi 20
FRN5 Warna putih
Fungi 21
BR1 Warna putih bening
Bakteri 22
BR2 Warna putih keruh
Bakteri 23
YR1 Warna putih bening
Khamir 24
FB1 Warna putih
Fungi Tanah gambut, Rasau
Jaya, Kalimantan Barat pH : 4,6
25 FB2
Warna putih keruh Fungi
26 FB3
Warna hitam kecoklatan Fungi
27 FB4
Warna hijau tua Fungi
28 FB5
Warna hijau tua Fungi
29 FB6
Warna hijau Fungi
30 FB7
Warna hijau kekuningan Fungi
31 FB8
Warna putih kehitaman Fungi
32 FB9
Warna putih kehitaman Fungi
33 BB1
Warna putih Bakteri
34 FT1
Warna putih Fungi
Tanah perkebunan Lidah buaya, Tabanan, Denpasar
pH : 5,7 35
FP1 Warna putih
Fungi Tanah gambut perkebunan
Lidah buaya, PT.Aloevera Indonesia, Pontianak pH :
4,5 36
FP2 Warna putih
Fungi 37
FP3 Warna hijau
Fungi 38
FS2 Warna hijau kekuningan
Fungi Tanah gambut, Siantan II,
Kalimantan Barat pH 3,8 39
BS1 Warna putih keruh
Bakteri
20
Gambar 2. Nilai pH berbagai isolat fungi setelah inkubasi 96 jam
Gambar 3. Penurunan total asam berbagai isolat fungi setelah inkubasi 96 jam
21
Gambar 4. Pertumbuhan berbagai isolat fungi setelah inkubasi 96 jam
Gambar 5. Nilai pH, total asam dan bobot kering sel berbagai isolat fungi setelah inkubasi 96 jam
22
Seleksi tahap lanjut dilakukan terhadap beberapa isolat yang unggul berdasarkan kecepatan pertumbuhan dan kenaikan pH serta mewakili setiap
wilayah pengambilan sampel. Isolat tersebut adalah FR3, FRN3, FB1, FB9 dan FS2 yang selanjutnya dilakukan inkubasi untuk menentukan kecepatan
pertumbuhan dan kenaikan pH maksimum. Pengamatan dilakukan setiap 12 jam terhadap kenaikan pH, total asam dan bobot kering sel.
Kecepatan kenaikan pH dicapai pada jam 12 sampai jam ke 24 untuk setiap isolat fungi yang diuji Gambar 6. Isolat FS2 memperlihatkan nilai pH
tertinggi yakni pH 5.7 pada jam ke 24. Kecepatan penurunan total asam organik dalam medium dicapai pada jam 12 sampai jam ke 24 untuk setiap strain fungi
yang diuji Gambar 7. Semua isolat terpilih yang diuji lanjut tidak memperlihatkan pertumbuhan sel yang konsisten Gambar 8. Diduga terjadi lisis
sel pada berbagai tahap pertumbuhan sel. Gambar 6. Pengaruh waktu inkubasi terhadap kenaikan pH berbagai
isolat fungi terpilih
23
Isolat FRN3 memperlihatkan penurunan total asam organik tertinggi pada jam ke 24, tetapi penurunan asam organik yang terendah pada fase stabil sampai
jam ke 48 dicapai oleh isolat FS2. Perbedaan kecepatan penurunan total asam organik dan kenaikan pH sampai jam ke 24 antar isolat FS2 dan FRN3, diduga
karena adanya perbedaan kinetika kedua isolat dalam mengkonsumsi asam organik.
Gambar 7. Pengaruh waktu inkubasi terhadap kecepatan penurunan total asam organik berbagai isolat fungi terpilih
Gambar 8. Pengaruh waktu inkubasi terhadap pertumbuhan sel berbagai isolat fungi terpilih
24
Berdasarkan seleksi terhadap 26 isolat fungi dalam mendegradasi asam organik tanah gambut, diperoleh hasil bahwa isolat FS2 merupakan isolat unggul
dari kelompok fungi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sachan et al. 2010 bahwa beberapa fungi mampu menggunakan asam organik
asam kumarat dan asam ferulat sebagai sumber karbon tunggal, diantaranya fungi akar putih white rot fungus Schyzophyllum commune, Pycnoporus
cinnabarinus, Trametes sp. Strain Penicillium Bi 72 juga dilaporkan dapat menggunakan berbagai senyawa fenol termasuk asam protokatekuat dan asam
galat sebagai sumber karbon dan energi Hofrichter dan Schiebner, 1993.
4.3.2. Seleksi Bakteri Khamir Pendegradasi Asam Organik
Seleksi juga dilakukan untuk memperoleh isolat bakteri dan khamir yang mampu tumbuh pada media yang mengandung asam organik sebagai sumber
karbon tunggal. Parameter yang digunakan untuk menentukan mikrob unggul adalah nilai pH akhir dan total asam pada medium fermentasi serta berat sel
berdasarkan optical density OD pada panjang gelombang 620 nm. Isolat BL6, YL7 dan YG mampu tumbuh pada medium asam organik dan
menaikkan pH medium antara 4.6 sampai 4.8 pada akhir fermentasi 24 jam Gambar 9, tidak terlalu tinggi dibandingkan oleh isolat-isolat fungi pada waktu
yang sama. Hal ini memperlihatkan bahwa bakteri dan khamir kurang toleran untuk tumbuh pada lingkungan pH rendah.
Kenaikan pH yang dicapai isolat BL6, YL7 dan YG tersebut sebagai akibat dari pertumbuhan sel dalam memanfaatkan asam organik dalam medium
Gambar 10. Kenaikan pH dan pertumbuhan sel isolat BL6, YL7 dan YG tersebut sebanding dengan konsumsi asam organik selama berlangsungnya
fermentasi Gambar 11. Kemampuan bakteri untuk menggunakan asam fenolat juga telah
dilaporkan sebelumnya, dimana Leuconostoc oenos dan Lactobacillus hilgardii dapat memetabolisme asam galat Alberto et al., 2001 dan campuran beberapa
asam fenolat oleh strain bakteri tertentu Reardon et al., 2000.
25
Gambar 9. Peningkatan pH medium berbagai isolat bakteri dan khamir setelah inkubasi 24 jam
Gambar 10. Pertumbuhan sel berbagai isolat bakteri dan khamir setelah inkubasi 24 jam
26
Seleksi lanjut terhadap bakteri dan khamir yang dapat menggunakan asam organik sebagai sumber karbon dilakukan terhadap isolat BL6 dan YL7 untuk
menentukan fase kecepatan pertumbuhan dan kenaikan pH maksimum. Pengamatan dilakukan setiap 6 jam terhadap kenaikan pH, total asam dan berat
kering sel. Pertumbuhan sel kedua isolat YL7 dan BL6 berakhir setelah jam ke-18.
Kenaikan pH yang dicapai oleh isolat YL7 lebih cepat dibandingkan dengan isolat BL6 sampai dengan jam ke-12, tetapi kenaikan pH lebih tinggi dicapai oleh isolat
BL6 sejak jam ke 18 sampai berakhirnya fermentasi Gambar 12. Kenaikan pH tersebut diikuti dengan kenaikan pertumbuhan sel Gambar 13,
serta diikuti
dengan penurunan total asam yang cepat untuk kedua isolat Gambar 14. Gambar 11. Kenaikan pH, pertumbuhan sel dan konsumsi asam organik
isolat bakteri dan khamir setelah inkubasi 24 jam
27
Gambar 13. Pertumbuhan isolat BL6 dan YL7 selama inkubasi 48 jam Gambar 12. Pengaruh waktu inkubasi terhadap kecepatan kenaikan pH isolat
BL6 dan YL7 selama inkubasi 48 jam.
28
Berdasarkan hasil seleksi 39 isolat baik fungi, bakteri maupun khamir, diperoleh hasil bahwa isolat FS2 adalah isolat unggul yang akan digunakan untuk
penelitian selanjutnya, karena isolat FS2 mampu menaikkan pH menjadi 5,90 dengan penurunan total asam sebesar 3,5 mN-NaOH pada jam ke 36.
4.4. Karakterisasi Pertumbuhan Mikrob Terpilih Strain FS2
Susunan dan kadar nutrisi suatu medium untuk pertumbuhan mikrob harus seimbang agar mikrob dapat tumbuh optimal. Hal ini perlu dikemukakan
mengingat banyak senyawa yang menjadi zat penghambat atau racun bagi mikrob jika kadarnya terlalu tinggi. Disamping itu dalam medium yang terlalu pekat
aktivitas metabolisme dan pertumbuhan mikrob dapat berubah. Perubahan faktor lingkungan menyebabkan aktivitas fisiologi mikrob dapat terganggu, bahkan
mikrob dapat mengalami kematian. Medium memerlukan kemasaman pH tertentu tergantung pada jenis mikrob yang ditumbuhkan. Aktivitas metabolisme
mikrob dapat mengubah pH, sehingga untuk mempertahankan pH medium ditambahkan bahan buffer.
Gambar 14. Nilai total asam isolat BL6 dan YL7 selama inkubasi 48 jam
29
4.4.1. Optimalisasi Sumber Karbon dan Nitrogen
Sumber karbon dan nitrogen merupakan nutrisi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan metabolisme mikrob. Menurut Gao et al. 2007,
kebutuhan sumber karbon dan nitrogen sangat bervariasi diantara berbagai strain jamur dengan karakteristik pertumbuhan yang sangat tergantung dari masing-
masing strain. Optimalisasi medium pertumbuhan dilakukan terhadap strain terseleksi
FS2 selama 48 jam dengan menumbuhkannya pada medium yang mengandung sumber karbon asam organik dan sumber nitrogen amonium sulfat pada
konsentrasi kisaran yang berbeda-beda masing-masing 33,1 – 132,4 mN-NaOH dan 1-4 gl.
Tabel 5 Nilai pH akhir strain FS2 dengan variasi sumber C N setelah inkubasi 48 jam
Sumber Nitrogen
gl Sumber Karbon mN-NaOH
33,1 66,2
99,3 132,4
1 5,34
5,2
ef
5,22
bc
5,32
bcd e
2 5,43
5,25
g
5,18
cd
5,22
b
3
bcd
5,39 5,22
fg
5,19
bcd
5,08
b
4
a
5,26 5,34
d
5,2
ef
5,12
bc a
Gambar 15. Nilai pH strain FS2 pada medium pertumbuhan dengan variasi sumber karbon dan nitrogen
30
Hasil optimalisasi sumber C dan N menunjukkan bahwa kombinasi asam organik dan nitrogen optimum untuk pertumbuhan strain FS2 adalah medium
dengan sumber karbon 33,1 mN-NaOH dan sumber nitrogen 2 gl. Pada medium optimum tersebut, kenaikan pH mencapai 5,43 Tabel 5, Gambar 15 diikuti
dengan penurunan asam organik sebesar 4,8 mN-NaOH selama 48 jam fermentasi Gambar 16. Penurunan total asam yang dikonsumsi strain FS2 pada medium
pertumbuhan dengan variasi sumber karbon dan nitrogen
Gambar 17. Pertumbuhan sel strain FS2 pada medium pertumbuhan dengan variasi sumber karbon dan nitrogen
31
Gambar 16. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Perveen 2010 bahwa dengan pemberian amonium sulfat sebesar 2 gl medium dapat
meningkatkan pertumbuhan fungi Phythophthora casici. Berdasarkan hasil analisis ragam terhadap pH Lampiran 10,
memperlihatkan bahwa interaksi C dan N berbeda nyata memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pH pada taraf nyata
α 5 p 0,05 → 0,00 0,05. Hasil ini memperlihatkan bahwa sumber C dan N sangat diperlukan oleh strain FS2
dalam mendegradasi asam organik. Selanjutnya dari hasil uji Duncan memperlihatkan bahwa terdapat 7 kelompok perlakuan yang memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap pH Lampiran 12. Hasil uji Duncan tersebut mengindikasikan bahwa kombinasi faktor C1N2 sumber karbon 33,1 mN-NaOH
dan sumber nitrogen 2 gl memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pH diantara kombinasi perlakuan yang lain.
Hasil analisis ragam terhadap pertumbuhan sel Lampiran 13, memperlihatkan bahwa interaksi C dan N tidak memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap pertumbuhan sel pada taraf nyata α 5 p 0,05 → 0,511
0,05. Hasil analisis pengaruh faktor tunggal menunjukkan bahwa faktor C berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
sel pada taraf nyata α 5 p 0,05 → 0,00 0,05, namun sebaliknya faktor N tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
se l pada taraf nyata α 5 p 0,05
→ 0,122 0,05. Selanjutnya dari hasil uji Duncan terhadap faktor C menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok perlakuan
yang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan sel Lampiran 14. Hasil uji Duncan tersebut memperlihatkan bahwa sumber karbon sangat
diperlukan oleh strain FS2 untuk pertumbuhannya. Hasil analisis ragam terhadap penurunan total asam Lampiran 15,
memperlihatkan bahwa interaksi C dan N tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penurunan total asam pada taraf nyata
α 5 p 0,05 → 0,402 0,05. Hasil analisis faktor tunggal menunjukkan bahwa faktor C berpengaruh
nyata terhadap penurunan total asam pada taraf nyata α 5 p 0,05 → 0,001
0,05, demikian juga dengan faktor N berpengaruh nyata terhadap penurunan total asam pada taraf nyata α 5 p 0,05 → 0,023 0,05. Hasil uji lanjut Duncan
terhadap faktor C menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok perlakuan yang
32
memberikan pengaruh berbeda terhadap penurunan total asam Lampiran 16. Hasil uji Duncan terhadap faktor N menunjukkan bahwa terdapat 2 kelompok
perlakuan yang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penurunan total asam Lampiran 17. Berdasarkan hasil analisis ragam dan uji Duncan tersebut
memperlihatkan bahwa masing-masing sumber karbon dan sumber nitrogen sangat diperlukan oleh strain FS2 dalam mendegradasi asam organik.
4.4.2. Optimalisasi Ekstrak Khamir
Pengaruh penambahan ekstrak khamir terhadap pertumbuhan strain FS2 dengan asam organik sebagai sumber karbon tunggal dilakukan dengan
menumbuhkan strain FS2 pada medium yang tidak mengandung ekstrak khamir. Parameter yang diukur adalah pH setiap 12 jam dengan selama 72 jam.
Hasil optimalisasi ekstrak khamir Gambar 18 memperlihatkan bahwa strain FS2 tidak mampu tumbuh pada medium yang tidak mengandung ekstrak
khamir. Pada medium tersebut kenaikan pH hanya mencapai 4,39 pada jam ke-36. Pada medium yang tidak mengandung amonium sulfat, FS2 masih mampu
tumbuh dengan baik, kenaikan pH pada jam ke-36 mencapai 5,79 hampir setara dengan kenaikan pH pada medium C dan N optimum yaitu 5,9. Hasil ini
Gambar 18. Pengaruh ekstrak khamir terhadap pertumbuhan strain FS2
33
menunjukkan bahwa ekstrak khamir dapat berperan baik sebagai sumber nitrogen maupun faktor lain yang mutlak diperlukan untuk pertumbuhan strain FS2.
Diduga dalam ekstrak khamir terkandung vitamin atau asam amino tertentu yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan strain FS2. Pada penelitian lain
menggunakan bakteri Clostridium thermoaceticum yang ditumbuhkan pada medium mineral, menunjukkan bahwa hanya asam nikotinat dari ekstrak khamir
yang mutlak diperlukan untuk pembentukan NAD
+
4.4.3. Optimalisasi pH
dalam metabolisme pertumbuhannya Koesnandar et al. 1990.
Pengaruh pH awal terhadap pertumbuhan strain FS2 dilakukan pada kisaran pH antara 3,8-6,5 dengan menggunakan medium C dan N optimum.
Parameter yang diukur adalah pH akhir fermentasi yaitu pada jam ke-48. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi pH awal, kecepatan dalam
mendegradasi asam organik semakin rendah Gambar 19. Dari hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa strain FS2 toleran terhadap pH rendah dan mendegradasi
asam organik tertinggi sebagai sumber karbon tunggal pada pH 3,8.
Gambar 19. Pengaruh pH terhadap pertumbuhan strain FS2
34
4.5. Pertumbuhan Strain FS2 pada Medium C dan N Optimum
Strain terpilih FS2 ditumbuhkan pada medium optimum selama 48 jam untuk diamati perubahan nilai pH, total asam, asam fenolat dan pertumbuhan sel
setiap 6 jam. Kecepatan kenaikan pH, konsumsi asam organik dan pertumbuhan sel tertinggi dicapai pada jam ke-6 sampai ke-12 Gambar 20, 21,22.
Peningkatan pH oleh strain FS2 sampai jam ke-12 menunjukkan bahwa selain mengkonsumsi asam fenolat asam p-hidroksibenzoat, strain FS2 diduga
juga mengkonsumsi asam-asam organik non fenolat yang mungkin terdapat dalam ekstrak asam organik tanah gambut Siantan II. Konsumsi asam organik non
fenolat diduga terjadi sejak awal pertumbuhan dan pada fase pertumbuhan maksimum jam ke-6 sampai jam ke-12. Kenaikan pH tersebut diikuti dengan
menurunnya total asam yang dimulai pada jam ke-6 sampai jam ke-12 Gambar 20. Pada jam yang sama pertumbuhan sel juga mengalami kenaikan, selanjutnya
mulai menurun setelah jam ke-12 Gambar 22, hal ini disebabkan karena kandungan asam organik sebagai sumber karbon tunggal sudah mulai berkurang
Gambar 20. Nilai pH dan total asam pada pertumbuhan strain FS2 menggunakan medium C N optimum selama inkubasi 48 jam
35
sehingga diduga sel mengalami lisis, bahkan asam p-hidroksibenzoat sudah dikonsumsi pada awal pertumbuhan.
Gambar 21. Konsumsi asam fenolat oleh strain FS2 pada medium C N optimum selama inkubasi 48 jam
Gambar 22. Pertumbuhan sel strain FS2 pada medium C N optimum selama inkubasi 48 jam
36
Asam fenolat asam p-hidroksibenzoat sebesar 15,58 ppm yang terkandung dalam medium pertumbuhan diduga didegradasi pada awal
pertumbuhan jam ke-6 sampai jam ke-12, karena ternyata asam p- hidroksibenzoat sudah tidak terdeteksi lagi pada jam ke-12 Gambar 21. Asam p-
hidroksibenzoat juga diketahui merupakan senyawa intermediate yang paling penting dalam degradasi berbagai senyawa aromatik Karegoudar dan Kim,
2000. Mendonca et al. 2004 melaporkan bahwa Fusarium flocciferum terbukti
dapat mendegradasi asam fenolat dan menaikkan pH, sedangkan menurut Sachan et al. 2010 bahwa strain Schizophyllum commune dapat mengkonversi asam
kumarat menjadi asam p-hidroksibenzoat .
Streptomyces sannanensis juga dilaporkan mampu mendegradasi asam ferulat Ghosh et al. 2007. Dari
kelompok bakteri, menurut Juarez et al. 2005 bahwa Azotobacter chroococcum mampu mendegradasi asam p-hidroksibenzoat pada inkubasi 24 jam. Bacillus sp.
dan Pseudomonas sp. menghasilkan enzim hidroksibenzoat hidroksilase yang digunakan untuk mendegradasi asam p-hidroksibenzoat menjadi asam
protokatekuat Karegoudar dan Kim, 2000.
37
BAB 5 SIMPULAN
1. Eksplorasi mikrob yang diisolasi dari beberapa wilayah menghasilkan 26
isolat fungi, 10 isolat bakteri dan 3 isolat khamir. 2.
Strain fungi FS2 merupakan strain unggul hasil isolasi dari tanah gambut Siantan II yang mampu mendegradasi asam organik dalam ekstrak tanah
gambut sebagai sumber karbon tunggal. 3.
Pertumbuhan strain FS2, kemampuan degradasi asam organik dan kenaikan pH maksimum dicapai pada medium yang mengandung asam
organik dan NH
4 2
SO
4
4. Pertumbuhan strain FS2 sangat dipengaruhi oleh peran asam organik
sebagai sumber karbon tunggal, ekstrak khamir sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan degradasi asam organik.
masing-masing 33,1 mN-NaOH dan 2 gl dengan pH awal 3.8, kecepatan degradasi asam organik maksimum oleh FS2
dicapai pada jam ke-6 sampai 12.
5. Degradasi asam organik oleh strain FS2 diikuti oleh kenaikan pH medium
pertumbuhan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Agus, F., I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Alberto, M.R., Farias, M.E. and Manca De Nadra, M.C. 2001. Effect of gallic acid and catechin on Lactobacillus hilgardii on the growth and metabolism of
organic compounds. J Agric Food Chem, 49 9: 4359-4363. Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. John Willey Sons New
York Andriesse, J.P. 1988. Nature and management of tropical peat soils. Soil resources
management and Conservation service FAO land and water development division. FAO Soils Bulletine. 59. Rome.
Association Official Agriculture Chemists. 1990. Official Methods of Analysis of AOAC International. Volume 2. Erlington, Virginia, USA.
Barchia, M.F. 2006. Gambut: Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
BB Litbang SDLP. 2008. Konsorsium penelitian dan pengembangan perubahan iklim pada sektor pertanian. Laporan Tahunan 2008. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Dohong, S., S. Sabiham. 2001. Kandungan beberapa derivat asam fenolat dalam
tanah gambut Kalimantan Tengah berdasarkan lingkungan pembentukannya. J GDLNODE, 5 3.
Driessen, P.M., H. Suhardjo. 1976. On the defective grain formation of sawah rice on peat. Soil Res. Inst. Bull, 3: 20-44.
Fakultas Pertanian IPB. 1986. Gambut pedalaman untuk lahan pertanian. Kerjasama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Dati I, Kalimantan
Tengah dengan Fakultas Pertanian IPB, Bogor. Foth, H.D. 1991. Fundamentals of Soil Science. John Wiley Sons Inc.
Gao Li, Man H Sun, Xing Z liu, Yong C.S. 2007. Effects of carbon concentration and carbon to nitrogen ratio on the growth and sporulation of several
biocontrol fungi. Myco Res, 1111: 87-92. Ghosh, S., A. Sachan, A. Mitra. 2006. Formation of vanillic acid from ferulic acid
by Paecilomyces variotii MTCC 6581. Current Science. 90 6. Ghosh, S., A. Sachan, S.K. Sen, A. Mitra. 2007. Microbial transformation of
ferulic acid to vanillic acid by Streptomyces sannanensis MTCC 6637. J Ind Microbiol Biotechnol. 34: 131-138.
Guenzi, W.D. dan T.M. McCalla. 1966. Phenolic acids in oats, wheat, sorghum, and corn residues and their phytotoxicity. J Agron. 58:303-304.
Hartley, R.D. dan D.C. Whitehead. 1984. Phenolic acids in soil and their influence of plant growth and soil microbial processes. Dalam Vaughan, D.
39
dan R.E. Malcolm. Soil Organic Matter and Biological Activity. Martinus NijhoffDR. W. Junk Publisher. Lancaster.
Hofrichter, Martin and Scheibner, Katrin. 1993. Utilization of aromatic compounds by the Penicillium strain Bi 72. J Basic Microbiol, 33 4: 227-
232. Juarez, B, Martinez-Toledo, M.V., Gonzalez-Lopez, J. 2005. Growth of
Azotobacter chroococcum in chemically defined media containing p- hydroxybenzoic hcid and protocatechuic acid. Chemosphere, 59: 1361-1365.
Karegoudar, T.B. dan C.K. Kim. 2000. Microbial degradation of
monohydroxybenzoic acids. J Microbiol. p: 53-61. Katase, T. 1993. Phenolic acids in tropical peats from Peninsular Malaysia :
Occurrence and possible diagenetic behavior, Soil Sci. 155: 155-165. Katase, S. Hirota, M. Naoi, K. Yamamato, H. Sumida, E. Wada, Y.M. Khanif and
P. Vijarnsorn. 1992. A comparison of phenolic constituents in peat soils between subfrigid areas, Japan and tropical areas of Penninsula, Malaysia and
Thailand. Dalam Aminuddin, B.Y., S.L. Tan, B. Aziz, J. Samy, Z. Salmah, H.S. Petimah, dan S.T. Choo Eds, Tropical Peat, Proceedings of the
International Symposium on Tropical Peatland. 6-10 May 1992, Kuching, Sarawak.
Koesnandar, N. Nishio, S. Nagai. 1990. Stimulation by cysteine on growth of Clostridium thermoaceticum in minimal medium. Appl Microb Biotechnol,
32: 711-714. Koesnandar, A. Masduki, D. Nurani, G. Angkoso, S. Parmiyatni, H. Purwanta, P.
Wahyudi. 2008. Microbiological treatment of peat land for agriculture use. ASEAN-China Workshop on Development of effective microbial consortium
potent in peat modification. Jakarta 10-15 November 2008.
Komariah, S., T. Prihartini, M.E. Suryadi. 1993. Aktivitas mikroorganisme dalam reklamasi tanah gambut, Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan
Agroklimat : Bidang kesuburan dan produktivitas tanah, Puslit Tanah dan Agroklimat. Bogor. Hlm. 105-113.
Labeda, D.P. 1990. Isolation of Biotechnological Organisms from Nature. McGraw-Hill Publishing Company. New York.
Maciak, F. and H. Harms. 1986. The Effect of agricultural utilization on the composition and yield of phenolic acids in low peat soils. Plant and Soil, 94:
171-178. McCarty, G.W. and J.M. Bremner, 1986. Effects of phenolic compounds on
nitrification in soil. Soil Sci Soc Am J, 50: 920-922. Mendonca, E., A. Martins, A.M. Anselmo. 2004. Biodegradation of natural
phenolic compounds as single and mixed substrates by Fusarium flocciferum. J Biotechnol, 7: 30-37.
Mohamed, M.A.N, T.N.M. Sebai and A. Hartmann. 2009. Effect of co- enrichment, soybean rhizosphere and p-hydroxybenzoic acid, on microbial
metabolic diversity and p-HBA degradation. J Agric Biol Sci, 5 4: 301-309.