Hasibuan 1993 memberikan pengertian efisiensi usaha adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah
input tertentu, baik secara kuantitas fisik maupun nilai ekonomis. Atau secara singkat tidak ada sumber daya yang tidak digunakan dan terbuang, serta berusaha
menggunakan input seminimum mungkin. Efisiensi dikategorikan menjadi dua golongan. Pertama, efisiensi internal dapat diperoleh melalui pengelolaan yang
baik dalam perusahaan. Para pengusaha melakukan berbagai macam cara untuk memacu para pekerja, menekan biaya produksi dan mengawasi segala kegiatan
produksi. Kedua, alokasi efisien yang menentukan kondisi ekulibrium, menunjukkan hubungan antara biaya dan output, artinya sumber daya yang
dialokasikan sedemikian rupa sehingga baik jumlah dan jenis barang yang diproduksi tepat dan selaras dengan keinginan konsumen.
2.2.1. Pendapatan Usaha Industri Kecil
Menurut Tjakrawiralaksana 1987 pendapatan suatu usaha dapat didefinisikan dengan pendekatan menurut ilmu ekonomi yaitu nilai maksimum
yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula, definisi tersebut
menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain, pendapatan merupakan jumlah harta kekayaan awal
periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya dikonsumsi. Secara garis besar pendapatan diartikan sebagai jumlah harta
kekayaan awal periode ditambah perubahan nilai yang bukan diakibatkan perubahan modal dan hutang.
Pendapatan merupakan selisih dari penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan yang diterima merupakan balas jasa
atas tenaga kerja, modal keluarga yang dipakai dan pengelolaan yang dilakukan anggota keluarga. Analisis kinerja usaha industri umumnya digunakan untuk
mengevaluasi kegiatan usaha dalam satu tahun Tjakrawiralaksana, 1987. Soekartawi, et al. 1986, mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan
dengan pendapatan dan keuntungan, yaitu: 1.
Penerimaan tunai, yaitu nilai uang yang diterima dari penjualan produk 2.
Pengeluaran tunai, yaitu jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi industri.
3. Pendapatan tunai, yaitu selisih antara penerimaan tunai dengan pengeluaran
tunai. 4.
Penerimaan kotor, yaitu produk total usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.
5. Pengeluaran total usaha, yaitu nilai semua masukan yang habis terpakai atau
dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. 6.
Pendapatan bersih usaha, yaitu selisih antara penerimaan kotor usaha dan pengeluaran total usaha.
Menurut Sucipto 2003, pendapatan merupakan tujuan utama dari setiap kegiatan usaha baik usaha dagang, industri dan jasa sehingga mereka bersaing
untuk meningkatkan pendapatan karena dengan meningkatnya pendapatan maka laba keuntungan yang diperoleh juga akan meningkat. Pendapatan disebabkan
oleh kegiatan industri dalam memanfaatkan faktor-faktor produksi untuk mempertahankan diri dan pertumbuhan ekonomi. Pendapatan diperoleh dari hasil
penjualan barang atau jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama industri. Tujuan dari analisa kinerja yaitu untuk menggambarkan keadaan sekarang dari
suatu kegiatan, dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan
atau tindakan yang akan dilakukan.
Penerimaan usaha adalah nilai produk total usaha dalam jangka waktu tertentu baik dijual maupun dikonsumsi sendiri Soekartawi, et al., 1986.
Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk dengan tingkat harga yang sedang berlaku. Produk yag diperhitungkan bukan hanya produk yang dijual
tetapi juga produk yang dikonsumsi sendiri dengan mengendalikannya terhadap harga yang berlaku dipasar. Penerimaan usaha tidak mencakup pinjaman untuk
keperluan usaha. Bila produk yang dihasilkan lebih dari satu komoditi, maka: TR = P x Q .................................................................................................... 2.1
dimana: TR
= Penerimaan Total P
= Harga Q
= Jumlah produk dijual maupun dipakai sendiri Biaya adalah korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi yang
semula fisik, kemudian diberi nilai rupiah. Biaya adalah pengorbanan yang diduga sebelumnya dan dapat dihitung secara kuantitatif, secara ekonomis tidak dapat
dihindarkan dan berhubungan dengan proses produksi tertentu. Biaya usaha dapat dibedakan menjadi dua bagian berdasarkan perilakunya terhadap volume
produksi, yaitu biaya yang berperilaku tetap dan berperilaku variabel. Biaya tetap fixed cost adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan
jumlah barang yang diproduksi, pengusaha harus tetap membiayainya berapapun
jumlah komoditi yang dihasilkan usahanya. Biaya yang tetap adalah lahan, mesin, pajak, gaji pekerja dan pemeliharaan peralatan serta pajak. Tiap tambahan
investasi hanya dapat dibenarkan apabila pengusaha mampu membelinya dan dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan. Keuntungan ini terjadi
karena berkurangnya biaya tidak tetap variabel cost atau meningkatnya produksi pada saat waktu yang bersamaan, atau berkurangnya biaya tetap untuk setiap
satuan komoditi yang dihasilkan. Biaya tidak tetap variabel cost adalah biaya yang berubah apabila skala
usaha berubah. Biaya ini ada apabila ada komoditas yang diproduksi. Biaya yang tidak tetap adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain yang mendukung
produksi seperti listrik dan biaya air. Penentuan apakah suatu biaya tergolong biaya tetap atau variabel tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan
keputusan itu dipertimbangkan dalam jangka panjang. Sebagian besar biaya adalah biaya variabel.
Garrison dalam Ivana 2004 mengungkapkan bahwa biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi non bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Sebagian
besar perusahaan manufaktur membagi biaya ke dalam dua kategori yaitu biaya produksi dan biaya non produksi.
a. Biaya Produksi Sebagian besar perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam